HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc.

APLIKASI INDEKS MORFOLOGI DALAM PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN TIPE PADA DOMBA EKOR GEMUK DAN DOMBA EKOR TIPIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Indeks Kumulatif Domba Komposit...Ai Nurfaridah

HASIL DAN PEMBAHASAN. olahraga polo. Tinggi kuda polo berkisar antara 142 sampai dengan 159 cm

PENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

ANALISIS MORFOSTRUKTUR PADA DOMBA LOKAL BETINA DEWASA DI DATARAN TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

Evaluasi Indeks Morfologi... Dodi Ahmad Syahidin

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kosong (empty body weight). Ternak telah berpuasa sejak diberi makan pada sehari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Penyimpangan Bobot Badan dengan Rumus Winter Alfi Fauziah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB,

ABSTRACT ESTIMATE OF BODY WEIGHT FIGHTING AND MEAT GARUT SHEEP AND CROSSBREED WITH MERFOMETRIC ANALYSIS APPROACH

IV HASIL dan PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

IDENTIFIKASI BOBOT BADAN DAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA WONOSOBO BETINA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI. Oleh : ARDY AGA PRATAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG JANTAN DI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI. Oleh ARIES RAHARDIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Tinggi Pundak dan Panjang badan dengan panjang langkah Trot kuda delman.

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan

METODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

KARAKTERISASI FENOTIPIK DOMBA KISAR

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah betina dewasa di Kabupaten Klaten

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-ukuran Tubuh pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis Penggunaan ukuran-ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat memberikan gambaran eksterior seekor domba dan mengetahui perbedaan- perbedaan dalam populasi ternak ataupun digunakan dalam seleksi. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman hasil dari pengukuran ukuran-ukuran tubuh pada domba ekor gemuk dan domba ekor tipis pada kelompok umur I 0 disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0. DET (n=7) DEG (n=47) Pengukuran tubuh X ± s KK X ± s KK (cm) (%) (cm) (%) Bobot Badan (kg) 20.24 a ± 2.51 12.40 23.14 b ± 1.62 7.00 Panjang Badan 51.00 A ± 3.59 7.04 56.77 B ± 2.49 4.39 Lingkar Dada 55.90 A ± 5.29 9.46 63.76 B ± 2.12 3.32 Lebar Pinggul 12.10 tn ± 1.02 8.43 13.03 tn ± 0.84 6.45 Lebar Dada 13.50 tn ± 1.33 9.85 14.64 tn ± 0.85 5.81 Tinggi Badan 51.17 A ± 2.16 4.22 54.53 B ± 2.37 4.35 Tinggi Pinggul 49.76 A ± 2.08 4.18 52.99 B ± 2.32 4.38 Dalam Dada 24.43 a ± 1.88 7.70 26.31 b ± 0.75 2.85 Panjang Pinggul 15.09 A ± 1.43 9.48 17.79 B ± 0.93 5.23 Keterangan : Superskrip (A,B) pada baris yang sama menyatakan sangat berbeda nyata (P<0,01); Superskrip (a,b) pada baris yang sama menyatakan berbeda nyata (P<0,05); Superskrip (tn) pada baris yang sama menyatakan tidak berbeda nyata; X ± s = Rataan ± Simpangan baku; n = jumlah ternak; KK = Koefisien keragaman; DEG = Domba Ekor Gemuk; DET = Domba Ekor Tipis Domba ekor gemuk mempunyai nilai yang tinggi daripada domba ekor tipis yaitu pada bobot badan dan semua ukuran tubuh. Ini menunjukkan bahwa domba ekor gemuk parameter tubuhnya lebih besar dari domba ekor tipis. Bobot badan pada domba ekor gemuk yaitu 23,14 ± 1.62 kg, sedangkan pada domba ekor tipis 20,24 ± 2,51 kg dengan selisih sebesar 2,90 kg. Perbedaan besar terdapat pada ukuran lingkar dada dari kedua bangsa domba yakni dengan selisih nilai sebesar 7,86 cm. Lingkar dada pada domba ekor gemuk yaitu 63,76 ± 2,12 cm dan pada domba ekor tipis yaitu 55,90 ± 5,29 cm. Domba ekor gemuk dan domba ekor tipis keduanya masing-masing memiliki tinggi badan dan tinggi pinggul yang tidak sama. Pada domba ekor gemuk tinggi badan yaitu 54,53 ± 2,37 cm dan tinggi pinggul yaitu 15

52,99 ± 2,32 cm dengan kemiringan sebesar 1,54. Sedangkan pada domba ekor tipis tinggi badan yaitu 51,17 ± 2,16 cm dan tinggi pinggul yaitu 49,76 ± 2,08 cm dengan kemiringan sebesar 1,40. Melihat hasil dari 2 pengukuran yaitu pada panjang badan dan tinggi badan, pada domba ekor gemuk, panjang badan dan tinggi badan yaitu masing-masing 56,77 ± 2,49 cm dan 54,53 ± 2,37 cm, sedangkan pada domba ekor tipis, panjang badan dan tinggi badan yaitu masing-masing 51,00 ± 3,59 cm dan 51,17 ± 2,16 cm. Artinya pada domba ekor gemuk panjang badannya lebih besar daripada tinggi badannya, sedangkan pada domba ekor tipis kebalikannya yaitu tinggi badannya lebih besar daripada panjang badannya. Pada domba ekor gemuk tubuhnya lebih panjang daripada tinggi dan pada domba ekor tipis tubuhnya lebih tinggi daripada panjang. Kemudian pada lebar dada dan lebar pinggul, baik domba ekor gemuk maupun domba ekor tipis keduanya memiliki ukuran lebar dada yang lebih besar daripada ukuran lebar pinggul. Proporsi bagian depan antara dalam dada dengan tinggi badan baik pada domba ekor gemuk maupun domba ekor tipis menunjukan nilai yang hampir sama. Pada domba ekor gemuk proporsi antara dalam dada dengan tinggi badan yaitu sebesar 48,24 %, sedangkan pada domba ekor tipis yaitu sebesar 47,74 %. Koefisien keragaman pada bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh lainnya baik pada domba ekor gemuk maupun pada domba ekor tipis tidak menunjukkan nilai keragaman yang besar. Pada domba ekor gemuk koefisien keragaman nilainya berkisar antara 2,85 7,00 %. Koefisien keragaman paling rendah yaitu pada dalam dada sebesar 2,85 % dan yang tertinggi yaitu pada bobot badan sebesar 7,00 %. Pada domba ekor tipis koefisien keragaman nilainya berkisar antara 4,18 12,40 %. Koefisien keragaman paling rendah yaitu pada tinggi pinggul sebesar 4,18 % dan yang tertinggi yaitu pada bobot badan sebesar 12,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa baik domba ekor gemuk maupun domba ekor tipis memungkinkan dilakukan seleksi berdasarkan bobot badan pada kelompok umur I 0, tetapi masih tidak efektif karena respon seleksinya kecil yang disebabkan tingkat keragamannya kurang (koefisien keragaman kurang dari 30 %). 16

Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman hasil dari pengukuran ukuran-ukuran tubuh pada domba ekor gemuk dan domba ekor tipis pada kelompok umur I 1 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 1. DET (n=7) DEG (n=17) Pengukuran tubuh X ± s KK X ± s KK (cm) (%) (cm) (%) Bobot Badan (kg) 23.00 tn ± 2.79 12.13 25.28 tn ± 2.02 7.99 Panjang Badan 53.71 A ± 2.13 3.97 56.90 B ± 2.72 4.78 Lingkar Dada 59.81 A ± 3.53 5.90 65.30 B ± 2.62 4.01 Lebar Pinggul 13.17 tn ± 1.07 8.12 13.42 tn ± 0.86 6.41 Lebar Dada 14.74 tn ± 1.03 6.99 15.22 tn ± 0.72 4.73 Tinggi Badan 53.86 tn ± 2.05 3.81 55.88 tn ± 3.00 5.37 Tinggi Pinggul 51.67 a ± 2.31 4.47 54.42 b ± 3.20 5.88 Dalam Dada 25.00 tn ± 1.79 7.16 26.44 tn ± 0.82 3.10 Panjang Pinggul 15.67 a ± 1.81 11.55 18.22 b ± 0.70 3.84 Keterangan : Superskrip (A,B) pada baris yang sama menyatakan sangat berbeda nyata (P<0,01); Superskrip (a,b) pada baris yang sama menyatakan berbeda nyata (P<0,05); Superskrip (tn) pada baris yang sama menyatakan tidak berbeda nyata; X ± s = Rataan ± Simpangan baku; n = jumlah ternak; KK = Koefisien keragaman; DEG = Domba Ekor Gemuk; DET = Domba Ekor Tipis Pada kelompok umur I 1, domba ekor gemuk masih tetap mempunyai nilai yang tinggi daripada domba ekor tipis yaitu pada bobot badan dan semua ukuran tubuh. Ini makin menunjukkan bahwa domba ekor gemuk parameter tubuhnya lebih besar dari domba ekor tipis. Bobot badan pada domba ekor gemuk yaitu 25,28 ± 2,02 kg, sedangkan pada domba ekor tipis 23,00 ± 2,79 kg dengan selisih sebesar 2,28 kg. Pada domba kelompok I 1, perbedaan besar masih terdapat pada ukuran lingkar dada dari kedua bangsa domba yakni dengan selisih nilai sebesar 5,49 cm. Lingkar dada pada domba ekor gemuk yaitu 65,30 ± 2,62 cm dan pada domba ekor tipis yaitu 59,81 ± 2,13 cm. Domba ekor gemuk dan domba ekor tipis keduanya masing-masing memiliki tinggi badan dan tinggi pinggul yang tidak sama. Pada domba ekor gemuk tinggi badan yaitu 55,88 ± 3,00 cm dan tinggi pinggul yaitu 54,42 ± 3,20 cm dengan kemiringan sebesar 1,46. Sedangkan pada domba ekor tipis tinggi badan yaitu 53,86 ± 2,05 cm dan tinggi pinggul yaitu 51,67 ± 2,31 cm dengan kemiringan sebesar 2.19. 17

Melihat hasil dari dua pengukuran pada domba kelompok I 1 yaitu pada panjang badan dan tinggi badan, pada domba ekor gemuk, panjang badan dan tinggi badan yaitu masing-masing 56,90 ± 2,72 cm dan 55,88 ± 3,00 cm, sedangkan pada domba ekor tipis, panjang badan dan tinggi badan yaitu masing-masing 53,71 ± 2,13 cm dan 53,86 ± 2,05 cm. Artinya seperti halnya pada domba kelompok I 0, pada domba ekor gemuk panjang badannya lebih besar daripada tinggi badannya, sedangkan pada domba ekor tipis kebalikannya yaitu tinggi badannya lebih besar daripada panjang badannya. Pada domba ekor gemuk tubuhnya lebih panjang daripada tinggi dan pada domba ekor tipis tubuhnya lebih tinggi daripada panjang. Kemudian pada lebar dada dan lebar pinggul, baik domba ekor gemuk maupun domba ekor tipis keduanya memiliki ukuran lebar dada yang lebih besar daripada ukuran lebar pinggul seperti halnya pada domba kelompok I 0. Proporsi bagian depan antara dalam dada dengan tinggi badan baik pada domba ekor gemuk maupun domba ekor tipis juga menunjukan nilai yang hampir sama seperti pada domba kelompok I 0. Pada domba ekor gemuk proporsi antara dalam dada dengan tinggi badan yaitu sebesar 47,32 %, sedangkan pada domba ekor tipis yaitu sebesar 46,42 %. Koefisien keragaman pada bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh lainnya pada kelompok ini baik pada domba ekor gemuk maupun pada domba ekor tipis juga tidak menunjukkan nilai keragaman yang besar. Pada domba ekor gemuk koefisien keragaman nilainya berkisar antara 3,10 7,99 %. Koefisien keragaman paling rendah juga terdapat pada dalam dada yaitu sebesar 3,10 % dan yang tertinggi juga terdapat pada bobot badan yaitu sebesar 7,99 %. Pada domba ekor tipis koefisien keragaman nilainya berkisar antara 3,81 12,13 %. Koefisien keragaman paling rendah yaitu pada tinggi badan yaitu sebesar 3,81 % dan yang tertinggi yaitu pada bobot badan sebesar 12,13 %. Hal ini tetap menunjukkan bahwa baik domba ekor gemuk maupun domba ekor tipis memungkinkan dilakukan seleksi berdasarkan bobot badan pada kelompok umur I 1, tetapi masih tidak efektif karena respon seleksinya kecil yang disebabkan tingkat keragamannya kurang (koefisien keragaman kurang dari 30 %). 18

Indeks Morfologi pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis Indeks adalah alternatif dalam penilaian ternak karena mencangkup konformasi atau bentuk ternak, panjang dan keseimbangan ternak. Perhitungan indeks morfologi menjadi sangat penting karena indeks diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peternak dalam mengevaluasi ternak dan juga dapat meningkatkan kemampuan dalam memilih potensi breeding stock. Tabel 6. Perhitungan Indeks Morfologi pada Domba Ekor Tipis (DET) dan Domba Ekor Gemuk (DEG) Indeks morfologi I 0 I 1 DET DEG DET DEG Weight 34.75 47.70 42.69 50.69 Height slope 1.40 1.54 2.19 1.46 Length index 0.99 1.04 1.00 1.02 Width slope 1.40 1.61 1.57 1.80 Depth index 0.48 0.48 0.46 0.47 Foreleg length index 26.74 28.22 28.86 29.44 Balance 0.55 0.60 0.56 0.61 Cumulative index 3.26 3.70 3.41 3.63 Indeks morfologi pada domba kelompok I 0 yang menyangkut weight, height slope, length index, width slope, depth index, foreleg length index, balance dan cumulative index pada domba ekor gemuk nilainya lebih besar daripada domba ekor tipis. Weight antara domba ekor gemuk dengan domba ekor tipis memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Pada domba ekor gemuk yaitu sebesar 47,70 dan pada domba ekor tipis yaitu sebesar 34,75 dengan selisih keduanya sebesar 12,95. Indeks yang hampir sama nilainya antara domba ekor gemuk dengan domba ekor tipis yaitu pada nilai length index dan balance. Pada kelompok ini ada juga nilai indeks yang sama antara domba ekor gemuk dengan domba ekor tipis yaitu pada nilai depth index dengan nilai sebesar 0,48. Pada kelompok I 1 nilai indeks domba ekor gemuk umumnya masih lebih besar daripada domba ekor tipis, kecuali pada nilai height slope index. Pada domba ekor tipis height slope index nilainya lebih besar daripada domba ekor gemuk yaitu 2,19 pada domba ekor tipis dan 1,46 pada domba ekor gemuk. Weight index antara domba ekor gemuk dengan domba ekor tipis pada domba kelompok ini masih memiliki selisih yang cukup signifikan seperti halnya pada domba kelompok I 0. 19

Domba ekor gemuk memiliki weight sebesar 50,69 dan pada domba ekor tipis sebesar 42,69 dengan selisih nilai sebesar 8,00. Pada kelompok ini tidak ada indeks yang besarnya sama seperti halnya domba kelompok I 0, namun masih terdapat indeks yang besarnya hampir sama antara domba ekor gemuk dan domba ekor tipis yaitu pada length index, depth index dan balance. Cumulative index adalah indeks yang paling penting karena cumulative index membawa gambaran parameter yang lebih luas dan mendalam dibandingkan dari nilai indeks lainnya. Pada Tabel 6. baik pada domba kelompok I 0 maupun domba kelompok I 1 digambarkan bahwa cumulative index pada domba ekor gemuk lebih besar daripada domba ekor tipis. Ini menunjukan bahwa domba ekor gemuk semua nilai indeksnya lebih besar dari domba ekor tipis, dan gambaran cumulative index sudah cukup menandakan bahwa domba ekor gemuk parameter tubuhnya lebih besar dari domba ekor tipis. Pada Tabel 7. gambaran rataan indeks dari semua kelompok umur menunjukkan bahwa hanya height slope index pada domba ekor tipis saja yang nilainya lebih tinggi dari domba ekor gemuk dan juga pada depth index yang memiliki besar yang sama antara domba ekor tipis dengan domba ekor gemuk yakni sebesar 0,47. Selebihnya rataan indeks domba ekor gemuk masih lebih besar dari domba ekor tipis. Ini memang sudah dapat dipastikan karena domba ekor gemuk memiliki nilai genetik kuantitatif yang lebih tinggi daripada domba ekor tipis. Koefisien keragaman yang terkait dengan masing-masing indeks menunjukkan gambaran yang sedikit berbeda. Pada domba ekor tipis koefisien keragaman menunjukkan keragaman yang tinggi, koefisien keragaman tertinggi terdapat pada height slope index yaitu mencapai sebesar 31,28 %, sedangkan pada domba ekor gemuk koefisien keragaman tidak menunjukkan keragaman yang tinggi, koefisien keragaman tertinggi terdapat pada width slope index yaitu hanya sebesar 7,65 %. Pada domba ekor tipis seleksi bisa dilakukan dengan menggunakan parameter height slope index dan bisa saja efektif karena respon seleksinya cukup besar karena tingkat keragamannya lebih dari 30 %. 20

Tabel 7. Rataan, Standar Baku dan Koefisien Keragaman Indeks Morfologi pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis Indeks morfologi X ± s KK % DET DEG DET DEG Weight 38.72 ± 5.61 tn 49.19 ± 2.11 tn 14.49 4.29 Height slope 1.79 ± 0.56 tn 1.50 ± 0.06 tn 31.28 4.00 Length index 0.99 ± 0.01 tn 1.03 ± 0.01 tn 1.00 0.97 Width slope 1.48 ± 0.12 tn 1.70 ± 0.13 tn 8.12 7.65 Depth index 0.47 ± 0.01 tn 0.47 ± 0.01 tn 2.13 2.13 Foreleg length index 27.80 ± 1.50 tn 28.83 ± 0.86 tn 5.40 2.98 Balance 0.55 ± 0.01 a 0.60 ± 0.01 b 1.82 1.67 Cumulative index 3.33 ± 0.12 tn 3.66 ± 0.05 tn 3.60 1.37 Keterangan : Superskrip (a,b) pada baris yang sama menyatakan berbeda nyata (P<0,05); Superskrip (tn) pada baris yang sama menyatakan tidak berbeda nyata; X ± s = Rataan ± Simpangan baku; KK = Koefisien keragaman; DEG = Domba Ekor Gemuk; DET = Domba Ekor Tipis Pendugaan bobot badan ternak domba ekor gemuk dan domba ekor tipis dengan menggunakan indeks morfologi merupakan salah satu dari tujuan penelitian ini. Weight merupakan indeks untuk menduga bobot badan. Weight yang di dalamnya terdapat empat pengukuran tubuh meliputi panjang badan, lingkar dada, lebar dada dan lebar pinggul adalah penting dalam pendugaan bobot badan ternak. Pendugaan bobot badan ternak dengan indeks ini menunjukkan hasil yang tidak memuaskan atau tidak akurat. Misalnya pada domba ekor gemuk kelompok I 0, hasil pendugaan bobot badan yaitu 47,70 kg, sedangkan rataan bobot badan sebenarnya yaitu 23,14 kg. Tidak akuratnya pendugaan ini mungkin karena rumus pendugaan bobot Alderson kurang cocok diterapkan untuk domba Indonesia. Oleh karena itu rumus ini butuh revisi agar pendugaan bobot badan dengan menggunakan ukuran-ukuran tubuh dapat menghasilkan nilai yang akurat dan lebih baik. Sedikit revisi pada rumus ini menunjukkan hasil yang cukup akurat. Misalnya pada domba ekor gemuk kelompok I 0, rataan bobot sebenarnya yaitu 23,14 kg, sedangkan hasil pendugaan dengan rumus yang sudah direvisi yaitu 23,85 kg. Pendugaan Bobot Badan menurut Alderson (1999) Weight : panjang badan x lingkar dada x [(lebar dada + lebar pinggul) / 2] / 1050 Pendugaan Bobot Badan menurut Alderson (1999) yang sudah direvisi Weight : panjang badan x lingkar dada x [(lebar dada + lebar pinggul) / 2] / 2100 21

Tabel 8. Perbandingan Penaksiran Bobon Badan antara Rumus Alderson dengan Rumus Revisi. Rataan Penaksiran Bobot Badan Kelompok Domba Bobot Badan Rumus Alderson Rumus Revisi DEG Kelompok I 0 23.14 47.70 23.85 DET Kelompok I 0 20.24 34.75 17.37 DEG Kelompok I 1 25.28 50.69 25.34 DET Kelompok I 1 23.00 42.69 21.34 Keterangan : DEG = Domba Ekor Gemuk; DET = Domba Ekor Tipis Indeks height slope yang di dalamnya terdapat dua pengukuran tubuh yaitu tinggi badan dan tinggi pinggul dalam penelitian ini sepertinya belum dapat dijadikan penaksiran tipe ternak. Nilainya didapat dari hasil pengurangan tinggi badan dengan tinggi pinggul. Salah satu ciri ternak sapi atau domba yang unggul yaitu dari pundak sampai pinggul membentuk garis lurus mendatar sama tinggi. Dapat dikatakan bahwa ketika nilai indeks height slope positif mendekati nol atau sama dengan nol, maka ternak tersebut baik atau bagus. Nilai length index dapat menjelaskan tipe ternak domba apakah tubuhnya bertipe panjang atau bertipe tinggi. Nilai length index didapat dari hasil pembagian panjang badan dengan tinggi badan. Nilai length index positif di bawah satu dapat dikatakan ternak tersebut bertipe tinggi, jika nilainya positif di atas satu maka dapat dikatakan ternak tersebut bertipe panjang. Hasil penelitian pada domba ekor gemuk nilai length index yang didapat yaitu 1.03 dan pada domba ekor tipis yaitu 0.99. Berdasarkan nilai tersebut jika dilihat dari proporsi tubuhnya dapat dikatakan bahwa domba ekor gemuk bertipe panjang dan domba ekor tipis bertipe tinggi. Indeks width slope terdiri dari dua pengukuran tubuh yaitu lebar dada dan lebar pinggul. Seperti halnya indeks height slope, dalam penelitian ini indeks width slope juga belum dapat dijadikan penaksiran tipe ternak. Nilainya didapat dari pengurangan lebar dada dengan lebar pinggul. Indeks width slope domba ekor gemuk pada penelitian ini yaitu 1.70 sedangkan pada domba ekor tipis yaitu 1.48. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa domba ekor gemuk dan domba ekor tipis memiliki lebar dada yang lebih besar daripada lebar pinggul. 22

Depth index dan foreleg length pndex merupakan indeks yang di dalamnya terdiri dari dua pengukuran tubuh yaitu tinggi badan dan dalam dada. Depth index dapat menjelaskan ternak domba bertipe gemuk dan berkaki panjang atau berkaki pendek. Jika nilai depth index >0,5 maka ternak tersebut dapat dikatakan bertipe gemuk dan berkaki pendek dan jika nilai depth index <0,5 maka ternak tersebut mempunyai tipe berkaki panjang. Foreleg length index dalam penelitian ini belum dapat digunakan untuk menjelaskan tipe suatu ternak. Nilainya didapat dari hasil pengurangan tinggi badan dengan dalam dada. Foreleg length index hanya dapat menjelaskan berapa panjang kaki depan ternak. Menurut Tabel 7, depth index domba ekor gemuk dan domba ekor tipis pada penelitian ini yaitu 0.47. Foreleg length pada domba ekor gemuk yaitu 28,83 dan pada domba ekor tipis yaitu 27,80. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa kedua bangsa ternak tersebut mempunyai tipe berkaki pendek, dan domba ekor gemuk kaki depan yang lebih panjang daripada domba ekor tipis meskipun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Cumulative index yang di dalamnya terdiri dari weight, length index dan balance mempunyai peranan yang paling penting dalam menentukan tipe dari suatu ternak domba. Cumulative index adalah pengukuran terbaik untuk menilai tipe dan fungsi dari ternak domba (Alderson, 1999). Domba yang baik adalah domba yang memiliki produksi daging yang baik. Produksi daging pada domba dapat ditaksir dari pengukuran bagian-bagian tubuh atau morfologi domba. Ukuran-ukuran tubuh tersebut termasuk dalam perhitungan weight dan balance. Semakin besar nilai cumulative index maka semakin baik kualitas domba tersebut. Pada Tabel 7. digambarkan bahwa nilai cumulative index domba ekor tipis yaitu 3,33, sedangkan pada domba ekor gemuk yaitu 3,66. Nilai cumulative index domba ekor gemuk lebih besar dari domba ekor tipis, meskipun dengan perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Belum adanya standar baku tentang besaran nilai cumulative index, dalam penelitian ini cumulative index belum dapat menjelaskan tipe dan fungsi ternak pada domba ekor gemuk dan domba ekor tipis. 23

Hubungan antara Bobot Badan dan Dimensi Tubuh Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis. Ukuran-ukuran tubuh telah banyak digunakan sebagai alat untuk menduga bobot badan karena praktis. Dimensi tubuh domba ekor gemuk dan domba ekor tipis yang digunakan yaitu panjang badan, lingkar dada, lebar pinggul, lebar dada, tinggi badan, tinggi pinggul, dalam dada dan panjang pinggul. Dimensi tubuh tersebut banyak ditunjukkan oleh nilai korelasi antara ukuran tubuh dengan bobot badan baik pada ruminansia besar maupun ruminansia kecil. Hasil analisis nilai korelasi antara bobot badan dan dimensi tubuh pada bangsa dan kelompok umur yang berbeda disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Korelasi antara Bobot Badan dengan Dimensi Tubuh pada Bangsa dan Kelompok Umur yang Berbeda Kelompok Bangsa Korelasi Bobot Badan terhadap Dimensi Tubuh Domba PB LID LPG LED TP TPG DD PPG I 0 DEG 0.453 0.626 0.411 0.521 0.179 0.255 0.244 0.363 DET 0.776 0.810 0.567 0.510 0.395 0.461 0.447 0.602 I 1 DEG 0.656 0.619 0.200 0.484 0.483 0.510 0.436 0.458 DET 0.800 0.920 0.889 0.923 0.851 0.796 0.888 0.786 Keterangan : DEG = Domba Ekor Gemuk; DET = Domba Ekor Tipis Tabel 9 menjelaskan bahwa nilai korelasi antara bobot badan dengan dimensi tubuh seperti panjang badan, lingkar dada, lebar pinggul, lebar dada, tinggi badan, tinggi pinggul, dalam dada dan panjang pinggul baik domba ekor gemuk maupun domba ekor tipis pada domba kelompok I 0 menunjukkan bahwa lingkar dada mempunyai nilai korelasi tertinggi. Pada domba ekor gemuk sebesar 0,626 dan pada domba ekor tipis sebesar 0,810. Berdasarkan hasil analisis korelasi diatas dapat disimpulkan bahwa pada domba kelompok I 0 baik domba ekor gemuk maupun domba ekor tipis, lingkar dada mempunyai keeratan yang lebih tinggi dengan bobot badan dibandingkan dengan dimensi tubuh lainnya seperti panjang badan, lebar pinggul, lebar dada, tinggi badan, tinggi pinggul, dalam dada dan panjang pinggul. 24

Berdasarkan Tabel 9, hubungan antara bobot badan terhadap dimensi tubuh (panjang badan, lingkar dada, lebar pinggul, lebar dada, tinggi badan, tinggi pinggul, dalam dada dan panjang pinggul) domba ekor gemuk pada domba kelompok I 1, menunjukkan bahwa panjang badan dan lingkar dada mempunyai nilai korelasi yang tinggi yaitu 0,656 dan 0,619. Sedangkan pada domba ekor tipis yang mempunyai nilai korelasi tinggi terhadap bobot badan yaitu pada lingkar dada dan lebar dada yaitu 0,920 dan 0,923. Hal ini sesuai dengan penelitian Isroli dan Agus (1992) terhadap domba ekor gemuk yang menyatakan bahwa lingkar dada mempunyai hubungan yang paling erat dengan bobot badan yang diperoleh dari nilai korelasi tertinggi yaitu sebesar 0,682 yang terdapat pada kelompok umur kurang dari dua tahun (gigi tetap dua). 25