dokumen-dokumen yang mirip
1 Allan Hespie Posumah 2 Ramli Hadji Ali 2 Elvie Loho.

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

HUBUNGAN SKOR LUND-MACKAY CT SCAN SINUS PARANASAL DENGAN SNOT-22 PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS TESIS IRWAN TRIANSYAH

D. KANDOU MANADO PERIODE 1 JANUARI DESEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

TUMOR KEPALA LEHER DI POLIKLINIK THT-KL RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012

Profil Pasien Rinosinusitis Kronik di Poliklinik THT-KL RSUP DR.M.Djamil Padang

RINITIS ALERGI DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER Elia Reinhard

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

Gambaran Rinosinusitis Kronis Di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun The Picture Of Chronic Rhinosinusitis in RSUP Haji Adam Malik in Year 2011.

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

GAMBARAN KASUS ABSES LEHER DALAM DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : VERA ANGRAINI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

GAMBARAN HASIL CT SCAN KEPALA PADA PENDERITA NYERI KEPALA DI BAGIAN RADIOLOGI FK UNSRAT/SMF RADIOLOGI BLU RSUP PROF.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.

EPISTAKSIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2010-DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa. Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

POLA PENYAKIT KULIT NON-INFEKSI PADA ANAK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : Nuruljannah Nazurah Gomes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoskopis berupa polip atau sekret mukopurulen yang berasal dari meatus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK PENDERITA YANG MENJALANI BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL (BSEF) DI DEPARTEMEN THT-KL RSUP. HAJI ADAM MALIK, MEDAN DARI PERIODE

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014

KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK DI BLU RSU PROF. Dr. R.D. KANDOU

4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai

SURVEI KESEHATAN HIDUNG MASYARAKAT DI DESA TINOOR 2

GAMBARAN TRANSILUMINASI TERHADAP PENDERITA SINUSITIS MAKSILARIS DAN SINUSITIS FRONTALIS DI POLI THT RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN

GAMBARAN LAJU ENDAP DARAH DAN C-REACTIVE PROTEIN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI MANADO

Elisa E. B. Paembobo Steward K. Mengko Olivia C. P. Pelealu

POLA BAKTERI INFEKSI SALURAN KEMIH DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE NOVEMBER 2010 NOVEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER NASOFARING DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: WULAN MELANI

PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP ANTARA PASIEN RINOSINUSITIS KRONIS TIPE DENTOGEN DAN TIPE RINOGEN DI RUMAH SAKIT SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA SKRIPSI

GAMBARAN ULTRASONOGRAFI BATU EMPEDU PADA PRIA & WANITA DI BAGIAN RADIOLOGI FK UNSRAT BLU RSUP PROF. DR. R. D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

KESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Analisis Metode Certainty Factor pada Sistem Pakar Diagnosa Penyakit THT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dari Tahun

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

AKURASI GEJALA KLINIS KRITERIA TASK FORCE TERHADAP INDEKS LUND-MACKAY TOMOGRAFI KOMPUTER. Tesis

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

PERBEDAAN WAKTU TRANSPORTASI MUKOSILIAR HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS SETELAH DILAKUKAN BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL DENGAN ADJUVAN

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA RINOSINUSITIS KRONIK DI POLIKLINIK THT-KL RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

Kesehatan telinga siswa Sekolah Dasar Inpres 1073 Pandu

PROFIL PENYANDANG EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013 MEI 2014

Manado

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

SURVEI KESEHATAN HIDUNG PADA MASYARAKAT PESISIR PANTAI BAHU

Hubungan gejala dan tanda rinosinusitis kronik dengan gambaran CT scan berdasarkan skor Lund-Mackay

SURVEI KESEHATAN TELINGA PADA ANAK PASAR BERSEHATI KOMUNITAS DINDING MANADO

1 Meskipun demikian, ada

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

POLA KUMAN DAN UJI KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA PADA PENDERITA OTITIS EKSTERNA DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSU PROF. DR. R. D.

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D.

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : ANNISA DWI ANDRIANI

Gambaran Diagnosis Klinis dan Hasil Pemeriksaan Histopatologis Pasien Yang Dibiopsi Galih Fata Anadza ABSTRAK

Gambaran Penderita Trauma Kepala di Rumah Sakit Umum Haji Medan Periode Januari Desember 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

KARAKTERISTIK PASIEN POLIP HIDUNG DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh: FETRA OLIVIA SIMBOLON

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH YANG BERKUNJUNG KE KLINIK AKUPUNTUR DHARMA BHAKTI BANDUNG

L A M P I R A N. : dr. Boynardo Simamora Tempat / Tgl Lahir : Medan, 7 Februari 1982 : Kristen Protestan : Jl Teh 2 No 28 P.

PENGARUH PAPARAN BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN SISWA SMK NEGERI 2 MANADO JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI BATU BETON

Universitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012.

: PPDS THT FK-USU (Asisten Ahli) : Ilmu Kesehatan THT, Bedah Kepala dan. A. Nama : dr. Siti Nursiah, Sp. THT-KL NIP :

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.

Rhinosinusitis. Bey Putra Binekas

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

Transkripsi:

HUBUNGAN GAMBARAN FOTO WATERS DAN GEJALA KLINIK PADA PENDERITA DENGAN DUGAAN SINUSITIS MAKSILARIS DI RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 1 OKTOBER 2012 30 SEPTEMBER 2013 1 Ni Kadek Ayu Isyana Wardani 2 Ramli Hadji Ali 2 Elvie Loho 1 Kandidat Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: ayu_wardani41@yahoo.com Abstract: Sinusitis is an inflamation of Mukosa Paranasal Sinuses in which is determined as the cause for the distraction of human's health that often be suffered by human being in the entire of the world. The well-known sinusitis found is maxillary sinusitis and etmoidalis sinusitis. There are some clinic examination can be done to suspect the existence of maxillary sinus such as anamnesis, physical inspection and radiologi inspection. An inspection through Photo is usually being done to evaluate the infection of paranasal sinus, giving an appropriate evaluation moreover to the minor disease on kovum sinus. The main purpose of this research is to find out the relationship between the description of photo waters and the clinic symptom on the patients with the suspicious of maxillary sinusitis in RSUP prof. Dr.R.D. Kandou manado period of time 1 october 2013-30 september 2013. This research concerns to the analytic correlatic retrospective. The data is collected from sheet of paper in which shows the symptom clinic of maxillary sinusitis and the result of the description of the Photo. Based on the test of correlation Kendal'tau_b the significant value of (p) = 0,272 > 0,05 and the correlation coefficient (r) = 0,150 in which shows that there is a weak positive relationship with the low test value between the description of Photo and clinic symptom on the patients suspicious for maxillary sinusitis. Keywords: Maxillary sinusitis, Clinical symptoms, Photo Abstrak: Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus paranasal yang dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering diseluruh dunia. Sinusitis yang paling sering di temukan ialah sinusitis maksilaris dan sinusitis etmoidalis. Ada berbagai pemeriksaan klinik yang dapat dilakukan untuk mencurigai adanya sinusitis maksilaris seperti anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan adalah pemeriksaan yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi infeksi sinus paranasal, memberikan evaluasi yang tepat meskipun pada kelainan ringan pada kavum sinus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan gambaran dan gejala klinik pada maksilaris di RSUP Prof DR. R. D. Kandou Manado Periode 1 Oktober 2012 30 September 2013. Penelitian ini adalah penelitian analitik korelatik retrospektif. Data berupa lembaran gejala klinik sinusitis maksilaris dan hasil gambaran. Berdasarkan uji korelasi Kendall'tau_b nilai signifikan (p) = 0,272 > 0,05 dan koefisien korelasi (r) = 0,150 yang berarti bahwa ada hubungan positif lemah dengan nilai kemaknaan yang rendah antara gambaran dan gejala klinik pada Kata kunci: Sinusitis maksilaris, Gejala klinik,.

Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus paranasal yang merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering diseluruh dunia. Menurut Gluckman, kuman penyebab sinusitis akut tersering adalah streptococcus pneumonia dan haemophilus infuenzae yang ditemukan pada 70% kasus. Insiden sinusitis yang paling sering di temukan ialah sinusitis maksilaris dan sinusitis etmoidalis. Di Bagian Radiologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado menunjukan angka kejadian sinusitis maksilaris yang cukup tinggi yaitu 60 orang penderita (61,86 %) dari 97 orang penderita yang melakukan pemeriksaan pada tahun 2011. Kriteria diagnosis sinusitis maksilaris berupa adanya gejala klinik mayor seperti pilek, hidung buntu, rasa nyeri pada wajah atau pipi, rasa berat pada wajah, anosmia serta panas badan; dan gejala klinik minor seperti sakit kepala, hidung bau, rasa lelah, batuk serta nyeri atau penuh pada telinga. Diagnosis sinusitis ditegakkan bila didapatkan 1 atau 2 gejala klinik mayor dan 2 gejala klinik minor. Ada berbagai pemeriksaan klinik yang dapat dilakukan untuk mencurigai adanya sinusitis maksilaris seperti anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penujang. Untuk mengetahui diagnosis secara pasti dan memberikan diagnosis yang lebih dini, maka diperlukan pemeriksaan radiologis. Adapun pemeriksaan yang sering digunakan ialah, CT Scan dan MRI. Pemeriksaan adalah pemeriksaan yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi infeksi sinus paranasal. umumnya dilakukan pada keadaan mulut terbuka. Dengan pemeriksaan, CT scan dan MRI dapat melihat adanya perselubungan, penebalan mukosa atau air fluid level pada sinus yang sakit. 1,2,3,4,5 Berdasarkan latar belakang di atas dan banyaknya penderita dengan gejala klinik sinusitis maksilaris serta permintaan di Bagian Radiologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian, sebab penelitian mengenai hubungan antara dan gejala klinik pada penderita dengan dugaan sinusitis maksilaris belum pernah dilakukan. Selain itu penelitian ini dapat mengetahui apakah ada hubungan antara dan gejala klinik pada maksilaris di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado periode 1 Oktober 2012 30 September 2013. Penelitian ini tujuannya untuk mengetahui apakah ada hubungan antara gambaran dan gejala klinik pada maksilaris di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Oktober 2012-30 September 2013 dan bagaimana persentase penderita sinusitis maksilaris di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Oktober 2012-30 September 2013? METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian analitik korelatik retrospektif dengan memanfaatkan data sekunder berupa lembaran gejala klinik sinusitis maksilaris dan hasil gambaran di RSUP Prof DR. R. D. Kandou Manado dan diolah dalam bentuk deskriptif dan analitik. Waktu penelitian berlangsung November 2013 Januari 2014 dan sampelnya yaitu Semua lembaran permintaan gambaran dan gejala klinik pada maksilaris di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Oktober 2012-30 September 2013. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama periode 1 Oktober 2012-30 September 2013 ditemukan penderita

yang melakukan pemeriksaan berjumlah 45 orang. Tabel 1. Distribusi diagnosis radiologi Diagnosis radiologi n % Sinusitis maksilaris 24 53,34 Tak ada kelainan 21 46,66 Dari tabel 1. ditemukan penderita yang melakukan pemeriksaan berjumlah 24 orang penderita (53,34%) dengan diagnosis sinusitis maksilaris dan 21 orang penderita (46,66%) tidak ada kelainan. Seperti yang ditemukan Posumah (2013) di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado, didapatkan sebanyak 60 orang penderita (61,81%) dengan diagnosis sinusitis maksilaris dan tidak ada kelainan sebanyak 37 orang penderita (38,14%). Arivalagan et al (2013), dalam penelitiannya menunjukan sinus yang paling sering terinfeksi adalah sinus maksilaris dengan bilangan sebanyak 144 3,6 orang penderita (54,6%). Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal terbesar dan yang paling sering terkena infeksi karena ostium sinus maksilaris terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase hanya tergantung dari gerak silia, drainase juga terjadi 7 melalui infundibulum yang sempit. Tabel 2. Distribusi jenis kelamin penderita dengan dugaan sinusitis Jenis kelamin n % Laki-laki 21 46,66 Perempuan 24 53,34 Dari tabel 2. ditemukan penderita yang melakukan pemeriksaan berjumlah 21 orang (46,66%) pada penderita laki-laki dan 24 orang (53,34%) pada penderita perempuan. Hasil yang didapatkan penelitian ini tidak jauh berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya, seperti yang didapatkan oleh Tandiyo et al (2012) mendapatkan jumlah sampel terdiri dari 6 laki-laki (42,9 %) dan 8 perempuan (57,1%). Hal ini berbeda dengan yang didapatkan oleh Elfahmi (2001) dan Septiwati et al (2013), mereka mendapatkan penderita laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. 4,6,7,8 Tabel 3. Distribusi umur penderita dengan dugaan sinusitis Umur n % 18-33 10 22,22 34-48 15 33,33 48-63 14 31,11 64-75 6 13,34 Dari tabel 3. ditemukan penderita yang melakukan pemeriksaan berjumlah 10 orang penderita (22,22%) pada kelompok umur 18-33, 15 orang penderita (33,33%) pada kelompok umur 34-48, 14 orang penderita (31,11%) pada kelompok umur 48-63 dan 6 orang penderita (13,34%) pada kelompok umur 64-75. Pada penelitian yang dilakukan oleh Septiwati (2013), ditemukan kelompok umur tertinggi yaitu umur 31-40 tahun berjumlah 8 orang penderita (23,5%) dan pada kelompok umur terendah yaitu umur 61-70 tahun dan 71-80 tahun berjumlah 1 orang penderita (2,9%). Arivalagan (2013) mendapatkan kelompok umur terbanyak yaitu pada kelompok umur 30-45 tahun berjumlah 60 orang penderita (31,6 %)

diikutioleh kelompok umur 46-60 tahun berjumlah 59 orang penderita (31,1%). Jumlah penderita yang paling sedikit dijumpai pada pada kelompok usia 0-15 tahun yaitu berjumlah 8 orang penderita (4,2%). Dari data di atas terlihat umur yang paling banyak hampir sama, yaitu pada usia dewasa. Posumah di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado (2013) menyimpulkan apa yang dinyatakan oleh Dalimunthe (2010), bahwa hal tersebut disebabkan kelompok usia dewasa merupakan kelompok usia yang aktif dan sering terpapar oleh polutan atau zat-zat iritasi yang mungkin dapat menyebabkan atau memperberat terjadinya sinusitis maksilaris sehingga menyebabkan penderita lebih banyak pada kelompok usia dewasa yang datang berobat ke rumah sakit. 3,6,7 Tabel 4. Distribusi gambaran Gambaran foto waters n % Penebalan mukosa 7 15,56 Perselubungan 15 33,33 Air fluid level 2 4,44 Tidak ada kelainan 21 46,67 Dari tabel 4. ditemukan penderita yang melakukan pemeriksaan berjumlah 7 orang penderita (15,56%) dengan penebalan mukosa, 15 orang penderita (33,33%) dengan perselubungan, 2 orang penderita (4,44%) dengan air fluid level dan 21 orang penderita (46,67%) tidak ada kelainan sinusitis Sama halnya dengan Yoshiura et al (Jepang, 1993) peneliti sinusitis maksilaris dan Suzanne et al (New york, 2001) menyatakan gambaran radiologi yang terbanyak adalah perselubungan. Posumah (2013) mendapatkan gambaran waters terbanyak yaitu dengan gambaran perselubungan dengan jumlah 43 orang penderita (76, 67%), dan tidak ditemukan gambaran air fluid level pada penderita sinusitis Hasil dari peneliti peneliti sebelumnya memiliki gambaran yang hampir sama, dimana gambaran pada penderita sinusitis maksilaris paling sering ditemukan pada gambaran perselubungan dan yang terendah ditemukan pada gambaran air fluid level. 3,8 Tabel 5. Distribusi penderita gejala klinik Gejala klinik n % 1 gejala klinik 22 48,9 2 gejala klinik 19 42,22 3 gejala klinik 2 4,44 4 gejala klinik 2 4,44 jumlah 45 100 Dari tabel 5. Di temukan penderita yang melakukan pemeriksaan berjumlah 22 orang penderita (48,8%) dengan 1 gejala klinik sinusitis maksilaris, 19 orang penderita (42,22%) dengan 2 gejala klinik sinusitis maksilaris, 2 orang penderita (4,44%) dengan 3 gejala klinik sinusitis maksilaris dan 2 orang penderita (4,44%) dengan 4 gejala klinik sinusitis Tabel 7. Distribusi korelasi hubungan antara dengan skoring gejala klinik pada Kendall's tau_b Skoring gejala klinik Skoring gejala klinik r 1,000,150 p,272 r,150 1,000 p,272

Berdasarkan uji korelasi Kendall'tau_b nilai signifikan (p) = 0,272 > 0,05 dan koefisien korelasi (r) = 0,150 yang berarti bahwa ada hubungan positif lemah dengan nilai kemaknaanm yang rendah antara gambaran dan skoring gejala klinik pada penderita dengan dugaan sinusitis Tabel 8. Distribusi korelasi hubungan antara dan gejala klinik nyeri kepala/wajah pada penderita dengan dugaan sinusitis Kendall's tau_b Nyeri Kepala/ Wajah Nyeri Kepala/ Wajah r 1,000 -,004 p,980 r -,004 1,000 p,980 Berdasarkan uji korelasi Kendall'tau_b nilai signifikan (p) = 0,980 > 0,05 dan koefisien korelasi (r) = -0,004 berarti bahwa ada hubungan negatif yang lemah dengan nilai kemaknaan yang sangat rendah antara gambaran dan gejala klinik nyeri kepala/wajah pada Tabel 9. Distribusi korelasi hubungan antara dan gejala klinik pilek pada maksilaris Kendall' s tau_b Berdasarkan uji korelasi Kendall'tau_b, nilai signifikan (p) = 0,775 > 0,05 dan koefisien korelasi (r) = -0,040 yang berarti bahwa ada hubungan negatif yang lemah dengan nilai kemaknaan yang sangat rendah antara gambaran dan gejala klinik pilek pada Tabel 10. Distribusi korelasi hubungan antara dan hidung buntu pada penderita dengan dugaan sinusitis Kendall' s tau_b Pilek Buntu Pilek r 1,000 -,040 p,775 r -,040 1,000 p,775 Buntu r 1,000,111 p,435 r,111 1,000 p,435

Berdasarkan uji korelasi Kendall'tau_b, nilai signifikan (p) = 0,435 > 0,05 dan koefisien korelasi (r)= 0,111 yang berarti bahwa ada hubungan positif lemah dengan nilai kemaknaan yang rendah antara gambaran dan gejala klinik hidung buntu pada penderita dengan dugaan sinusitis Tabel 11. Distribusi korelasi hubungan antara dan keluar sekret dari hidung pada Kendall's tau_b Sekret Dari Sekret Dari r 1,000,224 p,114 r,224 1,000 p,114 Berdasarkan uji korelasi Kendall'tau_b, nilai p = 0,114 > 0,05, dan koefisien korelasi (r) = 0,22 yang berarti bahwa ada hubungan positif lemah dengan nilai kemaknaan yang rendah antara gambaran dan keluar sekret dari hidung pada penderita dengan dugaan sinusitis SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Oktober 2012-30 September 2013 dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji korelasi antara gambaran dan gejala klinik pada penderita dengan dugaan sinusitis maksilaris didapatkan ada hubungan positif lemah dengan nilai kemaknaan yang rendah antara gambaran dan gejala klinik pada penderita dengan dugaan sinusitis SARAN Dianjurkan pada penderita dengan gejala klinik sinusitis maksilaris untuk melakukan pemeriksaan dan Kepada BPJS agar dapat membiayai pemeriksaan dimana pemeriksaan ini sangat disarankan untuk maksilaris, karena mendiagnosis berdasarkan gejala klinik dan dengan melakukan pemeriksaan hasil diagnosisnya dapat berbeda. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr Olivia C. Pelealu, Sp.THT-KL dan DR. dr. Erwin Kristanto, SH, Sp.F selaku penguji 1 dan penguji 2 atas masukan dan saran, serta kepada pihakpihan yang secara langsung atau tidak langsung telah memberikan gagasan dan ide kepada penulis. DAFTAR PUSTAKA 1. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus Paranasal.Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-6. Jakarta : FK UI, 2007; p. 145-53. 2. Sinusitis. Dalam: Mansjoer A, Triyanti K, savitri R, Wardhani W, Setiowulan W, editor. Kapita selekta kedokteran, Jilid 1. Edisi ke-3. Media Aesculaplus FKUI. Jakarta. 2001; hal 102-6. 3. Posuma AH. Gambaran pada maksilaris di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-biomedik (emb). 2013;1:129-34. 4. Tandiyo DK, Rochman F, Maria P, Surarso B, Kristyono I. Perbedaan hasil terapi low level laser therapy dosos 2 J/cm 2 dan 4 J/cm 2 pada penderita sinusitis maksilaris akut rinogen. CDK. 2012;39:656-8. 5. Ranchman MD. Sinus paranasal. Dalam: Rasad. S. Radiologi diagnostic. Edisi ke- 2. Jakarta : FKUI; 2005. p. 431-8.

6. Arivanlagan P, Rambe A. Gambaran rinosinusitis kronik di RSUP Haji Malik Tahun 2011. E-Jurnal FK-USU. 2013;1:1. 7. Septiwati M, Taher A, Rahayu U. Hubungan infeksi gigi rahang atas dengan kejadian rhinosinusitis maksilaris di RSUD Raden Matteaher Jambi. The jambi medical journal. 2013;1:1. 8. Farhat. Peran infeksi gigi rahang atas pada kejadian sinusitis maksilaris di RSUP H. Adam Malik Medan. Majalah kedokteran nusantara. 2006;39:386-92.