BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1. membiayai dan mengembangkan proyek-proyeknya sehingga meningkatkan. dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN INFORMASI KEUANGAN TERHADAP ABNORMAL RETURN

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. antara investor dengan perusahaan yang dilakukan melalui perdagangan instrumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dedi Aji Hermawan (2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. mengambil keputusan investasi. Keuntungan dan kerugian yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan

BAB II LANDASAN TEORI, STUDI LITERATUR TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hendrianto (2012) Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merger dan akuisisi. Merger merupakan salah satu strategi perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dampak globalisasi di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sekarang. Penelitian terdahulu meliputi : Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Widya Trisnawati adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. perbedaan yang mendukung penelitian berikut ini:

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transaksi asset keuangan jangka panjang atau long-term financial asset.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana. Agar para investor mau menanamkan dananya maka

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Dalam bisnis setiap

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hartono (2014:623), studi peristiwa (event study) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. akses informasi (Widoatmodjo, 1996: 31). Semakin cepat dan semakin banyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut

1 BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. debt to equity ratio, arus kas operasi, return on assets dan earnings terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan. keputusan dan pertanggungjawaban (accountability). Menurut Kamus

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. investasi pada suatu perusahaan. Menurut (Ang, 1997 dalam Adiliawan, 2010)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB I PENDAHULUAN. investor yaitu laba dan rugi. Setiap investor selalu berupaya mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bisnis seperti sebuah perusahaan juga ikut terpengaruh dalam pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. suatu bentuk pasar dalam pasar keuangan. Pasar modal sebagai media yang sangat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi. Return merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bursa Efek Indonesia telah menjadi penting dari berkembangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi karena harga saham menunjukkan prestasi emiten, pergerakan harga

BAB I PENDAHULUAN. berharga) melakukan transaksi di pasar modal. Prospek laba yang di masa

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang ingin dicapainya melalui keputusan investasi yang diambilnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan menjadi pihak sentral yang berperan di pasar modal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Asimetri informasi dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut Husnan (2001) secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Husnan (2001) juga berpendapat bahwa pasar modal memiliki beberapa daya tarik, yakni pertama pasar modal diharapkan akan dapat menjadi alternatif penghimpunan dana selain perbankan. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai investasi yang sesuai dengan preferensi mereka. Pemodal (investor) dapat memilih investasi sesuai dengan risiko yang dapat ditanggung dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Pasar modal dapat berfungsi sebagai lembaga perantara yang mana fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak

yang mempunyai kelebihan dana. Selain itu, pasar modal memdorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang 14 kelebihan dana (investor) dapat memilih alternative investasi yang memberikan return yang paling optimal (Tandelilin, 2001). 2. Pasar Modal yang Efisien Para ahli ekonomi mengatakan bahwa pasar modal yang efisien adalah pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut maka akan sangat sulit bagi para pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan diatas normal secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di bursa efek. Efisiensi dalam artian ini sering juga disebut sebagai efisiensi pasar secara informasi yaitu bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi yang tersedia (Hartono, 2008). Jadi harga saham yang berlaku di pasar modal sudah merefleksikan semua informasi yang terjadi. Perubahan keyakinan investor atas informasi disebut juga dengan reaksi pasar yang berkaitan dengan konsep pasar efisien (Efficient markets hypothesis). Umumnya reaksi pasar ditunjukkan oleh perubahan harga saham melebihi kondisi normal sehingga menimbulkan return yang tidak normal atau abnormal return. Dengan demikian, return dapat menggambarkan reaksi investor terhadap adanya informasi. maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien (Hartono, 2010: 517). Fama dalam Hartono (2008) menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi yaitu informasi

masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat sebagai berikut: 15 1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form), yang menyatakan bahwa pasar dikatakan efisien jika harga-harga dari sekuritas mencerminkan secara penuh informasi masa lalu. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, harga-harga sekuritas di masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Dengan kata lain, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk memperoleh abnormal return. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form), yang menyatakan bahwa harga saham secara lengkap menggambarkan semua informasi yang tersedia di pasar, sebagai tambahan terhadap informasi harga di masa lalu. Pernyataaan ini berarti bahwa strategi perdagangan yang melakukan analisis terhadap informasi yang tersedia di pasar tidak akan menghasilkan abnormal return dalam jangka waktu yang lama. 3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form), yang menyatakan bahwa harga saham menggambarkan semua informasi yang relevan bagi perusahaan, baik informasi yang dipublikasikan maupun informasi yang tidak dipublikasikan (misalnya informasi yang hanya dimiliki oleh manajer, direktur, atau analis keuangan). Pernyataan ini menunjukkan bahwa tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh abnormal return karena memiliki informasi privat. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai

perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan 16 abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya return yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar. Pengumuman peristiwa (informasi CSR dan keuangan) Ada abnormal return Tidak ada abnormal return Ada kandunga n Tidak ada kandunga n Gambar 1 Kandungan Informasi Sumber: Hartono (2008: 530) 2.1.2 Abnormal Return Abnormal return merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai guna melihat keadaan pasar yang sedang terjadi. Efisiensi pasar diuji dengan melihat return tidak normal (abnormal return) yang terjadi. Pasar dikatakan tidak efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati return yang tidak normal dalam jangka waktu yang cukup lama. (Hartono, 2009) mendefinisikan Abnormal return atau excess return sebagai selisih antara actual return dan expected return. Abnormal return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan. Sedangkan

abnormal return akan negatif jika return yang didapatkan lebih kecil dari return 17 yang diharapkan. Rumus untuk menghitung abnormal return: AR i,t = R i,t E(R i,t ) Keterangan: AR i,t R i,t E(R i,t ) = Abnormal return saham i pada periode peristiwa t = Actual return saham i pada periode peristiwa ke-t = Expected return saham i pada periode peristiwa ke-t 1. Return Realisasi (Actual return) Tujuan investor berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor resiko investasi yang harus dihadapinya. Menurut Tandelilin (2001: 47) return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas imbalannya. Return investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital gain atau capital loss, karena dalam penelitian ini merupakan selisih dari harga investasi sekarang dengan harga periode sebelumnya, atau dapat dihitung dengan rumus: Dimana: R i,t = P i,t P i,t-1 P i,t-1 R i,t P i,t = Actual return untuk saham i pada periode ke-t = Harga saham i pada periode ke-t P i,t-1 = Harga saham i pada periode t-1 2. Return yang diharapkan (Expected return)

Menurut Brown dan Warner (1985) dalam Hartono (2008: 550) return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh 18 investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Untuk menghitung expected return dapat menggunakan model estimasi mean-adjusted model, market model, dan market-adjusted model. 1) Model disesuaikan rata-rata (mean adjusted model) menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Return yang diharapkan dihitung dengan cara membagi return realisasi suatu perusahaan pada periode estimasi dengan lamanya periode estimasi. 2) Model pasar (market model), perhitungan return ekspektasi dilakukan dengan dua tahap yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi selama periode window. Model ekspektasi dihitung dengan menjumlahkan nilai ekspektasi return yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar, tingkat keuntungan indeks pasar, dan bagian return yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar. 3) Model disesuaikan pasar (market adjusted model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Periode estimasi tidak perlu digunakan untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

Dalam penelitian ini, expected return dihitung dengan menggunakan Market adjusted model karena model ini mengestimasi return sekuritas sebesar return 19 indeks pasarnya sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi. E (R i,t ) = RM t Dimana: E (R i,t ) = I HSG t I HSG t 1 I HSG t 1 Keterangan: E (R i,t ) I HSG t = Return pasar (expected return) saham i pada periode ke-t.. = Indeks harga saham gabungan pada periode ke-t. I HSG t 1 = Indeks harga saham gabungan pada periode ke t-1 2.1.3 Informasi Keuangan Laporan keuangan merupakan sumber informasi keuangan yang bertujuan untuk membantu para pengguna sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi dimasa yang akan datang. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan-catatan integral dari laporan keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan untuk menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja serta arus kas perusahaaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusankeputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas

penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). 20 Para pemakai laporan keuangan ini menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda yang meliputi pemegang saham, investor, manajer, karyawan, pemasok dan kreditur, pelanggan, pemerintah, karyawan dan masyarakat. Informasi yang berbeda contohnya seperti pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan perusahaan, pemegang saham akan menilai kinerja manajemen sebagai pihak yang diberi tanggung jawab untuk menjalankan dana pemegang saham. Investor memerlukan informasi keuangan untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasinya. Karyawan berkepentingan terhadap informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, di samping itu untuk melihat rencana pensiun di masa depan (Prastowo dan Rifka, 2008: 4). 2.1.4 Informasi Laba Akuntansi Yadiati (2007: 91) menyatakan bahwa laba akuntansi dari segi sintaktis merupakan selisih antara pendapatan dan beban yang diakui selama suatu periode akuntansi. Laba dianggap timbul bila terjadi kenaikan nilai dari kekayaan bersih sebagai akibat adanya transaksi. Sedangkan laba akuntansi dari segi pragmantik didefinisi sebagai alat prediksi dan alat pengendalian manajemen. Laba sebagai alat prediksi berarti angka laba dapat memberi informasi sebagai alat untuk menaksir dan menduga aliran kas untuk pembagian dividen dan sebagai alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menaksir earning power dan nilai

perusahaan dimasa yang akan datang. Laba sebagai alat pengendalian manajemen 21 digunakan sebagai tolak ukur bagi manajemen dalam mengukur kinerja manajer atau divisi dari suatu perusahaan. Menurut PSAK 46, laba akuntansi didefinisikan sebagai laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Laba akuntansi merupakan ukuran kinerja yang sering digunakan oleh banyak pihak seperti perusahaan, investor, kreditor, dan lain-lain. Dengan informasi laba akuntansi bisa diketahui performa perusahaan selama suatu periode akuntansi. Selain itu, investor bisa menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang akan dibagi dalam bentuk dividen. Jika laba akuntansi suatu perusahaan menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, maka investor akan tertarik untuk menginvestasi dana pada perusahaan tersebut. Menurut Muqodim (2005: 131) dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba bersih. Sehingga dalam menentukan besarnya laba akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba bersih. Laba bersih memang mendapat perhatian lebih banyak dari investor karena laba bersih dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang rill serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola usahanya yang diukur dengan besarnya tingkat laba yang dihasilkan selama periode akuntansi. 2.1.5 Informasi Arus kas

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 menyatakan bahwa informasi arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pengguna laporan 22 keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pengguna perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian diperolehnya (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Menurut Kieso et al (2011: 1242) menyatakan bahwa tujuan utama dari laporan arus kas adalah untuk memberi informasi tentang penerimaan kas dan pembayaran kas entitas selama satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 menyatakan bahwa laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan dan pengeluaran kas kedalam komponen arus kas yang terdiri dari 3 aktivitas utama yaitu: a. Arus kas dari aktivitas operasi Arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. PSAK No. 2 paragraf 12 menjelaskan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. b. Arus kas dari aktivitas investasi

Arus kas dari aktivitas investasi merupakan arus kas yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi investasi dalam aktiva tidak lancar (aktiva tetap). PSAK 23 No. 2 paragraf 15 menjelaskan bahwa pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. c. Arus kas dari aktivitas pendanaan Arus kas dari aktivitas pendanaan merupakan arus kas yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi modal dan hutang perusahaan. PSAK No. 2 paragraf 16 menjelaskan bahwa pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan karena berguna untuk memprediksi klaim arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. 2.1.6 Return On Equity (ROE) Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. (Harahap, 2009: 297). Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dengan menggunakan Return On Equity (ROE). ROE adalah rasio yang sangat penting bagi para pemilik perusahaan yang rasio ini dapat mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam menghasilkan keuntungan/pengembalian kepada ekuitas/modal para pemegang saham. Semakin tinggi nilainya, maka

perusahaan semakin baik dalam meningkatkan kekayaan pemegang saham, sebaliknya jika nilai ROE menurun maka bukti bahwa investasi baru yang 24 dilakukan perusahaan memiliki nilai ROE yang lebih rendah dibandingkan investasi masa lalu. Tingkat pengembalian yang tinggi ini akan menunjukkan keberhasilan perusahaan sehingga dapat menghasilkan peningkatan harga saham. Hal ini mengakibatkan perusahaan dapat mudah menarik dana baru dan melakukan ekspansi usaha yang pada akhirnya menghasilkan peningkatan keuntungan perusahaan (Mulyono, 2008 ). 2.1.7 Teori Corporate Sosial Responsibility 1) Teori Sinyal (Signaling Theory) Suatu informasi dapat dikatakan bermanfaat apabila informasi tersebut benarbenar atau seakan-akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai yang dituju, yang ditunjukkan adanya asosiasi antara peristiwa (event) dengan return, harga atau volume saham di pasar modal (Suwardjono, 2005). Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Asimetri informasi terjadi jika manajemen tidak menyampaikan semua informasi yang diperoleh secara penuh sehingga mempengaruhi nilai perusahaan yang terefleksi pada perubahan harga saham karena pasar akan merespon informasi yang ada sebagai sinyal. Untuk mengurangi asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki, baik informasi keuangan maupun non

keuangan. Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan adalah informasi tentang tanggungjawab sosial perusahaan atau corporate social 25 responsibility. Informasi ini dapat dimuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial perusahaan terpisah. Perusahaan melakukan pengungkapan corporate social responsibility dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan (Rustiarini, 2010). 2) Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Teori stakeholder adalah teori yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat kepada seluruh stakeholdernya (Ghozali dan Chariri, 2007). Dengan demikian keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholders kepada perusahaan tersebut. Menurut Freeman (2001) dalam Muid (2011) menyatakan teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja (stakeholder) perusahaan bertanggungjawab. Perusahaan tidak hanya bertanggungjawab terhadap para pemilik (shareholder) dengan sebatas pada indikator ekonomi (economic focused) namun bergeser menjadi lebih luas yaitu sampai pada sosial kemasyarakatan (stakeholder) dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions), sehingga muncul istilah tanggungjawab sosial (social responsibility). Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholdernya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk

aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Ghozali dan Chariri, 2007). Salah satu strategi untuk menjaga 26 hubungan dengan para stakeholder perusahaan adalah melaksanakan CSR, dengan pelaksanaan CSR diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya. Hubungan yang harmonis akan berakibat pada perusahaan dapat mencapai keberlanjutan atau kelestarian perusahaannya (sustainability). 3) Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memposisikan diri ditengah lingkungan masyarakat yang semakin maju (Hadi, 2011: 87). Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik fisik maupun non fisik. O Donovan (2002) dalam Hadi (2011: 87) berpendapat bahwa legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk mempertahankan hidup (going concern). Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungannya tempat perusahaan beroperasi. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang

menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice dan bagaimana menanggapi 27 berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dalam kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Haniffa et al., 2005 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). Pelaksanaan program CSR oleh perusahaan tidak terlepas dari keinginan perusahaan untuk mendapatkan feedback. Feedback tersebut adalah disamping praktik tanggung jawab sosial (social responsibility) yang merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat, juga diharapkan dapat memberi dan meningkat legitimasi dan transaksi bagi perusahaan (Milne dan Patten, 2002). Uraian diatas menjelaskan bahwa teori legitimasi merupakan salah satu teori yang mendasari pengungkapan CSR. Pengungkapan CSR dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari masyarakat. 2.1.8 Corporate Social Responsibility Pada dasarnya tanggungjawab sosial perusahaan merupakan bentuk perhatian perusahaan pada lingkungan disekitarnya karena dampak yang terjadi akibat kegiatan operasional perusahaan. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders

dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, 28 konsumen, dan lingkungan. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (Nugroho, 2007). Menurut The World Business Council for Sustainable Development dalam (Cheng dan Christiawan, 2011), menjelaskan CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak secara etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat secara luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya. Definisi CSR menurut Badan Standarisasi Internasional yakni ISO 26000 yang disahkan sejak Nopember 2010 ini secara lengkap mendefinisikan CSR adalah tanggungjawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CSR adalah suatu komitmen perusahaan untuk melakukan praktek bisnis yang terbuka dan transparan berdasarkan nilai-nilai etika, terintegrasi dengan lingkungan, peduli terhadap karyawan, komunitas lokal dan lingkungan sosial secara keseluruhan

demi meningkatkan kualitas hidup. Konsep CSR merujuk bahwa perusahaan 29 bukan hanya organisasi yang mencari profit saja, tetapi juga mempunyai peranan dalam memberikan kontribusi terhadap masyarakat serta lingkungan sekitar dalam jangka panjang. Dengan melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan dan lingkungannya untuk membentuk suistainable society. Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat memberikan berbagai manfaat potensial bagi perusahaan. Badan Standarisasi Internasional yakni ISO 26000 yang disahkan sejak Nopember 2010 ini menyatakan manfaat CSR bagi perusahaan yaitu: 1. Mendorong lebih banyak informasi dalam pengambilan keputusan berdasarkan peningkatan pemahaman terhadap ekspektasi masyarakat, peluang jika kita melakukan tanggung jawab sosial (termasuk manajemen risiko hukum yang lebih baik) dan risiko jika tidak bertanggung jawab secara sosial. 2. Meningkatkan praktek pengelolaan risiko dari organisasi. 3. Meningkatkan reputasi organisasi dan menumbuhkan kepercayaan publik yang lebih besar. 4. Meningkatkan daya saing organisasi. 5. Meningkatkan hubungan organisasi dengan para stakeholder dan kapasitasnya untuk inovasi, melalui paparan perspektif baru dan kontak dengan para stakeholder.

6. Meningkatkan loyalitas dan semangat kerja karyawan, meningkatkan keselamatan dan kesehatan baik karyawan laki-laki maupun perempuan dan 30 berdampak positif pada kemampuan organisasi untuk merekrut, memotivasi dan mempertahankan karyawan. 7. Memperoleh penghematan terkait dengan peningkatan produktivitas dan efisiensi sumber daya, konsumsi air dan energi yang lebih rendah, mengurangi limbah, dan meningkatkan ketersediaan bahan baku. 8. Meningkatkan keandalan dan keadilan transaksi melalui keterlibatan politik yang bertanggung jawab, persaingan yang adil, dan tidak adanya korupsi. 9. Mencegah atau mengurangi potensi konflik dengan konsumen tentang produk atau jasa. 10. Memberikan kontribusi terhadap kelangsungan jangka panjang organisasi dengan mempromosikan keberlanjutan sumber daya alam dan jasa lingkungan. 11. Kontribusi kepada masyarakat dan untuk memperkuat masyarakat umum dan lembaga. 2.1.9 Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan terhadap masyarakat. Konsep CSR melibatkan tanggungjawab kemitraan bersama antara perusahaan, pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, serta komunitas setempat (Rustiarini, 2010).

Menurut Ghozali dan Chariri (2007) pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan merupakan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk 31 mengungkapkan informasi berkaitan dengan kegiatan perusahaan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut memperluas tanggungjawab organisasi, dalam hal ini perusahaan di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Pengungkapan CSR merupakan bagian dari akuntansi pertanggung jawaban sosial yang mengkomunikasikan informasi sosial kepada stakeholder. Menurut Guthrie dan Parker (1990) sebagaimana dikutip oleh Sayekti dan Wondabio (2007), pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomis dan politis. Selain itu juga, akuntansi pertanggungjawaban sosial dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontribusi positif maupun negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya. Bentuk pengungkapan pada dasarnya bersifat wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Perusahaan yang memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan dan masyarakat akan mengungkapkan lebih banyak informasi sosial seperti yang disebutkan dalam UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 bahwa: 1. Perseroan yang menjalankan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan.

2. Tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai 32 biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. 3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggungjawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. 2.1.10 Industri High Profile Perusahaan-perusahaan high profile, pada umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi untuk bersinggungan dengan kepentingan luas. Masyarakat umumnya lebih sensitif terhadap tipe industri ini karena kelalaian perusahaan dalam pengamanan proses produksi dan hasil produksi dapat membawa akibat yang fatal bagi masyarakat. Perusahaan high profile juga lebih sensitif terhadap keinginan konsumen atau pihak lain yang berkerpentingan terhadap produknya. Adapun perusahaan yang tergolong dalam perusahaan high profile pada umumnya mempunyai sifat: memiliki jumlah tenaga kerja yang besar, dalam proses produksinya mengeluarkan residu, seperti limbah cair dan polusi udara. Contoh perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri high profile antara lain perusahaan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman,

media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan serta transportasi dan pariwisata (Zuhroh dan Sukmawati, 2003). 33 2.1.11 Penelitian Terdahulu Tabel 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Metode No Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian analisis 1. Daniati dan Variabel dependen: Regresi arus kas investasi, laba Suhairi expected return berganda kotor dan ukuran (2006) Variabel independen: perusahaan berpengaruh komponen laporan terhadap expected return arus kas, informasi saham, sedangkan arus laba dan ukuran kas operasi tidak perusahaan berpengaruh terhadap 2. Djam an (2011) 3. Nelvianti (2013) 4. Sayekti dan Wondabio (2007) Variabel dependen: abnormal return Variabel independen: laba akuntansi, informasi arus kas dan size perusahaan Variabel dependen: abnormal return Variabel independen: komponen laporan arus kas, informasi laba dan ukuran perusahaan Variabel dependen: Cumulative abnormal return (CAR) Variabel independen: CSR dan UE (Unexpected Earnings) Regresi berganda Regresi berganda Regresi berganda dengan metode ordinary least square (OLS) cross- expected return saham Arus kas operasi, investasi, laba dan size perusahaan berpengaruh terhadap abnormal return sedangkan arus kas pendanaan tidak berpengaruh dengan abnormal return Arus kas pendanaan berpengaruh sedangkan arus kas operasi, investasi, informasi laba dan size perusahaan tidak berpengaruh terhadap abnormal return CSR berpengaruh negatif terhadap earning response coefficient dan CSR memiliki dampak positif dan signifikan terhadap reaksi pasar

5. Cheng dan Christiawan (2011) 6 Nurdin dan Cahyadinto (2006) 7. Dahlia dan Siregar (2008) 8. Mulyono (2008) 9. Silalahi (2009) Variabel dependen: abnormal return Variabel independen: pengungkapan CSR Variabel kontrol: ROE dan PBV Variabel dependen: Abnormal return dan volume perdagangan saham Variabel independen: Tema-tema sosial dan lingkungan: keterlibatan masyarakat, sumber daya manusia, lingkungan dan sumber daya fisik, serta produk atau jasa Variabel dependen: ROE dan cumulative abnormal return Variabel independen: CSR Sumber: data yang telah diolah Variabel dependen: Abnormal return Variabel independen: NPM, ROE, PBV, TA, OCF, CR, DER, TATO Variabel dependen: Total liabilities, ROE, NPM Variabel independen Abnormal return sectional Regresi berganda Analisis jalur (path analysis) Regresi berganda Regresi berganda Regresi berganda Pengungkapan CSR dan 34 ROE berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. Sedangkan PBV tidak berpengaruh pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan berpengaruh signifikan terhadap abnormal return dan volume perdagangan saham pada perusahaan yang masuk kategori high profile selama periode 2004 Pengungkapan CSR berpengaruh terhadap ROE+1 sedangkan CSR tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return Variabel ROE, NPM, PBV, TA, TATO, DER, OCF dan CR berpengaruh terhadap abnormal return Variabel Total liabilities berpengaruh terhadap abnormal return sedangkan ROE, NPM tidak berpengaruh terhadap abnormal return Penelitian ini mengadopsi dari beberapa penelitian terdahulu yakni pengungkapan CSR, laba akuntansi, arus kas operasi, investasi, pendanaan serta

return on equity dan abnormal return. Hal yang membedakan penelitian ini dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah sampel penelitian yang digunakan, tahun 35 pengamatan dan pengembangan pengukuran variabel-variabel. 2.2 Rerangka Pemikiran Suatu informasi dapat dikatakan mempunyai nilai guna bagi investor apabila informasi tersebut memberikan reaksi untuk melakukan transaksi di pasar modal. Hal ini dapat dilihat dari abnormal return yang merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai guna melihat keadaan pasar yang sedang terjadi (Hartono, 2009). Berdasarkan teori pasar yang efisien dikatakan bahwa informasi yang tersedia dipasar tercermin didalam harga pasar. Pasar efisien di uji dengan melihat return tidak wajar atau abnormal return yang terjadi. Pasar dikatakan tidak efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati return tidak normal dalam jangka waktu yang cukup lama (Hartono, 2010: 579). Oleh karena itu, diharapkan investor mempertimbangkan informasi yang tercantum dalam laporan tahunan yang meliputi informasi CSR dan laporan keuangan yan diproksi dengan rasio keuangan serta laporan arus kas. Apabila informasi CSR, laba akuntansi, arus kas operasi, investasi, pendanaan, dan ROE dapat dipertimbangkan investor dalam pengambilan keputusan yang diikuti dengan kenaikan pembelian saham perusahaan sehingga terjadi kenaikan harga saham yang melebihi return yang diekpektasikan oleh investor sehingga pada akhirnya informasi tersebut merupakan informasi yang memberikan nilai tambah bagi investor dan menyebabkan abnormal return.

36 Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat digambarkan rerangka pemikiran penelitian sebagai berikut: Pasar Modal (Investor) Keputusan Investasi Informasi yang Dibutuhkan Annual Report Perusahaan Informasi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Informasi Keuangan Laba Akuntansi (LAK) Arus Kas Operasi (AKO) Arus Kas Investasi (AKI) Arus Kas Pendanaan (AKP) Return On Equity (ROE) Harga Saham Return Saham Abnormal Return Gambar 2 Rerangka Pemikiran Teoretis

37 2.3 Perumusan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Abnormal Return Pengungkapan CSR diharapkan memiliki kandungan informasi, sehingga pasar atau investor akan bereaksi setelah pengumuman itu diterima. Signal positif ini diharapkan dapat menghasilkan respon positif dari pasar. Reaksi investor menurut Hartono (2009) dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Adapun reaksi investor beragam atas sebuah informasi. Informasi yang memberikan keyakinan atas prospek perusahaan yang bagus di masa yang akan datang akan direspon dengan peningkatan harga saham. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh terhadap abnormal return. Penelitian yang mendukung adanya hubungan antara CSR dengan abnormal return adalah penelitian oleh Cheng dan Christiawan (2011) menemukan bahwa secara simultan dan parsial CSR berpengaruh terhadap abnormal return. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2007) yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan CSR memiliki dampak positif dan signifikan terhadap reaksi pasar (abnormal return). Demikian juga penelitian Nurdin dan Cahyandito (2006) menunjukkan bahwa pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan berpengaruh signifikan terhadap reaksi investor yang diukur dengan abnormal

return dan volume perdagangan saham pada perusahaan yang masuk kategori 38 high profile selama periode 2004. 2.3.2 Pengaruh Laba Akuntansi terhadap Abnormal Return Pada dasarnya kenaikan atau penurunan permintaan saham tidak terlepas dari berbagai informasi. Salah satu informasi tersebut berkaitan dengan informasi laba yang tercermin dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Informasi laba digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen dalam suatu periode tertentu, dimana semakin besar laba maka kinerja perusahaan akan dinilai semakin baik oleh investor. Perusahaan yang mengalami laba akan dapat dikatakan telah melakukan kinerja keuangan dengan baik dan akan memengaruhi ekspektasi para investor untuk memperoleh pembagian laba dalam bentuk dividen. Selanjutnya ekspektasi tersebut akan memengaruhi perilaku investor dalam melakukan transaksi di bursa. Suatu pengumuman yang mengandung informasi yang relevan akan memberikan reaksi terhadap pasar. Reaksi pasar diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga dengan menghitung abnormal return. Secara teori jika perusahaan memperoleh laba yang semakin besar, maka perusahaan akan mampu membagikan dividen yang semakin besar dan akan berpengaruh secara positif terhadap return saham yang akan diharapkan investor sehingga berdampak pada abnormal return. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Djam an (2011) membuktikan bahwa adanya hubungan positif antara laba akuntansi terhadap abnormal return. Hal ini mengindikasikan bahwa

39 informasi mengenai laba perusahaan masih banyak dipakai oleh investor dalam menilai kinerja perusahaan walaupun terdapat informasi yang lain. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa profitabilitas yang tinggi memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan nilai perusahaan di masa yang akan datang. 2.3.3 Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Abnormal Return Dalam kondisi normal arus kas operasi bertanda positif, artinya lebih banyak kas masuk dibanding kas keluar. Arus kas positif berarti penerimaan dari penjualan mampu menutupi seluruh pengeluaran operasi bersifat rutin. jika dalam sebuah perusahaan dengan arus kas negatif dari berbagai kegiatan usahanya tidak akan sanggup menangguk kas dari sumber lainnya. Investor menanamkan modalnya pada sebuah perusahaan mengharapkan return yang tinggi yang akan diterimanya. Calon investor akan melihat bagaimana kinerja suatu perusahaan dan bagaimana imbalannya terhadap investor, salah satu yang dijadikan alat ukur investor adalah arus kas operasional. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan meningkatkan arus kas dari aktivitas operasi memengaruhi ekspektasi investor untuk memperoleh arus kas setiap periode. Secara teori Semakin tinggi arus kas operasional perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai return saham yang pada akhirnya bisa dijadikan dasar dalam memprediksi abnormal return suatu saham. Hasil penelitian terdahulu oleh Djam an (2011) menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh terhadap

abnormal return yang menandakan adanya hubungan yang positif antara variabel 40 arus kas operasi dengan saham. 2.3.4 Pengaruh Arus Kas Investasi terhadap Abnormal Return Aktivitas investasi adalah aktivitas yang menyangkut perolehan atau pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang tidak termasuk dalam setara kas, mencakup aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang tersebut serta memperoleh dan menjual investasi dan aktiva jangka panjang produktif. Aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Dalam kondisi normal arus kas investasi bertanda negatif yang artinya perusahaan lebih memilih untuk membeli peralatan, gedung, dan aset tetap dibanding dengan menjual asetnya sehingga perusahaan bertambah kapasitasnya yang berarti bahwa investor merespon positif terhadap perusahaan yang berinvestasi. Secara teori, semakin tinggi arus kas investasi perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai expected return saham yang akan berdampak pada abnormal return. Hasil penelitian terdahulu oleh Daniati dan Suhairi (2006) menunjukkan bahwa arus kas investasi berpengaruh terhadap expected return. Djam an (2011) menunjukkan bahwa arus kas investasi berpengaruh terhadap abnormal return. 2.3.5 Pengaruh Arus Kas Pendanaan terhadap Abnormal Return

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam 41 jumlah dan komposisi utang jangka panjang dan ekuitas perusahaan. Aktivitas ini terkait dengan bagaimana perusahaan memperoleh dana dari pihak luar seperti utang atau penjualan saham apabila dana dari internal perusahaan tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan investor menyediakan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian atas investasi mereka setelah mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan (expected return) dan resiko. Pengembalian (return) adalah bagian investor ekuitas atas laba perusahaan dalam bentuk distribusi laba. Distribusi laba adalah pembayaran deviden kepada pemegang saham. Sehingga peningkatan arus kas pendanaan ini berarti perusahaan mempunyai banyak dana untuk mengembangkan usahanya dan meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja tersebut berdampak positif terhadap return yang diterima oleh investor. Secara teori, semakin tinggi arus kas pendanaan perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut dan semakin besar pula return saham yang diharapkannya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arus kas pendanaan berpengaruh positif terhadap return saham yang akan berdampak pada abnormal return. Hasil penelitian terdahulu oleh Nelvianti (2013) menunjukkan bahwa arus kas pendanaan berpengaruh terhadap abnormal return. 2.3.6 Pengaruh ROE terhadap Abnormal Return

Return on Equity (ROE) adalah salah satu rasio profitabilitas yang membandingkan laba bersih (net income) dengan total stokholder s equity 42 perusahaan. Investor selalu berharap untuk mendapatkan ROE yang tinggi, akan tetapi harapan investor ini tidak selalu sesuai dengan kenyataannya karena adanya faktor resiko. ROE yang tidak terduga atau tidak sesuai dengan ekspektasi dari investor dapat membuat pasar bereaksi yang ditunjukan dengan adanya abnormal return. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin tinggi ROE perusahaan maka semakin besar peluang para investor untuk memperoleh laba bersih dari setiap modal yang diinvestasikan sehingga akan direspon positif oleh pasar yang tercermin dalam abnormal return. Sebaliknya, semakin rendah ROE perusahaan berarti semakin kecil peluang pemilik perusahaan memperoleh keuntungan dari laba bersih untuk setiap modal yang diinvestasikan sehingga akan direspon negatif oleh pasar (Cheng dan Christiawan, 2011). Hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh ROE terhadap abnormal return telah diteliti oleh Mulyono (2008) dan Cheng dan Christiawan, 2011) bahwa ROE berpengaruh terhadap abnormal return. Dari uraian-uraian tersebut dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: H 1 : H 2 : H 3 : H 4 : H 5 : Terdapat pengaruh pengungkapan CSR terhadap abnormal return Terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap abnormal return Terdapat pengaruh arus kas operasi terhadap abnormal return Terdapat pengaruh arus kas investasi terhadap abnormal return Terdapat pengaruh arus kas pendanaan terhadap abnormal return

H 6 : Terdapat pengaruh ROE terhadap abnormal return BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Jenis penelitian ini adalah metode kuantitatif yang menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data sekunder dengan menggunakan prosedur statistik. Penelitian ini menguji hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan go publik yang terdaftar di BEI pada periode 2008-2010. 3.2 Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan sebagai objek penelitian (Sekaran, 2006: 123). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan high profile yang terdaftar di BEI pada periode 2008-2010. Pertimbangan untuk memilih perusahaan high profile adalah karena pada umumnya perusahaan high profile memperoleh sorotan dari masyarakat karena