PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,


No.856, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman.

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG


ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PRINSIP, JENIS SOP AP, FORMAT DOKUMEN, KETENTUAN PENULISAN, DAN PENETAPAN SOP AP

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

8. Unit Organisasi Layanan Campuran adalah unit organisasi yang memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan secara internal dan eksternal.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 43

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR : 9 Tahun 2013

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

2017, No tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan, Pemantauan, dan Evaluasi Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan di Lingkunga

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA. No.730, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Standar Operasional Prosedur. Pedoman.

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Drs.H.Adang Tadjuddin,M.Si. Drs.H.ADANG TADJUDDIN,M.Si

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL,

GUBERNUR SULAWESI BARAT,

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN SAL;SSA

PERATURAN BUPATI PINRANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MANNA, 04 DESEMBER 2014

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG

KEGIATAN: PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURES PENYELENGGARAAN TUGAS DAN FUNGSI BATAN TAHAP: PEDOMAN EVALUASI SOP

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepoti

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA PENGADILAN NEGERI BANTUL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BIDANG PERHUBUNGAN TAHUN 2012

Standar Operasional Prosedur (SOP) Dinas Koperasi dan Kabupaten Mojokerto. Bab1 Latar Belakang

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR 41 TAHUN 2013

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Nomor 13 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

- 1 - LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAGIAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SETDA KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

BATAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 212/KA/XII/2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

TEKNIS PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI Nomor: SOP /KP 03 01/SMO

a) Telah terbentuk Tim Manajemen Perubahan di

PANDUAN PENGENDALIAN DOKUMEN KEBIJAKAN DAN SOP

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega

NOMOR 5 Tahun 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB III JENIS DAN FORMAT SOP

Memahami Standar Operasional Prosedur. Kementerian Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: 231/KA/XII/2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 26 TAHUN 2013

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA,

TAHAPAN PENYUSUNAN SOP

SOP PENGENDALIAN DOKUMEN DAN REKAMAN No. Dokument : No. Revisi : SOP Tanggal Terbit : Halaman :

PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROSEDURE (SOP)

BAB I PENDAHULUAN.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 121 TAHUN 2011 TENTANG

2017, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sip

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN

PERKEMBANGAN DAN PENERAPAN SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) DALAM MANAJEMEN PERKANTORAN. Oleh : ZARKANI, S.Ag, MAP Widyaiswara Muda.

PENGENDALIAN DOKUMEN DAN REKAMAN

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Terbitan : No. Revisi : Tgl Mulai Berlaku : 30 Juli 2015 Halaman :

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

2013, No.1648 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 mengamanatkan bahwa pendayagunaan aparatur negara dilakukan melalui Reformasi Birokrasi. Amanat ini selanjutnya dijabarkan dalam rencana pembangunan jangka menengah lima tahunan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menetapkan bahwa Reformasi Birokrasi merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Reformasi Birokrasi bertujuan untuk membangun profil dan perilaku aparatur negara yang memiliki integritas tinggi, produktivitas tinggi, bertanggung jawab, mampu memberikan pelayanan yang prima serta membangun birokrasi yang bersih, efisien, efektif, produktif, transparan, dan akuntabel. Salah satu area perubahan dari Reformasi Birokrasi di Indonesia adalah penataan tatalaksana dengan memaksimalkan dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang bermuara pada kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi. Penataan tatalaksana diwujudkan dalam pemetaan proses bisnis utama dan proses bisnis pendukung, yang disertai dengan penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP). Dalam rangka mewujudkan Reformasi Birokrasi di BATAN tersebut perlu dilaksanakan perbaikan proses penyelengaraan tugas dan fungsi (tusi) khususnya dengan menyempurnakan dan menyeragamkan format SOP yang telah ada dan menyusun SOP baru yang diperlukan. Pengertian Umum SOP adalah sebagai berikut: Instruksi tertulis sederhana, untuk menyelesaikan tugas rutin dengan cara yang paling efektif dalam rangka memenuhi persyaratan operasional; Serangkaian instruksi tertulis yang didokumentasikan dari aktivitas rutin dan berulang yang dilakukan oleh suatu organisasi;

5 2013, No.1648 Penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana dan oleh siapa. B. Maksud dan Tujuan Maksud dari Pedoman Penyusunan dan Pengendalian SOP adalah sebagai pedoman bagi Unit Kerja di BATAN dalam menyusun dan mengendalikan SOP agar mempunyai prinsip, persepsi dan format yang sama. Tujuan Pedoman Penyusunan dan Pengendalian SOP adalah untuk : 1. mewujudkan transparansi dan akuntabilitas serta ketertiban penyelenggaraan tugas dan fungsi BATAN; 2. memberikan keseragaman SOP pada Unit Kerja di BATAN. C. Definisi 1. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilaksanakan, dimana dan oleh siapa dilakukan. 2. SOP Administratif adalah prosedur standar yang bersifat umum dan tidak rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang aparatur atau pelaksana dengan lebih dari satu peran atau jabatan yang diperuntukan bagi jenis-jenis pekerjaan yang bersifat administratif. 3. SOP Teknis adalah prosedur standar yang sangat rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh satu orang aparatur atau pelaksana dengan satu peran atau jabatan. 4. Pelayanan Eksternal adalah berbagai jenis pelayanan yang dilakukan oleh Unit Kerja lini BATAN kepada masyarakat atau instansi pemerintah yang lain secara langsung, termasuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). 5. Pelayanan Internal adalah berbagai jenis pelayanan oleh Unit Kerja pendukung kepada seluruh unit atau pegawai di BATAN. 6. Dokumen Terkendali adalah dokumen yang didistribusikan kepada personil atau pihak tertentu yang sudah ditentukan dan apabila terjadi perubahan/revisi terhadap dokumen tersebut, maka organisasi berkewajiban memberikan revisi dokumen yang baru dan menarik dokumen yang lama. 7. Dokumen Tidak Terkendali adalah dokumen yang didistribusikan kepada personil atau pihak tertentu yang tidak/belum ditentukan dan apabila terjadi perubahan/revisi terhadap dokumen tersebut maka organisasi tidak berkewajiban memberikan revisi dokumen yang baru dan juga tidak menarik yang lama.

2013, No.1648 6 8. Rekaman adalah suatu dokumen yang menyatakan bahwa sesuatu hasil telah dicapai atau suatu bukti kegiatan telah dilaksanakan. D. Manfaat Manfaat SOP dalam lingkup penyelenggaraan administrasi pemerintahan antara lain: 1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya. 2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas. 3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab individual pegawai dan organisasi secara keseluruhan. 4. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari. 5. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas. 6. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai cara konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan. 7. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung dalam berbagai situasi. 8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu dan prosedur. 9. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya. 10. Memberikan informasi bagi upaya peningkatan kompetensi pegawai. 11. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya. 12. Sebagai instrumen yang dapat melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan. 13. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas. 14. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam memberikan pelayanan. 15. Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan standar pelayanan, sehingga sekaligus dapat memberikan informasi bagi kinerja pelayanan.

7 2013, No.1648 E. Prinsip Penyusunan dan pelaksanaan SOP sebagai berikut: 1. Kemudahan dan kejelasan harus memenuhi prinsip-prinsip SOP harus dapat dengan mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai bahkan seseorang yang sama sekali baru dalam pelaksanaan tugasnya. 2. Efisiensi dan efektivitas SOP harus merupakan prosedur yang paling efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas. 3. Keselarasan SOP harus selaras dengan prosedur-prosedur standar lain yang terkait. 4. Keterukuran Output dari SOP mengandung standar kualitas (mutu) tertentu yang dapat diukur pencapaian keberhasilannya. 5. Dinamis SOP harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan. 6. Berorientasi pada pengguna (mereka yang dilayani). SOP harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna (customer's needs) sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna. 7. Kepatuhan hukum SOP harus memenuhi ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku. 8. Kepastian hukum SOP harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan dan menjadi instrumen untuk melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum. 9. Konsisten SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh siapa pun terkait, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran organisasi pemerintahan. 10. Komitmen SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran organisasi, dari level yang paling tinggi dan terendah. 11. Perbaikan Berkelanjutan Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap penyempurnaanpenyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-benar efisien dan efektif.

2013, No.1648 8 12. Mengikat SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang telah ditetapkan. 13. Seluruh unsur pelaksana terkait memiliki peran penting Seluruh unsur pelaksana terkait memiliki peran-peran tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika pelaksana tertentu tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan terganggu keseluruhan proses, yang akhirnya juga berdampak pada proses penyelenggaraan pemerintahan. 14. Terdokumentasi dengan baik Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan referensi bagi setiap mereka yang memerlukan. F. Ruang Lingkup Pedoman ini berlaku pada seluruh penyelenggaraan tugas dan fungsi di BATAN dalam menyusun, menerapkan dan mengendalikan SOP, mencakup pelayanan eksternal, pelayanan internal, kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi serta kegiatan kesekretariatan. G. Referensi 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 2025; 2. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir Nasional; 3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014; 4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan; 5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tatalaksana (Business Process); 6. Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN; 7. Peraturan Kepala BATAN Nomor 393/KA/XI/2005-396/KA/XI/2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai di Lingkungan BATAN;

9 2013, No.1648 8. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 230/KA/XII/2012 tentang Pedoman Tata Kearsipan dan Kode Klasifikasi; 9. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 231/KA/XII/2012 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas; 10. Keputusan Kepala BATAN Nomor 360/KA/VII/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir; 11. Peraturan Kepala BATAN Nomor 093/KA/V/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, Diseminasi, dan Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir.

2013, No.1648 10 BAB II PENYUSUNAN SOP A. Langkah Penyusunan SOP Penyusunan SOP mengikuti prinsip PDCA yaitu Plan (perencanaan), Do (pelaksanaan), Check (pemeriksaan) dan Act (perbaikan). Adapun langkah penyusunan SOP dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Melakukan identifikasi kebutuhan SOP; Adalah melakukan pendataan kebutuhan SOP berdasarkan kegiatan yang dilakukan. 2. Menentukan Prioritas SOP; Adalah menentukan urutan prioritas SOP yang akan dibuat berdasarkan tingkat kepentingannya. 3. Melaksanakan pembuatan SOP; Adalah melakukan pembuatan SOP berdasarkan format yang telah ditetapkan. 4. Melaksanakan penerapan SOP; Adalah menjalankan langkah-langkah SOP yang telah ditetapkan. 5. Memonitor dan melakukan evaluasi SOP; Adalah melakukan pemonitoran dan evaluasi apakah dalam menjalankan SOP telah sesuai dengan yang telah ditetapkan. 6. Melakukan perbaikan SOP. Adalah melakukan perbaikan atau penyempurnaan SOP jika terdapat kekurangan. B. Identifikasi Kebutuhan dan Penentuan Prioritas SOP Penyusunan SOP harus dimulai dengan identifikasi SOP yang dibutuhkan dan penentuan prioritas sesuai dengan karakteristik kegiatan. Dalam melakukan identifikasi kebutuhan dan penentuan prioritas SOP dapat menggunakan formulir sesuai format berikut:

11 2013, No.1648 Formulir Identifikasi Kebutuhan SOP Unit Kerja : Tugas dan fungsi Unit Kerja : Tugas dan fungsi Bidang/Bagian : Tugas dan fungsi Sub Bidang/Bagian : No Judul SOP Keterangan Out Put Tahun Prioritas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Dst Bagi Unit Kerja yang telah memiliki SOP, tahapan ini untuk mengkaji ulang perubahan SOP yang diperlukan, terutama jika ada perubahan business process. C. Dokumen SOP Dokumen SOP tersusun atas: 1. Sampul Depan Lembar pertama ini berisi informasi mengenai: Judul SOP, nomor dokumen, nama unit kerja, nama dan simbol lembaga dan tahun penyusunan SOP. Format Sampul Depan ini seperti pada Format 1.

2013, No.1648 12 Format 1 Standar Operasional Prosedur (Judul SOP) (nomor Dokumen. SOP) (Nama UNIT KERJA) (BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL) (TAHUN PENYUSUNAN SOP)

13 2013, No.1648 Penomoran SOP sesuai dengan Peraturan Kepala Batan Nomor 230/KA/XII/2012 tentang Pedoman Tata Kearsipan dan Kode Klasifikasi, ditambah dengan kode unik SOP. Format penomoran diatur sebagai berikut: SOP aaa.bbb/cc cc cc/ddd e.f SOP aaa bbb cc cc cc Ddd e f : Kode dokumen SOP : Nomor urut SOP Tingkat hirarki dokumen : Klasifikasi fasilitatif atau klasifikasi substantif : Nama Unit Kerja : Kode Bidang/Bagian : Kode Subbidang/Subbagian (jika ada) Contoh: SOP Cuti Pegawai (BSDM) Dokumen SOP tentang Cuti Pegawai disusun oleh Subbag. Tata Usaha diberi nomor dokumen: SOP 023.002/KP 04 06/SDM 1.1 Penjelasan: SOP 023 002 KP 04 06 SDM : Kode dokumen SOP : Nomor urut SOP Tingkat hirarki dokumen (tingkat 2) : Klasifikasi fasilitatif atau klasifikasi substantif : Nama Unit Kerja 1 : Bagian Umum Kepegawaian 1 : Subbagian Tata Usaha

2013, No.1648 14 2. Lembar Pengesahan Lembar kedua ini berisi informasi mengenai nama penyusun, pemeriksa dan yang mengesahkan SOP. Lembar ini disusun seperti pada Format. Format 2 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Unit Kerja Nama SOP No. SOP No.revisi / Terbitan Tgl.berlaku Halaman... dari... LEMBAR PENGESAHAN Uraian Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Disiapkan Diperiksa Disahkan

15 2013, No.1648 3. Daftar Distribusi Lembar ketiga berisi identifikasi distribusi setiap kopi dokumen SOP. Format yang digunakan seperti pada Format 3. Format 3 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Unit Kerja Nama SOP No. SOP No.revisi / Terbitan Tgl.berlaku Halaman... dari... Daftar Distribusi Nomor Salinan Jabatan Distribusi Nama

2013, No.1648 16 4. Daftar Isi Penyusunan Lembar keempat yang berisi Daftar Isi seperti pada Format 4. Format 4 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Unit Kerja Nama SOP Daftar Isi No. SOP No.revisi / Terbitan Tgl.berlaku Halaman... dari...

17 2013, No.1648 5. Isi Dokumen Lembar kelima dan seterusnya dari Dokumen SOP ini merupakan isi dokumen, termasuk SOP. Format Isi Dokumen seperti pada Format 5. Format 5 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Unit Kerja No. SOP Nama SOP No.revisi / Terbitan Tgl.berlaku Halaman... dari... 1. Tujuan 2. Ruang Lingkup 3. Tanggung Jawab 4. Definisi 5. Referensi 6. SOP - Lampiran (bila ada)

2013, No.1648 18 Isi dokumen tersusun atas beberapa bab sebagai berikut: a. Tujuan Isi dari Tujuan SOP adalah menjelaskan atau menggambarkan sasaran kerja secara singkat dan jelas dari obyek yang akan dibuat prosedur. b. Ruang Lingkup Isi dari Ruang Lingkup prosedur adalah menjelaskan cakupan dari SOP yang akan dilaksanakan, dan jawaban yang diperlukan untuk pertanyaan pada Ruang Lingkup antara lain: - Dimana SOP ini diberlakukan?; - Siapa yang akan menggunakannya?; - Sejauh mana batasan objek dilakukan?; - Apakah ada keterkaitan dengan kegiatan lainnya (interface)? c. Tanggung Jawab Isi dari Tanggung Jawab SOP adalah penjelasan tentang identifikasi personal yang bertanggung jawab termasuk jabatan yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya atas tercapainya sasaran dari prosedur tersebut. d. Definisi Isi dari Definisi adalah penjelasan istilah di dalam SOP yang tidak dimengerti atau yang tidak lazim atau mempunyai arti khusus atau bahasa asing yang sulit dimengerti. e. Referensi Referensi adalah daftar pustaka dan/atau peraturan perundangundangan yang berlaku yang digunakan atau berkaitan dengan penyusunan SOP tersebut seperti spesifikasi, standar atau dokumen lainnya yang diacu. f. SOP SOP dinyatakan dalam bentuk diagram alir, Diagram alir merupakan gambaran secara grafis yang terdiri dari simbol-simbol dalam suatu tproses, yang menyatakan arah dari alur proses. Bila terdapat kegiatan yang tidak dapat dinyatakan dalam simbol maka dapat ditambahkan penjelasan pada kolom keterangan. Diagram alir dibuat seperti Format 6.

19 2013, No.1648 Format 6 Dasar Hukum: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Unit Kerja Nama SOP No. SOP Kualifikasi Pelaksana: No.revisi / Terbitan Tgl.berlaku Halaman... dari... Keterkaitan: Peralatan dan Perlengkapan. Peringatan: Pencatatan dan Pendataan: No. PROSES Pelaksana 1 Pelaksana Pelaksana 2 Pelaksana 3 Mutu Baku Kelengkapan Waktu Output Keterangan Lampiran 1 Lampiran 2 Dst.

2013, No.1648 20 Dalam pembuatan diagram alir SOP memuat unsur berikut : a. Dasar hukum, peraturan perundang-undangan yang mendasari prosedur; b. Keterkaitan, memberikan penjelasan keterkaitan SOP dengan SOP lain; c. Peringatan, memberikan penjelasan mengenai kemungkinankemungkinan yang terjadi ketika prosedur dilaksanakan (atau tidak dilaksanakan). Peringatan memberikan indikasi berbagai permasalahan yang mungkin muncul dan berada diluar kendali pelaksana ketika prosedur dilaksanakan, dan berbagai dampak yang ditimbulkan. Dalam hal ini dijelaskan pula bagaimana cara mengatasinya. Peringatan ini dapat berisi misalnya: identifikasi risiko terhadap keselamatan, kesehatan, keamanan maupun lingkungan beserta upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. d. Kualifikasi Pelaksana, memberikan penjelasan mengenai kualifikasi khusus pegawai yang harus dimiliki dalam melaksanakan peran pada SOP; e. Peralatan dan Perlengkapan, memberikan penjelasan mengenai daftar peralatan dan perlengkapan utama yang dibutuhkan; f. Uraian SOP, dijelaskan langkah-langkah kegiatan secara terinci dan sistematis dari SOP. Agar SOP ini terkait dengan kinerja, maka setiap aktivitas hendaknya mengindikasikan mutu baku tertentu, seperti: waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan, persyaratan/kelengkapan yang diperlukan (standar input), dan output-nya. Mutu baku ini akan menjadi alat kendali mutu sehingga produk akhirnya (end product) dari sebuah proses benarbenar memenuhi kualitas yang diharapkan, sebagaimana ditetapkan dalam standar pelayanan; g. Pencatatan dan Pendataan memuat berbagai hal yang perlu didata dan dicatat oleh setiap pegawai yang berperan dalam pelaksanaan SOP, Dalam kaitan ini, perlu dibuat formulir-formulir tertentu yang akan diisi oleh setiap pegawai yang terlibat dalam proses. Setiap pegawai yang ikut berperan dalam proses, diwajibkan untuk mencatat dan mendata apa yang sudah dilakukannya, dan memberikan pengesahan bahwa langkah yang ditanganinya dapat dilanjutkan pada langkah selanjutnya. Pendataan dan pencatatan akan menjadi dokumen yang memberikan informasi penting mengenai "apakah prosedur telah dijalankan dengan benar. Apabila dalam SOP tidak disertai pendataan dan pencatatan, maka pada kolom Pencatatan dan Pendataan diberikan keterangan Tidak Ada. Sedangkan pada penomoran formulir diatur sebagai berikut: Contoh: Formulir Cuti Pegawai (BSDM) Formulir cuti pegawai ada di dokumen SOP tentang Cuti Pegawai yang disusun oleh Subbag. Tata Usaha yang diberi nomor dokumen: FM 001 SOP 023.002/KP 04 06/SDM 1.1 Penjelasan:

21 2013, No.1648 FM Kode Formulir 001 Nomor urut formulir SOP 023 002 KP 04 06 SDM : Kode dokumen SOP : Nomor urut SOP Tingkat hirarki dokumen (tingkat 2) : Klasifikasi fasilitatif atau klasifikasi substantif : Nama Unit Kerja 1 : Bagian Umum Kepegawaian 1 : Subbagian Tata Usaha h. Simbol Diagram Alir Simbol umum yang digunakan dalam penyusunan SOP BATAN adalah sebagai berikut: TUGAS MULAI/AKHIR PROSES PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONEKTOR UNTUK PERPINDAHAN HALAMAN GARIS ALUR PROSES i. Rekaman Rekaman ini merupakan dokumen yang menyatakan bahwa sesuatu hasil telah dicapai atau suatu bukti kegiatan telah dilaksanakan. Bagian ini digunakan untuk mencantumkan rekaman yang terkait dengan prosedur dan menguraikan tentang rekaman apa yang harus dipelihara, lokasi penyimpanan dan lama penyimpanan. Nomor rekaman merupakan nomor urut rekaman, nama rekaman merupakan jenis rekaman yang dihasilkan, lokasi penyimpanan rekaman merupakan tempat khusus dimana rekaman disimpan dan lama penyimpanan rekaman merupakan periode masa simpan rekaman sesuai Jadwal Retensi Arsip (JRA).

2013, No.1648 22 6. Header j. Lampiran Lampiran merupakan bagian dari SOP yang diperlukan untuk memperkuat SOP. Lampiran dapat terdiri antara lain: - Keterangan-keterangan yang diperlukan; - Formulir yang diperlukan untuk merekam kegiatan yang diisyaratkan oleh SOP tersebut. Setiap dokumen SOP, pada bagian header memuat identitas berikut: a. Nama SOP, nama prosedur yang di-sop-kan; b. Nama Unit Kerja; c. Nomor dokumen, nomor prosedur yang di-sop-kan; d. Tanggal berlaku, adalah tanggal pengesahan, dimana pada tanggal terserbut dinyatakan SOP diberlakukan; e. Status revisi, menunjukkan urutan revisi. Dokumen yang direvisi agar disesuaikan status nomor revisi sesuai dengan urutan pembuatan revisinya dan disesuaikan pula tanggal pembuatan revisinya; f. Terbitan, menunjukkan urutan terbit Dokumen yang diperbarui setelah dilakukan 5 kali revisi; g. Halaman dari, menunjukkan halaman dan jumlah halaman. 7. Format pengetikan SOP Dokumen dibuat dengan kertas ukuran A4 (210mm x 297 mm) warna putih. Jenis dan ukuran font adalah Arial 11 pt. Batas (margin) atasbawah 20 mm, batas kiri 30 mm dan batas kanan 20 mm. Tata letak dokumen adalah portrait, kecuali untuk SOP dapat dibuat dengan tata letak landscape dengan batas margin atas, bawah, kiri, kanan 1,27 cm. 8. Hirarki Pengesahan SOP BATAN Penggunaan hirarki pengesahan ini merupakan jabatan dalam pengesahan SOP BATAN. Tanggung jawab pengesahan ditetapkan dalam hirarki sebagai berikut: SOP Administratif No. Jenis SOP Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disahkan Oleh 1. SOP Administratif Eselon I 2. SOP Administratif Eselon II 3. SOP Administratif Eselon III 4. SOP Administratif Eselon IV Eselon III/ Pejabat Setara Eselon II Eselon I Eselon IV Eselon III Eselon II Staf Eselon IV Eselon III Staf Staf lain Eselon IV

23 2013, No.1648 SOP Teknis No. Jenis SOP Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disahkan Oleh 1. SOP Teknis Staf Eselon IV Eselon III Eselon III 2. SOP Teknis Staf Staf lain Eselon IV Eselon IV Apabila dalam penyusunan SOP melibatkan lebih dari satu personil atau satu jabatan, maka pada lembar pengesahan dapat ditambahkan kolom atau berupa lampiran.

2013, No.1648 24 BAB III PENGENDALIAN SOP A. Penyiapan Penyiapan dokumen disesuaikan dengan tabel hirarki penetapan jenis SOP secara berjenjang dimulai dari pengajuan, pembuatan, pemeriksaan dan persetujuan. Setiap Unit Kerja harus membuat daftar induk dokumen SOP. B. Penerbitan Dokumen yang telah disahkan pada sampul depan diberi cap MASTER dan disimpan. Dalam penerbitan selalu dicek keabsahan, nomor, revisi, tanggal dan jumlah halaman. Apabila terdapat revisi dan terbit dokumen baru maka dokumen yang lama dinyatakan tidak berlaku lagi, dokumen yang tidak berlaku diberi cap TIDAK BERLAKU dan kemudian disimpan dalam penempatan yang terpisah dengan dokumen yang baru atau dokumen yang mutakhir. Hanya dokumen yang mutakhir yang beredar atau digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. C. Penggandaan dan pendistribusian Dokumen yang telah dicap MASTER, digandakan sesuai dengan kebutuhan, dan didistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak memperoleh salinan berdasarkan disposisi. Salinan dokumen master tersebut diberi cap SALINAN No.:... dan TERKENDALI, kemudian didistribusikan sesuai dengan Daftar Distribusi penerima dokumen, sedangkan salinan tidak terkendali diberi cap TIDAK TERKENDALI dan dapat didistribusikan ke pihak-pihak yang berkepentingan dengan tanda bukti penerimaan salinan. Form serah terima dokumen setelah ditandatangani, kemudian disimpan. D. Pendokumentasian elektronik Dokumen SOP yang bersifat publik dan sudah disahkan paling lambat 1 (satu) bulan harus dikirim ke repositori dokumen BATAN, http://repositori.batan.go.id E. Pemusnahan Dokumen SOP yang sudah tidak berlaku dan rekaman yang telah habis masa retensinya, diidentifikasi dengan memberi stempel TIDAK BERLAKU pada sampul depan (cover) dan pemusnahannya dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 230/KA/XII/2012 tentang Pedoman Tata Kearsipan dan Kode Klasifikasi

25 2013, No.1648 F. Pengubahan/Revisi Apabila terdapat dokumen SOP yang dapat mengakibatkan penyimpangan atau masalah terhadap kinerja, maka Sub bidang/tim Jaminan Mutu dapat mengusulkan pengubahan atau revisi terhadap dokumen SOP kepada pejabat yang berwenang mengesahkan SOP tersebut. Dokumen SOP yang akan diubah atau direvisi harus dibahas bersama oleh penanggung jawab SOP, Tim jaminan Mutu dan pejabat yang mengesahkan SOP untuk kemudian ditetapkan bagian yang akan diubah atau direvisi. Pengubahan atau revisi yang bersifat kecil, maka dapat digunakan sistem amandemen yaitu dengan mengubah hanya pada bagian yang akan diubah saja. Untuk mengetahui bagian yang diamandemen maka dokumen SOP yang diamandemen harus disertai daftar amandemen. Ditetapkan maksimal 5 (lima) amandemen maka dokumen SOP harus direvisi. Ditetapkan maksimal 5 (lima) kali revisi maka dokumen SOP harus diubah status terbitan/edisinya. Untuk mengetahui sejarah dokumen SOP, maka Master dokumen SOP tersebut harus disimpan.

2013, No.1648 26 BAB IV PENUTUP SOP adalah bagian yang sangat penting bagi BATAN untuk menjamin terlaksananya kegiatan teknis dan administratif dalam pelaksanaan tugas dan fungsi BATAN. Oleh karena itu SOP akan menentukan apakah tugas dan fungsi BATAN dapat dicapai secara efesien, efektif, akuntabel dan transparan. SOP juga merupakan bagian penting dari Reformasi Birokrasi sehingga Penyusunan SOP sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan SOP mutlak diperlukan. Oleh karena itu Pedoman ini menjadi acuan yang penting dalam penyusunan dan pengendalian SOP seluruh Unit Kerja di BATAN sehingga dapat mendorong setiap pegawai BATAN dalam melaksanakan pekerjaan secara terarah dan dapat dipantau hasil pekerjaannya yang pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada BATAN. Pedoman ini akan selalu dilakukan penyempurnaan sesuai dengan dinamika perkembangan organisasi dan ilmu pengetahuan. KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, DJAROT SULISTIO WISNUBROTO

27 2013, No.1648

2013, No.1648 28

29 2013, No.1648

2013, No.1648 30

31 2013, No.1648

2013, No.1648 32

33 2013, No.1648