BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan fenomena yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Era transparansi menjadikan jasa auditor semakin dibutuhkan di masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang digunakan harus mampu mencapai maksud penelitian. Teori utama

Kata kunci: tekanan anggaran waktu, locus of control, sifat Machiavellian, pelatihan auditor, perilaku disfungsional auditor

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009). Pendapat auditor mengenai

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam

BABI PENDAHULUAN. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada. umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan. publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diaudit didasarkan atas evaluasi terhadap bukti-bukti audit yang

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini terdiri atas kerangka berpikir yang menjelaskan secara teoritis

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini. Menghadapi MEA, keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Selama rentang waktu dua dekade terakhir, lingkungan organisasional

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB IV METODE PENELITIAN. mencapai tujuan penelitian. Pembahasan diawali dengan menjelaskan rancangan

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper

BAB I PENDAHULUAN. due professional care dan selalu menjunjung tinggi kode etik profesinya.

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts

BAB I PENDAHULUAN. dengan laporan keuangan, dan semakin kompleks suatu kegiatan bisnis maka. sebagai pedoman dalam mengambil suatu kebijakan.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebangkrutan setelah opini tersebut dikeluarkan. dan kertas, dan komunikasi. Manajemen Enron telah melakukan window

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang selanjutnya data tersebut digunakan sebagai dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yaitu manfaat teoritis dan manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan auditor adalah melakukan audit yang tujuannya terdiri dari tindakan

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang independen dan berkompeten dalam bidang keuangan yang. auditing disebut auditor atau yang sering disebut akuntan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan kajian teoretis dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

Bab I. Pendahuluan. banyaknya lembaga pengawasan yang berbanding terbalik dengan masih

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. diterima auditor atas jasa audit yang diberikan terhadap laporan keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja auditor harus berpedoman pada Standar Profesional

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kunci dalam perkembangan dan kemajuan dunia bisnis. Profesi akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga mengakibatkan mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. swasta yang melaksanakan jasa-jasa pemeriksaan, perpajakan, manajemen,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada kepercayaan publik. Masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disamping berfungsi sebagai alat. pemilik juga digunakan oleh investor dan kreditor sebagai acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan banyaknya pemberitaan mengenai adanya indikasi fraud

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas untuk setiap tahunnya. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat bebas (GATT, WTO, AFTA, dan APEC).

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam menjalankan audit sesuai dengan tujuan organisasi dan

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. jasa audit di Indonesia pun meningkat. Faktor-faktor yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah penelitian yang disertai alasan mengapa masalah ini perlu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian dengan menjelaskan fenomena yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku penurunan kualitas audit, kemudian dilanjutkan dengan perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian dan diakhiri dengan manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang Corruption Perception Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia yang dikeluarkan oleh Transparency International dalam dua tahun terakhir (2012-2013) stagnan pada angka 32. Skor CPI dimulai dari skala 0 sampai 100, dimana skor 0 berarti suatu negara dianggap sangat korup dan skor 100 suatu negara dianggap sangat bersih. Peringkat Indonesia pada tahun 2012 berada di urutan 118, meningkat menjadi urutan 114 pada tahun 2013 dari 177 negara yang disurvei. Kenaikan peringkat bukan disebabkan menurunnya tingkat korupsi di Indonesia, namun karena terdapat empat negara yang korupsinya memburuk. Pemerintah Indonesia mengadopsi Indeks Persepsi Korupsi (IPK) sebagai tolok ukur pencapaian pencegahan dan pemberantasan korupsi dalam Dokumen Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK). IPK yang ditargetkan Pemerintah Indonesia dalam Dokumen Stranas PPK untuk tahun 2014 adalah sebesar 50, sementara skor IPK yang diperoleh pada tahun 2014 1

2 adalah 34. Hal ini berarti Indonesia belum mampu memenuhi target yang tertuang dalam Stranas PPK. Korupsi di Indonesia tidak hanya terjadi pada pemerintahan pusat, namun juga pada pemerintah daerah. Korupsi tidak hanya dilakukan secara individu, namun juga berjamaah dan sistemik. Korupsi model berjamaah ataupun sistemik penyelesaiannya akan menjadi tantangan tersendiri bagi aparat penegak hukum maupun lembaga yang terkait. Kasus korupsi yang semakin marak dan menggurita membuat peran pengawasan dalam penggunaan anggaran harus lebih ditingkatkan. Korupsi sudah dapat digolongkan sebagai kejahatan luar biasa atau extra ordinary crime (Kayo, 2013:2), sehingga dalam pemberantasannya dibutuhkan sinergitas antara aparat penegak hukum dengan auditor dengan menjunjung nilai-nilai profesional, integritas, pengawasan efektif dan penerapan sanksi tegas yang menimbulkan efek jera. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam memberantas korupsi adalah dengan mengoptimalkan kegiatan audit. Peran auditor pemerintah dalam pengungkapan kasus korupsi semakin penting di tengah modus korupsi yang semakin canggih dalam transaksi ekonomi yang beragam dan semakin kompleks. Auditor pemerintah harus memelihara dan meningkatkan kompetensinya secara terus-menerus agar mampu melaksanakan pekerjaannya secara profesional. Peran auditor pemerintah dengan keahliannya dalam mendeteksi adanya kecurangan sangat diperlukan. Seorang auditor harus selalu berusaha menghasilkan audit yang berkualitas dalam melaksanakan tugasnya. Menurut DeAngelo (1981) kualitas audit adalah probabilitas auditor dapat menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam

3 laporan keuangan yang diaudit. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil audit. Beberapa kejadian yang terjadi di dunia internasional maupun di Indonesia telah membuat profesi auditor menjadi sorotan masyarakat yang membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan. Kejadian di luar negeri diantaranya adalah kasus Enron Corporation dan Worldcom. Enron Corporation merupakan sebuah perusahaan pemasok energi terbesar di Amerika Serikat. Enron Corporation menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir 2001, ketika perusahaan mengumumkan telah salah menyajikan laba sebesar hampir $600 juta sejak tahun 1997, sehingga mereka harus melakukan penyajian ulang atas laporan keuangan yang telah diaudit sejak empat tahun sebelumnya (Elder, et.al, 2011:199). Jatuhnya Enron Corporation melibatkan banyak pihak, diantaranya auditor Enron Corporation, yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen. KAP Arthur Andersen telah gagal melaporkan ketidaklayakan sistem akuntansi di Enron Corporation (Messier, et.al, 2006:3). Kasus Worldcom juga melibatkan KAP Arthur Andersen. Worldcom merupakan perusahaan penyedia layanan telpon jarak jauh terbesar kedua di Amerika. Worldcom telah melakukan praktik akuntansi yang tidak sehat untuk memanipulasi laporan keuangan perusahaan. Worldcom telah melebihsajikan aktiva tetap dan pendapatan bersih (Messier, et.al, 2005:197). KAP Arthur Andersen sebagai auditor yang mengaudit Worldcom mengetahuinya namun tidak mengungkapkan kecurangan tersebut dalam opini auditnya.

4 Indikasi yang terjadi di Indonesia adalah adanya pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (WTP DPP) atas laporan keuangan kementerian negara, padahal pada kementerian tersebut ditemukan adanya penyimpangan terhadap pengelolaan keuangan negara. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2013, opini atas Laporan Keuangan Kementerian Agama pada tahun 2011 dan 2012 adalah WTP DPP, Kepolisian Negara pada tahun 2011 meraih opini WTP DPP, dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 memperoleh opini WTP. Berdasarkan berita dalam situs www.kpk.go.id, terdapat kasus atas pengadaan kitab suci Al-Qur an pada Kementerian Agama untuk tahun anggaran 2011 dan 2012, terdapat kasus atas proyek pengadaan alat simulator mengemudi kendaraan bermotor untuk ujian Surat Izin Mengemudi (SIM) di Korlantas Polri tahun anggaran 2011, dan pada tahun anggaran 2011 sampai 2013 terdapat penyalahgunaan Dana Operasional Menteri pada Kementerian ESDM. Badan Pengawas Pasar Modal dalam siaran pers tanggal 27 Desember 2002 menyatakan Kasus PT Kimia Farma tbk, yaitu menyajikan laba bersih terlalu tinggi karena adanya penggelembungan nilai persediaan dan pencatatan ganda atas penjualan pada laporan keuangan tahun 2001, dan KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma tidak berhasil mendeteksi kecurangan tersebut meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

5 Auditor pemerintah terdiri atas auditor eksternal dan auditor internal. Auditor internal dalam pemerintahan disebut sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Peran APIP dalam perspektif yang lebih luas adalah mendorong terwujudnya layanan publik yang berkualitas, proses manajemen pemerintahan yang lebih baik, dan pemberantasan korupsi yang efektif. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan salah satu Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. PP 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menegaskan bahwa BPKP merupakan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). BPKP sebagai APIP yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden berkomitmen untuk berkinerja tinggi melalui nilai-nilai luhur yang dianut, yaitu PIONIR (Profesional, Integritas, Orientasi pengguna, Nurani dan akal sehat, Independen, dan Responsibel). Selain berperan dalam kegiatan assurance dan consulting, BPKP juga berperan represif membantu aparat penegak hukum dalam bentuk audit investigatif dan penghitungan kerugian keuangan negara. Peran represif BPKP tidak hanya terbatas melakukan audit investigatif dari pengembangan audit reguler dan pengaduan masyarakat, BPKP juga menjadi pendukung Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system). BPKP berkoordinasi dengan Kejaksaan RI, Kepolisian Negara RI dan KPK atau instansi lain yang meminta untuk dilakukannya audit investigasi. Peran strategis BPKP dalam memberantas korupsi membuat BPKP harus menjaga kualitas auditnya dengan meningkatkan kinerjanya. Kalbers & Fogarty (1995) dalam Rustiarini (2013) menyatakan kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya

6 sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Bonner & Sprinkle, (2002) menyatakan kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor individu (motivasi, kepribadian, kepercayaan diri, pengetahuan, dan kemampuan), tugas (kompleksitas dan struktur tugas), dan lingkungan (tekanan waktu, akuntabilitas, tujuan penugasan, dan umpan balik). Seorang auditor dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Kualitas audit selain ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki oleh auditor, juga dipengaruhi oleh perilaku auditor. Kegiatan audit tidak terlepas dari masalah keperilakuan, seperti adanya kemungkinan seorang auditor melakukan penyimpangan perilaku (dysfunctional behavior) sehingga akan dapat menurunkan kualitas audit. Penyimpangan perilaku ini disebut dengan perilaku audit disfungsional (dysfunctional audit behavior). Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas audit secara langsung maupun tidak langsung (Otley dan Pierce, 1996a). Salah satu perilaku audit disfungsional adalah perilaku penurunan kualitas audit (Otley dan Pierce, 1996a). Perilaku penurunan kualitas audit adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan prosedur audit yang dapat mereduksi efektivitas bukti-bukti audit yang dikumpulkan (Malone dan Robert, 1996). Perilaku penurunan kualitas audit diantaranya adalah penghentian prematur atas prosedur audit, menerima penjelasan klien yang lemah, membuat ulasan dokumen klien secara dangkal, gagal meneliti kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan klien, dan mengurangi pekerjaan audit dari yang seharusnya dilakukan (Malone dan

7 Robert, 1996; Otley dan Pierce, 1996a). Perilaku-perilaku tersebut merupakan ancaman serius terhadap kualitas audit karena bukti audit yang kompeten dan cukup untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diaudit tidak dapat diperoleh (Herrbach, 2001). Perilaku penurunan kualitas audit yang dilakukan oleh seorang auditor disebabkan antara lain karena faktor situasional, dan karakteristik individual auditor. Faktor situasional yang diuji dalam penelitian ini adalah tekanan anggaran waktu dalam pelaksanaan audit. Karakteristik individual auditor yang dikaji dalam penelitian ini adalah locus of control dan komitmen profesional. Tekanan anggaran waktu dari pihak manajemen merupakan faktor utama yang dapat mengurangi kualitas audit dan kinerja auditor (Willett dan Page, 1996). Alokasi waktu audit yang tidak tepat akan dapat mengakibatkan munculnya perilaku yang mengancam kualitas audit. Penetapan anggaran waktu audit yang terlalu pendek maupun terlalu panjang akan berdampak pada efektivitas pelaksanaan audit. Cook dan Kelley (1988) menyatakan anggaran waktu audit yang ketat dapat mendorong auditor melakukan tindakan audit disfungsional karena dapat mengakibatkan auditor merasakan tekanan dalam melaksanakan prosedur audit karena ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas audit. Hasil penelitian McNamara dan Liyanarachchi (2008) adalah berkurangnya anggaran waktu menyebabkan perilaku penurunan kualitas audit meningkat secara signifikan.

8 Locus of control merupakan tingkat keyakinan yang dimiliki oleh seseorang tentang sejauh mana mereka sebagai penentu nasib mereka sendiri (Robbins, 2008:138). Locus of control terdiri atas locus of control internal dan locus of control eksternal. Daft (2011: 300) menyatakan individu dengan locus of control internal adalah individu yang meyakini bahwa tindakan yang mereka lakukan mempengaruhi apa yang terjadi pada diri mereka, sedangkan individu dengan locus of control eksternal adalah individu yang meyakini kejadian yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar, seperti kesempatan atau keberuntungan. Hasil penelitian Hastuti (2013) menunjukkan locus of control internal berpengaruh negatif terhadap perilaku penurunan kualitas audit, sementara locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap perilaku penurunan kualitas audit. Hasil penelitian Donnelly, et al (2003) menunjukkan adanya hubungan positif antara locus of control eksternal dengan penerimaan perilaku audit disfungsional. Karakteristik individual lainnya yang diteliti adalah komitmen profesional. Komitmen profesional adalah komitmen para profesional terhadap profesinya. Komitmen profesional mengacu pada kekuatan relatif terhadap keterlibatan individu dalam suatu profesi tertentu, serta kemauan untuk mengerahkan usaha atas nama profesi dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalamnya (Aranya dan Ferris, 1984). Komitmen seseorang terhadap profesinya diwujudkan dalam tiga karakteristik, yaitu penerimaan atas tujuan-tujuan dan nilai-nilai profesi, kemauan untuk melakukan usaha sekuat tenaga demi kepentingan profesi dan adanya keinginan untuk memelihara dan mempertahankan keanggotaan dalam

9 profesi (Aranya dan Ferris, 1984). Hasil penelitian Hastuti (2013) menunjukkan komitmen profesional afektif, kontinu, dan normatif berpengaruh negatif dengan perilaku penurunan kualitas audit. Hasil penelitian Silaban (2009) menunjukkan komitmen profesional afektif dan normatif berpengaruh negatif dengan perilaku penurunan kualitas audit. Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi motivasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control, dan Komitmen Profesional pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Hastuti (2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan objek yang berbeda. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1) Apakah tekanan anggaran waktu berpengaruh pada terjadinya perilaku penurunan kualitas audit? 2) Apakah locus of control berpengaruh pada terjadinya perilaku penurunan kualitas audit? 3) Apakah komitmen profesional berpengaruh pada terjadinya perilaku penurunan kualitas audit?

10 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh tekanan anggaran waktu pada terjadinya perilaku penurunan kualitas audit. 2) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh locus of control pada terjadinya perilaku penurunan kualitas audit. 3) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh komitmen profesional pada terjadinya perilaku penurunan kualitas audit. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis untuk berbagai pihak yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini, yaitu: 1) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang lebih luas mengenai pengaruh tekanan anggaran waktu, locus of control, dan komitmen profesional pada perilaku penurunan kualitas audit, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian terkait di masa mendatang. 2) Kegunaan Praktis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah pada umumnya, dan BPKP pada khusunya mengenai pengaruh

11 tekanan anggaran waktu, locus of control, dan komitmen profesional pada perilaku penurunan kualitas audit oleh auditor pemerintah, sehingga nantinya diharapkan dapat membantu dalam mengurangi atau mencegah kemungkinan terjadinya praktik penurunan kualitas audit.