2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi Keuntungan Jika diasumsikan dalam aktivitas usahatani bertujuan memaksimumkan keuntungan, maka dalam jangka pendek keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dikurangi dengan biaya variabel total, pada tingkat harga output tertentu, harga input tertentu dan faktor input tetap (Agustian, 2012). Menurut Doll and Orazen (1984) dalam Agustian (2012), keuntungan maksimum dapat dicapai pada nilai produktifitas marjinal sama dengan harga input. Fungsi keuntungan yang diperoleh secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: π = f (Py; Pxi; ;Pzj) Keterangan : π = Keuntungan Py = Harga Jual Jagung Pxi = Harga Input Variabel ke i i = 1..n Pzj = Harga Input Variabel ke j j = 1..m 2.2. Pendapatan dan Biaya Usahatani Pendapatan adalah balas jasa yang diterima pemilik faktor-faktor produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu, misalnya satu musim atau satu tahun. Pendapatan bersih (π) merupakan pendapatan kotor (TR) dikurangi dengan biayabiaya yang sudah dikeluarkan selama proses produksi (TC). Pendapatan kotor (TR) adalah seluruh hasil yang diterima oleh petani, dihitung dengan mengalikan jumlah unit yang dijual (Y) dikalikan dengan harga per unitnya (Py) (Suratiyah,2006). Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang, dan biaya variabel (variable cost), yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi, misalnya biaya untuk membeli sarana produksi benih, pupuk dan obat-obatan (Suratiyah, 2006). Keterangan : π = TR - TC π = Keuntungan TR = Total Revenue (Y.Py) TC = Total Cost (FC+VC) 4
5 2.3 Pengaruh Upah Tenaga Kerja Manusia Terhadap Keuntungan Menurut Tohir (1983) dalam Suratiyah (2006), tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani dan secara langsung berhasil atau tidaknya usahatani ditentukan oleh keuletan petani sebagai penggarap lahan dalam melakukan pekerjaannya. Upah tenaga kerja yang dicurahkan akan mempengaruhi keuntungan. Penggunaan tenaga kerja yang terlalu berlebihan justru akan mengurangi keuntungan, sebab semakin banyak tenaga kerja yang digunakan akan memperbesar upah yang diberikan untuk tenaga kerja sehingga menyebabkan menurunnya keuntungan petani. Menurut penelitian Wenno (2010), coefisien regresi untuk upah tenaga kerja adalah sebesar -526,3 yang berarti setiap penambahan upah tenaga kerja sebesar Rp 1, akan menurunkan keuntungan yang diterima oleh petani sebesar Rp 526,3. Hal ini juga sependapat dengan penelitian Agustian (2012), yang menyatakan elastisitas upah tenaga kerja adalah sebesar 0,8290, yang berarti setiap penambahan 1% upah tenaga kerja akan menurunkan keuntungan sebesar 0,8290%. 2.4 Pengaruh Upah Tenaga Mesin Terhadap Keuntungan Dengan penerapan teknologi mekanis, dalam hal ini pemakaian mesin traktor, dan sebagainya umumnya justru bisa menghemat upah tenaga kerja (Suratiyah, 2006). Hal ini dikarenakan dengan penggunaan tenaga mesin akan menghemat waktu dalam pengolahan lahan dan upah tenaga kerja manusia yang tinggi jika dalam pengolahan, lahan tersebut susah untuk diolah. Upah tenaga mesin akan mempengaruhi keuntungan yang diterima, hal ini dikarenakan jika upah tenaga mesin yang diberikan meningkat dengan hasil produksi yang sama maka akan menurunkan keuntungan yang diterima oleh petani. Tetapi jika upah yang diberikan sama tetapi produksi meningkat, maka keuntungan yang diterima oleh petani akan meningkat. 2.5. Pengaruh Harga Sarana Produksi Terhadap Keuntungan Faktor produksi merupakan sumber atau unsur-unsur produksi yang secara khusus didayakan secara terpadu dalam produksi, sehingga dapat terwujud hasil. Sedangkan produksi adalah output atau hasil yang dikeluarkan dan berkaitan dengan berlangsungnya proses produksi. Produksi yang tinggi akan cepat dicapai apabila setiap cabang usahatani diusahakan secara efektif baik dalam modal maupun tenaga (Suwarto, 2008)
6 2.5.1 Pengaruh Harga Benih Jagung Terhadap Keuntungan Penggunaan benih unggul akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang tidak unggul. Harga benih unggul lebih mahal daripada benih lokal, tetapi hasil produksi benih unggul lebih tinggi daripada benih tidak unggul. Apabila petani ingin memperoleh hasil yang tinggi, hendaknya dalam menggunakan benih harus efisien. Dengan menggunakan benih yang tidak efisien maka akan menyebabkan biaya untuk benih meningkat. Semakin besar biaya yang digunakan untuk membeli benih, dan harga benih yang semakin tinggi maka akan menyebabkan biaya total menjadi semakin besar. Apabila kenaikan biaya total ini tidak diikuti oleh kenaikan hasil jagung, maka akan menyebabkan keuntungan yang diterima oleh petani menurun (Wenno, 2010). 2.5.2 Pengaruh Harga Pupuk Terhadap Keuntungan Pemberian pupuk kedalam tanah dapat menyuburkan tanah, tetapi penambahan pupuk yang berlebihan ke dalam tanah justru akan menyebabkan kenaikan hasil yang berkurang. Sebab dengan penambahan pupuk, maka hasil yang diperoleh tidak akan meningkat, tetapi menurun, sehingga petani mengalami kerugian, karena biaya untuk pupuk semakin tinggi Semakin besar biaya yang digunakan untuk membeli pupuk, dan harga pupuk yang semakin tinggi maka akan menyebabkan biaya total menjadi semakin besar. Apabila kenaikan biaya total ini tidak diikuti oleh kenaikan hasil, maka akan menyebabkan keuntungan yang diterima oleh petani menurun Menurut penelitian yang dilakukan Wenno (2010), harga pupuk sebesar 0,717, yang berarti non signifikan dan coefisien regresi yang bernilai negative sebesar -3,358, yang berarti setiap kenaikan Rp 1, akan mengurangi keuntungan petani sebesar Rp 3.358. 2.6. Pengaruh Harga Jual Jagung Terhadap Keuntungan Menurut Mubyanto (1989) dalam Agustian (2012), Kebijakan harga merupakan salah satu kebijakan yang dapat menjamin stabilitas harga input dan output serta mencegah agar pendapatan produsen tidak berfluktuatif antar musimnya. Menurut Sukirno (1994) dalam Kasryno (2007) Jika harga jual jagung meningkat, maka keuntungan yang diterima oleh petani meningkat, tetapi jika harga
7 jual jagung menurun, maka keuntungan yang diterima oleh petani menurun. Hal ini dikarenakan dengan harga jual jagung (P) yang meningkat dengan kuantitas (Q) yang tetap, dapat meningkatkan keuntungan yang diterima, tetapi jika harga jual jagung (P) turun dengan kuantitas (Q) yang tetap, maka keuntungan yang diterima akan menurun. 2.7 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Matrik penelitian terdahulu No Peneliti dan Judul Penelitian 1. Wenno, D (2010). Analisis Pendapatan Petani Jagung Peserta Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Di Kabupaten Nabire. Yang Diteliti Analisis perbedaan pendapatan petani jagung menerima bantuan dana PUAP dan non PUAP dan Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung. Hasil Penelitian Pendapatan petani penerima PUAP lebih tinggi daripada non PUAP,status petani berpengaruh positif terhadap pendapatan petani, jumlah tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap pendapatan. 2. Suwarto (2008). Produktivitas lahan dan biaya usahatani tanaman pangan di Kabupaten Gunung Kidul. 3. Agustian, A dan Sri Hartoyo (2012). Pendugaan Elastisitas Penawaran Output dan Permintaan Input Usahatani Jagung. Mengetahui produktivitas lahan dan biaya usahatani tanaman pangan tumpang sari di Kabupaten Gunung Kidul. Mengetahui elastisitas permintaan input (input variabel dan faktor tetap) dan penawaran output usahatani jagung. Upah tenaga kerja, harga pupuk P, dan harga pupuk organik berpengaruh nyata karena meningkatkan biaya produksi tanaman pangan Jika harga input usahatani meningkat (pupuk dan benih) seperti terjadi saat ini, tetapi bila harga output meningkat, maka produksi jagung masih dapat meningkat. Karena itu, stabilitas dan peningkatan harga jagung memiliki peran penting dalam peningkatan produksi 2.8. Hipotesis Dalam penelitian ini disajikan dugaan sementara/hipotesis yaitu diduga upah tenaga kerja manusia, upah tenaga mesin, harga benih jagung, harga pupuk dan harga jual jagung berpengaruh nyata terhadap keuntungan usahatani jagung.
8 2.9. Pengukuran Variabel Tabel 2.2 Pengukuran Variabel Variabel Indikator Pengukuran Upah Tenaga Kerja Diukur dengan Rp/HOK Rasio Upah Tenaga Mesin Diukur dengan Rp/HKM Rasio Harga Benih Jagung Diukur dengan Rp/Kg Rasio Harga Pupuk Diukur dengan Rp/Kg Rasio Harga Jual Jagung Diukur dengan Rp/Kg Rasio Keuntungan Diukur dengan Rp/Musim Rasio Tanam (MT)