Gambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan Penemuan Formalin dalam Ikan yang beredar di Provinsi NTT. Nike Frans

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB 1 : PENDAHULUAN. sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung. merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keamanan produk perikanan merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dalam

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

VT.tBVV^ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERLINDUNGAN PANGAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting bagi umat manusia. Pangan juga tak lepas dari kaitannya sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Regulasi sanitasi Industri Pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB. Diasuh oleh para Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Apakah Pantangan Makanan Ibu Hamil?

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, keamanan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. makanan makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat yang berguna bagi

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau oleh daya beli masyarakat tercantum dalam UU no. 18, th Pangan yang aman merupakan faktor yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun

RILIS HASIL PSPK2011

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kuesioner Penelitian

PROFIL BALAI POM DI KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan obat bagi masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA DALAM PEREDARAN JAJANAN ANAK (HOME INDUSTRY) YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DINAS KESEHATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup pangan yang bergizi dan aman dikonsumsi (Kemenkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

PROVINSI SULAWESI UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 130 TAHUN 2014 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak bermotif ekonomi, artinya kegiatan yang dilakukan didasarkan profit

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap warga negaranya dari berbagai

Transkripsi:

IRGSC Policy Brief No 014, March 2015 Research and analysis from the Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) www.irgsc.org Gambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan Penemuan Formalin dalam Ikan yang beredar di Provinsi NTT Nike Frans Makanan memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Kualitas makanan mempengaruhi kualitas individu yang mengkonsumsinya. Makanan yang seimbang dan berkualitas menjamin pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas manusia. Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas makanan pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja suatu bangsa. Dengan demikian, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa makanan yang seimbang dan berkualitas merupakan fondasi pembangunan. Dikatakan makanan yang seimbang dan berkualitas, sebab makanan bergizi saja tidak cukup. Selain bergizi, makanan juga harus aman. Seperti yang dinyatakan dalam World Declaration of Nutrition tahun 1992 di Roma, akses terhadap gizi yang cukup serta aman merupakan hak setiap individu. Makanan dikatakan aman jika bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan manusia. Makanan, meskipun mengandung gizi yang baik dan seimbang, apabila tercemar, akan menjadi tidak aman dan berbahaya. Penemuan Formalin dalam Ikan Awal tahun 2015 ini masyarakat NTT merasa tidak tenang terkait pemberitaan mengenai keberadaan formalin dalam ikan segar (yang disusul dengan ikan kering). Penemuan ikan berformalin di Maumere seakan menjadi sulut bagi pemerintah untuk memperketat pengawasan terhadap ikan segar. Setelah penemuan tersebut, pemerintah kabupaten/kota di wilayah NTT memperketat pengawasan dengan melakukan pengecekan berkala terhadap ikan-ikan di TPI (Tempat Pendaratan Ikan). 1 P a g e IRGSC Policy Brief No 014, March 2015

Sebelumnya, di Provinsi NTT belum ada pengawasan terhadap senyawa formalin baik untuk ikan segar maupun ikan kering yang masuk maupun keluar di masing-masing kabupaten/kota. Penemuan ikan berformalin di Provinsi NTT diawali dengan adanya protes dari pembeli ikan di Surabaya kepada PT Shintaratian karena ikan yang diterima mengandung formalin. PT Shintaratian berlokasi di Maumere, Kabupaten Sikka, yang mendistribusikan ikan ke luar kota. Ikan yang mengandung formalin tersebut, diakui pimpinan perusahaan dibeli dari supplier di wilayah Flores Timur. Berita awal penemuan formalin dalam ikan segar di Provinsi NTT justru datang dari Surabaya. Berdasarkan berita penolakan ikan yang berasal dari pulau Flores tersebut, pemerintah di Kabupaten Sikka mulai melacak pengedaran ikan dan melakukan sidak di TPI untuk mengecek sampel ikan. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, diketahui berton-ton ikan yang beredar di pasar di wilayah kabupaten Sikka terkontaminasi senyawa berbahaya formalin. Entah sudah berapa lama masyarakat mengkonsumsi pangan yang tidak aman. Bagaimana dengan wilayah NTT diluar Kabupaten Sikka? Merebaknya isu keamanan pangan terkait penemuan kandungan formalin di Kabupaten Sikka memancing pemerintah daerah lainnya di NTT untuk melakukan pemantauan dan pengecekan terhadap ikan-ikan yang beredar. Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai menemukan kandungan formalin pada sampel-sampel ikan yang didantangkan dari wilayah lain pulau Flores. Selanjutnya, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT menemukan kandungan formalin dalam 17 ton ikan asal Kabupaten Flores Timur dan Lembata. Tim sidak di Kabupaten TTU menemukan 1 boks ikan berformalin dari total 15 boks yang diperiksa. Sementara di Kabupaten Belu, Dinas Kelautan dan Perikanan menahan 1 ton ikan setelah dipastikan positif mengandung formalin melalui tes yang dilakukan oleh BPOM Kabupaten Belu. Di Nagekeo, pengecekan dilakukan terhadap ikan segar, ikan kering, tempe, dan tahu. Hasilnya adalah ikan kering di Kabupaten Nagekeo positif mengandung formalin setelah diuji di 3 tempat uji yang berbeda (DKP Nagekeo, BPOM Ende, dan BPOM Kupang). Di Kabupaten Manggarai timur, dari 39 sampel ikan segar dan ikan kering, ditemukan 1 sampel ikan segar dan 2 sampel ikan kering positif berformalin, namun 12 sampel tahu dan mie yang juga diuji, bebas formalin. Rupanya ikan segar maupun ikan kering yang berbahaya sudah tersebar di berbagai penjuru Provinsi NTT. Peraturan Keamanan Pangan Indonesia memiliki peraturan yang mengatur tentang keamanan makanan, antara lain Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Dalam pasalnya yang ke 23, secara jelas dinyatakan bahwa setiap orang dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia. Kemudian, dinyatakan juga bahwa setiap orang 2 P a g e IRGSC Policy Brief No 014, March 2015

dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan atau proses produksi pangan. Salah satu bahan beracun dan yang dilarang adalah formalin. Hal yang serupa juga tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Tertera salah satu bahan yang dilarang digunakan sebagai BTP (Bahan Tambahan Pangan) adalah Formalin (Formaldehyde). Berdasarkan kedua peraturan nasional diatas, diketahui bahwa formalin tidak boleh ditambahkan sama sekali kedalam makanan atau bahan makanan. Sekilas tentang Formalin Formalin atau formaldehid merupakan disinfektan yang efektif sehingga memiliki banyak kegunaan. Di dunia industri digunakan sebagai pestisida, pembersih lantai, pengawet tekstil, juga digunakan dalam jumlah kecil sebagai bahan kosmetika. Formalin juga dikenal secara umum sebagai pengawet mayat. Meskipun penggunaan formalin dalam makanan bersifat ilegal, keberadaan formalin masih kerap ditemukan dalam pangan seperti ikan segar, mie basah maupun tahu. Formalin ditambahkan dalam makanan dengan tujuan mengawetkan dan mengurangi biaya produksi. Karena Formalin merupakan pengawet yang efisien, maka dalam jumlah kecil saja dapat mengawetkan pangan dalam jumlah besar. Hanya diperlukan 1 liter formalin seharga kurang lebih Rp.15.000 untuk mengawetkan sekitar 10 ton ikan segar. Sedangkan untuk ikan dalam jumlah yang sama, dibutuhkan ratusan balok es batu yang biayanya bisa mencapai jutaan rupiah. Formalin digolongkan sebagai senyawa karsinogenik, yakni senyawa yang dapat memicu timbulnya kanker. Penggunaannya dalam makanan sangat membahayakan kesehatan, tergantung pada jumlah dan lama paparan dalam tubuh. Efek jangka pendek jika terpapar formalin adalah iritasi saluran pencernaan dan pernapasan, muntah, dan pusing. Sedangkan efek jangka panjangnya adalah kerusakan organ tubuh seperti hati, ginjal, jantung, dan organ tubuh lainnya. Keterbatasan Pengawasan Pangan Dari hasil analisis berita selama beberapa pekan mengenai ikan berformalin, dapat ditarik kesimpulan bahwa selama ini pengawasan pangan di NTT belum menyentuh aspek keamanan pangan. Di Kabupaten Flores Timur, contohnya, pengawasan terhadap ikan yang akan keluar dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Flores Timur di TPI Amagarapati Larantuka. Namun pemeriksaan ikan hanya sebatas pengamatan luar saja, tidak sampai pada pengecekan keberadaan kadar zat kimia formalin. Setelah ikan diamati oleh 3 P a g e IRGSC Policy Brief No 014, March 2015

petugas, pihak DKP akan mengeluarkan surat izin yang menyatakan hasil pemeriksaan. Pihak yang membawa ikan wajib membayar biaya surat ijin pemeriksaan sebesar Rp.60.000. Namun, surat yang dibawa sebagai ijin tersebut tentu tidak menjamin kemanan ikan jika yang diperiksa hanya penampilan fisik ikan saja. Diakui DKP Kabupaten Flores Timur, hingga saat ini, belum tersedia alat pendeteksi formalin. Di sisi lain, tidak semua ikan yang keluar dari kabupaten Flores Timur melalui pengawasan DKP. DKP Flores Timur melakukan pengawasan di TPI Amagarapati. Sedangkan ikan tidak hanya didaratkan melalui TPI Amagarapati, tetapi juga di beberapa titik yang luput dari pemeriksaan DKP. Kondisi pengawasan ikan di Kabupaten Flores Timur merupakan gambaran pengawasan ikan di kabupaten/kota lainnya di NTT. Pengawasan yang selama ini dilakukan selain tidak menjangkau seluruh muatan ikan, juga tidak menjamin ikan sudah aman dari cemaran zat kimia. Meskipun mengantongi surat pemerikaan resmi dari instansi, tidak berarti bahwa ikan telah aman dari bahaya kimia. Bagaimana dengan pengawasan terhadap pangan lainnya? Penemuan formalin dalam ikan menjadi sorot dan gambaran keamanan pangan di NTT saat ini. Namun perlu diketahui bahwa praktek penggunaan zat kimia berbahaya lainnya juga perlu diawasi. Contohnya penggunaan boraks dalam bakso dan tahu, penggunaan zat pewarna ilegal dalam makanan dan jajanan. Hal ini menjadi tugas bersama untuk memperketat pengawasan di bidang keamanan pangan. Pihak yang Dirugikan Tidak diketahui sejak kapan ikan yang mengandung formalin dikonsumsi oleh masyarakat NTT. Ikan sendiri merupakan menu utama bagi sebagian besar masyarakat NTT. Ikan, selain harganya relatif terjangkau dan ketersediaanya tinggi, juga menjadi pilihan lauk hewani yang diandalkan karena komposisi protein dan lemak yang seimbang dibandingkan pangan hewani lainnya. Dari hasil pengecekan yang dilakukan selama beberapa pekan di beberapa wilayah, tidak semua ikan segar maupun ikan kering mengandung zat berbahaya. Meskipun demikian, ikan berformalin yang dikonsumsi masyarakat akibat tidak adanya pengawasan keamanan akan sangat merugikan. Formalin, meskipun kecil kadarnya, jika dikonsumsi secara terus menerus tentu akan membawa dampak buruk bagi konsumen. Sejak diberitakan di berbagai media tentang ikan yang mengandung formalin, masyarakat NTT ragu membeli ikan di pasar. Pilihan lauk beralih ke tahu, tempe, telur, dan lauk lainnya selain ikan. Hal ini tentu berimbas langsung kepada penghasilan nelayan dan penjual ikan. Diberitakan, nelayan dan penjual ikan mengalami kerugian besar selama beberapa pekan setelah pemberitaan 4 P a g e IRGSC Policy Brief No 014, March 2015

media. Meskipun ikan yang dijual terbukti tidak mengandung formalin, masyarakat masih ragu membeli ikan. Rantai peredaran ikan berformalin harus ditelusuri dan ditindak sesegera mungkin. Hal ini menyangkut kehidupan jutaan konsumen dan ribuan nelayan serta penjual ikan. Selain itu, nama baik perikanan NTT juga dipertaruhkan. Rekomendasi Sistem Pengawasan Ideal Pemerintah memegang peran krusial dalam menjalankan peran pengawasan. Tanpa pengawasan yang ketat, peredaran ikan berformalin akan terus berlanjut. Kerugian besar akan dialami pihak konsumen, nelayan, dan penjual ikan. Berikut rekomendasi untuk sistem pengawasan yang ideal: 1. Setiap kabupaten perlu merancang sistem pengawasan ikan satu pintu. Dengan pemusatan ini, berarti hanya ada satu tempat bongkar muatan ikan untuk diperiksa sebelum ikan didaratkan untuk dijual di dalam maupun di luar kota. 2. Di tempat pendaratan ikan satu pintu ini, ada petugas pengecekan muatan ikan selama 24 jam. Salah satu pengecekan wajib adalah pengecekan keberadaan formalin. Hal ini berarti setiap tempat pengawasan wajib memiliki toolkit uji formalin. Jika sampel ikan tidak mengandung formalin, maka pemilik ikan mendapat ijin resmi dan tanda bebas formalin resmi dari instansi yang berwenang. 3. Sistem pengawasan satu pintu ini perlu dimasukkan dalam rancangan anggaran karena memerlukan dana yang cukup untuk merealisasikannya. 4. Perlu adanya pelatihan tenaga pengawas di masing-masing kabupaten secara profesional agar dapat melakukan pengujian dengan akurat. 5. Alat dan reagen yang digunakan perlu dipastikan mampu menunjukkan hasil yang akurat. 6. Koordinasi antara kepala daerah, DPRD, instansi pemerintah terkait (DKP, Dinkes, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, BPOM, dll), kepolisian, dan LSM, perlu berjalan dengan baik. Diperlukan komunikasi untuk bersinergi menjamin keamanan pangan. 7. Selain pengawasan keberadaan formalin dalam ikan segar dan ikan kering, perlu juga untuk melakukan pengawasan keamanan pangan jenis lainnya, seperti kandungan boraks maupun pewarna makanan ilegal. 8. Keterbukaan terhadap informasi juga sangat penting sehingga terjalin komunikasi antar pemerintah dan masyarakat. 5 P a g e IRGSC Policy Brief No 014, March 2015

9. Pihak kepolisian perlu menelusuri serta menindak tegas pihak yang melanggar hukum dan membahayakan konsumen dengan cara menggunakan zat berbahaya dalam bahan makanan. Penutup Pangan yang aman merupakan hak setiap individu. Sebagai konsumen yang kritis, perlu memastikan apakah makanan yang kita konsumsi sehari-hari sudah aman atau tidak. Sebagai produsen, pendistribusi, dan pengelola makanan, perlu menjalankan bisnis sesuai peraturan dan memperhatikan keselamatan konsumen. Sedangkan sebagai pemerintah, perlu menjalankan fungsi pengawasan keamanan pangan untuk melindungi dan menjamin hak-hak masyarakat. 6 P a g e IRGSC Policy Brief No 014, March 2015