PENGARUH BERAT BADAN AWAL TERHADAP PENCAPAIAN HASIL PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI PETERNAKAN RAKYAT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH STRATIFIKASI FENOTIPE TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SAPI POTONG PADA KONDISI FOUNDATION STOCK

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PENGGUNAAN BAHAN PAKAN LOKAL SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG KOMERSIAL: Studi Kasus di CV Bukit Indah Lumajang

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

PERFORMANCE AND CARCASS PERCENTAGE OF BRAHMAN CROSS STEER SUPLEMENTED BY DIFFERENT IN PREMIX CONCENTRATE ABSTRACT

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

PENGARUH LEVEL PENGGUNAAN AMPAS PATI AREN (Arenga pinnata MERR.) DALAM RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PERFORMANS PEDET SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) PADA KONDISI PAKAN LOW EXTERNAL INPUT

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

INOVASI PAKAN KOMPLIT TERHADAP PERTAMBAHAN BERAT BADAN HARIAN TERNAK SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN

PROFITABILITAS PENGGEMUKAN SAPI PO PADA DAERAH BERBASIS USAHATANI PADI DI KABUPATEN SUBANG

PARAMETER TUBUH DAN SIFAT-SIFAT KARKAS SAPI POTONG PADA KONDISI TUBUH YANG BERBEDA SKRIPSI VINA MUHIBBAH

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

RESPONS PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SILANGAN PADA KONDISI PAKAN BERBASIS LOW EXTERNAL INPUT

Evaluasi Pertambahan Bobot Badan Sapi Aceh Jantan yang Diberi Imbangan Antara Hijauan dan Konsentrat di Balai Pembibitan Ternak Unggul Indrapuri

HASIL DAN PEMBAHASAN

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

PENGARUH PEMBERIAN RUMPUT RAJA (Pennisetum purpupoides) DAN TEBON JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) BETINA

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

PENGARUH PENGGUNAAN COMPLETE FEED BERBASIS JERAMI PADI AMONIASI FERMENTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KELAYAKAN USAHA SAPI POTONG TESIS.

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

PENGARUH SUBSTITUSI KONSENTRAT KOMERSIAL DENGAN TUMPI JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PO BUNTING MUDA

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

HUBUNGAN BOBOT HIDUP INDUK SAAT MELAHIRKAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET SAPI PO DI FOUNDATION STOCK

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

PENGARUH PENGGUNAAN PAKAN SUPLEMEN DALAM RANSUM BASAL KUALITAS RENDAH TERHADAP KECERNAAN ENERGI PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE DI PETERNAKAN RAKYAT

POLA PEMBIBITAN SAPI POTONG LOKAL PERANAKAN ONGOLE PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

PEMBIBITAN SAPI LOKAL (PO) DI PETERNAKAN RAKYAT (DESA BODANG KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG)

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

PENGGEMUKAN SAPI LOKAL HASIL INSEMINASI BUATAN DAN SAPI BAKALAN IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PAKAN LOKAL

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

FORMULASI PAKAN SAPI POTONG BERBASIS SOFTWARE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

RESPON PRODUKSI SAPI MADURA DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN

SUBTITUSI DEDAK PADI DENGAN LIMBAH RESTORAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA RANSUM AYAM BROILER SKRIPSI ALBERTUS RANDY SOEWARNO

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN PADA SAPI JANTAN LOKAL TERHADAP INCOME OVER FEED COST

PENGGUNAAN TAPE KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING SEDANG TUMBUH SKRIPSI WINA J. SIHOMBING

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLR DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang

MATERI DAN METODE. Materi

PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI HASIL SILANGAN MELALUI PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PENGARUH PENGGUNAAN UREA-MINYAK DALAM RANSUM TERHADAP ph, KECERNAAN BAHAN KERING,BAHAN ORGANIK, DAN KECERNAAN FRAKSI SERAT PADA SAPI PO

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

Transkripsi:

PENGARUH BERAT BADAN AWAL TERHADAP PENCAPAIAN HASIL PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI PETERNAKAN RAKYAT (The Effect of Starting Body Weight on Fattening Response of Ongole Cross Bred Cattle Under Village Condition) DIDI BUDI WIJONO, ARYOGI dan AINUR RASYID Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Grati ABSTRACT The efficiency of fattening depends on the capacity of finishing weight gained. This study aimed to get information of the starting body weight role in contributing optimum response of beef cattle fattening. This assessment was carried out for 5 months (June-October 1999), using 86 cattle owned by farmers. Parameters recorded were monthly body weight, age, and scoring on body condition. The starting body weighs were classified into 5 groups: (I): 400-<450 kg, (II): 350-<400 kg, (III): 300-<250 kg, (IV) 250-<300 kg, (V) 200-< 250 kg. Randomized block design was used in this study and differences were analyzed using t-test. Result showed that there were fluctuative body weight trend, but generally the weight gains were recorded constant until 4 months period (122 days), except on group II noted until 4 months period (153 days). Variation of body weight was less than 12%. Average body weight gain for each group were 0.23; 0.38; 0.30; 0.44; 0.31 kg/head/day respectively. Significant differences (P<0.05) were noted on body weight gain among groups, except between group III and IV. It was concluded that starting body weight has an effect on the optimum response of beef cattle fattening. Recommended starting body weight for Ongole cross-bred cattle for fattening range 250-300 kg. Key words: PO cattle, starting body weight, gain, body condition score, fattening ABSTRAK Usaha penggemukan sapi potong sangat tergantung kepada kemampuan pencapaian berat badan akhir yang optimal, sebagai penentu keberhasilan dalam penggemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi peranan berat badan awal sebagai pedoman dalam pencapaian berat badan akhir yang memadai. Materi yang digunakan 86 ekor sapi potong Peranakan Ongole (PO) jantan milik peternak penggemukan sapi potong; parameter yang diamati adalah pertambahan berat badan (per bulan), umur, dan skor kondisi badan ternak (awal-akhir). Lama pengamatan 5 bulan (Juni-Oktober 1999). Rancangan yang digunakan acak kelompok dan data disajikan secara diskriptif dan dilanjutkan uji beda rata-rata. Data dikelompokkan berdasarkan berat badan awal yaitu kelompok (I) berkisar antara 400 <450 kg, (II) 350-<400 kg, (III) 300- <350 kg, (IV) 250-<300 kg dan (V) 200-<250 kg. Hasil penelitian menunjukkan terbentuknya trend yang berfluktuatif meningkat, dan pada kelompok berat awal yang tinggi menunjukkan garis trend yang tetap tinggi sampai pengamatan 4 bulan (122 hari), sedangkan pada kelompok berat badan awal (II) memberikan kenaikan berat badan yang cukup tinggi sampai pengamatan 5 bulan (153 hari). Koefisien keragaman berat badan per periode pengamatan menunjukkan koefisien keragaman yang rendah <12%. Pertambahan berat badan harian dari masing-masing kelompok menunjukkan perbedaan yang cukup berarti (P<0,05) yaitu 0,23; 0,38; 0,30; 0,44; 0,31 kg/ekor/hari, skor kondisi badan awal <5 dan dan akhir >7; dengan demikian perbedaan pada berat badan awal berpengaruh terhadap pertambahan berat badan harian. Pada kelompok sapi potong yang memiliki berat badan awal di bawah 300 kg memiliki kemampuan pertambahan berat badan yang tinggi juga persentase pertambahan berat badan selama 5 bulan, tertinggi terjadi pada berat badan awal kelompok IV (>250 kg). Disimpulkan bahwa berat awal berpengaruh terhadap efisiensi dalam proses penggemukan. Pada sapi PO respon paling baik dijumpai pada berat awal 250-300 kg. Kata kunci: Sapi PO, berat awal, pertambahan berat badan, skor kondisi badan PENDAHULUAN 449

Penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan pertambahan berat badan yang optimal dalam waktu yang singkat dengan memperhatikan efisiensi pemeliharaan dan permintaan pasar. MCNITT et al. (1983) melaporkan bahwa pemeliharaan sapi potong dengan tujuan mendapatkan produksi daging yang cukup memadai didapatkan dari ternak yang memiliki kondisi badan yang jelek dengan otot daging yang rendah, sehingga mampu memberikan efisiensi pertumbuhan yang cepat dan efisien dalam penggunaan pakan selama penggemukan. Untuk mendapatkan keuntungan yang cukup memadai perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain adalah jenis dan umur bibit (bakalan), kondisi badan, pakan dan tatalaksana pemeliharaan. Disamping itu harga bibit mempengaruhi keuntungan yang akan didapat. Pada umumnya pengadaan bibit dipilih ternak yang memiliki kondisi badan kurus dan dalam keadaan sehat yang ditentukan secara klinis tidak terlihat adanya kelainan. Faktor yang berhubungan dengan pengadaan bakalan sapi potong yaitu harga pembelian bibit memegang peranan yang penting dan akan berpengaruh terhadap biaya pemeliharaan, karena semakin mahal harga bibit akan meningkatkan biaya modal dan akan mengurangi keuntungan. Disamping faktor-faktor tersebut umur ternak yang perlu dipertimbangkan adalah ternak yang telah mencapai umur dewasa sehingga pertumbuhan sudah terhenti dan akan terbentuk pembesaran badan pada saat digemukkan. Pada sapi dewasa diprediksikan setelah berumur >1,5-2 tahun (perecupan gigi I1-I2). BARKER et al. (1983) menyatakan bahwa pertumbuhan komposisi badan termasuk pembentukan tulang dan otot terjadi sampai dengan umur 2 tahun dan selebihnya merupakan pertumbuhan atau perimbangan pembentukan badan yang lebih didominasi oleh pembentukan atau penimbunan lemak. Demikian pula yang dinyatakan SOEPARNO (1985) bahwa konsumsi zat-zat nutrisi ransum yang telah mencukupi kebutuhan hidup pokok, akan meningkatkan kemampuan pembentukan daging. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan pengaruh berat badan awal terhadap hasil penggemukan sehingga dapat digunakan sebagai prediksi pendekatan dalam upaya mendapatkan berat badan awal bibit/sapi bakalan yang memiliki efisiensi penggemukan yang cukup tinggi. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan terhadap sapi potong rakyat Peranakan Ongole (PO) yang digemukkan di Kabupaten Tuban dan Magetan selama 5 bulan yaitu bulan Juni Oktober 1999 dengan pemberian pakan tergantung kepada kondisi sosial ekonomi peternak. Materi yang digunakan sebanyak 86 ekor sapi Peranakan Onggole (PO) jantan milik peternak Menurut NICHOLSON dan BUTTERWORTH, 1986). Pengamatan terhadap variable pertambahan berat badan dilakukan setiap bulan dan skor kondisi badan diamati pada awal dan akhir penelitian. Rancanganyang digunakan acak lengkap dengan pengelompokan data berdasarkan berat badan awal (class interval) masing-masing adalah untuk kelompok (I) berkisar antara 400 <450 kg, (II) 350-<400 kg, (III) 300-<350 kg, (IV) 250-<300 kg, dan (V) 200-<250 kg. Analisis data dengan uji beda rata-rata dan disajikan secara diskriptif; dilanjutkan dengan uji korelasi berat badan awal terhadap pertambahan berat badan. 450

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola pemberian pakan Pola pemberian pakan peternak cukup bervariasi dan tergantung pada musim. Selama pengamatan jenis pakan yang diberikan berupa rumput lapangan/gajah, dan limbah pertanian jerami padi, jerami jagung, kacang-kacangan, ketela/ubi,tanaman ubi dan pemberiannya bervariasi, dedak kadang-kadang diberikan dan hanya sebagai perangsang minum. Jenis pakan yang diberikan (Tabel 1) disusun berdasarkan ranking terbanyak atau sering diberikan selama penelitian dilakukan pada masing-masing lokasi dan tidak menunjukkan keragaman pakan yang jauh berbeda. Tabel 1. Variasi jenis pakan yang umum digunakan di lokasi penelitian Uraian Magetan Tuban Rumput lapangan Rumput gajah Jerami padi Jerami jagung Ketela/ubi Dedak Kacang-2 an Pertambahan berat badan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor makanan yang akan mempengaruhi perkembangan kondisi badan. Pada saat terjadi kekurangan pakan pada ternak potong akan menyebabkan penurunan berat badan, khususnya disebabkan oleh kehilangan lemak badan; dan dengan perbaikan pakan mempengaruhi perkembangan atau perbaikan kondisi badannya akan lebih cepat pulih kembali. Faktor genotip tidak banyak pengaruhnya terhadap penggemukan akan tetapi hanya pada kecepatan pembentukan lemak tubuh khususnya pada sapi-sapi Eropah. Demikian pula faktor hormonal dan perlakuan kastrasi dapat mempercepat penggemukan ternak akan tetapi penggunaan hormon tidak disukai akibat adanya retensi hormon dalam daging (MCNITT, et al. 1983). Berat badan dan pertambahan berat badan Performan penggemukan yang diamati mencakup berat badan awal, berat badan setelah penggemukan selama 91 hari (3 bulan), 122 hari (4 bulan) dan 153 hari (5 bulan); selanjutnya dilakukan penghitungan pertambahan berat badan harian (PBBH). Hasil pengamatan terhadap berat badan berdasarkan kelompok berat badan awal I (n=4), II (n=6), III (n=20), IV (n=26) dan V (n=30) menunjukkan adanya fluktuasi berat badan sejak awal pengamatan sampai dengan hari ke 153 (5 bulan). Pada kelompok berat badan awal >400 kg dan >350 kg selama pemeliharaan 122 hari (4 bulan) sampai 153 hari (5 bulan), menunjukkan situasi perubahan berat badan yang relatif tetap yaitu masing-masing dari 480,2 dan 438,5 kg menjadi 480,7 dan 439,7 kg (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan berat badan pada kelompok tersebut cukup rendah dibandingkan dengan kelompok berat badan lain yang memiliki berat badan lebih rendah dari 300 kg. Dengan demikian pada kelompok berat badan awal >350 kg memiliki 451

efisiensi pertumbuhan yaitu pertambahan berat badan harian yang optimal sampai dengan pemeliharaan 4 bulan. Tabel 2. Rata-rata dan standar deviasi berat badan berdasarkan kelompok berat badan dan lama penggemukan Kelompok Kelompok berat badan Berat badan I II III IV V Berat badan(kg) Awal 446,0±18,5 381±4,0 317,9±12,9 278,8±15,5 228,7±14,8 91 hr (3 bl) 483,1±14,5 433,3±15,5 338,6±28,9 306,4±30,9 254,6±24,6 122 hr (4 bl) 480,2±11,5 438,5±24,1 359,4±25,5 335,2±22,8 273,3±33,5 153 hr (5 bl) 480,7±11,0 439,7±23,6 364,7±28,1 345,2±24,4 285,0±37,6 Pertambahan berat badan harian (PBBH) pada kelompok berat badan >400 kg menunjukkan peningkatan berat badan yang optimal pada lama pemeliharaan 3 bulan dan menurun statis setelah lebih dari 4 bulan; PBBHnya masing-masing sebesar 0,41; 0,23 dan 0,28 kg/ekor/hari (Tabel 3). Tabel 3. Rata-rata dan standard deviasi berat badan awal dan pertambahan berat badan hari ke 91, 122 dan 153 Pertambahan berat badan harian (kg/ekor/hari) Kelompok berat badan Berat badan awal (kg) 91 hari 122 hari 153 hari I 446±18,43 0,41±0,16 a 0,28±0,10 a 0,23±0,08 a II 381±4,0 0,57±0,21 b 0,47±0,21 b 0,39±0,16 b III 317±12,9 0,23±0,25 c 0,34±0,17 c 0,30±0,18 c IV 278±15,0 0,28±0,30 c 0,46±0,19 b 0,44±0,17 d V 228±14,8 0,20±0,52 c 0,38±0,22 c 0,38±0,20 b Keterangan: *) Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05) MOORE (1994) melaporkan bahwa angka pertambahan berat badan harian yang dicapai sapisapi lokal di Indonesia berkisar antara 0,5-0,8 kg/ekor/hari dan sebagian besar peternakan rakyat lebih rendah. Juga dari hasil pengamatan HARYANTO et al. (1999) yang melaporkan PBBH berkisar antara 0,57-0,69 kg/ekor/hari dengan menggunakan campuran pakan hijauan dan jerami padi fermentasi. PBBH yang cukup rendah juga terjadi pada kelompok berat badan >300 kg, tampaknya terjadi stagnasi pertumbuhan, dimana perubahan PBBHnya tidak cukup berarti yaitu dari 0,23 menjadi 0,34 dan 0,30 kg/ekor/hari; bahkan terjadi penurunan pada pemeliharaan sampai 5 bulan, mirip dengan kelompok berat badan >400 kg yaitu 0,41 menjadi 0,28 dan 0,23 kg/ekor/hari. Pada kelompok berat badan >350 kg memiliki PBBH yang tertinggi dan dapat mencapai 0,57 kg/ekor/hari selama pemeliharaan 2 bulan dan tetap PBBHnya pada keadaan cukup tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya dan bertahan sampai pemeliharaan 5 bulan. Pada kelompok IV (>250 kg) menunjukkan pertambahan berat badan hariannya mulai tampak meningkat yang cukup berarti setelah pemeliharaan 4 bulan dan tetap tinggi sampai dengan 5 bulan dibandingkan dengan kelompok lainnya. 452

Dengan demikian tampak bahwa penggemukan yang cukup efisien berdasarkan berat badan awal terjadi pada kelompok berat badan >350 kg dan pada kelompok >250 kg sampai dengan pemeliharaan 5 bulan; sedangkan pada kelompok berat badan yang lebih tinggi yaitu >400 kg lebih efisien digunakan untuk pemeliharaan jangka pendek sampai dengan 3 bulan, karena memiliki kondisi pertambahan berat badan yang cukup tinggi. Korelasi Koefisien keragaman untuk semua kelompok berat badan menunjukkan variasi keragaman yang sempit masing-masing rata-rata berada <12% (0,7 12,5%). Secara genetik perubahan berat badan sebagian besar dipengaruhi perlakuan pakan h²=0,5-1 (WARWICK et al., 1983). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan perbaikan pakan akan mampu meningkatkan PBBH yang lebih baik. Dari beberapa hasil penelitian dengan perbaikan pakan untuk penggemukan sapi potong pertambahan berat badannya mampu dicapai sampai >0,8 kg/ekor/hari yang berarti akan mampu pencapaian berat badan secara maksimal. Selisih berat badan Hasil pengamatan terhadap perubahan atau selisih berat badan awal dengan berat badan selama pemeliharaan 91, 122 dan 153 hari, menunjukkan bahwa pada kelompok berat badan dengan berat badan awal >200 kg sampai dengan kelompok berat badan >400 kg masing-masing menunjukkan selisih berat badan yang semakin menurun sampai dengan pemeliharaan selama 153 hari (5 bulan); sedangkan pada 3 bulan pertama peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok berat badan >350 kg dan terendah kelompok berat badan >200 kg dan >350 kg (Tabel 4). Tabel 4. Rata-rata selisih berat badan awal dengan berat badan selama penggemukan berdasarkan kelompok berat badan Kelompok berat badan I II III IV V Keterangan: Selisih berat badan (kg) 91 hari 122 hari 153 hari 37,1±14,3 b 34,6±6,8 d 34,8±6,4 d (8,4±3,4) (7,8±3,0) (7,7±3,0) 45,4±14,3 a 48,0±5,3 a 50,1±21,6 a (11,9±3,8) (12,6±20,3) (13,3±5,7) 20,7±23,1 c 41,4±21,2 c 45,4±26,9 c (17,2±15,6) (25,5±20,4) (25,8±22,1) 27,6±24,5 d 56,3±20,3 b 67,4±24,3 b (9,8±8,5) (20,4±7,5) (24,4±9,3) 24,6±17,87 d 44,5±25,5 b 55,9±29,5 e (10,7±6,8) (19,3±10,6) (24,2±112,3) *) Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05) ( ) persentase kenaikan berat badan. Pada bulan-bulan berikutnya sejak bulan ke 4 (122 hari) tampak pertambahan berat badan hariannya sangat menonjol pada kelompok berat badan awal II sampai V dan semakin menurun 453

pertambahan berat badan hariannya pada kelompok berat badan awal >400 kg (P<0,05). Hal ini menunjukkan pertambahan berat badan harian lebih efisien pada kelompok berat badan awal (>350) kg untuk semua tingkat lama pemeliharaan yaitu 3, 4, 5 bulan mempunyai PBBH dan selisih berat badan tertinggi. Perhitungan berdasarkan pada persentase pertambahan berat badan harian atau selisih berat badan dengan berat badan awal pada waktu pemeliharaan yang berbeda menunjukkan variasi yang signifikan (P<0,05). Pertambahan berat badan tertinggi terjadi pada kelompok IV, V, II yaitu >50 kg selama pengamatan 5 bulan. Sedangkan persentase pertambahan berat badan yang tertinggi terjadi pada kelompok berat badan awal dibawah 300, dan cukup rendah pada kelompok diatas 350 (Tabel 4). Besarnya persentase petambahan berat badan harian meningkat secara nyata sejalan dengan lamanya pemeliharaan dan semakin tinggi pula persentase pertambahan berat badan hariannya, kecuali pada kelompok berat badan awal >400 (kelompok I) semakin menurun atau relatif statis. Dengan demikian tampak bahwa penggemukan sampai 5 bulan menunjukkan efisiensi yang optimal dalam peningkatan berat badannya adalah pada kelompok berat badan awal dibawah 300 kg. Korelasi Keeratan hubungan antara berat badan awal terhadap pertambahan berat badan harian pada masing-masing kelompok berat badan cukup tinggi yaitu antara 0,65 0,99; dan sangat menonjol terjadi pada kelompok yang memiliki berat badan awal dibawah 350 kg dan pertambahan berat badan harian terendah terjadi pada kelompok berat badan awal diatas 400 kg (Tabel 5). Tabel 5. Koefisien korelasi berat badan awal dengan PBBH lama penggemukan 91, 122, dan 153 hari >400 1 >400 >350 >300 >250 >200 >350 0,92 1 >300 0,69 0,88 1 >250 0,65 0,86 0,99 1 >200 0,76 0.91 0,98 0,96 1 Kondisi badan ternak pada awal pangamatan berada pada kondisi badan jelek dengan skor kondisi badan <5 dan pada akhir pengamatan terjadi perbaikan kondisi badan menjadi skor kondisi badan >7. KESIMPULAN Berat badan awal dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk target berat badan akhir yang ingin dicapai dan lama penggemukannya. Kelompok berat badan awal 250 kg (kelompok IV) memiliki efisiensi penggemukan yang tertinggi baik dari segi PBBH maupun persentase tingkat pertambahan berat badannya. Korelasi berat badan awal terhadap PBBH cukup tinggi pada kelompok berat badan dibawah 300 kg. SARAN 454

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh berat awal terhadap nilai ekonomis, dan efisiensi lama pemeliharaan penggemukan sapi potong. DAFTAR PUSTAKA BARKER, J.S.T., D.J. BRETT D.F DE FREDRICK and L.J. LAMBOURNE. 1983. A course manual in tropical beef cattle production. A.A.U.C.S. Australia. Hal. 45-50. HARYANTO, B., K. DIWYANTO, T.D. SOEJONO. A. PRIYATI, D. PRIYANTO, E. HANDIWIRAWAN, E. MASBULAN, E. MARTINDAH, T. KOSTAMAN, SUHARTO, A.D. PAMUJI 1999. Laporan Penelitian Optimasi I.P. Padi 300 berbasis usaha pemeliharaan sapi melalui pemanfaatan jerami padi sebagai sumber bahan organik. Puslitbangnak. MCNITT, J.T. 1983. Livestock husbandry techniques. Granada. London. MOORE, C.P. 1984. Production rate in tropical beef cattle. W.A.R. NICHOLSON, M.J. dan M.N. BUTTERWORTH. 1986. A quide to scoring of zebu cattle. International Livestock Centre for Africa. UMIYASI, U., ARYOGI, M. ALI YUSRAN, D. B. WIJONO dan D. E. WAHYONO. 2000. Pengkajian Teknologi Penggemukan Sapi Potong. Laporan Hasil Penelitian/Pengkajian BPTP Karangploso. Malang. Inpress. WARWICK, W.J., J.M. ASTUTI dan W. HARDJOSUBROTO. 1983. Pemuliaan Ternak. Gajah Mada University Press. 455