0 PROPOSAL TESIS PENGARUH PEMBERIAN DAUN BINAHONG TERHADAP KUALITAS LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS DI RUMAH SAKIT SYARIFAH AMBARNI RATO EBUH BANGKALAN Untuk memenuhi sebagian persyaratan pendaftaran S2 Kebidanan Oleh : Novita Eka Kusuma Wardani
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi post partum adalah penyebab kematian maternal yang merupakan urutan kedua setelah perdarahan jika tidak segera ditangani. Infeksi postpartum terjadi di traktus genitalia setelah kelahiran yang diakibatkan oleh bakteri. Hal ini akan meningkatkan resiko infeksi postpartum yang salah satunya disebabkan oleh luka episiotomi yang dapat menyebabkan shock septik. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada bayi baru lahirbaik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada hampir semua primipara. Ruptur perineum dapat dapat terjadi karena ruptur spontan maupun episiotomi. Robekan jalan lahir dapat menyebabkan perdarahan, oleh karena itu dilakukan penjahitan perineum. Kualitas luka jahitan perineum dikatakan baik apabila tidak terdapat tanda tanda infeksi yaitu, merah, bengkak, panas, nyeri,fungsioleosa ( Mochtar, 2002 ). Menurut Mochtar, 2002, Faktor yang mempengaruhi perawatan luka perineum adalah faktor eksternal ( lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial ekonomi, penanganan petugas, kondisi ibu dan gizi ) dan faktor internal ( usia, penanganan jaringan, hemoragi, hipovolemia, faktor lokal edema, defisit nutrisi, personal hygiene, deficit oksigen, medikasi dan aktivitas berlebih ). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012, angka kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu penduduk atau meningkat sekitar 57 persen bila dibandingkan dengan kondisi pada 2007, yang hanya sebesar 228 per 100 ribu penduduk ( BKKBN, 2013 ). Angka kejadian infeksi masa nifas di Jawa TImur sebesar 6,06 % ( Dinkes Jawa Timur, 2011 ). Seiring perkembangan zaman, pemakaian dan pendayagunaan obat tradisional di Indonesia mengalami kemajan yang sangat pesat. Obat-obatan tradisional digunakan kembali oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif pengobatan, di samping obat obatan modern yang berkembang pesat di pasar obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan bahan bahan alami murni memiliki efek samping, tingkat bahaya dan resiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat kimia ( Nita Rochani, 2009 ). Salah satu tumbuhan yang biasa digunakan untuk obat tradisional adalah tumbuhan binahong ( Anredera Cordifolia ). Masyarakat menggunakan binahong untuk menyembuhkan luka. Sebagai obat luka, binahong mengandung beberapa kandungan 1
2 kimia yaitu flavonoid, asam oleanolik, protein, saponin dan asam askorbat. Kandungan asam askorbat pada tanaman ini penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan kolagen, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Sebagai respon dari kerusakan jaringan tersebut, maka tubuh akan berusaha untuk memperbaiki jaringan yang rusak melalui mekanisme penyembuhan luka. Untuk membantu penyembuhan luka dapat menggunakan daun binahong( Katno,2006 ). Saponin juga mempunyai aktivitas antiseptik dan pembersih serta meningkatkan kekebalan tubuh. Polifenol merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan yang berpengaruh dalam mengurangi oksidan berlebih yang dikleuarkan oleh sel PMN pada fase I penyembuhan luka. Flavonoid selain memiliki efek antioksidan juga memiliki sifat antibakterial ( Hernani, 2005 ). Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian daun binahong terhadap kualitas luka perineum pada ibu nifas di Rumah Sakit Syarifah Ambarni Rato Ebuh Bangkalan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Bagaimana Pengaruh pemberian daun binahong terhadap kualitas luka perineum pada ibu nifas di Rumah Sakit Syarifah Ambarni Rato Ebuh Bangkalan? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian daun binahong terhadap kualitas luka perineum pada ibu nifas di Rumah Sakit Syarifah Ambarni Rato Ebuh Bangkalan 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk : a. Mengetahui pengaruh pemberian daun binahong dengan dosis 3 lembar daun binahong terhadap kualitas luka perineum pada ibu nifas di Rumah Sakit Syarifah Ambarni Rato Ebuh Bangkalan b. Mengetahui pengaruh pemberian daun binahong dengan dosis 5 lembar daun binahong terhadap kualitas luka perineum pada ibu nifas di Rumah Sakit Syarifah Ambarni Rato Ebuh Bangkalan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Binahong (Anredera cordifolia) Binahong atau Anredea Cordifiia Steenis merupakan tanaman obat dari daratan Tiongkok yang dikenal dengan nama asli dheng san chi, sedangkan di dunia international binahong dikenal dengan nama hearthleaf madeiravine ( Suseno, 2013 ). Di Indonesia tanaman ini dikenal sebagai gondola ( Bali ), kandula ( Madura ), uci uci ( Jawa ) yang sering digunakan sebagai gapura yang melingkar diatas jalan taman. Tanaman merambat ini perlu dikembangkan dan diteliti lebih jauh. Terutama untuk mengungkapkan khasiat dari bahan aktif yang dikandungnya. Berbagai pengalaman yang ditemui di masyarakat, binahong dapat dimanfaatkan untuk membantu proses penyembuhan penyakit-penyakit berat ( Manoi, 2009). 2.1.1 Morfologi Tanaman Suseno ( 2013 ) mendeskripsikan bahwa tanaman binahong memiliki batang yang lunak, berbentuk silindris dan saling membelit satu sama lain. Batang berwarna merah dan memiliki permukaan yang halus. Ada kalanya tanaman ini berbentuk seperti umbi umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk yang tidak beraturan dan memiliki tekstur yang kasar. Jenis bunga pada tanaman binahong ini adalah majemuk yang tertata rapi menyerupai tandan dengan tangkai yang panjang. Bunga tersebut muncul di ketiak daun. Mahkota bunga berwarna krem keputihan dengan jumlah kelopak sebanyak 5 helai. Bunga ini cukup menarik karena memiliki aroma wangi yang khas. Menurut Suseno ( 2013 ), daun binahong memiliki ciri ciri seperti : berdaun tunggal, memiliki tangkai yang pendek, tersusun berseling-seling, daun berwarna hijau, bentuk daun menyerupai jantung, panjang daun 5 10 cm sedangkan lebarnya 3 7 cm, helaian daun tipis lemas dengan ujung yang meruncing, memiliki pangkal yang berlekuk, tepi rata, permukaan licin dan bisa dimakan. 2.1.2 Kandungan dan Efek Farmakologis Binahong Menurut Yellia ( 2009 ), kandungan tanaman binahong masih belum banyak diketahui, Namun berdasarkan manfaat dan efek farmakologisnya jika dikonsumsi,binahong diduga memiliki kandungan antioksidan dan antivirus yang cukup 3
4 tinggi. Setiap tanaman akan memproduksi bermacam macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu. Senyawa kimia ini lebih banyak fungsinya untuk bersaing dengan makhluk hidup lainnya. Senyawa ini disebut dengan metabolit sekunder. Untuk mengungkap ada apa dibalik khasiat tanaman binahong, maka perlu dilakukan penelitian lebih jauh mengenai kandungan senyawa aktif. Menurut Prayudi ( 2009 ), seluruh bagian tanaman binahong mulai dari akar, umbi, batang, daun dan bunga sangat mujarab untuk terapi herbal. Kemampuan binahong untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit ini berkaitan erat dengan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya seperti flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin. Flavonoid dapat berperan langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem heterosiklik. Alkaloid memiiliki aktivitas hipoglikemik. Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel sel tubuh. Sedangkan saponin dapat menurunkan kolesterol, mempunyai sifat sebagai antioksidan, antivirus dan antikarsinogenik dan manipulator fermentasi rumen. Suseno ( 2013 ) menjelaskan bahwa dalam daun binahong terdapat aktivitas antioksidan, asam askornat dan total fenol yang sangat tinggi. Dalam daun binahong terdapat kandungan antibacterial dan sitotoksik, juga mengandung asam oleanolik yang memiliki khasiat sebagai antiinflamasi dan untuk mengurangi rasa nyeri pada luka bakar. Asam oleanolik tersebut merupakan golongan triterpenoid ( antioksidan pada tanaman ). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menunjukkan adanya senyawa kimia yang terkandung dalam daun binahong, yaitu : a. Rahmawat, dkk ( 2012 ), berhasil mengisolasi senyawa flavonoid 3,5,3,4 tetrahidroksiflavonol. Aktivitas oksidan ekstrak etil asetat dan fraksi gabungan hasil KLT ( fraksi C ) memiliki nilai IC50 sebesar 1458,5 ppm dan 3230,8 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan fraksi C daun binahong mempunyai aktivitas rendah sebagai antioksidan b. Titis,dkk ( 2013 ), berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa alkaloid pada ekstrak daun binahong. Isolat ( ekstrak etanol ) alkaloid adalah senyawa betanidin ( C18H16N2O8 ) yang bersifat tidak sitotoksik dengan LC50 sebesar 85,583 ppm. c. Ekaviantiwi,dkk ( 2013 ), berhasil mengidentifikasi asam fenolik dari ekstrak etanol daun binahong, yang diduga mengandung asam P kumarat. d. Khunaifi ( 2010 ), hasil uji fitokimia ekstrak daun binahong ditemukan senyawa polifenol, alkaloid dan flavonoid juga berfungsi sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
5 2.1.3 Cara Penggunaan Tanaman Binahong Cara penggunaan tanaman binahong yaitu sebagai berikut : 1. Menurut Yellia ( 2009 ), daun binahong dapat digunakan untuk mengobati penyakit kanker dengan cara sediakan 30 gr daun binahong kering dan 1 liter air kemudian rebus daun binahong tersebut dengan 1 liter air hingga tersisa 600 ml air. Air tersebut diminum 3 kali sehari, masing masing takaran sebanyak 200 ml 2. Menurut Manoi ( 2009 ), cara paling mudah penggunaan binahong adalah dengan merebusnya atau sebagai campuran pada makanan seperti mie atau dimakan langsung sebagai lalapan. Dari bahan segar dapat digunakan umbi yang baru diambil. Pemakaian secara oral dapat diramu sebagai berikut : umbi binahong sebanyak tiga potong, dengan ukuran kurang lebih 2 3 cm, dicuci bersih dengan air, kemudian direbus dengan 5 gelas, setelah dingin disaring dan hasilnya diminum 2 3 kali sehari. Cara ini untuk menyembuhkan luka bekas operasi, maag,, typus, disentri, mencegah stroke, asam urat dan sakit pinggang untuk vitalitas tubuh ditambah telur dan madu. 3. Menurut Manoi ( 2009 ), daun binahong dapat dipakai untuk pemakaian luar yaitu daun dan batang ditumbuk halus kemudian dioleskan pada bagian yang sakit, memar karena terpukul, kena api, rheumatik, pegal linu, nyeri urat, dan menghaluskan kulit. Daun binahong dicuci bersih lalu ditumbuk sampai halus kemudian dioleskan atau dibalur pada seluruh tubuh bayi akan menurunkan panas tinggi. Lebih baik lagi apabila ibunya meminum jus daun binahong, ini akan lebih cepat untuk penyembuhan bayi. 4. Menurut Elliya ( ), binahong tak cuma ampuh untuk penyakit berat. Penyakit ringan yang mengganggu seperti jerawat, luka memar, luka pascaoperasi, mimisan, luka bakar, seriawan, atau diare pun sembuh dengan binahong. Selain meminum rebusan, daun binahong juga bisa diborehkan. Ambil 3 5 daun, haluskan, lalu borehkan pada luka ringan. Jika permukaan luka cukup lebar, tutup dulu dengan selapis perban. Tambahkan daun secukupnya, haluskan, lalu tempelkan diatas perban. Pasalnya, daun akan mengering dan menempel pada luka dan bisa mengoyak lapisan kulit yang baru terbentuk saat dilepas 2.1.4 Cara Pembuatan Sediaan Herbal Menurut BPOM, 2015, Dalam membuat sediaan herbal terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap khasiat dan keamanan penggunaan sediaan herbal tersebut untuk pengobatan.
6 Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah: 1) Identifikasi Sebelum menggunakan sediaan herbal sebagai obat harus dipastikan bahwa tidak menggunakan bahan tanaman yang salah. Menggunakan sediaan herbal yang salah dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan atau keracunan. 2) Peralatan Peralatan panci/wadah yang digunakan sebaiknya dari bahan gelas/kaca, email atau stainless steel. Gunakan pisau atau spatula/ pengaduk yang terbuat dari bahan kayu atau baja, saringan dari bahan plastik atau nilon. Jangan menggunakan peralatan dari bahan aluminium karena dapat bereaksi dengan kandungan kimia tertentu dari tanaman yang mungkin menjadi toksis. 3) Penimbangan dan pengukuran Pada umumnya timbangan dapur dapat digunakan walaupun dengan gelas ukur lebih akurat. Ukuran gram atau liter lebih mudah dan lebih umum digunakan daripada ukuran besaran lainnya. Apabila mendapat kesukaran dalam menimbang jumlah yang sedikit/kecil seperti 10 g, maka dapat dilakukan dengan penimbangan 20 g, kemudian hasil penimbangan dibagi dua. 4) Derajat kehalusan bahan tumbuhan obat Dalam penyarian bahan berkhasiat yang terdapat dalam bahan tumbuhan obat, derajat kehalusan merupakan hal yang terpenting. Derajat kehalusan bukan merupakan faktor tunggal yang mempengaruhi proses pelepasan bahan berkhasiat, tetapi jumlah dan sifat alami dari bahan pendamping/metabolit primer lain yang terdapat dalam bahan obat juga memegang peranan penting. a. Cara Pembuatan Sediaan Herbal Infusa (Infus) Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit. Pembuatan infus merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga. Dapat diminum panas atau dingin. Sediaan herbal yang mengandung minyak atsiri akan berkurang khasiatnya apabila tidak menggunakan penutup pada pembuatan infus. Dekokta (Dekok) Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu 90 C selama 30 menit.
7 Tea (Teh) Pembuatan sediaan teh untuk tujuan pengobatan banyak dilakukan berdasarkan pengalaman seperti pada pembuatan infus yang dilakukan pada teh hitam sebagai minuman. Sirupi (Sirup) Sirup adalah sediaan berupa larutan dari atau yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Tinctura (Tingtur) Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia dalam pelarut yang tertera pada masingmasing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat khasiat dan 10% untuk zat khasiat keras.
8 2.2 Luka Perineum 2.2.1 Pengertian laserasi perineum Laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di bagian perineum (Mochtar, 2002). Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum, diantaranya mobilisasi dini, vulva hygiene, luas luka, umur, vaskularisasi, stressor dan juga nutrisi. Luka dikatakan sembuh jika dalam 1 minggu kondisi luka kering, menutup dan tidak ada tanda tanda infeksi ( Mohtar, 2002 ). 1. Bentuk Luka perineum Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu : a. Ruptur Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan ( Hamilton, 2002 ) b. Episiotomi Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi. Episiotomi adalah suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau medio lateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki ( Derek, 2002 ). 2. Etiologi episiotomi menurut Syaifuddin (2007) : a. Penyebab Maternal 1) Partus precipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong, 2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan, 3) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan, 4) Edema dan kerapuhan pada perineum. b. Faktor Janin 1) Bayi besar, 2) Posisi kepala yang abnormal, 3) Kelahiran bokong, 4) Ekstraksi forsep yang sukar
9 5) Distosia bahu. 3. Klasifikasi laserasi perineum menurut Wiknjosastro(2005). a. Robekan derajat 1 Meliputi mukosa vagina, kulit perineum tepat di bawahnya b. Robekan derajat 2 Meliputi mukosa vagina, kulit perineum dan otot perineum c. Robekan derajat 3 Meliputi mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum dan otot spingter ani eksternal d. Robekan derajat 4 Meliputi mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani eksternal dan mukosa rektum 2.2 Penyembuhan Luka Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak ( Boyle, 2008 ). Pada ibu yang baru melahirkan, banyak komponen fisik normal pada masa postnatal membutukan penyembuhan dengan berbagai tingkat. Pada umumnya, masa nifas cenderung berkaitan dengan proses pengembalian tubuh ke kondisi sebelum hamil dan banyak proses diantaranya yang berkenaan dengan proses involusi uterus, disertai dengan penyembuhan luka pada tempat plasenta ( luka yang luas ) termasuk iskemia dan autolisis. 2.2.1 Fase Penyembuhan Luka Menurut Smeltzer, 2002, Respon jaringan terhadap cidera melewati beberapa fase, yaitu : a. Fase inflamasi Respon vaskuler dan seluler terjadi ketika jaringan terpotong atau mengalami cidera. Vasokontriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplateler terbentuk dalam upaya untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokontriksinya karena norepinefrin dirusak oleh enzim intraseluler. Sehingga histamine dilepaskan yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler. Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vaskuler selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri. Sel sel basal pada pinggir luka mengalami mitosis dan menghasilkan sel sel anak bermigrasi. Dengan aktivitas ini, enzim proteolitik disekresikan dan menghancurkan bagian dasar bekuan darah. Celah antara kedua sisi luka secara progresif terisi, dan sisisnya pada akhirnya saling bertemu dalam 24 sampai 24 jam. b. Fase proliferatif
10 Fibroplas memperbanyak diri dan membentuk jaring jaring untuk sel sel yang bermigrasi. Sel sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka, kuncup ini berkembang menjadi kapiler yang merupakan sumber nutrisi bagi jaingan granulasi yang baru. Fibrolas melakukan sintesis kolagen dan mukopolisakarida. Banyak vitamin, terutama vitamin C sangat membantu proses metablisme yan terlibat dalam penyembuhan luka. c. Fase maturasi Jaringan parut tampak lebih besar, sampai fibrin kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih padat. Hal ini sejalan dengan dehidrasi yang mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya. 2.2.2.Proses Penyembuhan Luka Luka dapat sembuh melalui proses utama ( primary intention ) yang tejadi ketika tepi luka disatukan ( approximated ) dengan menjahitnya. Jika luka dijahit, terjadi penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang yang kosong. Oleh karena itu, dibutuhkan jaringan granulasi yang minimal dan kontraksi sedikit berperan. Penyembuhan yang kedua yaitu melalui proses sekunder ( secondary intention ) terdapat defisit jaringan yang membutuhkan waktu yang lebih lama ( Boyle, 2008 ). 2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Luka Faktor Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka menurut Smeltzer ( 2002 ) : a. Lingkungan Dukungan dari lingkungan keluarga, dimana ibu akan selalu merasa mendapatkan perlindungan dan dukungan serta nasihat nasihat khususnya orang tua dalam merawat kebersihan pasca persalinan b. Tradisi Di Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan pasca persalinan masih banyak digunakan, meskipun oleh kalangan masyarakat modern. c. Pengetahuan Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan kurang, maka penyembuhan luka pun akan berlangsung lama. d. Sosial ekonomi Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama penyembuhan perineum adalah keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktivitas sehari hari pasca persalinan. Jika ibu memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, bisa jadi penyembuhan luka perineum berlangsung lama. e. Penanganan petugas
11 Pada saat persalinan, pembersihannya harus dilakukan dengan tepat oleh penangan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum. f. Kondisi ibu Kondisi kesehatan ibu baik secara fisik maupun mental, dapat menyebabkan lama penyembuhan. Jika kondisi ibu sehat, maka ibu dapat merawat diri dengan baik. g. Gizi Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan menyebabkan ibu dalam keadaan sehat dan segar. Dan akan mempercepat masa penyembuhan luka perineum. Menurut Smeltzer, 2002, Faktor Faktor Internal yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka adalah: a. Usia Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada orang tua. Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir stress seperti trauma jaringan atau infeksi. c. Hemoragi Akumulasi darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati yang harus disingkirkan. Area menjadi pertumbuhan untuk infeksi. d. Hipovolemia Volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi dan penurunan oksigen dan nutrient yang tersedia untuk penyembuhan luka. e. Faktor lokal edema Penurunan suplai oksigen melalui gerakan meningkatkan tekanan interstisial pada pembuluh. f. Personal higiene Personal hygiene Personal higiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman. Menurut Boyle, 2008, Penghambat keberhasilan penyembuhan luka adalah sebagai berikut : a. Malnutrisi Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka, meningkatkan dehisensi luka, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, dan parut dengan kualitas yang buruk. Defisien nutrisi (sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat) tertentu dapat berpengaruh pada penyembuhan. b. Merokok Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat merusak penyembuhan luka, bahkan merokok yang dibatasi pun dapat mengurangi aliran darah
12 perifer. Merokok juga mengurangi kadar vitamin C yang sangat penting untuk penyembuhan. c. Kurang tidur Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur meningkatkan anabolisme dan penyembuhan luka termasuk ke dalam proses anabolisme. d. Stres Ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistem imun sehingga menghambat penyembuhan luka. e. Kondisi medis dan terapi Imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit tertentu seperti AIDS, ginjal atau penyakit hepatik dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengatur faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel proliperatif untuk perbaikan luka. f. Apusan kurang optimal Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan organisme tersebar kembali disekitar area kapas atau serat kasa yang lepas ke dalam jaringan granulasi dan mengganggu jaringan yang baru terbentuk. g. Lingkungan optimal untuk penyembuhan luka Lingkungan yang paling efektif untuk keberhasilan penyembuhan luka adalah lembab dan hangat. h. Infeksi Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan granulasi serta pembentukan jaringan parut.
13 BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh Pemberian daun binahong terhadap luka perineum pada ibu nifas di Rumah Sakit Syarifah Ambarni Rato Ebuh Bangkalan : Faktor Internal Yang mempengaruhi Luka: 1.Usia 2.Hemoragi 3. Hipovolemi 4.Faktor Lokal Edema 5. Personal hygiene Kualitas Luka Perineum Faktor Eksternal Yang mempengaruhi Luka: 1.Lingkungan Faktor 2. Tradisi Eksternal Yang 3. Pengetahuan 4. Sosial Ekonomi 5. Penanganan Petugas 6. Kondisi Ibu 7. Gizi 8. Pemberian Daun Binahong = Variabel Yang diteliti = Variabel Yang tidak diteliti 3.2 Hipotesis Penelitian
14 Ada pengaruh pemberian binahong terhadap kualitas luka perineum 13 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan metode penelitian yang akan dilaksanakan meliputi desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, identifikasi variabel, metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan etika penelitian. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini menggunakan desain rancangan penelitian eksperimen semu ( quasi eksperimen) dengan tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok satu mendapat intervensi infusa daun binahong konsentrasi 25 %, Kelompok dua mendapat intervensi infusa daun binahong 50 %. Kelompok kontrol mendapat iodin dengan dosis yang sama. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini adalah di Rumah Sakit Syarifah Ambarni Rato Ebuh Bangkalan dan waktu penelitian adalah bulan September Desember 2015 4.3 Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang atau objek dengan satu karakteristik umum yang dapat di observasi (Sulistyaningsih, 2011 : 64). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu nifas fisiologi yang dirawat di Rumah Sakit Syarifah Ambarni Rato Ebuh Bangkalan pada bulan September Oktober 2015.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 pasien kemudian dibagi menjadi 3 kelompok. 4.4 Identifikasi variabel 4.4.1 Variabel independen Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain ( Nursalam, 2008 ). Dalam penelitian ini variabel independennya adalah Pemberian daun binahong 4.4.2 Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan variabel lain
15 ( Nursalam, 2008 ). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah kualitas penyembuhan luka perineum. 4.5 Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati atau 14 diukur. Dapat diukur artinya memungkinkan peneliti melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulang lagi oleh orang lain ( Nursalam, 2008 ). Tabel 1. Definisi operasional Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala Independen : Pemberian daun binahong Dependen: Luka perineum Pemberian infusa daun binahong dengan konsentrasi tertentu Perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di bagian perineum 1. Tanpa perlakuan pemberian infusa daun binahong 2. Perlakuan pemberian infusa daun binahong dengan konsentrasi 25% 3. Perlakuan pemberian infusa daun binahong dengan konsentrasi 50 % 1. Baik: jika luka kering,perineum menutup dalam waktu kurang dari 3 hari, dan tidak ada tanda infeksi ( merah, bengkak, panas, nyeri, fungsiolaesa) 2. Buruk: jika luka basah, perineum menutup, ada tanda tanda infeksi (merah, bengkak, panas,nyeri, fungsiolaesa) ordinal nominal 4.6 Metode sampling Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sampel sebagai berikut: 1. Ibu nifas fisiologis hari ke 1 yang melahirkan di Rumah Sakit Syarifah Ambarni Rato Ebuh Bangkalan 2. Ibu nifas yang mengalami laserasi jalan lahir derajat 1 atau 2 3. Ibu nifas yang dilakukan heacting perineum 4. Ibu nifas yang bersedia mengisi informed consent penelitian
16 4.7 Metode pengumpulan data Pengumpulan data dimulai dengan memilih pasien yang memenuhi kriteria inklusi kemudian pasien diberi informasi tentang penelitian ini selanjutnya diminta kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian ini. Selanjutnya pasien 4.8 Teknik analisis data Setelah data terkumpul dan diperiksa, peneliti akan melakukan analisis data dengan cara Anova One Way. Pengujian dengan Anova One Way digunakan untuk membandingkan rerata variabel terukur antara kelompok sampel kontrol ( Pemberian iodin ) dengan kelompok perlakuan (pemberian infusa daun binahong dengan konsentrasi 25 %, 50 % ). Tujuan teknik analisis data ini digunakan adalah untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh pemberian infusa daun binahong dengan konsentrasi 25 % dan 50 50 %. Jika pada uji Anova One Way ini menghasilkan kesimpulan Ho ditolak atau kesimpulan ada perbedaan yang bermakna (signifikan) 4.9 Etika Penelitian 1. Penelitian telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian 2. Pasien dijelaskan dalam hal tujuan penelitian, prosedur penelitian, dan penghargaan kepada pasien yang menjadi subyek penelitian 3. Pasien mendapat informed consent untuk ikut serta dalam penelitian dan menanda tangani informed consent sebagai bukti persetujuan 4. Peneliti menanggung segala konsekuensi yang berhubungan dengan penelitian 5. Data pribadi pasien dijamin kerahasiaannya
17 DAFTAR PUSTAKA - BPOM, 2015. Acuan sediaan herbal, http://www.scribb.com.diakses tanggal 1 april 2015 - BKKBN, 2011, Angka kematian Ibu Jawa Timur, www. BKKBN.com. Diakses tanggal 31 maret 2015 - Boyle, Maureen. 2008. Pemulihan Luka. Jakarta: EGC - Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC - Khunaifi, 2010.kandungan ekstrak daun binahong http:www.digilib.unimus.ac.id. Diakses tanggal 30 Maret 2015 - Manoi, 2009. Cara pengolahan daun binahong. http:www.digilib.unimus.ac.id. Diakses tanggal 30 Maret 2015 - Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstertri, Jakarta : EGC - Prayudi, 2009.http:www//digilib.unimus.ac.id. Diakses tanggal 30 Maret 2015 - Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo - Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika - Suseno, 2013. Kandungan binahong. http : www.jurnal.stkipgarut.ac.id. Diakses tanggal 29 Maret 2015 - Yelia, 2009. Cara pengolahan daun binahong. http:www.digilib.unimus.ac.id. Diakses tanggal 30 Maret 2015