BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2015 KEUANGAN. Tunjangan Kinerja. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pencabutan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI

2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tetapi belum diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Dalam Peraturan Pemerintah in

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan...

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

STANDAR KOMPETENSI. (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017)

2013, No sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan dalam penyelenggaraan sistem pengadaan Pegawai Negeri Sipil, sehingga ketentuan te

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI POLEWALI MANDAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2015 TENTANG

BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI. Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu:

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN

BAB I PENDAHULUAN. baik di mana setiap organisasi publik harus mampu bekerja secara cepat,

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN DASAR

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA

2012, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 3. Undang-Undang Nom

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

BAB I PENDAHULUAN. masuh belum cukupnya kualitas SDM yang menangani pembangunan. Disamping kualitas SDM, kualitas jenjang pendidikan di Dinas-dinas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

JABATAN FUNGSIONAL PENELITI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM SDM APARATUR

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Pelatihan staf pengadaan di LPMP dan P4TK Kemdikbud dalam hasil penelitian secara umum menggambarkan tingkat implementasi yang baik memenuhi kriteria dan ketentuan yang berlaku serta tujuan yang diharapkan. Pernyataan ini didasarkan pada hasil dari setiap dimensi yang meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan memperoleh nilai rata-rata termasuk dalam kategori tinggi. Dimensi perencanaan meliputi analisis kebutuhan pelatihan bagi staf pengadaan, dimensi pelaksanaan meliputi proses kegiatan pelatihan pengadaan barang/jasa, dan pelaporan merupakan bentuk pertanggungawaban kegiatan baik lisan ataupun tertulis dari staf yang mengikuti pelatihan kepada pimpinannya pasca pelatihan. 2. Kompensasi staf pengadaan di LPMP dan P4TK Kemdikbud dalam hasil penelitian ini secara umum telah diberikan sesuai ketentuan yang berlaku namun dirasakan masih belum makimal khususnya terkait dengan prinsip keadilan dengan beban pekerjaan dan sebagai suatu jabatan tugas profesional. Pernyataan ini didasarkan pada hasil dari setiap dimensi yang meliputi kompensasi finansial langsung, finansial tidak langsung dan non finansial memperoleh nilai rata-rata termasuk dalam kategori cukup. Dimensi finansial langsung dan tidak langsung mengarah kepada kompensasi yang berupa finansial dan fasilitasi kegiatan, sedangkan dimensi non finansial lebih mengarah kepada bentuk penghargaan, pengakuan dan perlindungan kerja. 3. Efektifitas pengadaan barang/jasa di LPMP dan P4TK Kemdikbud dalam hasil penelitian ini secara umum menggambarkan kondisi sangat baik sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tujuan yang diharapkan. Pernyataan ini didasarkan pada hasil dari setiap dimensi yang meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan memperoleh nilai rata-rata termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dimensi perencanaan meliputi

ruang lingkup perencanaan pengadaan, dimensi pelaksanaan meliputi proses kegiatan impelemntasi pengadaan barang/jasa, dan pelaporan meliputi pembuatan dan mekanisme penyimpanan dokumen hasil kegiatan sebagai bentuk pertanggungawaban anggaran publik. 4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pelatihan staf pengadaan terhadap efektifitas pengadaan barang/jasa di LPMP dan P4TK Kemdikbud. Namun berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa pengaruhnya termasuk dalam kategori rendah. 5. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kompensasi terhadap efektifitas pengadaan barang/jasa di LPMP dan P4TK Kemdikbud. berdasarkan hasil penelitian, pengaruhnya termasuk dalam kategori sedang dan berpengaruh positif. 6. Terdapat pengaruh antara pelatihan staf pengadaan dan kompensasi terhadap efektifitas pengadaan barang/jasa di LPMP dan P4TK Kemdikbud. berdasarkan hasil penelitian, pengaruhnya termasuk dalam kategori sedang dan berpengaruh positif. B. Rekomendasi Berdasarkan temuan penelitian yang diperoleh di lapangan, ada beberapa rekomendasi yang akan disampaikan dalam upaya kontribusi positif untuk perbaikan dan pengembangan keilmuan serta praktek terkait pengadaan barang/jasa pemerintah khususnya di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 1. Aspek Pelatihan Kegiatan pelatihan staf pengadaan yang terungkap dalam penelitian ini menggambarkan kondisi yang tinggi (baik), namun dalam aspek monitoring dan evaluasi (monev) dampak diklat, masih dalam kategori cukup. Kegiatan pelatihan yang efektif, seharusnya dirancang secara komprehensif dari mulai tahap analisis kebutuhan, proses pelatihan hingga pemantauan manfaat hasil pelatihan (dampak pelatihan) terhadap kinerja 151

organisasi. Untuk itu, Penulis menghimbau kepada para pihak terkait, khususnya instansi pengelola pelatihan dan LKPP untuk melakukan evaluasi, baik proses maupun kegiatan monitoring dan evaluasi pasca kegiatan pelatihan secara konsisten. Kegiatan tersebut untuk mengukur motivasi dan reaksi positif peserta pelatihan serta sebagai instrumen proses timbal balik (feed back) dan evaluasi dari kekurangan kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan, dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan pelatihan selanjutnya. Bagi instansi pengguna pelatihan, juga diharapkan melakukan analisis dalam proses seleksi calon peserta pelatihan sehingga peserta pelatihan merupakan peserta terbaik yang memiliki dasar motivasi belajar dan tujuan yang jelas dalam pelatihan. 2. Aspek Kompensasi Dalam hasil penelitian ini menggambarkan bahwa aspek kompensasi staf pengadaan, baik yang bersifat kompensasi finansial langsung dan tidak langsung, maupun kompensasi non finansial menunjukan kondisi yang kurang maksimal yaitu dalam kategori cukup. Sehingga sangat wajar apabila dalam penelitian ini juga terungkap bahwa tugas menjadi pengelola pengadaan menjadi sebuah profesi yang tidak diminati dikalangan pegawai negeri sipil (PNS). Padahal, hampir semua pakar berpendapat bahwa salah satu faktor determinan yang mempengaruhi efektifitas kinerja pegawai adalah pemberian sistem kompensasi yang efektif dengan memenuhi prinsip keadilan. Berdasarkan temuan fakta diatas, penulis secara khusus memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut : a) Bagi Pemangku Kebijakan Para pemangku kebijakan baik ditatanan eksekutif maupun legislatif diharapkan dapat mengkaji kembali sistem kompensasi bagi pengelola pengadaan barang/jasa pemerintah yang selama ini diterapkan. Prinsip keadilan dan tunjangan berdasarkan kinerja merupakan konsep dasar dalam merancang pemberian kompensasi yang efektif. Remunerasi 152

merupakan sistem kompensasi yang sangat ideal diterapkan dalam tatanan birokrasi pemerintah sebagai bagian dari peningkatan profesionalisme aparatur negara. Pelaksanaan remunerasi PNS diharapkan segera diimplementasikan pada semua Kementerian khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sehingga dapat menjadi jembatan dalam peningkatan dan profesionalitas PNS khususnya para pengelola pengadaan pemerintah. Urgensi implementasi tersebut merujuk pada ketentuan yang berlaku dan dalam upaya pemenuhan hak PNS dalam Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian yang mengamanatkan bahwa setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya. Selain itu, untuk menjamin kepastian pengembangan profesi pengadaan, hendaknya pemerintah dan legislatif segera mengeluarkan regulasi yang secara teknis mengatur mekanisme jenjang karir bagi tenaga fungsional khusus pengadaan. Dengan demikian, diharapkan jabatan pengelola pengadaan dapat menjadi profesi yang strategis dan dapat diminati dikalangan PNS sehingga secara tidak langsung dapat berkontribusi positif dalam pembangunan bangsa melalui pelayanan profesional terhadap masyarakat. b) Bagi Instansi Pemerintah Rendahnya kompensasi yang diterima oleh pengelola pengadaan, hendaknya disikapi oleh pimpinan instansi pemerintah sebagai suatu tantangan perubahan manajemen. Kekakuannya aspek kompensasi finansial yang diberikan kepada staf pengadaan seperti PNS lainnya yang telah diatur dalam peraturan keuangan negara, dapat disiasati dengan pemberian kompensasi non finansial yang efektif. Kompensasi tersebut meliputi pemberian fasilitas kerja yang memadai, proteksi dan penghargaan pekerjaan yang tinggi ataupun penilaian kinerja yang objektif 153

kedalam jenjang pengembangan karir para pengelola pengadaan. Upaya tersebut diatas diharapkan dapat berfungsi sebagai stimulus untuk meningkatkan motivasi dan kinerja pengelola pengadaan barang/jasa pemerintah dalam mensiasati keterbatasan kompensasi finansial yang selama ini diterapkan. 3. Aspek Efektifitas Pengadaan Barang/Jasa Pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang terungkap dari hasil penelitian menunjukan kategori sangat tinggi yang berarti menggambarkan kinerja yang sangat baik. Namun dalam indikator pelaporan sisa hasil anggaran yang berfungsi sebagai bahan revisi anggaran pada tahun berjalan, masih kurang optimal yang berada dalam kategori tinggi. Pelaporan merupakan komunikasi antara pengelola kegiatan kepada pimpinan selaku kuasa pengguna anggaran. Apabila komunikasi terkait hasil sisa anggaran kegiatan pengadaan berjalan dengan baik, maka revisi anggaran dapat direncanakan dan diimplementasikan untuk menutupi kegiatan lainnya yang belum terakomodir sebelumnya terkait keterbatasan anggaran. Sehingga saldo anggaran dapat terserap dengan baik kedalam kegiatan program yang lain berdasarkan skala prioritas, mengingat sistem anggaran dalam sistem pemerintah kita adalah keterserapan anggaran. Semakin tinggi keterserapan anggaran, menunjukan semakin efektif pula kinerja organisasi pemerintahannya. Berdasarkan temuan diatas, penulis menghimbau kepada pengelola pengadaan supaya senantiasa meningkatkan kinerjanya terutama yang berkaitan dengan komunikasi kepada pimpinan selaku kuasa pengguna anggaran terkait sisa anggaran hasil pengadaan. Dengan demikian, pimpinan dapat melakukan perencanan revisi anggaran dengan tepat, berdasarkan analisis skala prioritas dalam upaya pencapaian tujuan organisasi yang efektif dan efisien. 4. Aspek pengembangan keilmuan 154

Dalam tatanan empiris, banyak ditemukan fakta-fakta baru yang secara keilmuan dapat menjadi khasanah perbaikan dan pengembangan dari keilmuan yang telah ada. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dinamika yang menjadi dasar dari berkembangnya ilmu pengetahuan sebelumnya. Begitu pula halnya dengan ruang lingkup pengadaan barang jasa sebagai ranah ilmu pengetahuan yang erat bersinggungan dengan ilmu lainnya, memerlukan pengembangan riset yang teritegrasi khususnya dengan teknologi informasi dalam upaya menciptakan pelayanan pengadaan publik yang transparan dan akuntabel memenuhi harapan masyarakat. Begitu pula dengan tingginya tuntutan profesionalitas pengelola pengadaan dan sangat kompleksnya ruang lingkup keilmuan pengadaan pengadaan barang/jasa, sudah tidak ideal apabila hanya diakomodir melalui kegiatan pelatihan yang memiliki banyak keterbatasan terutama singkatnya alokasi waktu. Oleh karenanya, penulis membuka solusi wacana terhadap potensi pemenuhan kompetensi pengadaan barang/jasa melalui pembelajaran formal seperti profesi lainnya. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karenanya, diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang berminat dengan penelitian serupa dapat lebih menyempurnakan dari segala keterbatasan dalam penelitian ini guna pengembangan ilmu khususnya dalam lingkup pengadaan barang/jasa di lingkungan pendidikan. 155

156