Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga ISSN-Online : X Diterbitkan Oleh Akademi Farmasi Prayoga Padang jurnal.akfarprayoga.ac.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview).

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. 246 Malang. Penelitian dilaksanakan selama 3 Februari Februari 2017.

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini termasuk ke dalam metoda penelitian eksperimental dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

III. MATERI DAN METODE

Transkripsi:

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Lai Durio kutejensis (Hassk) Becc. Sebagai Antibakteri Dari Bakteri Staphylococcus aureus Dan Salmonella enterica Serovar Typhi (S.Typhi) 1 Muhammad Saddam Muhsin, Sudrajat, Ratna Kusuma Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Molekuler, FMIPA, Universitas Mulawarman Program Studi Biologi FMIPA Universitas Mulawarman *Corresponding Author: saddammuhsin@gmail.com Abstrak. Lai Durio kutejensis (Hassk) Becc. merupakan tanaman buah lokal di wilayah Kalimantan, terutama Kalimantan Timur, kulit durian bersifat antibakteri terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, durian masih satu famili dengan Lai, yang diasumsikan memiliki potensi sebagai antibakteri baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan daya antibakteri, serta konsentrasi antibakteri yang efektif dari ekstrak kasar kulit dan Biji buah Lai Duriokutejensis (Hassk.) Becc. Terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan S. Typhi. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuandan 3 kali ulangan, yang terdiri dari 6 perlakuan, yaitu konsentrasi 3%, 4%, 5%, 6%, kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol negatif (aquadest). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit dan biji buah Lai pada masing-masing konsentrasi lebih mampu menghambat bakteri S. aureus dibandingkan bakteri S. Typhi berdasarkan luas zona hambat yang terbentuk di sekitar cakram. Kata kunci : Lai Durio kutejensis (Hassk) Becc, Bakteri Staphyllococcus aureus, Salmonella enterica serovar Typhi (S. Typhi) Bakteri Pendahuluan Lai merupakan salah satu nama tanaman khas yang diberikan oleh penduduk asli Kalimantan Timur. Di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan dikenal dengan nama pampaken. Lai merupakan jenis durian yang endemik di Kalimantan, namun demikian lai juga dapat dijumpai tumbuh baik di daerah Sumatra dan Jawa. Lai memiliki potensi tumbuh besar untuk dikembangkan salah satu produk unggulan buah tropika, akan tetapi masih kurang dikenal dibandingkan dengan durian dari jenis Durio zibethinus [4]. Dilihat dari nama latin spesies ini yaitu Durio kutejensis menunjukkan bahwa buah ini berasal dari Kutai Kartanegara, Kabupaten di Kalimantan Timur [8]. Pada uji di laboratorium menunjukan bahwa kulit durian mengandung senyawasenyawa kimia yang berfungsi sebagai antibakteri seperti golongan flavonoid dan saponin. Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen dari tumbuhan [9]. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Dalam larutan yang sangat encer, saponin sangat beracun untuk wilayah perairan [7]. Lai Durio kutejensis (Hassk) Becc. masih merupakan satu famili dengan durian Durio zibethimus, selain itu kedua tanaman ini juga memiliki kesamaan. Berdasarkan penelitian pada durian bahwa kulit durian bersifat antibakteri, maka penulis ingin meneliti apakah ekstrak kasar limbah kulit tanaman buah Lai juga dapat bersifat sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak kasar kulit buah Lai Durio kutejensis (Hassk) Becc. terhadap bakteri Staphyllococcus aureus dan S.Typhi dan untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah ekstrak kasar kulit buah Lai Durio kutejensis (Hassk) Becc. menunjukkan daya antibakteri terbaik terhadap bakteri Staphyllococcus aureus dan S.Typhi. Metode Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksnakan pada bulan Maret sampai Desember 2015 di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Molekuler Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuandan 3 kali ulangan. Untuk menentukan konsentrasi 399

pada prosedur Uji Antibakteri menggunakan T 0 = 0% sebagai kontrol negatif, T 1 = 3 %, T 2 = 4 %, T 3 = 5 %, T 4 = 6 %, T 5 = kloramfenikol sebagai kontrol positif [6]. Alat dan Bahan Ekstraksi Sampel Alat yang digunakan adalah blender, timbangan, botol kedap cahaya, rotary evaporator, gunting/pisau, corong kaca, erlenmeyer, gelas ukur, spatula, batang pengaduk, kamera digital dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah etanol 95%, air, aquadest, kertas saring, aluminium foil, sampel kulit buah Lai (Durio kutejensis (Hassk Becc.). Uji Antibakteri Alat yang digunakan adalah lidi dengan ujung berkapas, gelas ukur, neraca analitik, batang pengaduk, gelas ukur, tabung reaksi, spatula, becker glass, hot plate, cawan petri, vortex, erlenmeyer, pipet volume, autoclave, rak tabung reaksi, pinset, jangka sorong, jarum ose, laminar air flow cabinet, karet gelang, kertas label, tissue, bluetip, inkubator, mikropipet, megnetic stirrer, wadah plastik, kalkulator, lampu bunsen, kamera digital, kain hitam dan alat tulis. Bahan yang digunakan ekstrak etanol kulit buah Lai (Durio kutejenensis (Hassk Becc.), Media LBA (Luria Bertani Agar), NaCl 0,9%, alkohol 70%, biakan bakteri Staphyllococcus aureus dan Salmonella enterica serovar Typhi (S. Typhi), kloramfenikol,kertas cakram, aluminium foil, kertas, dan aquadest. 1. Ekstraksi Sampel Sampel yang akan digunakan yaitu kulit Lai dicuci bersih, lalu ditimbang berat basahnya, kemudian dikering anginkan pada suhu ruang dan ditimbang berat keringnya. Setelah itu sampel dipotong kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan blender khusus, kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol 95%. Didiamkan sampai ± 3-4 hari sampai pelarut berwarna pekat. Lalu dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring sampai larutan ekstrak tidak berwarna lagi. Setelah didapatkan hasil ekstraksi, dilanjutkan dengan proses evaporasi. Ekstrak cair dimasukkan ke dalam rotary evaporator sampai semua pelarut menguap dan didapatkan ekstrak kental (berupa pasta). 2. Uji Antibakteri Sterilisasi Alat-alat yang akan digunakan disiapkan, seperti: cawan petri, lidi dengan ujung berkapas, kertas cakram. Kemudian semua alat tersebut dimasukkan ke dalam autoclave dan disterilisasi selama 30 menit dengan suhu 121 o C. Pembuatan Media Media LBA ditimbang sebanyak 22.8 gr dan dilarutkan dalam aquadest sampai 600 ml, dipanaskan sampai mendidih. Kemudian disterilkan dalam autoclave 121 o C selama 15 menit. Larutan dituang kedalam cawan petri steril dan ditutup lalu dibiarkan sampai memadat. Pembenihan Bakteri Satu ose koloni bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella enterica serovar Typhi (S. Typhi), diambil dari masing-masing media subkultur, disuspensikan di dalam air garam NaCl 0,9% tabung [10]. Penanaman pada Media LBA Lidi kapas dicelupkan pada suspensi bakteri Staphyllococcus aureus dan Salmonella enterica serovar Typhi (S. Typhi), kemudian di swab permukaan media LBA sampai keseluruh permukaan. Media LBA dibiarkan selama 5 menit agar suspensi bakteri meresap ke dalam agar. Kemudian dicelupkan kertas cakram pada masingmasing konsentrasi ekstrak kulit buah Lai (Durio kutejensis (Hassk Becc.) yang telah disiapkan. Tiap-tiap kertas cakram ditempelkan pada media LBA dengan menggunakan pinset. Kertas cakram ditekan menggunakan pinset sehingga terjadi kontak yang baik antara kertas cakram dengan media LBA. Kemudian setelah itu di inkubasi selama 18 jam pada suhu 37 o C [5]. Pengukuran Zona Hambat Teknik analisis data yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri yaitu dengan cara mengukur diameter daerah bening yang didapat dari variasi konsentrasi ekstrak. Diameter zona hambat yang diukur yaitu daerah jernih sekitar kertas cakram (tidak ada pertumbuhan bakteri), diukur dengan jangka sorong dari ujung yang satu keujung yang lainnya melalui tengah-tengah kertas cakram [10]. Dihitung rata-rata zona hambatnya. 400

Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis Test dengan program Statistical Packed Social and Science (SPSS) 22. Apabila dalam analisis ragam memberikan hasil yang signifikan, maka dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney Test. Apabila dalam analisis ragam memberikan hasil yang signifikan, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Miltiple Range Test, DMRT) pada taraf kepercayaan 95%. Data yang dihasilkan dianalisis dengan program Statistical Product Service Solutions (SPSS) 22. Hasil dan Pembahasan Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Kulit Lai Hasil uji antibakteri ekstrak kulit buah Lai Durio kutejensis (Hassk) Becc. dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Diameter zona hambat ekstrak Kulit Lai Durio Kutejensis (Hassk) Becc.terhadap Staphylococcus aureus dan S. typhi Konsentrasi ekstrak (mg/ml) Rata-rata Diameter ZonaHambat (mm) S. aureus S. Typhi Aquadest (-) 0,00 ± 0,00 a 0,00 ± 0,00 a 3% 1,47 ± 0,60 ab 1,06 ± 0,08 b 4% 3,16 ± 1,71 b 1,3 ± 0,23 b 5% 3,70 ± 1,03 b 1,75 ± 0,47 bc 6% 7,42 ± 2,01 c 2,1 ± 0,62 c Kloramfenikol (+) 14,33 ± 1,07 d 13,86 ± 0,53 d Keterangan: diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom dinyatakan beda tidak signifikan pada uji DMRT taraf kepercayaan 95% Berdasarkan Tabel 1. di atas, tampak bahwa ekstrak kulit buah Lai (Durio kutejensis) memberikan efek hambatan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan S. Typhi. Hal ini ditunjukan dengan nilai F hitung =...> Ftabel(0,005) = (dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2). Nilai rata-rata diameter zona hambat terbesar ditunjukkan pada bakteri S. aureus yaitu pada kosentrasi 6% seluas 7,42 mm dan zona hambat yang terkecil terdapat pada bakteri S. Typhi dengan kosentrasi 3% seluas 1,06 mm. Menurut [5], penghambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh zat antimikroba terlihat sebagai wilayah bening di sekitar pertumbuhan mikroorganisme. Berdasarkan kedua tabel di atas dapat diketahui bahwa ekstrak kulit dari buah Lai Durio kutejensis (Hassk.) Becc. pada berbagai kosentrasi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan S. Typhi dengan kemampuan yang berbeda-beda pada masing-masing kosentrasinya. Untuk kontrol negatif digunakan aquadest dan kontrol positif digunakan kloramfenikol, karena kloramfenikol merupakan larutan standar yang umum digunakan dalam uji antibakteri. Rata-rata zona bening yang dihasilkan oleh kloramfenikol untuk ekstrak kulit buah Lai yaitu 14,33 mm pada bakteri S. aureus dan 13,86 mm pada bakteri S. Typhi. Menurut [2], hal ini disebabkan karena kloramfenikol merupakan antibiotik penghambat yang kuat bagi bakteri Gram positif (S. aureus) dan bakteri Gram negatif (S. Typhi). Obat ini memblokir ikatan asam amino pada rantai peptida sehingga menyebabkan terhambatnya pengikatan asam amino baru pada rantai polipeptida sehingga proses sintesis terhenti. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah Lai pada masing - masing konsentrasi dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan S. Typhi, dan dapat disimpulkan bahwa meningkatnya konsentrasi ekstrak yang digunakan juga meningkatkan zona bening yang dihasilkan. 401

Rata-rata diameter zona hambat diklasifikasikan berdasarkan kekuatan antibakterinya sehingga dibagi dalam tingkatan lemah, sedang, kuat dan sangat kuat. Menurut [2] menyatakan bahwa secara umum, mekanisme kerja senyawa antibakteri dibagi dalam empat kelompok. Pertama, senyawa antibakteri menghambat sintesis dinding sel. Kedua, senyawa antibakteri menghambat metabolisme sel. Ketiga, senyawa antibakteri mengganggu keutuhan membran sel. Dan keempat, senyawa antibakteri menghambat sintesis protein dan asam nukleat. Dari penelitian yang telah dilakukan, ratarata zona hambat yang diperoleh dapat diklasifikasikan berdasarkan kekuatan antibakterinya termasuk kategori lemah sampai dengan sedang (Tabel 2). Tabel 2. Kategori Kekuatan Antibakteri Esktrak Etanol Kulit Buah Lai Durio Kutejensis (Hassk) Becc. Terhadap Bakteri S.aureus dan S.typhi Rata-Rata Diameter Jenis Bakteri Perlakuan Ekstrak Intensitas Zona Hambat Zona Hambat (Cox et al., 2010) (mm) 0% 0,00 Lemah 3% 1,47 Lemah S. aureus 4% 3,16 Lemah 5% 3,70 Lemah 6% 7,42 Sedang Kloramfenikol 14,33 Kuat 0% 0,00 Lemah 3% 1,06 Lemah S. typhi 4% 1,3 Lemah 5% 1,75 Lemah 6% 2,1 Lemah Kloramfenikol 13,86 Kuat Berdasarkan kategori kekuatan antibakteri yang disajikan pada Tabel 2 untuk perlakuan ekstrak etanol kulit buah Lai Durio kutejensis (Hassk) Becc. terhadap bakteri S. aureus pada konsentrasi 3%, 4% dan 5% zona bening yang terbentuk adalah 1.47, 3.16 dan 3.70 mm (termasuk kategori antibakteri lemah). Pada konsentrasi 6% zona bening yang terbentuk adalah 7.42 mm (termasuk kategori antibakteri sedang). Pada bakteri S. Typhi dengan konsentrasi 3%, 4%, 5% dan 6% zona bening yang terbentuk adalah 1.06, 1.3, 1.75 dan 2.1 mm (termasuk kategori antibakteri lemah). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah Lai Durio kutejensis (Hassk) Becc. mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan bakteri S. Typhi meskipun zona bening yang terbentuk kecil. Dikarenakan konsentrasi yang digunakan dari ekstrak kulit buah Lai ini memang kecil yaitu 3%, 4%, 5% dan 6%. Kandungan senyawa-senyawa kimia dari golongan flavonoid dan saponin berperan aktif dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan bakteri S. Typhi. Menurut [3], aktivitas biologi senyawa flavonoid terhadap bakteri dilakukan dengan merusak dinding sel dari bakteri yang terdiri atas lipid dan asam amino yang akan bereaksi dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid sehingga dinding sel akan rusak dan senyawa tersebut dapat masuk ke dalam inti sel bakteri. Senyawa ini selanjutnya bereaksi dengan DNA pada inti sel bakteri dan melalui perbedaan kepolaran antara lipid penyusun DNA dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid akan terjadi reaksi sehingga akan merusak struktur lipid dari DNA bakteri akibatnya inti sel bakteri akan mengalami lisis. Senyawa saponin dapat merusak membran sitoplasma, rusaknya membran sitoplasma dapat mengakibatkan sifat 402

permeabilitas membran sel berkurang sehingga transport zat ke dalam sel dan ke luar sel menjadi tidak terkontrol. Zat yang berada di dalam sel seperti ion organik enzim, asam amino dan nutrisi dapat keluar dari sel [1]. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada ekstrak kulit buah Lai Durio kutejensis (Hassk) Becc. sebagai antibakteri dari bakteri Staphyllococcus aureus dan Salmonella enterica serovar Typhi (S. Typhi), maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak etanol kulit buah Lai Durio kutejensis (Hassk) Becc. bersifat antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan bakteri S. Typhi dalam kategori lemah hingga sedang. 2. Ekstrak etanol kuliti buah Lai Durio kutejensis (Hassk) Becc. menunjukkan sebagai antibakteri yaitu untuk kulit Lai pada bakteri S. aureus dan S. Typhi terdapat pada konsentrasi 6% dengan zona hambat yang terbentuk 7.42 mm dan 2.1 mm. Sedangkan untuk biji Lai pada bakteri S. aureus terdapat pada konsentrasi 6% dengan zona hambat 3.99 mm, dan pada bakteri S. Typhi terdapat pada konsentrasi 5% dengan luas zona hambat 2.13 mm. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Mulawarman serta segenap dosen pengajar jurusan biologi yang telah mengajarkan ilmunya serta kepada semua pihak yang terkait. Antibiotik Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi. Diakses pada 29 Februari 2016. [2] Brooks, F. G., Butel, J. S., dan Morse, S. A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Buku 1. Salemba Medika : Jakarta. [3] Gunawan, I. W. A. 2008. Potensi Buah Pare (Momordica charantia L.) sebagai Antibakteri Salmonella typhimurium. http://adigunawan2009.wordpress.com/2 009/05/26/potensi-buah-paremomordica-charantia-l-sebagaiantibakteri-salmonella-tyhpimurium/. Diakses pada tanggal 31 Januari 2016. [4] Krismawati, A dan Sarwani, M. 2005. Penggalian Data Pendukung Domestika dan Komersialisasi Jenis, Spesies, dan Varietas Tanaman Buah di Kalimantan Tengah. Prosiding Lokakarya I: Domestika dan Komersialisasi Tanaman Hortikultura : Jakarta. [5] Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada : Jakarta. [6] Noorhamdani. Samodriyanti. Kusumadewi, P. 2010. Uji Ekstrak Kulit Durian (Durio zibetinus Murr) Sebagai Antimikroba Terhadap Pseudomonas aeruginosa Secara In Vitro. Diakses pada tanggal 8 Januari 2014. [7] Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB : Bandung. [8] Setiadi. 2007. Bertanam Durian. Penebar Swadaya : Jakarta. [9] Soemarno, 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analisis Kesehatan Yogyakarta : Yogyakarta. [10] Subroto, M. A. dan Saputro, H. 2008. Gempur Penyakit Dengan Sarang Semut. Penebar Swadaya : Jakarta. Daftar Pustaka [1] Aulia, I. A. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanolik Daun Arbenan Duchesnea indica (andr.) Focke Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten 403