LAPORAN AKHIR P2M PENERAPAN IPTEKS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

PELATIHAN PENGISIAN KARTU PENGAWAS MINUM OBAT DAN PENEMUAN KASUS SUSPECT

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M)

BAB I PENDAHULUAN. Di negara mana pun, termasuk Indonesia, keadaan perekonomian sangat

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt

BAB I PENDAHULUAN. wisata. Pariwisata merupakan bagian dari wisata yaitu segala sesuatu yang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pariwisata sudah menjadi salah satu industri pelayanan dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

BAB I PENDAHULUAN. teliti. Terutama tentang suka atau tidaknya konsumen terhadap barang dan jasa. yang ditawarkan dan alasan yang mendasarinya.

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

PENDAHULUAN. Sumatera Utara. Potensi yang sangat besar dan tersebar dibeberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Laporan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Infrastruktur Permukiman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dalam bidang jasa dewasa ini bertumbuh

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pariwisata. Peran masyarakat lokal dalam hubungannya dengan citra sebuah destinasi

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

WISATA ALAM DI KAWASAN DANAU BUYAN, BULELENG, BALI

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik wisata tersebut berada mendapat pemasukan dan pendapatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keutungan tersendiri untuk menarik wisatawan. Seakan tidak ingin

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS PELANGGAN DI HOTEL RIYADI PALACE SALA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

BAB I PENDAHULUAN. langsung adalah meningkatnya penjualan sehingga perusahaan akan memiliki lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan

BAB I PENDAHULUAN. rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia olahraga pada saat ini mengalami kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. melakukan diferensiasi adalah melalui jasa atau pelayanan yang diberikan.

LAPORAN AKHIR P2M PENERAPAN IPTEKS

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. objek wisata menjadi kebutuhan primer sebagai penyeimbang kesibukan. mereka tersebut. Tempat hiburan maupun objek wisata mampu

BAB I PENDAHULUAN. maupun jasa menginginkan agar usaha yang digelutinya dapat survive dan terus

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

BAB 1 PENDAHULUAN. Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah

PENDAMPINGAN PERCAKAPAN BAHASA INGGRIS BAGI PEDAGANG ASONGAN DI KAWASAN WISATA SENGGIGI

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pelanggan. Para penyedia produk berupaya memenangkan. persaingan dari para kompetitornya dengan mengimplementasikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan, setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN PADA PERUSAHAAN DJ BALI PRODUCTION DENPASAR

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari konsep leisure (waktu luang).

BAB I PENDAHULUAN. hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. Hotel bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

KARAKTERISTIK WISATAWAN, PRODUK WISATA DAN KEPUASAN WISATAWAN MENGUNJUNGI OBYEK WISATA BATU SERIBU KABUPATEN SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Hunziger dan Krapf dari Swiss dalam bukunya Grundriss Der

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY BOGOR. Oleh DEVI FITRIYANA H

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian Sejarah Resto Rumah Soto Padang Gambar 1. 1 Logo Resto Rumah Soto Padang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

KEPUASAN KONSUMEN WISATA PEMANCINGAN AJO KABUPATEN KARAWANG PROPINSI JAWA BARAT OLEH: ANDRO FRIEHANDHOKO H

BAB I PENDAHULUAN. tahun selalu menjadi sorotan tajam oleh seluruh masyarakat selaku konsumen. Hal

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik

BAB I PENDAHULUAN. produk atau harapan-harapannya. Kotler (1997: 36). Meningkatnya derajat

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference/Convention, Exhibition). MICE

BAB I PENDAHULUAN. panorama alam, keberadaan seniman, kebudayaan, adat-istiadat dan sifat religius

UKDW BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis retail saat ini mengalami persaingan yang sangat ketat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 Ganesha Mocktail Cafe Bandung Sumber: Dokumen Ganesha Mocktail Cafe, 2017.

PROFIL WISATAWAN DI MUSEUM MANUSIA PURBA SANGIRAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. tetapi karena budaya maka kebutuhan tersebut ikut berbeda. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan perekonomian suatu wilayah, baik dalam bidang sosial maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui tingkat kepuasan yang mempengaruhi jumlah wisatawan. Sehingga

PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini

Transkripsi:

LAPORAN AKHIR P2M PENERAPAN IPTEKS Pelatihan Customer Service dan Bahasa Inggris Profesi Bagi Pelaku Wisata di Kawasan Penelokan, Kintamani, Bangli dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan Bagi Turis Asing Oleh: Ni Putu Era Marsakawati, S.Pd., M.Pd (Ketua) NIP. 198303142008122002 Putu Ayu Prabawati Sudana, S.Pd., M.Hum (Anggota) NIP. 198401252008122003 Rima Andriani Sari, S.Pd., M.Hum (Anggota) NIP. 197605292005012002 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK Nomor 196/UN48.15/LPM/2014 Tanggal 5 Maret 2015 JURUSAN DIII BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2015

KATA PENGANTAR Puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya seluruh kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di Kawasan Penelokan desa Batur Selatan Kintamani ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Pelaksanaan kegiatan pelatihan ini melibatkan sejumlah pihak, antara lain tim pelaksana, Lembaga Pengabdian Masyarakat dan masyarakat pelaku wisata di Kawasan Penelokan desa Batur Selatan, Kintamani Bali. Untuk itu kami menyampaikna terima kasih kepada mereka dan sangat mengapresiasi partisipasi mereka terhadap rampungnya kegiatan pelatihan dan tersusunnya laporan ini. Demikianlah laporan pengabdian kepada masyarakat ini. Semoga segala bantuan yang diberikan mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan Yang Maha Esa. Singaraja, 20 September 2015 Ketua Pelaksana

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii iii iv v BAB I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 3 C. Tujuan Kegiatan 4 D. Manfaat Kegiatan 4 BAB II. METODE PELAKSANAAN 5 BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN 5 BAB IV. PENUTUP A. Simpulan 14 B. Saran 14 DAFTAR PUSTAKA 14 LAMPIRAN A. Absensi Peserta Kegiatan 15 B. Foto-foto Kegiatan 16 C. Peta Lokasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Dewasa ini, wisata alam sedang mengalami banyak perkembangan. Banyak bermunculan wisata-wisata alam baru yang sengaja dikembangkan oleh para pelaku wisata. Wisata alam merupakan wisata yang memfokuskan alam sebagai daya tarik bagi pengunjungnya. Bori-Sanz dan Niskanen (2002) dalam Adikampana (2009) menyatakan bahwa wisata alam berhubungan dengan pengalaman yang didapat dari lingkungan alamiah dan amenitas yang disediakan untuk keperluan rekreasi. Dari pengertian ini terlihat bahwa, wisata alam pada dasarnya bergantung pada tempat dan pengalaman yang berhubungan dengan lingkungan alamiah. Ketergantungan tersebut terlihat dalam dua komponen yaitu kualitas lingkungan dan kualitas layanan konsumen. Hal ini mengandung arti bahwa untuk mengembangkan sebuah wisata alam yang baik dan potensial, serta mampu menarik wisatawan untuk berkunjung, maka dibutuhkan tidak hanya keindahan alam yang indah, tetapi juga keterampilan dan keahlian pelaku wisata yang mumpuni. Dari semua wisata alam yang ada di Bali, wisata alam Penelokan yang terletak di daerah Kintamani, Bangli masih menyedot perhatian banyak pengunjung. Penelokan merupakan kawasan wisata alam yang menyajikan panorama alam yang mempesona. Panorama tersebut adalah Danau Batur yang berdampingan dengan Gunung Batur. Di areal Penelokan ini, pengunjung bisa menikmati keindahan panorama tersebut. Mereka bisa bersantai sambil menikmati hawa yang sejuk dan alami serta menikmati keindahan Danau Batur. Selain menawarkan keindahan Danau Baturnya, kawasan Penelokan ini juga memiliki keindahan lain seperti keindahan Pura Batur, kegiatan trekking, serta agrowisata memetik Jeruk. Fasilitas pendukung yang ada di daerah ini juga cukup memadai, seperti penginapan dan restoran. Sayangnya, keindahan alam dan fasilitas pendukung yang dimilikinya belum cukup untuk bisa memuaskan wisatawan yang berkunjung ke kawasan Penelokan. Selain keindahan alam, kualitas pelayanan pelaku wisata juga sangat berperan penting bagi keberadaan sebuah wisata alam. Untuk bisa memberikan pelayanan yang optimal maka sedikitnya ada lima elemen penting yang harus dimiliki oleh para pelaku wisata (Ariana, 2009). Elemen tersebut yaitu 1) tangible yang meliputi kebersihan obyek wisata dan kebersihan dan kerapian penampilan; 2) reliability yang meliputi penanganan keluhan wisatawan, dan pelayanan yang

cepat dan tepat; 3) responsiveness yang meliputi kesiapan membantu dan ketepatan membantu; 4) assurance yang meliputi kemampuan Bahasa Asing, jaminan keamanan, dan pelayanan yang jujur dan ramah; dan 5) emphaty yang meliputi memahami wisatawan. Kesemua elemen tersebut haruslah tercermin dalam kualitas pelayanan para pelaku wisata. Berdasarkan hasil wawancara informal yang penulis lakukan dengan turis-turis asing ketika penulis berkunjung ke daerah ini, penulis memperoleh data bahwa mereka merasa terganggu dengan cara pedagang asongan yang menawarkan dagangan kepadanya. Observasi yang penulis lakukan pada kawasan Penelokan memfokuskan pada Desa Batur Selatan, yang merupakan lokasi Pura Batur. Di Desa Batur Selatan ini, terdapat suatu komunitas pedagang acung dan guide lokal yang cukup banyak. Mereka berdagang di areal balai banjar Pura Batur. Terdapat 46 pedagang acung dan 4 guide lokal yang beroprasi di areal tersebut. Mereka terbagi dalam dua kelompok, dimana masing-masing kelompok diketuai oleh satu orang ketua kelompok. Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada masing-masing kelompok pedagang acung tersebut, penulis melihat bahwa bahwa mereka belum memiliki teknik melayani tamu dan belum memiliki keterampilan berbahasa Inggris yang baik. Mereka kerap memandang tamu dengan tatapan sinis ketika mereka tidak jadi membeli dagangannya, ketika masuk ke warung mereka, tidak ada greeting dan senyum, serta menggunakan Bahasa Inggris yang seadanya. Sementara pada kelompok guide lokal, penulis melihat bahwa mereka menggunakan bahasa Inggris yang seadanya, informasi yang diberikan kepada tamu asing belum akurat, serta kurang diimplementasikannya SOP yang benar tentang teknik melayani tamu bagi tourist guide. Fenomena tersebut sesungguhnya tidak seharusnya terjadi, mengingat Pura Batur sebagai bagian dari kawasan wisata alam Penelokan memiliki potensi yang luar biasa untuk bisa memikat banyak pengunjung asing untuk berkunjung. Aspek keindahan alam ini haruslah ditunjang pula dengan aspek kualitas pelayanan prima. Kedua aspek yaitu aspek keindahan alam dan kualitas pelayanan sangat berpengaruh penting dalam menciptakan kesan yang baik kepada para pengunjung. Ketika pengunjung merasa puas dengan pelayanan para pelaku wisata, maka mereka akan merasa puas dan mereka akan menjadi sarana promosi gratis bagi orang-orang di luar sana yang belum pernah berkunjung ke Pura Batur. Dengan demikian, jumlah pengunjung juga akan makin meningkat. Ketika jumlah pengunjung meningkat, maka pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pun makin meningkat. Begitu pula sebaliknya.

Wisata alam ini haruslah dipelihara dan dikembangkan dengan sangat baik, agar tidak kehilangan pengunjungnya. Apalagi menurut Adikampana (2009), wisata alam memberikan manfaat yang besar bagi masyarakatnya. Adapun manfaat tersebut adalah 1) manfaat primer dan sekunder. Manfaat ini berhubungan erat dengan pembelanjaan pengunjung yang polanya dipengaruhi oleh segmen wisatawan; 2) manfaat individu dan manfaat sosial. Individu akan mendapatkan manfaat berupa keuntungan financial dari penyediaan barang dan jasa layanan pariwisata. Sedangkan manfaat sosial meliputi jasa lingkungan, kebanggaan atas sumber daya alam, sarana dan prasarana, pendidikan dan penelitian; 4) dimensi keruangan seperti penciptaan lapangan pekerjaan, tempat pemasaran baru bagi produk lokal, dan lain-lain. Dengan manfaat-manfaat tersebut di atas, maka sudah seharusnya wisata alam Penelokan, Kintamani, Bangli harus lebih ditingkatkan kualitasnya melalui peningkatan kualitas pelayanan para pelaku wisata kepada para pengunjungnya. Dengan mengacu pada masalah terbatasnya pengetahuan customer service dan keterampilan berbahasa Inggris pelaku wisata di kawasan Penelokan, Kintamani, Bangli maka penulis berkeinginan untuk mengadakan pelatihan terkait dua aspek tersebut untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan mereka, khususnya pada tamu asing. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi dan fakta di lapangan, maka dalam pengabdian kepada masyarakat ini dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: pelaku wisata seperti pedagang asongan dan guide lokal di kawasan Penelokan, Kintamani, khusunya di Desa Batur Selatan belum memiliki wawasan tentang pentingnya customer service bagi para turis serta belum memiliki keterampilan berbahasa Inggris yang memadai untuk bisa berkomunikasi yang baik dengan turis asing. Dengan demikian perumusan masalah yang bisa dirumuskan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah: apakah pelatihan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku wisata di kawasan wisata Penelokan, khususnya Desa Batur Selatan, Kintamani, Bangli dalam memberikan pelayanan yang prima bagi turis asing? 1.3 Tujuan Kegiatan Adapun tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah untuk membantu para pelaku wisata, khususnya pedagang acung dan guide lokal di kawasan Penelokan, terutama di Batur Selatan dalam memberikan pelayanan prima bagi turis asing.

1.4 Manfaat Kegiatan Dari kegiatan pelatihan ini para pelaku wisata khususnya pedagang acung dan guide lokal secara langsung mendapatkan informasi dan praktek tentang bagaimana memberikan pelayanan prima kepada turis asing.

BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka dasar dari pemecahan masalah dalam pengabdian pada masyarakat ini adalah memberikan pelatihan customer service dan bahasa Inggris profesi bagi pelaku wisata di kawasan Penelokan, terutama di Batur Selatan. Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaanya. a. Persiapan Tahap ini menyangkut: 1) observasi dan survey tentang kebutuhan para peserta, 2) penjajagan kepada Kepala Desa terkait pelaksanaan kegiatan pelatihan, 2) pendataan peserta dan penyiapan instruktur yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Peserta berasal dari pelaku wisata yaitu pedagang acung dan guide lokal di Desa Batur Selatan, sementara instruktur berasal dari Universitas Pendidikan Ganesha, 3) penyiapan tempat kegiatan. Kegiatan dilakukan di Balai Banjar Desa Batur Selatan. dan 4) penjadwalan kegiatan. b. Pelaksanaan Pada tahapan ini, pelatihan dimulai dengan pemberian materi tentang customer service dan bahasa asing profesi, kemudian dilanjutkan dengan praktek simulasi terkait kedua materi tersebut. c. Evaluasi Pada kegiatan akhir, dilakukan evaluasi terhadap keseluruhan pelaksanaan kegiatan pelatihan. Tahapan ini juga menyangkut penilaian dan refleksi dari peserta terhadap kegiatan pelatihan. 2.2 Khalayak Sasaran Anggota khalayak sasaran yang strategis yang dilibatkan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah pelaku wisata yang meliputi pedagang acung dan guide lokal di kawasan Penelokan, khususnya di Desa Batur Selatan yang berjumlah 50 orang.

2.3 Keterkaitan Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini memiliki keterikatan yang sangat erat dengan Jurusan DIII Bahasa Inggris. Jurusan DIII Bahasa Inggris sebagai salah satu Jurusan yang ada di Universitas Pendidikan Ganesha yang memproduksi lulusan yang ahli dalam bidang bahasa Inggris kepariwisataan, juga merasa bertanggung jawab untuk menyumbangkan ilmu dan pengetahuannya untuk masyarakat pelaku wisata yang ada di sekitarnya, termasuk pada pelaku wisata di Kawasan Penelokan, terutama Desa Batur Selatan, Kintamani, Bangli. 2.4 Metode Kegiatan Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah metode ceramah,diskusi dan pelatihan. Pada hari pertama, peserta pelatihan mendapat kuliah umum tentang customer service dan bahasa asing profesi, kemudian hari kedua dan ketiga peserta pelatihan berlatih melakukan simulasi terkait kedua materi tersebut. Adapun rincian kegiatan pelatihan dapat dijabarkan pada tabel berikut. Tabel 1. Rincian Kegiatan Pelatihan No Tanggal Uraian Kegiatan 1 9 Mei 2015 Peserta melakukan registrasi Pembukaan dari Ketua Panitia Pemberian kuliah umum tentang customer service Pemberian kuliah umum tentang bahasa asing profesi yang meliputi english for vendors, dan english for tourist guide Diskusi kelompok Diskusi umum 2 10 Mei 2015 Peserta melakukan registrasi Peserta dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pedagang acung dan kelompok guide lokal Masing-masing keompok dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang Membuat draft praktek simulasi tentang bagaimana melayani tamu asing baik sebagai pedagang acung, maupun guide lokal dalam kelompok

3 11 Mei 2015 Peserta melakukan registrasi Praktek simulasi 1 ( Pedagang acung) Diskusi umum ( melakukan penilaian diri sendiri dan pemberian feedback dari narasumber) Praktek simulasi 2 (guide lokal) Diskusi umum (melakukan penilaian diri sendiri dan pemberian feedback dari narasumber) Pemberian angket evaluasi program pada peserta Penutup 2.5 Rancangan Evaluasi Evaluasi dilakukan ketika kegiatan berlangsung dan pada akhir kegiatan. Evaluasi akan dilakukan pada pertemuan terakhir pelatihan. Secara specifik aspek, teknik, instrument, serta kriteria evaluasi yang dilakukan dapat disajikan pada tabel berikut. Tabel 2. Rancangan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan No Aspek Teknik Instrumen Kriteria Evaluasi 1 Program Kuesioner Angket/Kuesioner Kesesuaian dengan tujuan 2 Proses Observasi -Daftar presensi -Lembar observasi - Kehadiran lebih dari 85% - Aktivitas peserta dalam kegiatan tinggi 3 Hasil Penugasan kepada peserta untuk melakukan simulasi Rubrik nilai Peserta mampu melakukan simulasi terkait dua materi yaitu customer service dan bahasa asing profesi dengan baik dan benar.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. 1 Hasil Kegiatan pelatihan ini ditujukan kepada pelaku wisata di kawasan Penelokan, khususnya di Desa Batur Selatan. Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 9-11 Mei 2015 di Balai Banjar Desa Batur Selatan. Pelatihan ini diikuti oleh 50 peserta, yang terdiri dari pedagang acung dan guide lokal. Pelatihan ini diawali dengan pemberian materi tentang customer service, yang meliputi etika profesi yang harus dimiliki oleh para pelaku wisata, kiat-kiat menarik dan mempertahankan pengunjung, serta elemen-elemen yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan prima bagi pengunjung. Di samping materi tentang customer service, materi tentang bahasa asing profesi diberikan juga kepada peserta. Materi ini meliputi dua topik, yaitu english for vendors dan english for tourist guide. Pada masing-masing topik ini diberikan kosakata dan ekspresi bahasa yang biasa digunakan dalam melayani pengunjung. Setelah itu, dilanjutkan dengan praktek simulasi terkait kedua materi tersebut. Dari pelaksanaan kegiatan pelatihan ini, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Program Kegiatan Pelatihan sudah berlangsung dengan baik, 2) Peserta yang hadir mengikuti pelatihan 100% hadir pada semua kegiatan dan mengikuti kegiatan pelatihan dengan sangat sungguhsungguh, dan 3) peserta mampu melakukan praktek simulasi dengan baik. 3.2. Pembahasan Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan, maka kegiatan dapat dijabarkan sebagai berikut. 3.2.2 Program Kegiatan Berdasarkan hasil evaluasi program kegiatan yang dilakukan melalui pemberian kuesioner kepada peserta dan wawancara informal yang dilakukan kepada peserta diperoleh hasil sebagai berikut: 1) pelatihan dilaksanakan tepat waktu, selama tiga hari dan berlangsung sesuai jadwal yang telah disepakati, 2) suasana pelatihan menarik. Pemberian kuliah umum dilakukan tidak hanya menggunakan teknik ceramah tetapi juga dengan menggunakan mediamedia gambar dan video sehingga tidak membosankan bagi para peserta, 3) Para peserta sangat tertarik dengan materi pelatihan. Hal ini disebabkan karena materi pelatihan sangat relevan dengan kebutuhan mereka sebagai pedagang acung dan guide lokal. Mereka menyadari bahwa selama ini mereka melayani pengunjung dan menggunakan Bahasa Inggris

pasaran dengan belajar secara otodidak. Dengan adanya pelatihan ini, mereka merasa sangat terbantu untuk bisa memperbaiki kualitas pelayanan mereka kepada pengunjung asing, 4) Cakupan materi yang diberikan sudah cukup memadai bagi para peserta. Materi meliputi teknik memberikan pelayanan prima kepada para pengunjung dan bahasa Inggris profesi yang meliputi english for vendors dan english for tourist guide, dan 5) peserta mampu memahami materi dengan baik. Hal ini disebabkan karena teknik penyampaian materi, pemilihan materi, dan media benar-benar sesuai dengan kebutuhan para peserta. Mereka juga melakukan praktek simulasi dengan menggunakan barang dagangan mereka sendiri, sehingga mereka benar-benar belajar dan berlatih secara kontekstual. Pelatihan ini benar-benar bermakna dan bermanfaat bagi mereka dimana hasil pelatihan ini bisa langsung digunakan oleh mereka ketika melayani pengunjung. 3.2.2 Proses Kegiatan Selama proses kegiatan berlangsung, kehadiran para peserta sangat maksimal. Mereka semua datang penuh selama tiga hari, walaupun ada yang datang tidak tepat waktu. Hal ini masih dapat dipahami mengingat mayoritas peserta pelatihan adalah ibu-ibu yang sudah berumur dan memiliki tanggung jawab lain selain sebagai pedagang acung, misalnya ayahan pura, dan ke ladang. Berdasarkan hasil observasi langsung selama kegiatan pelatihan, penulis melihat bahwa peserta pelatihan sangat semangat dan antusias dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Mereka memperhatikan dengan seksama, bahkan sering mengajukan pertanyaan dalam diskusi. Mereka juga mengkonfirmasi pengetahuan dan pemahaman mereka sebelumnya tentang teknik melayani tamu yang baik dan benar. Dari aspek customer service, mereka yang sebelumnya jarang menyapa tamu dengan greeting akhirnya tahu bahwa ketika tamu datang mereka harus menyapa tamu dengan menggunakan greeting yang tepat, mereka jarang tersenyum dalam melayani tamu akhirnya tahu bahwa senyum adalah kunci utama dalam memberikan citra yang positif kepada tamu, dan mereka yang awalnya belum memiliki seragam untuk komunitas mereka, akhirnya berencana untuk membuat seragam untuk pemberian identitas dan memudahkan mereka untuk langsung dikenali oleh para pengunjung. Sementara dari aspek kebahasaan, mereka banyak belajar tentang kosakata-kosakata yang baru yang dibutuhkan buat mereka, terutama cara pengucapan yang benar, seperti beach sport, t-shirt, shirt, dress, painting, hand-handled fan, dan lain-lain. Mereka juga belajar tentang ekspresi-ekspresi bahasa yang bisa mereka gunakan ketika pada situasi-situasi tertentu, misalnya ekspresi untuk menawarkan bantuan, tawar menawar, meminta maaf,

menawarkan alternatif, dan berterimakasih (bagi pedagang acung) dan ekspresi memperkenalkan diri, memberikan informasi pada pengunjung, meminta maaf, dan berterima kasih (bagi guide lokal). 3.2.3 Praktek Simulasi Praktek simulasi dilakukan dua tahap yaitu tahap satu untuk kelompok pedagang acung dan tahap 2 untuk guide lokal. Sebelum melakukan praktek simulasi, mereka membuat draft dan latihan dalam kelompok-kelompok kecil yang sudah dibentuk. Paparan kegiatan untuk masing-masing praktek simulasi akan dijelaskan sebagai berikut. a. Praktek simulasi untuk pedagang acung Praktek simulasi ini dilakukan secara berkelompok. Satu peserta berperan sebagai pedagang acung, dan peserta lainnya berperan sebagai pengunjung sekaligus calon pembeli. Setting praktek ini dilakukan pada stand mereka dan menggunakan barangbarang dagangan mereka langsung. Mereka berlatih dengan sangat semangat dan senang sekali, karena setelah mereka praktek, mereka langsung diberikan feedback terkait penampilan mereka, sehingga apabila masih ada hal-hal yang harus diperbaiki, mereka langsung bisa memperbaikinya. Feedback yang dberikan terkait bentuk pelayanan dan bahasa Inggris yang digunakan, terutama dalam hal pengucapan. b. Praktek simulasi untuk guide lokal Praktek simulasi ini juga dilakukan secara berkelompok. Satu peserta berperan sebagai guide lokal, dan peserta lainnya sebagai pengunjung. Guide lokal ini langsung menjelaskan Pura Batur kepada para pengujung dengan menggunakan teknik pelayanan dan bahasa Inggris yang dilatihkan oleh narasumber. Setelah mereka melakukan simulasi, mereka juga langsung diberikan feedback oleh narasumber. Feedback tersebut berkaitan dengan keakuratan isi informasi tentang Pura Batur, teknik menjawab pertanyaan pengunjung, dan pengucapan-pengucapan yang amsih keliru.

BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan customer service dan bahasa Inggris profesi bagi pelaku wisata di kawasan Penelokan, terutama di Desa Batur Selatan, Kintamani, Bangli, sudah terlaksana dengan baik. Hasil kegiatan pelatihan ini dievaluasi berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek program, aspek proses, dan aspek hasil. Pada aspek program, kegiatan sudah berjalan dengan baik. Hal ini dilihat dari tercapainya tujuan kegiatan yakni membantu para pelaku wisata untuk bisa meningkatkan kualitas pelayanan mereka kepada para pengunjung asing. Pada aspek proses juga terkategori baik. Hal ini terbukti dari daftar kehadiran peserta dan keantusiasan mereka dalam mengikuti pelatihan. Pada aspek hasil juga terkategori baik, dimana mereka telah mampu melakukan simulasi dengan baik. 4.2 Saran Setelah melakukan evaluasi kegiatan, maka disarankan untuk tetap melakukan kegiatan pendampingan untuk pelayanan prima dan bahasa Inggris profesi. Hal ini dilakukan mengingat ada beberapa temuan tentang fenomena fosilisasi oleh peserta terkait pengucapanpengucapan dan kosakata-kosakata yang mereka biasa gunakan. Mereka sudah terbiasa mengucapkan kata-kata dengan cara pengucapan yang salah, dan menganggap itu sebagai sesuatu yang benar. Hal ini disebabkan oleh teknik belajar mereka yang otodidak, atau meniru yang salah. Pendampingan ini akan sangat membantu mereka untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan ini dan membuat mereka kembali mengucapkan dengan baik dan benar. Dengan kegiatan pendampingan yang optimal maka pelatihan ini akan benar-benar bermanfaat bagi para peserta.

DAFTAR PUSTAKA Anonym. 2011. TWA Penelokan. http://www.ksda-bali.go.id/kawasankonservasi/penelokan/. Diakses pada tanggal 4 September 2014. Adikampana, I Made. 2009. Pariwisata Alam dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Lokal. Jurnal Analisis Pariwisata. Vol 9. No. 1 tahun 2009. Universitas Udayana. Ariana, Nyoman. 2009. Pariwisata Alam dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Lokal. Jurnal Analisis Pariwisata. Vol 9. No. 1 tahun 2009. Universitas Udayana. Dimas, Setiawan. 2012. Definisi dan Pengertian Wisata Alam. http://arimurtiindo.blogspot.com/2012/09/definisi-dan-pengertian-wisata-alam.html. Diakses pada tanggal 1 September 2014. Haida, Neni Nurul 2012. Pelayanan Prima. http://pelayananprimaneni.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 2 September 2014. Nunan, David. 1989. Designing Tasks for the Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.

A. Daftar Hadir Peserta LAMPIRAN

B. Foto-Foto Kegiatan Simulasi Sambutan Ketua Panitia

Simulasi Pedagang Acung

Simulasi Guide Lokal

C. Peta Lokasi