BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.1.1 Definisi Buku KIA Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak mulai dari bayi baru lahir hingga balita, serta berbagai informasi cara merawat kesehatan ibu dan anak. (Depkes RI, 2015). 2.1.2 Isi Buku KIA Menurut Depkes RI (2015), pada dasarnya isi buku KIA terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama untuk ibu dan selanjutnya bagian untuk anak. Bagian untuk ibu berisi tentang identitas keluarga, catatan pelayanan kesehatan ibu hamil, penyuluhan pemeriksaan kehamilan secara teratur, penyuluhan perawatan kehamilan sehari-hari dan makanan ibu hamil, tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan melahirkan, tanda kelahiran bayi dan proses melahirkan, cara menyusui dan perawatan ibu nifas, tanda bahaya pada ibu nifas, cara ber-kb, catatan kesehatan ibu bersalin dan bayi baru lahir, dan yang terakhir blangko surat keterangan lahir. Bagian untuk anak berisi tentang identitas anak, tanda bayi lahir sehat dan perawatan bayi baru lahir, tanda bahaya pada bayi baru lahir, perawatan bayi seharihari, tanda bayi dan anak sehat serta perawatan anak sehari-hari, perawatan anak sakit, cara pemberian makan pada anak, cara merangsang perkembangan anak, cara membuat MP-ASI (Makanan Pengganti Air Susu Ibu), catatan pelayanan kesehatan anak, catatan imunisasi mencakup Hepatitis B, BCG, DPT, Polio dan Campak 6
7 termasuk catatan pemberian vitamin A, serta di bagian belakang buku juga terdapat kartu Menuju Sehat (KMS). 2.1.3 Tujuan buku KIA Buku KIA adalah buku yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan KIA sehingga dapat menekan AKI dan AKB di Indonesia. Selain itu, beberapa tujuan buku KIA adalah untuk memudahkan keluarga dalam memahami informasi kesehatan tentang ibu dan anak yang tercantum dalam buku KIA, memudahkan tugas Ibu untuk dapat memahami kondisi kesehatannya sendiri dan bayinya secara mandiri, serta untuk meningkatkan praktik keluarga dan masyarakat dalam memelihara/merawat kesehatan ibu dan anak. 2.1.4 Manfaat Buku KIA Secara garis besar manfaat buku KIA dapat dibagi menjadi dua yaitu manfaat umum dan khusus. Manfaat buku KIA secara umum yaitu ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap. Sedangkan manfaat secara khusus yaitu pertama untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak, yang kedua adalah alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang paket (standar) pelayanan KIA. Ketiga merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak. Keempat yaitu sebagai catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya (Depkes RI dan JICA, 2015). 2.2 Sasaran dan Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.2.1 Sasaran Buku KIA Sasaran buku KIA menurut Depkes RI dan JICA (2015) dibagi menjadi dua kelompok sasaran, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran 7
8 langsung dari buku KIA adalah ibu dan anak dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Ketentuan pertama yaitu setiap ibu hamil mendapat buku KIA. Ibu akan menggunakan buku ini hingga masa nifas dan bayi menggunakan buku ini sejak lahir sampai berumur 6 tahun. Ketentuan kedua yaitu jika bayi lahir kembar ibu akan mendapatkan tambahan buku sesuai dengan jumlah bayi. Ketentuan ketiga, ibu yang hamil lagi akan mendapatkan buku baru. Keempat yaitu jika buku KIA hilang, selama masih ada persediaan buku sebaiknya ibu dan anak mendapat ganti buku baru. Sasaran tidak langsung dari buku KIA ini adalah suami dan anggota keluarga yang lain, kader posyandu, dan petugas kesehatan terutama ketika memberi pelayanan kepada ibu dan anak serta supervisor dan pengelola program yang bertanggung jawab dalam pengembangan buku KIA. 2.2.2 Pemanfaatan Buku KIA Indikator keberhasilan pemanfaatan buku KIA pada ibu balita dapat diukur dari kesehatan anaknya. Penilaiannya dapat dilihat dari kunjungan neonatal pertama (KN1), kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap), penanganan neonatus komplikasi, cakupan pelayanan kesehatan bayi, cakupan pelayanan kesehatan anak balita, kematian neonatus, kematian bayi, dan kematian balita (Kemenkes RI, 2010). Data indikator kesehatan anak tersebut dipantau setiap bulannya oleh petugas kesehatan dan ibu bayi, sehingga keberhasilan pemanfaatan buku KIA dapat dilihat dari pencapaian indikator tersebut. Pemanfaatan buku KIA pada ibu bayi akan maksimal jika ibu telah membaca dan menerapkan isi buku KIA, serta mengerti cara pengisiannya. Petugas kesehatan wajib menjelaskan cara membaca buku KIA secara bertahap, sesuai dengan keadaan yang dihadapi ibu, kemudian ibu memberi tanda ( ) memakai pensil atau bolpoint 8
9 pada bagian yang telah dibaca dan diterapkan. Setiap kali ibu dan anak melakukan pemeriksaan kesehatan, maka buku KIA wajib dibawa dan ibu wajib mengisi tanda ( ) sesuai dengan pelayanan yang baru saja diperoleh ibu ataupun bayinya. Pelayanan tersebut mencakup pelayanan pemeriksaan kehamilan (hal 1-3), pelayanan kesehatan ibu nifas (hal 13), pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir (kunjungan neonatal) (hal 36) dan pemantauan perkembangan anak 0 6 tahun (hal 52-64). (Depkes RI, 2015). Buku KIA juga digunakan sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Karena buku KIA dapat dijadikan sebagai pedoman untuk ibu dalam bertanya kepada kader maupun petugas kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan balita. Pengukuran pemanfaatan buku KIA dapat diukur dengan menjawab 15 pertanyaan, yang berkaitan dengan perilaku ibu dalam penggunaan buku KIA sebagai pedoman perawatan kesehatan dan tumbuh kembang anak. 1. Tindakan memanfaatkan diberi skor 1, jika jumlah jawaban 1. 2. Tindakan memanfaatkan diberikan skor 2, jika jumlah jawaban 2-3 atau jawaban maksimal 3. Tidak memanfaatkan diberikan skor 0. Dan selanjutnya dari jawaban tersebut akan diberikan penilaian efektif memanfaatkan yaitu 75% dan tidak efektif memanfaatkan < 75%. Berdasarkan penelitian Yayu, dkk (2015), frekuensi pemanfaatan buku KIA yang dimanfaatkan sebanyak 42 responden (60%) dan yang tidak dimanfaatkan sebanyak 28 responden (40%). Penelitian serupa juga mendapatkan hasil 57 orang (70,4%) efektif dalam pemanfaatan buku KIA dan 24 orang (29,6%) tidak efektif dalam pemanfaatan buku KIA (Noviyanti, 2015). 9
10 2.3 Perilaku Pemanfaatan Buku KIA 2.3.1 Teori Green Dalam perilaku kesehatan berdasarkan Preced Model (Green, 1991) dalam Notoatmodjo (2014) menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. 2.3.2 Faktor Predisposisi ( Predisposing Factor ) Faktor predisposisi adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) yang dapat mempermudah terjadinya perilaku atau tindakan pada diri seseorang atau masyarakat. Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan atau keyakinan, nilai-nilai dan budaya yang berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010). Faktor predisposisi yang mempengaruhi pemanfaatan buku KIA yaitu sebagai berikut: a. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif adalah faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda (Notoadmodjo, 2007). Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, pengalaman, kebudayaan dan informasi. Hal ini juga berlaku dalam pemanfaatan buku KIA pada ibu balita. Seorang ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahami isi dari buku KIA. Sebagai penunjang seorang ibu juga harus memiliki pengetahuan umum mengenai kesehatan dan tumbuh kembang anaknya. Hal ini dikarenakan dalam buku KIA terdapat beberapa istilah yang kurang dimengerti oleh orang awam, sehingga dengan pengetahuan yang cukup nantinya ibu bisa memahami isi dari buku KIA dan mempermudah saat pengisian buku tersebut. 10
11 Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara kepada ibu balita, menggunakan 10 pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan ibu mengenai isi buku KIA. 1. Diberikan skor 1 jika jumlah jawaban 1 2. Diberikan skor 2 jika jumlah jawaban 2 3. Diberikan skor 3 jika jumlah jawaban 3 atau jawaban maksimal 4. Tidak menjawab diberikan skor 0 Dari hasil tersebut selanjutnya ditentukan 75% masuk kedalam kriteria baik dan <75% kriteria kurang (Arikunto, 2006). Berdasarkan penelitian di Puskesmas Srondol pada tahun 2013, menunjukkan hasil bahwa pengetahuan ibu tentang buku KIA sebagian besar adalah cukup yaitu 36%, pengetahuan baik dan kurang memiliki persentase yang sama yaitu masingmasing 32%. Untuk pemanfaatan buku KIA sebanyak 56% masih kurang memanfaatkan dan 44% sisanya sudah memanfaatkan dengan baik. Pada penelitian tersebut ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan buku KIA yang dibuktikan dengan p value 0,017 atau <0,05 (Agusrini, 2013). b. Sikap Sikap merupakan proses merespon seseorang terhadap objek tertentu dan mengandung penilaian suka-tidak suka, setuju-tidak setuju, atau mengambil keputusan positif atau negatif (Sobur, 2003). Sama halnya sikap ibu terhadap pemanfaatan buku KIA, dimana sikap yang positif mencerminkan kepedulian ibu terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anaknya. Kepedulian tersebut akan menimbulkan kecenderungan untuk bertindak yang dipengaruhi oleh intensitas sikap ibu, yang dapat dibagi menjadi empat tingkatan yaitu: 11
12 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). 2. Merespon (responding) Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu objek, dan menganjurkan orang lain merespon. 4. Bertanggung jawab (responsible) Berani mengambil risiko terhadap segala sesuatu yang dipilih berdasarkan keyakinannya. Pengukuran sikap dapat dilakukan melalui wawancara kepada ibu balita, menggunakan 5 pernyataan yang berkaitan dengan pemanfaatan buku KIA. Untuk memberikan skor pada sikap menggunakan skala Guttman. 1. Jawaban setuju diberi skor 1 2. Jawaban tidak setuju diberi skor 0 Menurut Azwar (2008) klasifikasi sikap yaitu sikap positif jika didapat skor 75% dan sikap negative jika didapat skor < 75%. Berdasarkan penelitian, menunjukkan hasil bahwa ibu yang mempunyai sikap dengan kategori baik ternyata dalam penggunaan buku KIA termasuk kategori baik juga yaitu mencapai 90,9%, sedangkan ibu yang mempunyai sikap dengan kategori kurang baik ternyata dalam menggunakan buku KIA juga termasuk kurang yaitu 66,7%. Pada penelitian ini dikatakan ada hubungan antara sikap ibu dengan penggunaan buku KIA yang dibuktikan dengan p value 0,002 (Oktarina & Mugeni, 2015). 12
13 c. Keyakinan atau kepercayaan menurut WHO (1994) dalam Suriani sering diperoleh dari orang tua, kakek, nenek, atau orang yang dipercaya. Hal ini berdasarkan keyakinan atau adanya pembuktian terlebih dahulu. d. Nilai-nilai, didalam masyarakat umum selalu berlaku nilai yang akan dijadikan pegangan oleh setiap orang dalam menjalankan kehidupan di masyarakat. e. Budaya merupakan perilaku, norma, kebiasaan dan nilai-nilai serta pemakaian sumber daya yang ada di masyarakat untuk menghasilkan pola hidup yang umumnya akan disebut dengan kebudayaan. Kebudayaan atau pola hidup selalu berubah sesuai dengan peradaban umat manusia. 2.3.3 Faktor Pendukung ( Enabling Faktor ) Faktor pendukung adalah kemampuan/keahlian dan semua sumber-sumber pendukung yang diperlukan untuk menciptakan atau memungkinkan perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Sumber-sumber yang dimaksud antara lain ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan (Green, 1980). Faktor pendukung juga berkaitan dengan aksesibilitas berbagai sumber daya seperti biaya, jarak dan sarana transportasi yang ada. Faktor pendukung yang mempengaruhi pemanfaatan buku KIA yaitu sebagai berikut: a. Jarak Pelayanan Kesehatan Jarak pelayanan kesehatan adalah keterjangkauan jarak yang dapat ditempuh dari tempat tinggal responden hingga ke tempat pelayanan kesehatan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, sebagian besar yang memanfaatkan posyandu/polindes adalah ibu yang jarak ke posyandu/polindesnya dekat atau 247 m dari rumah (65,8%), sedangkan ibu yang jarak posyandu/polindesnya jauh atau > 247 m dari rumah kurang memanfaatkan (62,6%) (Sugiharti & Heny, 2011). 13
14 b. Status Ekonomi Keluarga Tingkat pendapatan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Tingkat pendapatan akan berpengaruh terhadap status ekonomi keluarga yang juga berpengaruh terhadap perilaku pemanfaatan buku KIA. Berdasarkan penelitian sebelumnya, menunjukkan hasil bahwa ibu yang memiliki pendapatan keluarga < UMR kurang memanfaatkan buku KIA (52,38%), begitu pula dengan ibu yang memiliki pendapatan keluarga UMR kurang memanfaatkan buku KIA (63,64%). P value dalam penelitian tersebut adalah 0,551 sehingga dapat dikatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan pemanfaatan buku KIA (Tirto & Widagdo, 2009). c. Ketersediaan Sarana Sarana dalam hal ini adalah ketersediaan buku KIA di Puskesmas. Daerah dengan sarana transportasi yang baik, letak yang strategis dan keadaan wilayah yang sangat mendukung menjadikan distribusi buku semakin mudah, sehingga buku KIA akan mudah sampai ke Puskesmas. 2.3.4 Faktor Pendorong ( Reinforcing Factor ) Menurut Notoatmodjo (2003), faktor pendorong adalah faktor-faktor dari luar individu yang mendorong atau memperkuat terjadinya perubahan perilaku. Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku petugas kesehatan, termasuk juga disini undangundang serta peraturan-peraturan yang terkait dengan kesehatan. Faktor pendorong yang mempengaruhi pemanfaatan buku KIA yaitu sebagai berikut: a. Dukungan Petugas Kesehatan Petugas kesehatan adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, dan masyarakat (Colti 14
15 dkk, 2014). Dalam hal ini, petugas kesehatan memegang peranan penting pada pemanfaatan buku KIA karena petugas kesehatan yang memberikan buku tersebut kepada Ibu. Keefektifan dukungan petugas kesehatan terhadap pemanfaatan buku KIA dapat dilihat melalui pemenuhan kewajibannya, antara lain mencatat pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada ibu dan anak di buku KIA dengan memberi tanda ( ) pada pesan atau informasi yang telah dijelaskan kepada ibu, mampu menjawab dan memberikan penjelasan setiap kali ibu meminta penjelasan, memberikan pelayanan kesehatan, konseling, dan penyuluhan kepada ibu terkait isi buku KIA, serta mengetes kembali pemahaman ibu setiap selesai memberi penjelasan dan peragaan. (Depkes RI dan JICA, 2015). Pengukuran dukungan petugas kesehatan dapat dilakukan melalui wawancara kepada ibu balita, menggunakan 5 pertanyaan yang berkaitan dengan pemanfaatan buku KIA. Untuk memberikan skor pada dukungan petugas menggunakan skala Guttman. 1. Jawaban Ya diberi skor 1 2. Jawaban Tidak diberi skor 0 Klasifikasi dukungan kesehatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu dukungan petugas baik jika didapat skor 75% dan dukungan petugas kurang baik jika didapat skor < 75%. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil pemanfaatan buku KIA dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 46 orang (41,8%) yang memperoleh dukungan petugas baik dan sebanyak 30 orang (27,3%) yang memperoleh dukungan petugas kurang baik. Pada penelitian ini dikatakan ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemanfaatan buku KIA yang dibuktikan dengan p value 0,030 (Oktaviani, 2013). 15