Marthen P. Sirappa. Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr. Soplanit, Rumah Tiga, Ambon 97234

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PENGKAJIAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN ABSTRAK PENDAHULUAN

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64

Keywords: assistance, SL-PTT, rice Inpari, increased production

INTRODUKSI DAN ANALISA USAHA TANI VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI INPARI 12 DI TANAH SEPENGGAL KABUPATEN BUNGO JAMBI

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009)

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

Abstrak

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INOVASI TEKNOLOGI Menduku. Swasembada PADI, Jagung Dan Kedelai Di Provinsi Bengkulu

: Kasar pada sebelah bawah daun

KERAGAAN KOMPONEN HASIL DAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH VARIETAS INPARI 13 PADA BERBAGAI SISTEM TANAM

1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam 2. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

PENGARUH SISTEM TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH VARIETAS IR-66 DI SUMATERA BARAT

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI SISTEM TANAM LEGOWO DAN TEGEL DI KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG.

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL DAN GALUR HARAPAN PADI UMUR SANGAT GENJAH PADA MUSIM KEMARAU DAN MUSIM HUJAN DI KABUPATEN SRAGEN, JAWA TENGAH

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

DAYA HASIL TIGA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI KEBON AGUNG BANTUL THE POTENTIAL YIELD OF THREE NEW PADDY VARIETIES AT KEBON AGUNG BANTUL

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

Kata kunci: Varietas Unggul Baru (VUB), Inpari, produksi dan adopsi petani

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Sistem Tanam Terhadap Peningkatan Produksi Padi dan Pendapatan Petani di Kabupaten Bangka

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

KERAGAAN TANAMAN PADI BERDASARKAN POSISI TANAMAN TERHADAP KOMPONEN HASIL PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 ABSTRAK

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 34 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 5 CEVA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

Potensi Hasil Varietas Unggul Baru Padi Gogo Pada Lahan Kering Menunjang Peningkatan Produksi Beras Nasional di Kabupaten Garut

Pedoman Umum. PTT Padi Sawah

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KAJIAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KABUPATEN MADIUN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

Keragaan Hasil dan Keuntungan Usahatani Padi dengan Introduksi Varietas Unggul di Provinsi Banten

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

Syafri Edi dan Defira Suci Gusfarina Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi ABSTRACT

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 130/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG

PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 13 PADA BERBAGAI AGROEKOLOGI LAHAN SAWAH IRIGASI

Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto

Transkripsi:

SIRAPPA: Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Padi KAJIAN PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI MELALUI PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN Assessment of Improved Rice Cultivation Technology Through the Use of Superior Variety and Planting System Jajar Legowo in Increasing Rice Productivity to Support Food Self-Sufficiency Marthen P. Sirappa Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr. Soplanit, Rumah Tiga, Ambon 97234 ABSTRACT Sirappa, M.P. 2011. Assessment of Improved Rice Cultivation Technology Through the Use of Superior Variety and Planting System Jajar Legowo in Increasing Rice Productivity to Support Food Self-Sufficiency. Jurnal Budidaya Pertanian 7: 79-86. Assessment of superior variety and planting system jajar legowo was done at Waenetat and Waelo village, Waeapo, Buru district in 2007 planting season, from June until October 2007. The assessment was held at Prima Tani and outside of Prima Tani location. The area of Prima Tani location was 4 ha and outside Prima Tani location was 2 ha. Results of the assessment showed that implementation of integrated crop management (ICM) innovation technology by using superior variety and planting system jajar legowo, either direct seeded or transplanting system gave higher grain yield compared to farmers technology (non ICM). Superior varieties of Memberamo, Mekongga, Cigeulis, Ciherang, and IR66 which were grown by jajar legowo system, averagely gave higher grain yield (5.5-8.3 t ha -1 ) compared to farmers technology (4.0 t ha -1 ). ICM technology using superior variety and legowo planting system have a good prospect for development in Waeapo plain, Buru district and other location of rice production in Moluccas. Key words: Superior variety, planting system jajar legowo, integrated crop management (ICM), increasing productivity, food self-sufficiency PENDAHULUAN Permintaan terhadap beras sebagai makanan utama sebagian besar penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun. Menurut Swastika et al. (2000), proyeksi permintaan beras mengalami peningkatan dan pada tahun 2025 diperkirakan sampai 78 juta (Balai Penelitian Tanaman Padi, 2002), dan defisit beras diperkirakan sebesar 13,50% per tahun apabila tidak dilakukan peningkatan produktivitas dan perluasan areal panen. Arifin et al. (2000) melaporkan bahwa jika tidak terdapat terobosan teknologi yang efisien dan efektif, maka keamanan pangan akan terganggu. Lahan sawah merupakan andalan utama untuk menghasilkan padi, sebagai komoditas utama pendukung ketahanan pangan. Fluktuasi yang terjadi pada agroekosistem lahan sawah dalam aspek luas panen dan produktivitas, berpengaruh langsung terhadap fluktuasi perpadian. Penurunan produktivitas padi sawah per tahun selama periode 1993-2001 memperlihatkan diperlukannya penataan teknologi produksi yang lebih baik. Badan Litbang Pertanian (1998) melaporkan bahwa kontribusi terbesar dalam memenuhi permintaan beras melalui peningkatan produktivitas, yaitu 56,80%. Cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan produksi padi nasional secara berkelanjutan adalah meningkatkan produktivitas melalui ketepatan pemilihan komponen teknologi dengan memperhatikan kondisi lingkungan biotik, lingkungan abiotik serta pengelolaan lahan yang optimal oleh petani termasuk pemanfaatan residu dan sumberdaya setempat yang ada (Makarim & Las, 2005). Dalam upaya pencapaian target peningkatan produksi beras 2 juta ton pada tahun 2007 dan selanjutnya meningkat 5% per tahun hingga tahun 2009 adalah melalui penerapan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) padi sawah. Menurut Suryana (2005), PTT merupakan pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usahatani melalui penerapan komponen teknologi yang memiliki efek sinergis dan mengedepankan partisipasi petani sejak perencanaan sampai pada pengembangan. Pendekatan yang ditempuh dalam penerapan komponen PTT bersifat: 1) partisipatif; 2) dinamis; 3) spesifik lokasi; 4) keterpaduan; dan 5) sinergis antar komponen (Badan Litbang Pertanian, 2007). Sinergi antar komponen teknologi merupakan hal yang harus digali untuk mendapatkan output produksi yang lebih tinggi. Penerapan PTT didasarkan pada empat prinsip yaitu: 1) PTT merupakan suatu pendekatan pengelolaan 79

Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 7. No 2, Desember 2011, Halaman 79-86. sumberdaya tanaman, lahan dan air; 2) PTT memanfaatkan teknologi pertanian yang sudah dikembangkan dan diterapkan dengan memeperhatikan unsur keterkaitan sinergis antar teknologi; 3) PTT memeperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial ekonomi petani; dan 4) PTT bersifat partisipatif dimana petani terlibat secara langsung dalam memilih dan melakukan pengujian. Budidaya padi model PTT pada prinsipnya memadukan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang (sinergis) guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi usahatani. Sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen teknologi yang diintroduksikan dalam pengembangan model PTT. Sistem tanam ini mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan sistem tanam biasa (tegel), yaitu: 1) pada legowo 2:1, semua bagian rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir); 2) pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah; 3) terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas, atau untuk mina padi; dan 4) penggunaan pupuk lebih berdaya guna (Badan Litbang Pertanian, 2007). Keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh potensi sumberdaya lahan, ketepatan penggunaan dan cara pengelolaannya. Kebijakan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Juni 2005, menempatkan pertanian pada posisi strategis antara lain meningkatkan kesejahteraan petani dan pembangunan pedesaan melalui peningkatan produksi (BB Litbang SDL Pertanian, 2007). Berdasarkan uraian di atas dilakukan kajian perbaikan teknologi budidaya padi melalui penggunaan varietas unggul dan sistem tanam jajar legowo dalam meningkatkan produktivitas padi mendukung ketahanan pangan. METODE PENELITIAN Kegiatan dilakukan pada agroekosistem lahan sawah intensif di lokasi Prima Tani (Desa Waenetat) dan di luar lokasi Prima Tani (Desa Waelo), Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru pada MT. 2007, yaitu dari bulan Juni-Oktober 2007. Kajian terhadap varietas dan sistem tanam jajar legowo di lokasi Prima Tani dilakukan pada areal seluas 4 ha, sedangkan di luar lokasi Prima Tani seluas 2 ha. Varietas yang ditanam pada lokasi Prima Tani adalah Ciherang, Cigeulis, Mekongga, dan Memberamo, sedangkan pada lokasi di luar Prima Tani adalah IR 66. Pengolahan tanah pada lahan sawah adalah bajak 1-2 kali dan garu 2 kali dengan menggunakan hand traktor. Penanaman padi dilakukan dengan sistem tanam legowo 2:1 dan 4:1. Padi pada lokasi Prima Tani ditanam dengan sistem tapin (tanam pindah) 2:1, sedangkan pada lokasi di luar Prima Tani dengan sistem tabela (tanam benih langsung) 2:1 dan 4:1. Pada sistem tapin, umur bibit 20 hari dengan jumlah bibit sebanyak 2-3 batang per rumpun. Pupuk yang digunakan adalah urea 100 kg dan NPK Pelangi 300 kg ha -1. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan PHT. Pengatamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah malai/rumpun, jumlah gabah isi/malai, persentase gabah hampa, dan hasil gabah. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kajian pada Lokasi Prima Tani Rata-rata tinggi tanaman, jumlah anakan produktif/rumpun, persentase gabah hampa/malai, bobot 1.000 butir gabah, dan hasil gabah dari beberapa varietas unggul baru yang ditanam dengan sistem tanam pindah jajar legowo 2:1 (Tabel 1). Jumlah anakan produktif tertinggi diperoleh varietas Memberamo dan terendah pada varietas Cigeulis, sedangkan persentase gabah hampa tertinggi juga diperoleh pada varietas Memberamo dan terendah pada varietas Cigeulis. gabah dari varietas unggul yang ditanam dengan sistem legowo adalah 2:1 adalah 6,80 t GKP ha -1. Hasil ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil rata-rata Kabupaten Buru, yaitu 3,53 t ha -1 (BPS Provinsi Maluku, 2007) atau hasil rata-rata petani (4,0 t ha -1 ) dengan menerapkan teknologi non PTT, yaitu penggunaan varietas tidak berlabel, pupuk belum berimbang dan sistem tanan tegel. Namun dari keempat varietas tersebut, Memberamo memberikan hasil gabah tertinggi dibandingkan dengan ketiga varietas lainnya. Kemudian disusul oleh varietas Mekongga dan Cigeulis dan terendah varietas Ciherang. Varietas unggul baru yang ditanam mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di dataran Waeapo, karena mampu memberikan hasil gabah yang berada pada kisaran rata-rata hasil varietas sesuai deskripsi, bahkan varietas Memberamo memberikan hasil yang lebih tinggi dari potensi hasil rata-rata. Deskripsi dari beberapa varietas unggul padi sawah disajikan pada Lampiran 1-5. Hasil Kajian di Luar Lokasi Prima Tani Rata-rata tinggi tanaman padi varietas IR66 dengan sistem tabela legowo adalah 90,43 cm, tidak berbeda dengan hasil deskripsi yaitu 90-99 cm (Suprihatno et al., 2007). Demikian juga jumlah anakan produktif per rumpun cukup tinggi yaitu rata-rata 27 anakan per rumpun (Tabel 2). Sistem tabela legowo 4:1 rata-rata memberikan anakan produktif per rumpun lebih tinggi dari sistem tabela legowo 2:1 yaitu masing-masing 29 anakan (27-32 anakan) dan 25 anakan (23-29 anakan), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anakan produktif berdasarkan deskripsi varietas (14-17 anakan). 80

SIRAPPA: Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Padi Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan dan hasil gabah varietas unggul baru pada lokasi Prima Tani *) Varietas Tinggi tanaman (cm) Jlh anakan produktif per rumpun Persentse gabah hampa per malai (%) Bobot 1.000 butir (g) Rata-rata hasil**) ( t ha -1 ) Hasil gabah***) ( t ha -1 ) Memberamo 107 18 14 27 6,5 8,32 Mekongga 87 13 6 27 6,0 6,88 Ciherang 87 16 6 28 6,0 5,92 Cigeulis 87 12 3 26 5,0 6,08 Rataan 92 15 7 27-6,80 : * : Sistem tanam pindah, legowo 2:1 ** : rata-rata berdasarkan deskripsi (Suprihatno et al., 2007) ** : konversi dari ubinan 2,5 m 2,5 m Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif per rumpun varietas IR66 sistem tanam legowo 4:1 dan 2:1 di Desa Waelo, Kec. Waeapo, Kab. Buru, 2007 Sistem Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan Produktif per rumpun Tanam I II III Rataan I II III Rataan 4 : 1 88,87 90,67 90,33 89,96 28,0 27,0 32,0 29,0 2 : 1 87,33 92,67 92,67 90,89 23,0 29,0 23,0 25,0 Rataan 88,10 91,50 91,50 90,43 25,5 28,0 27,5 27,0 Panjang malai dan jumlah gabah per malai (gabah isi dan gabah hampa) dari sistem tanam legowo 2:1 dan 4:1 disajikan pada Tabel 3. Rata-rata panjang malai dari sistem tabela legowo 4 : 1 adalah 22 cm dan legowo 2 : 1 sebesar 23 cm dengan kisaran antara 20-25 cm. Rata-rata jumlah gabah isi per malai adalah 93 butir untuk legowo 4:1 dan 107 butir untuk legowo 2:1, sedangkan gabah hampa sebanyak 30 butir (24%) untuk legowo 4:1 dan 21 butir (16%) untuk legowo 2:1. Sistem tabela legowo 2:1 mempunyai persentase gabah hampa lebih rendah, diduga karena pengaruh dari efek tanaman pinggiran (border effect) dimana tanaman pinggiran diharapkan semuanya produktif. Bobot 1.000 butir dan hasil gabah yang diperoleh dari sistem tabela legowo disajikan pada Tabel 4. Ratarata bobot 1.000 butir gabah sekitar 21,5 g (20-23 g), lebih rendah dari rata-rata bobot hasil deskripsi (25 g), sedangkan hasil gabah konversi hasil ubinan rata-rata 5,72 t Gabah Kering Giling ha -1 (4,80 6,56 t GKG ha - 1 ). Sistem tabela logowo 2:1 rata-rata memberikan hasil gabah yang lebih tinggi (5,96 t GKG ha -1 ) dibandingkan tabela legowo 4 : 1 yaitu 5,47 t GKG ha -1. Hal ini diduga ada kaitannya dengan gabah hampa dimana sistem legowo 2 : 1 mempunyai persentase gabah hampa lebih rendah. Hal ini juga terkait dengan efek tanaman pinggiran yang diharapkan semuanya produktif sehingga memberikan hasil yang lebih tinggi (Badan Litbang Pertanian, 2007). Hasil gabah varietas IR66 yang diperoleh dengan pendekatan PTT rata-rata di atas potensi hasil varietas tersebut yang dapat mencapai 5,5 t ha -1 GKG dengan hasil rata-rata sekitar 4,5 t ha -1 GKG (Suprihatno et al., 2007) atau rata-rata hasil yang diperoleh di Buru dan Maluku yaitu 3,53 t GKG ha -1 (BPS Provinsi Maluku, 2007) dan rata-rata hasil yang diperoleh petani (4 t GKG ha -1 ). Varietas IR66 mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya adalah tahan rebah, tahan hama dan penyakit, terutama wereng coklat biotipe 1, 2 dan 3, tahan wereng hijau, tahan hawar daun bakteri, tahan tungro dan agak tahan blast. Selain itu mempunyai tekstur nasi pera sehingga disenangi petani dan para pekerja keras. Sistem tanam jajar legowo memberikan pertumbuhan tanaman lebih baik dibandingkan dengan sistem tegel diduga karena pengaruh dari beberapa kelebihan yang dimiliki sistem tanam jajar legowo tersebut. Populasi tanaman per satuan luas untuk sistem tanam jajar legowo 4:1 lebih banyak dibandingkan sistem tanam tegel 20 20 cm. Dengan demikian, jumlah anakan per satuan luas juga akan lebih banyak pada sistem tanam jajar legowo 4:1. Menurut Badan Litbang Pertanian (2007), populasi tanaman model legowo 4:1 dengan jarak tanam (20 10 cm) 40 cm adalah 36 rumpun per m 2, sedangkan dengan sistem tegel 20 20 cm sebanyak 25 rumpun per m 2. Hal ini akan berpengaruh terhadap populasi tanaman per satuan luas dan jumlah anakan produktif, dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi tanaman. Tabel 3. Rata-rata panjang malai dan jumlah gabah/malai (gabah isi dan gabah hampa) varietas IR66 sistem tanam legowo 4:1 dan 2:1 di Desa Waelo, Kec. Waeapo, Kab. Buru, 2007 Sistem Panjang Malai (cm) Jumlah Gabah Isi per malai Jumlah Gabah Hampa per malai Tanam I II III Rataan I II III Rataan I II III Rataan 4 : 1 24 23 20 22 100 101 77 93 26 22 43 30 2 : 1 22 25 23 23 140 92 90 107 17 13 32 21 Rataan 23,0 24,0 21,5 22,5 120,0 96,5 83,5 100,0 21,5 17,5 37,5 25,5 81

Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 7. No 2, Desember 2011, Halaman 79-86. Tabel 4. Rata-rata bobot 1000 butir dan hasil gabah varietas IR66 sistem tanam legowo 4:1 dan 2:1 di Desa Waelo, Kec. Waeapo, Kab. Buru, 2007 Sistem (g) Hasil Gabah (t GKG ha -1 )* Tanam I II III Rataan I II III Rataan 4 : 1 20 21 22 21 5,32 6,14 4,96 5,47 2 : 1 20 23 23 22 6,56 4,80 6,52 5,96 Rataan 20,0 22,0 22,5 21,5 5,94 5,47 5,74 5,72 : * Konversi dari hasil ubinan 5 m 5 m gabah yang diperoleh dengan inovasi teknologi PTT baik pada desa lokasi Prima Tani maupun di luar desa lokasi Prima Tani lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil yang diperoleh petani yang tidak menerapkan model PPT, yaitu rata-rata hanya 4,0 t GKG ha -1. Demikian juga jika dibandingkan dengan rata-rata hasil gabah pada ketiga sentra produksi padi di Maluku, yaitu di Waeapo-Buru, Kairatu-SBB, dan Seram Utara-Maluku Tengah, yang rata-rata baru mencapai 3,00-3,60 t ha -1 (BPS Kab. Buru, 2007; BPS Kab. Seram Bagian Barat, 2007; BPS Kab. Maluku Tengah, 2007). Hasil kajian varietas dan sistem tanam legowo pada lokasi Prima Tani dan di luar lokasi Prima Tani dengan penerapan model PTT sejalan dengan hasil kajian PTT di kabupaten Buru pada tahun 2004 dan 2005 dan kegiatan Gelar Teknologi di Seram Utara tahun 2006, yang juga memberikan hasil gabah yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi non PTT (Sirappa et al., 2004; Matitaputty et al., 2005; Susanto et al., 2005; Sirappa et al., 2006). Dengan demikian, inovasi teknologi PTT diharapkan dapat terus dikembangkan oleh petani lain di sekitar lokasi kegiatan dan di beberapa sentra produksi padi lain di Maluku dalam upaya mempercepat adopsi teknologi, disamping meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. KESIMPULAN Penerapan inovasi teknologi PTT melalui penggunaan varietas unggul baru dengan sistem tanam legowo 2:1 atau 4:1, baik tabela maupun tapin mampu memberikan hasil gabah yang cukup tinggi dibandingkan dengan teknologi yang diterapkan petani. Varietas unggul Memberamo, Mekongga, Cigeulis, Ciherang, dan IR66 yang ditanam dengan sistem legowo rata-rata memberikan hasil gabah lebih tinggi (5,5 8,3 t ha -1 ) dibandingkan dengan teknologi petani (non PTT) yang hanya sekitar 4 t ha -1. Perbaikan teknologi budidaya padi melalui penerapan inovasi PTT dengan penggunaan varietas unggul dan sistem tanam legowo mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di dataran Waeapo Kabupaten Buru dan di lokasi sentra produksi padi lainnya di Maluku dalam upaya meningkatkan produktivitas mendukung swasembada pangan. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z., I. Sumono, & L.I. Mangestuti. 2000. Keragaan dan Analisis Sistem Usahatani Berbasis Padi (SUTPA) di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian 3: 59-67. BPTP Karangploso. Badan Litbang Pertanian. 1998. Laporan Hasil Penelitian Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Teknologi untuk Pengembangan Sektor Pertanian dalam Pelita VII. Puslittanak, Bogor. Badan Litbang Pertanian. 2007. Petunjuk Teknis Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 40 Hal. Balai Penelitian Tanaman Padi. 2002. Pengelolaan Tanaman Terpadu Inovasi Sistem Produksi Padi Sawah Irigasi (Brosur). Balai Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. BB Litbang SDL Pertanian. 2007. Panduan Umum Teknologi Pengelolaan Sumberdaya lahan Pertanian Mendukung Prima Tani. Badan Litbang Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. 55 hal. BPS Kab. Buru. 2007. Buru Dalam Angka 2007. BPS Kabupaten Buru. BPS Kab. Maluku Tengah 2007. Maluku Tengah Dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku. BPS Kab. Seram Bagian Barat. 2007. Buru Dalam Angka 2007. BPS Kabupaten Seram Bagian Barat. BPS Provinsi Maluku. 2007. Maluku Dalam Angka 2007. Biro Pusat Statistik Provinsi Maluku. Makarim, A.K. & I. Las. 2005. Terobosan Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Irigasi melalui Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Dalam Suprihatno et al. (Penyunting). Inovasi teknologi Padi Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. Hal. 115-127 Matitaputty, P.R., M.P. Sirappa, A.N. Susanto, A.J. Rieuwpassa, M.J. Titahena, E. D. Waas, I. Hidayah, & Ardin. 2005. Gelar Teknologi Sistem Usahatani Terpadu Pada Lahan Sawah Irigasi di Dataran Waeapo Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. BPTP Maluku bekerjasama Badan Litbang Pertanian. Sirappa, M.P., A.J. Rieuwpassa, Y. Tolla, & E. D. Waas. 2006. Gelar Teknologi Beberapa varietas Unggul Baru Padi Sawah di Provinsi Maluku. Laporan Akhir Gelar Teknologi. Kerjasama Dinas Pertanian Provinsi Maluku dengan Balai Pengakjian Teknologi Pertanian Maluku. 82

SIRAPPA: Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Padi Sirappa, M.P., A.N. Susanto, R.E. Senewe, J. Tolla, F. Watkaat, La Dahamaruddin, I. Van Room, Ardin, & T. Karyadi. 2004. Pengkajian Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Berdasar Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) di Kabupaten Buru. Laporan Akhir BPTP Maluku. Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, B.S. Effendi, I.N. Widiarta, A. Setyono, S.D. Indrasari, O.S. Lesmana, & H. Sembiring. 2007. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Suryana, A. 2005. Kebijakan Penelitian dan Kesiapan Inovasi Teknologi Padi dalam Mendukung Kemandirian Pangan. Hal. 25-37. Dalam Inovasi Teknologi Padi Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. Susanto, A.N., M.P. Sirappa, J. Tolla, M. Nurdin, I. Hidayah, Ardin, & J. Ufi. 2005. Pengkajian Model Usahatani Terpadu pada Lahan Sawah Irigasi di Provinsi Maluku. Laporan Akhir BPTP Maluku. Swastika, D.K.S., P.U. Hadi, & N. Ilham. 2000. Proyeksi Penawaran dan Permintaan Komoditas Tanaman Pangan: 2000-10. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. 83

Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 7. No 2, Desember 2011, Halaman 79-86. Lampiran 1. Deskripsi varietas Mekongga Warna helai daun 2. Deskripsi varietas Cigeulis Kerebahan S4663-5d-Kn-5-3-3 A2790/IR64/IR64 116 125 hari 91 106 cm 13 16 batang Putih Putih Agak kasar Ramping panjang Kuning bersih 23% 28 g 6,0 t ha -1 GKG 8,4 t ha -1 GKG - Agak tahan terhadap wereng cokelat biotipe 2 dan 3 - Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai 500 m dpl 2004 53429-4d-Pn-1-1-2 Ciliwung/Cikapundung/IR64 115 125 hari 100 110 batang 14 16 batang Putih Putih Agak kasar Ramping panjang Kuning bersih 23% 28 g 5,0 t ha -1 GKG 8,0 t ha -1 GKG - Tahan terhadap wereng cokelat biotipe 2 dan rentan biotipe 3 - Tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV Baik ditanam pada musim hujan dan kemarau, pada ketinggian di bawah 600 m dpl 2002 84

SIRAPPA: Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Padi 3. Deskripsi varietas Ciherang Warna daun Kerebahan 4. Deskripsi varietas Memberamo Warna helai daun Kerebahan S3383-Id-Pn-41-31 IR18349-53-1-3-1-3/IR119661-131-3-1-///IR64////IR64 116-125 hari 107-115 cm 14-17 batang Kasar pada sebelah bawah Panjang ramping Kuning bersih 23% 27-28 g 6,0 t ha -1 GKG 8,5 t ha -1 GKG - Tahan wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan wereng cokelat biotipe 3 - Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl 2000 B7830f-MR-1-2-3-2 B6555b-199-40/Barumun 115-120 hari 105 Cm 17 20 batang Kasar Ramping Kuning Mudah 19% 27 g 6,5 t ha -1 GKG 7,5 t ha -1 GKG - Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng cokelat biotipe 3 - Tahan hawar daun bakteri strain III dan agak tahan tungro Baik ditanam di lahan irigasi berelevasi kurang dari 550 m dpl 1995 85

Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 7. No 2, Desember 2011, Halaman 79-86. 5. Deskripsi varietas IR64 Warna helai daun Kerebahan Sumber : Suprihatno et al. (2007) IR18348-36-3-3 IR5657/IR2061 110-120 hari 115-126 Cm 20 35 batang Kasar Ramping,panjang Kuning bersih Tahan Tahan 23% 24,1 g 5,0 t ha -1 GKG 6,0 t ha -1 (GKG) - Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng cokelat biotipe 3 - Agak tahan hawar daun bakteri strain IV dan tahan virus kerdil rumput Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai sedang 1986 86