ABSTRAKSI A.PUTRY MAHARDHIKA / E411

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya kesehatan masyarakat harus benar-benar mendapatkan perhatian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan pembangunan. yang produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI,2009).

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bahwa pada hakekatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan hajat hidup orang banyak itu harus atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I `PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang membutuhkan kesehatan, kesehatan merupakan hak bagi setiap

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN, SOSIAL EKONOMI DAN JARAK TEMPAT PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN POS KESEHATAN DESA (PKD) DI KECAMATAN COLOMADU

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan memandirikan masyarakat untuk

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

I. PENDAHULUAN. adalah pelayanan dalam bidang kesehatan. Pelayanan bidang kesehatan yang

I. PENDAHULUAN. dan tantangan strategis, baik dari segi eksternal maupun internal, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

PENGANTAR. xi P a g e

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2012

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. terkendali biaya dan terkendali mutu. Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CIKAMPAK JLN. Lintas Sumatera-Riau kode Pos 21465

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat

Transkripsi:

ABSTRAKSI A.PUTRY MAHARDHIKA / E411 07 012. Dengan judul RESPON MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN GRATIS DI PUSKESMAS PALAKKA DESA PANYILI KECAMATAN PALAKKA KABUPATEN BONE. Pembimbing I Drs. Suparman Abdullah, M.si. dan Pembimbing II Buchari Mengge, S.Sos,M.A Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tak pernah habis jika di bicarakan. Selalu mengundang perhatian dari berbagai pihak. Banyaknya sorotan baik yang sifatnya sebagai saran, kritikan bahkan gunjingan tak pernah lepas dari dunia kesehatan. Ini merupakan masalah yang hakiki. Masalah kita bersama. Masalah kesehatan bukan hanya masalah individu, akan tetapi masalah kita semua, masalah kelompok. Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang, pada dasarnya menyangkut dua aspek utama. Pertama ialah aspek fisik, seperti misalnya tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tentu saja diperlukan upaya-upaya optimal dalam memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, sehingga nantinya dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Di kalangan masyarakat perlindungan sosial dibidang kesehatan merupakan salah satu bentuk dan strategi perlindungan sosial dalam dalam meningkatkan kualitas kesehatan khususnya di Desa Panyili. Dibanding dengan negara-negara tetangga lainnya, kualitas kesehatan di Indonesia masih dan terus tertingal.salah satu penyebabnya adalah rendahnya akses terhadap perawatan kesehatan dikarenakan mahalnya biaya perawatan. Situasi ini terjadi terutama dikalangan orang miskin yang tidak memiliki jaminan sosial di bidang kesehatan. Sumbangsih pemerintah pun telah terlihat, dengan pembangunan Puskesmas dan Pustu di berbagai kecamatan bahkan pedesaan. Tidak hanya itu pemerintah pun mensahkan adanya program pelayanan kesehatan gratis dengan penyediaan obat-obat generik, perawatan kesehatan ibu dan anak, dan banyak lagi pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Salah satu cara yang harus ditempuh adalah dengan lebih mempercepat terwujudnya tujuan dari puskesemas di masyarakat khususnya masyarakat pedesaan yaitu dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, pemuka-pemuka agama, dan gencar melakukan penyuluhanpenyuluhan mengenai kesehatan.terlebih lagi saat sekarang ini sudah ada Program Pelayanan Kesehatan Gratis yang telah disahkan oleh pemerintah yang semestinya sudah bisa menjadi daya tarik untuk masyarakat agar lebih bisa menerima dan menggunakan sarana Puskesmas ini. Dengan adanya kesadaran dan kemauan di kalangan masyarakat, tentu saja animo/respon masyarakat perlahan-lahan akan berubah, dan akhirnya diharapakan kemudian menjadi pengguna pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas. Bahkan tidak saja sebagai pengguna jasa Puskesmas namun juga akan dengan sukarela serta berperan aktif di setiap kegiatan yang berkenaan dengan pelaksanaan program kesehatan di Puskesmas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan di Indonesia adalah salah satu hak yang harus dimiliki oleh tiap warga negara. Didalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping kebutuhan akan sandang dan pangan, pemukiman dan pendidikan. Karena hanya dalam keadaan sehatlah manusia dapat hidup, tumbuh, berkarya dan berkreasi dengan baik. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya. Pembangunan kesehatan ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup masyarakat ke arah yang lebih baik. Di samping itu pula dilakukan perbaikan dan peningkatan sistem pembiayaan kesehatan sehingga menjadi lebih jelas, sarana dan prasarana juga perlu diperhatikan mutunya, agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Dalam Undang-undang No.9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan (Maryati Sukarni, 1988) menyatakan bahwa : Yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit/cacat dan kelemahan.

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan, diantaranya adalah memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, merata dan terjangkau,yang mengandung makna bahwa salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada di tangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran serta aktif segenap anggota masyarakat dan berbagai potensi swasta (Depkes RI, 1999: 33-35). Pada hakikatnya derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh empat faktor penentu yaitu faktor bawaan, pelayanan kesehatan, perilaku dan faktor (fisik, biologis, dan kemasyarakatan). Dua faktor tersebut terakhir merupakan faktor penentu ini berada dalam kondisi interaksi dengan faktor-faktor kependudukan, sosial budaya, ekologi, sumber daya alam dan ekonomi (Maryati Sukarni, 1998). Derajat kesehatan kini dipertanyakan dalam kondisi masyarakat yang semakin heterogen. Rendahnya derajat kesehatan ini disebabkan karena kurang optimalnya pelayanan kesehatan. Kurang optimalnya pelaksanaan pelayanan kesehatan ini tak lepas dari berbagai faktor sosial dan ekonomi. Dari sektor ini tentu saja masyarakat yang terdiri dari berbagai lapisan sosial, memiliki perbedaan pendapatan oleh masing-masing masyarakat. Faktor lain yang bisa menjadi penyebab dari kurang optimalnya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yakni pola

penyakit, kondisi geografis yang sulit untuk menjangkau sarana kesehatan, perkembangan teknologi di bidang kesehatan yang semakin maju. Itulah sebabnya maka upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal merupakan upaya penting yang dilaksanakan oleh masyarakat seluruh dunia. Di sektor kesehatan, kesadaran dan kemampuan setiap masyarakat untuk hidup sehat merupakan faktor utama untuk mewujudkan suatu masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal. Oleh karena itu dalam Sistem Kesehatan Nasional dinyatakan bahwa: pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Selanjutnya untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan, pemerintah Sulawesi Selatan sebagaimana diamanatkan dalam Undangundang Dasar 1945 memprogramkan pelayanan kesehatan gratis guna memberikan akses seluasluasnya kepada seluruh masyarakat dalam memperoleh layanan kesehatan. Kemudian, masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara seperti Indonesia pada dasarnya menyangkut pada dua aspek penting. Pertama adalah aspek fisik (berupa tersedianya sarana kesehatan yang memadai dan pengobatan penyakit). Kedua adalah non-fisik yang menyangkut prilaku kesehatan. Dan salah satu indikasi dari keseriusan pemerintah dalam penanganan kesehatan tersebut yaitu dengan adanya pembangunan sarana Puskesmas sebagai bantuan Inpres yang tidak hanya terbatas di perkotaan saja, tetapi di tingkat kecamatan bahkan sampai di tingkat pedesan dengan maksud memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan demikian, maka pemerintah mencanangkan upaya perluasan melalui Puskesmas yang menekankan pada upaya pelayanan kesehatan masyarakat (Mustamin Alwi,1991,1). Melihat kondisi sekarang ini, dimana banyak pihak yang memandang sebelah mata peranan Puskesmas kemudian menjadi hal mutlak yang perlu diketahui jika keberadaan

Puskesmas sangatlah mendukung akan terciptanya kondisi sehat dalam masyarakat, hanya saja sebagian masyarakat belum memanfaatkan puskesmas secara maksimal. Hal tersebut terjadi karena sebagian masyarakat belum mengetahui dan mengahayati tata cara hidup sehat. Menyadari bahwa puskesmas memiliki peranan yang cukup besar dan memberikan kontribusi yang berarti bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, maka setiap warga senantiasa bisa menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas dengan baik. Perhatian pemerintah akan pentingnya kesehatan bagi masyarakat kemudian semakin lengkap dengan adanya program kesehatan gratis. Ini pun sebagai acuan bagi masyarakat maupun tenaga medis agar dapat mengoptimalkan peranan Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan yang posisinya terkadang dipandang sepele bagi sebagian orang. B. RUMUSAN MASALAH Upaya kesehatan di Sulawesi Selatan, belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan kesehatan yang bersifat peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih dirasakan kurang. Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah seperti Puskesmas telah terdapat dihampir semua kecamatan, namun upaya kesehatan belum dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. Potensi pelayanan kesehatan swasta dan upaya kesehatan berbasis masyarakat yang semakin meningkat, belum didayagunakan sebagaimana mestinya. Sementara itu keterlibatan dinas kesehatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan keterkaitannya dengan pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih dirasakan sangat kurang. Jumlah sumber daya manusia (SDM) kesehatan pun dirasa belum memadai. Rasio tenaga kesehatan dan jumlah penduduk masih rendah. Penyebaran SDM kesehatan juga belum menggembirakan. Selain itu mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan. Hal ini

tercermin dari kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang masih rendah. Jumlah sarana dan prasarana kesehatan masih belum memadai untuk memberikan akses layanan kesehatan secara optimal. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan pemberdayaan masyarakat yang berarti mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan secara bersama-sama. Jaringan kemitraan dengan berbagai pihak termasuk sektor pemerintahan dan dunia usaha belum dikembangkan secara optimal. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas Panyili Kecamatan Palakka Kab.Bone? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja Puskesmas? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas Panyili Kecamatan Palakka Kab.Bone. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Puskesmas

D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti a. Penelitian ini merupakan kesempatan baik dalam menerapkan ilmu dan mengembangkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian. 2. Bagi Puskesmas Palakka Kab.Bone a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi Puskesmas yang bersangkutan dalam hubungannya dengan jasa pelayanan kesehatan. b. Sebagai input atau bahan masukan untuk perbaikan kualitas pelayanan guna memenuhi kepuasan pasien, sehingga dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya yang diambil dalam mengukur kebijaksanaan dimasa yang akan datang. 3. Bagi pihak lain a. Sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pembaca kajian ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dibidang operasional umumnya atau tentang kualitas pelayanan.

E. Kerangka Konseptual Banyak masyarakat beranggapan bahwa sakit adalah takdir yang merupakan ujian dalam hidup sehingga terkadang menyebabkan masyarakat cenderung menyepelekan penyakitnya. Misalnya, bekerja sepanjang hari tanpa diimbangi istirahat serta asupan gizi yang cukup. Masyarakat lebih mengutamakan pekerjaan dibandingkan kesehatan dirinya sendiri dan generasi yang lebih tua kebanyakan masih mengandalkan warisan ilmu gaib (jampi jampi) sehingga terkadang penyakitnya dapat disembuhkan tanpa bantuan medis. Selain faktor tersebut di atas, hal lain yang menjadikan masyarakat mengabaikan kesehatan dan lebih menggunakan pengobatan diri sendiri yakni jarak tempuh menuju tempat pelayanan kesehatan yang cukup jauh dan sulit dijangkau. Perjalanan yang begitu rumit dan melelahkan membuat mereka cenderung menggunakan media supranatural sebagai pertolongan dalam menyembuhkan penyakitnya sehingga terkadang ada masyarakat yang menderita penyakit tidak tersentuh dengan pelayanan kesehatan. Selain masalah kurangnya kepedulian masyarakat akan kesehatannya, kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan terhadap masyarakat serta biaya untuk berobat. Masalah masih tingginya kepercayaan supranatural atau jampi-jampi di Bone. Hal ini menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut di Puskesmas Palakka. Melihat bagaimana respon masyarakat akan adanya sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Palakka, kemudian membandingkan apa yang sebenarnya menjadi kendala ataupun yang bisa mensukseskan program pemerintah, Indonesia Sehat 2010. Di tambah lagi mengingat tahun ini selayaknya visi itu sudah seharusnya tercapai.

Untuk mencapai mutu kesehatan tersebut diperlukan wadah atau sarana seperti puskesmas. Puskesmas kemudian memiliki peranan yang sangat besar. Puskesmas sebagai unit terkecil dari bentuk pelayanan kesehatan yang ada. Puskesmas merupakan unit pelaksana di wilayah kecamatan yang melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan di tingkat wilayah kecamatan. Pembangunan puskesmas di tiap kecamatan memiliki peran yang sangat penting dalam memelihara kesehatan masyarakat. Apabila berfungsi, maka akan mampu memberikan pelayanan masyarakat yang membutuhkan puskesmas. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, puskesmas terlebih dahulu harus dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Masalah ketenagakerjaan baik itu dari sisi kebijakan pemerintah daerah, ketersediaan dan jaringan, mutu dan distribusi antar perkotaan, pedesaan dan desa tertinggal, pandangan yang ada di masyarakat mengenai mutu pelayanan puskesmas, serta kurang jelasnya peran puskesmas dalam pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin, merupakan bagian dari masalah-masalah yang terlebih dahulu harus diselesaikan untuk mencapai tujuan didirikannya puskesmas. Adanya puskesmas yang telah mendapatkan sertivikasi ISO 9002 merupakan bukti nyata adanya komitmen pemerintah daerah dan tim manajerial puskesmas serta seluruh tenaga kerja puskesmas dalam usaha peningkatan mutu puskesmas. Mutu pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkat dengan adanya program kesehatan gratis yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah. Diharapkan dengan adanya program kesehatan ini bisa lebih memacu kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya serta lebih peduli dengan kesehatannya. Tidak hanya itu, dengan adanya program kesehatan gratis ini di harapkan pula akan banyak respon positif di kalangan masyarakat khususnya pada masyarakat kalangan menengah ke bawah. Respon positif ini akan didapat apabila sikap atau tindakan yang di perlihatkan oleh pemerintah ataupun pihak puskesmas itu positif. Dengan kata lain masyarakat

akan menerima segala kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah apabila penyampaian informasi akan kebijakan tersebut melibatkan masyarakat dan di sosialisasikan dengan benar. Bukan hanya kebijakan yang sifatnya menguntungkan bagi pihak pemerintah saja dan diambil secara sepihak. Hal seperti ini tentu akan membawa respon negatif di kalangan masyarakat. Sebab, penyampaian yang tidak merata dan pelayanan yang di berikan kurang memuaskan tentu animo masyarakat untuk datang dan berobat ke puskesmas tentu saja akan semakin menurun. Apalagi melihat kondisi sekarang mengenai image gratis itu kurang baik. Dimana segala sesuatu yang gratis selalu dikaitkan dengan pelayanan yang standar dan terkesan tidak maksimal. Disini pemerintah dan juga segala pihak yang terkait seharusnya berperan penting dalam penyampaian informasi hingga pemberian layanan secara prima dan optimal, sehingga masyarakat dapat menilai positif akan program pelayanan kesehatan yang lebih baik. Respon positif dan negatif adalah dua hal yang akan memberikan keuntungan dalam hal pemberian citra positif pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia sekaligus akan memberikan citra negatif kepada pemerintah apabila dalam prosesnya dianggap tidak memuaskan oleh masyarakat. Respon positif akan di dapatkan apabila : 1. Layanan yang diberikan pihak puskesmas memuaskan. Memuaskan dalam hal ini menyangkut perhatian dan kepedulian petugas puskesmas dalam memberikan layanan kepada pasien yang datang ke puskesmas tanpa melihat atau membedakan latar belakang pasien. 2. Informasi mengenai program kesehatan yang ada di puskesmas disebarkan secara merata melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan. 3. Memperhatikan kebutuhan imunisasi ibu dan bayi serta keselamatan ibu dan bayi 4. Memperhatikan ketersediaan tenaga kesehatan di puskesmas

5. Memperhatikan ketepatan waktu kunjungan, jadwal posyandu dan puskesmas keliling agar pasien tidak menunggu terlalu lama. 6. Memperhatikan ketersediaan obat-obatan generik di puskesmas begitupun dengan pemeliharaan alat-alat kesehatan. Apabila 6 syarat ini dijalankan dengan baik oleh pihak pemerintah dan segala pihak terkait, tentu pemeliharaan kesehatan di daerah tentu akan lebih baik. Terlebih sekarang telah ada program kesehatan gratis. Berpatokan dari syarat di atas, program kesehatan yang sedang berjalan tentu akan lebih mudah.

F. SKEMA KERANGKA KONSEPTUAL RESPON MASYARAKAT TERHADAP PUSKESMAS Respon Positif Respon Negatif 1. PELAYANAN 2. SARANA DAN PRASARANA 3. PROGRAM KESEHATAN GRATIS FAKTOR PENDUKUNG 1. Jarak tempuh antara pemukiman warga dan puskesmas tidak terlalu jauh 2. Sering diadakannya program penyuluhan kesehatan gratis di desa-desa,rumah warga 3. Tenaga medis yang ramah kepada masyarakat FAKTOR PENGHAMBAT 1. Sarana Kesehatan,seperti sarana transportasi. 2. Kurangnya tenaga medis, seperti dokter,bidan 3. Kurang lengkapnya alat kesehatan dan jenis obat-obatan. 4. Masih adanya sebagian masyarakat yang masih percaya dan pada pengobatan nonmedis. KINERJA PUSKESMAS

G Metodelogi Penelitian 1. Tipe Penelitian dan Dasar Penelitian a. Tipe Penelitian yang digunakan adalah deskriptif yakni sebuah tipe penelitian yang memberikan gambaran suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Mengumpulkan data dari sejumlah responden dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuisioner sebagai pedoman dalam melakukan wawancara dengan responden. b. Dasar Penelitian yang digunakan adalah survei yang bertujuan mengumpulkan data dari sejumlah responden dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman dalam melakukan wawancara dengan responden. 2. Populasi dan Sampel a. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengguna/pasien puskesmas selama bulan Mei-Juni yang terdiri dari 700 pasien yang datang dari berbagai kalangan masyarakat di sekitar Puskesmas Palakka dan masyarakat pendatang. b. Sampel adalah respon dari populasi yang diambil sebanyak 10% responden dari jumlah populasi yang ada. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling Random Sampling. Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel secara acak, yaitu sample di ambil secara acak sesuai dengan keaktifan pasien berobat ke puskemas. Setelah mendapatkn pasien atau responden yang aktif ke puskesmas selama penelitian berlangsung dibagikan kuisioner yang didalamnya berisi 15 pertanyaan terbuka yang sifatnya wajib jawab.

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien atau responden yang datang berkunjung untuk pengobatan di Puskesmas Palakka dan menikmati jasa pelayanan kesehatan gratis serta memenuhi kriteria sejumlah 70 responden berdasarkan hasil penghitungan minimal besar sampel. Kriteria ini merupakan kriteria dimana subjek penelitian yang dapat mewakili dalam sampel penelitian yang mempunyai syarat sebagai sampel. Kriteria dalam penelitian ini adalah: a. Setuju menjadi responden b. Kooperatif c. Bisa berkomunikasi dengan baik d. Dapat membaca dan menulis Disamping responden di atas sebagai informasi, penelitian ini juga melakukan wawancara terhadap sejumlah informan yaitu kepada petugas puskesmas sebagai informan kunci di Puskesmas Palakka sebanyak 6 orang masing-masing 1 orang dokter umum 1 orang kepala puskesmas 2 orang perawat dan 1 orang petugas kartu jaminan kesehatan, bidan serta kepada 6 orang informan atau pasien sebagai pengguna puskesmas. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Palakka Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone Sulawesi Selatan, dengan pertimbangan desa ini merupakan salah satu desa yang dicanangkan sebagai desa siaga mandiri. Perubahan pola pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh masyarakat tentu saja sangat terasa. Ditambah dengan adanya program pemerintah mengenai pelayanan kesehatan gratis yang tentu saja menjadi salah satu alternatif kesehatan bagi masyarakat.

Penelitian ini dilakukan 2 bulan, yakni mulai bulan Mei sampai Juni 2010. 4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan terbagi menjadi 2 (dua), yakni: a. Data Primer, yang dapat diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan. Dengan pengumpulan data jenis ini diharapkan dapat memberikan informasi guna mengetahui secara jelas apa kasus yang diteliti. b. Data Sekunder, yang dapat diperoleh melalui data kepustakaan, pengumpulan data dari berbagai tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini. 5. Teknik Analisis Data Seluruh data ketanggapan petugas puskesmas dalam memberikan pelayanan prima sebagai wujud dari pelayanan kesehatan gratis diperoleh dengan menjumlahkan skor nilai dari 15 item pernyataan dengan koding 1 sampai 4 untuk masing-masing pertanyaan. Mengingat pertanyaan yang disajikan dalam bentuk kuisioner dengan 4 pilihan jawaban. Pengkodingan dilakukan berurut jawaban A untuk kode 1 jawaban B untuk kode 2 jawaban C untuk kode 3 dan jawaban D untuk kode 4. Terkait sifat penelitian ini, yaitu menggambarkan secara deskriptif dan pengujian hipotesis, maka data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel tabel frekuensi dan menggunakan statistik analitis untuk selanjutnya dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan piranti lunak statistik, yaitu SPSS. 6. Definisi Operasional

Untuk menghindari ketidaksepahaman antara penulis dan pembaca, maka perlu didefinisikan operasionalisasi variabel penelitian. 1. Puskesmas merupakan unit pelaksana di wilayah kecamatan yang melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan di tingkat wilayah kecamatan 2. Respon adalah tanggapan yang berikan oleh seseorang atas suatu perbuatan atau tindakan tertentu baik yang diterima secara langsung atau tidak langsung. 3. Masyarakat yaitu sekelompok orang yang memiliki identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu. Di antara anggotanya ada rasa persatuan yang membedakan kelompoknya dari kelompok yang lain; mereka mempunyai norma-norma, ketentuan dan peraturan yang dipatuhi bersama sebagai suatu ikatan dan dijadikan pedoman dalam memenuhi kebutuhan kelompok. Agar kehidupan di kelompok dapat berjalan dengan baik dan lancar. 4. Program Pelayanan Kesehatan Gratis adalah program bantuan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk pelayanan kesehatan bagi Masyarakat Sulawesi Selatan. Melalui Peraturan Gubernur Nomor 13 Tahun 2008 tertanggal 1 Juli 2008, selama kurun waktu 2008-2013 dengan harapan agar terjadi kesetaraan pelayanan diberbagai kelas sosial yang ada di Sulawesi Selatan. 5. Pada hakikatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal.

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa : 1. Respon merupakan perilaku yang di tunjukkan individu terhadap prilaku orang lain. Respon sendiri ada 2, yakni respon positif dan negatif. 2. Respon masyarakat terhadap adanya program kesehatan gratis di Puskesmas Palakka sangat positif dan dapat diterima baik oleh masyarakat sekitar. 3. Dengan persentase tingkat kepuasan responden sebesar 74,3% atas adanya program pelayanan kesehatan gratis. Kepuasan masyarakat pun bertambah dengan tingkat kepuasan akan pelayanan yang di berikan oleh petugas puskesmas, dengan persentase sebesar 64,3% responden mengatakan sangat puas terhadap pelayanan yang di berikan oleh pihak puskesmas. 1. Pelaksanaannya dilakukan dengan baik secara seksama dan secara berkala dengan tujuan agar informasi tersebut sampai pada masyarakat secara keseluruhan. 2. Adapun faktor yang mendukung dan yang menghambat kinerja puskesmas dalam memberikan pelayanan sebagai berikut: Faktor Pendukung seperti jarak tempuh yang dirasakan oleh 35 responden tidak terlalu jauh yakni < 30menit, Sering diadakannya program penyuluhan-penuluhan kesehatan. Baik informasi mengenai program kesehatan gratis ataupun penyuluhan lainnya, serta tenaga medis yang ramah. Faktor penghambat yang paling krusial yakni kurangnya alat transportasi, perlunya peremajaan alat-alat kesehatan dan masih kurangnya tenaga medis yang sekarang berjumlah 15 orang dibanding pada tahun 2010.

B. SARAN Dari berbagai informasi dan wawancara yang dilakukan selama penelitian, maka beberapa hal yang perlu sebagai bahan pertimbangan agar terjadi kesinambungan terhadap kebijakan ini sebagai rekomendasi bagi stakeholder antara lain : 1. Sosialisasi kebijakan program ini perlu lebih dioptimalkan lagi baik frekuensi maupun media penyampaian, dengan melibatkan sektor terkait lainnya. 2. Diperlukan penambahan tenaga kesehatan untuk memaksimalkan pelayanan. 3. Diperlukan regulasi yang lebih kuat untuk menjaga kelanjutan program ini termasuk yang mengatur pembagian insentif kepada petugas kesehatan sebagai reward atas pelayanan kesehatan yang dilakukan baik didalam gedung maupun diluar gedung. 4. Pelayanan kesehatan dasar gratis ini bisa juga dilakukan melalui kemitraan dengan swasta sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan tidak terbatas hanya pada sarana kesehata milik pemerintah saja dan waktu pelayanan bisa on time. 5. Membentuk sebuah lembaga jaminan pemeliharaan kesehatan agar upaya pengendalian yang dilakukan melalui monitoring dan evaluasi berkesinambungan dapat dipertanggungjawabkan.