Rina Indah Agustina ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

dalam suatu pendapat yang perumusanya bermacam-macam.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Remaja Kelas X Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yaitu tahun, adalah. disebut masa remaja. (Widyastuti, 2009).

BAB 4 METODE PENELITIAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB 5 HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Usia mahasiswa berkisar antara tahun. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PAPARAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERSEPSI PERILAKU SEKSUAL MAHASISWASEMESTER II PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Rina Indah Agustina ABSTRAK Remaja merupakan kelompok penduduk yang perlu mendapatkan perhatian. umur pertama kali melakukan hubungan seksual terbanyak yaitu antara 15 sampai 19 tahun sekitar 68,6 persen. Hubungan seksual yang terlalu dini akan membawa akibat negatif terhadap organ reproduksi remaja. Jika ditelusuri alasan mereka melakukan hubungan seksual yang tidak aman itu disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan remaja mengenai konsekuensi dan perilaku seksual yang mereka lakukan, alasan lainnya juga karena besarnya rasa ingin tahu remaja yang berakibat pada upaya melakukan coba-coba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang kesehatan seksual mahasiswa semester II prodi DIII kebidanan Universitas Respati Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik non eksperimental, dan pendekatan cross sectional, menggunakan data primer dengan tehnik quota sampling dan besar sampel 158 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Pengolahan data dilakukan menggunakan uji Chi-kuadrat. Hasil Penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 15 orang (96,%). dan responden yang memiliki persepsi perilaku seksual dengan kategori baik sebanyak 80 orang (50,6%), responden yang memiliki persepsi perilaku seksual kurang baik sebanyak 78 orang (49,4%). Kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan persepsi perilaku seksual mahasiswa didapatkan nilai p=0,041 (p< 0,05) Kata Kunci: Pengetahuan, Kesehatan Reproduksi, Perilaku seksual, Mahasiswa semester II prodi D III Kebidanan. PENDAHULUAN Menurut WHO, remaja adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun sedangkan menurut PBB remaja adalah kaum muda untuk usia 15 sampai 4 tahun. Remaja merupakan kelompok penduduk yang perlu mendapatkan perhatian. Perilaku yang tidak sehat ditunjukkan dengan semakin banyaknya remaja yang telah melakukan hubungan seksual pra nikah. Hal ini terbukti dari sebuah survei yang dilakukan oleh BKKBN jawa barat tahun 007 menunjukkan 40 persen remaja berusia 15-4 tahun telah mempraktikkan seks pra nikah 1. Hasil penelitian Soetjiningsih bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah hubungan orang tua remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh signifikan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual remaja. Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan pada tingkah laku yang bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada diatas baju, memegang alat kelamin dibawah baju, dan melakukan senggama.

Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton blue film. Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman, kebutuhan biologis dan merasa kurang taat pada nilai agama. Berdasarkan hasil penelitian 3. dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan perilaku seksual remaja yang sedang pacaran, dimana semakin tinggi religiusitas maka perilaku seksual semakin rendah, dan sebaliknya, faktor lain yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah faktor lingkungan seperti VCD, buku dan film porno 4. Mengenai sumber informasi remaja tentang kesehatan reproduksi tergambar 3,9% dari teman, 36,40% memperoleh informasi dari media cetak dan elektronik, 15,85% dari guru, 13,31% dari orang tua, 7,63% dari saudara dan 3,5% dari lembaga/instansi. Frekuensi melakukan hubungan seksual tampak variatif 53,85% dilakukan sebulan 1 kali atau kali, 0,51% pernah melakukan 1 kali seminggu satu kali atau kali 17,95%, hampir setiap hari 7,69%, 9,50% menyatakan hubungan seksual silakukan dengan pacar, 7,50% dilakukan dengan teman 9,50% melukakan hubungan seksual pertama kali karena suka sama suka 5. Mengenai perilaku seksual remaja SMU di Surakarta dengan sampel berjumlah 1,50 orang berasal dari 10 SMU di Surakarta yang terdiri dari 611 laki-laki dan 639 perempuan menyatakan bahwa sebagian besar remaja pernah melakukan ciuman bibir 10,53%, melakukan ciuman dalam 5,6%, melakukan onani atau masturbasi 4,3%, dan melakukan hubungan seksual sebanyak 3,09% 4. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis dari 10 mahasiswa yang diberikan pertanyaan tentang Kesehatan reproduksi didapatkan 6 orang yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan 4 yang mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan pertanyaan tentang persepsi perilaku seksual didapatkan hampir semua 8 orang mahasiswa mengatakan pegangan tangan, cium kering, ciuman basah, meraba, berpelukan, petting itu merupakan hal yang biasa untuk dilakukan pada anak-anak remaja sekarang. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah penelitian survey analitik non eksperimental 6. Dalam penelitian ini menggunakan cara pendekatan cross sectional 7. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 Mei 01 di Kampus Universitas Respati Yogyakarta, populasi penelitian ini adalah mahasiswa semester II prodi D III Kebdanan di UNRIYO, yang berjumlah 61 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik quota sampling, quota sampling adalah pengambilan sampel dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah 7. Jumlah sampel yang diambil dari penelitian ini adalah 158 mahasiswa. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan meminta responden mengisi kuesioner dengan didampingi peneliti untuk menghindari bias dan data sekunder dari bagian akademik dengan metode dokumentasi Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pengeditan, skoring, olah data, checking kemudian dilanjutkan dengan analisa data yaitu analisis univariat (digunakan untuk menghitung distribusi frekuensi gambaran karakteristik responden, variabel dependen, dan variabel independen) dan analisis bivariat (digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat). Uji statistik yang digunakan adalah chi-square atau chikuadrat dengan tingkat kepercayaan 5 % (P value < Alpha 0,05).

HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di Universitas Respati Yogyakarta dan telah dilakukan analisis uji statistik sehingga mendapatkan hasil : Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini ditinjau dari usia responden. Adapun hasil penelitian tentang usia responden dapat ditunjukkan pada tabel sebagai berikut. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakterstik Responden Berdasarkan Usia No Usia Frekuensi Presentase 1 17-19 tahun 138 87,4 0-3 tahun 17 10,7 3 6 tahun 3 1,9 Jumlah 158 100,0 Sumber: data primer diolah 01 Berdasarkan tabel 4.1 tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 158 orang dengan usia antara 17 tahun hingga 6 tahun dan mayoritas responden memilikiusia19 tahun yaitu 81 orang (51,3%). Selanjutnya karakteristik responden terhadap pengetahuan kesehatan repoduksi dan persepsi perilaku seksual dapat ditunjukkan pada table sebagai berikut. Analisis Data Pengetahuan mahasiswa tentang kesehatan reproduksi semester II prodi DIII Kebidanan di UNRIYO Tahun 01 Tabel 4.. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Tentang Kesehatan Reproduksi Semester II Prodi DIII Kebidanan di UNRIYO Tahun 01. Cukup 4,5 3. Kurang 1,3 Jumlah 158 100,00 Sumber: data primer diolah 01 Berdasarkan tabel 4. tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 158 orang dengan mayoritas pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kategori baik yaitu sebanyak 15 orang (96,%). Persepsi perilaku seksual mahasiswa semester II prodi DIII Kebidanan di UNRIYO Tahun 01 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Persepsi Perilaku Seksual Mahasiswa Semester II Prodi DIII Kebidanan di UNRIYO Tahun 01 No. Persepsi Frekuensi Persentase Perilaku Seksual 1. Baik 80 50,6. Kurang 78 49,4 baik Jumlah 158 100,0 Sumber: data primer diolah 01 Berdasarkan tabel 4.3 tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 158 orang dengan jumlah persepsi perilaku seksual kategori baik dengan kurang baik hampir seimbang, namun kategori baik lebih banyak dibandingkan dengan kategori tidak baik yaitu baik 80 orang (50,6%), dan tidak baik 78 orang (49,4%). Hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan persepsi perilaku seksual mahasiswa semester II prodi DIII Kebidanan di UNRIYO Tahun 01 Tabel 4.4. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi dengan Persepsi Perilaku Seksual Mahasiswa Semester II Prodi DIII Kebidanan di UNRIYO Tahun 01 No. Pengetahuan Frekuensi Persentase 1. Baik 15 96,

Pengetah uan Baik Persepsi Kurang baik f % f % Baik 80 5,6 7 47,4 Cukup 0 0,0 4 100,0 Kurang 0 0,0 100,0 Total 80 50,6 78 49,4 Sumber: data primer diolah 01 χ hitung p- value 6,397 0,041 Berdasarkan tabel 4.4 tersebut di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan pengetahuan baik sebanyak 15 orang dengan persepsi yang baik tentang perilaku seksual sebesar 5,6%. Pengetahuan cukup sebanyak 4 orang dengan persepsi tidak baik tentang perilaku sekskual sebesar 100%, dan pengetahuan kurang sebanyak orang dengan persepsi yang tidak baik tentang perilaku seksual sebesar 100%. Hal ini meberikan gambaran bahwa semakin baik pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi maka akan semakin baik persepsi perilaku seksualnya. Hasil analisis dengan uji chi square, diperoleh nilai signifikansi 0,041 (p<0,05), nilai χ hitung sebesar 6,397 dengan nilai χ tabel untuk df= adalah sebesar 5,991. Dari hasil tersebut diketahui bahwa χ hitung > χ tabel (6,397 > 5,991) dan nilai p<0,05 (0,041 < 0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kesehatan seksual mahasiswa semester II prodi DIII kebidanan di UNRIYO. Lebih lanjut untuk mengetahui keeratan hubungannya dilakukan uji kotingensi. Berdasarkan hasil uji kontingensi diperoleh nilai contingency coefficient sebesar 0,197. Nilai tersebut dikonsultasikan kedalam koefesien korelasi masuk dalam interval koefesien 0,00 0,199, dalam kategori sangat rendah, sehingga dapat dinyatakan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan persepsi perilaku seksual mahasiswa semester II prodi DIII kebidanan di UNRIYO memiliki keeratan hubungan yang sangat rendah. PEMBAHASAN Pengetahuan mahasiswa tentang kesehatan reproduksi semester II prodi DIII Kebidanan di UNRIYO Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 158 orang dengan mayoritas pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kategori baik yaitu sebanyak 15 orang (96,%). reproduksi kategori baik yaitu sebanyak 15 orang (96,%). Pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya 6 bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah; 1) tingkat pendidikan, ) sosial ekonomi, 3) informasi, 4) pengalaman, dan 5) budaya. Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Berdasarkan status responden adalah mahasiswa DIII Kebidanan sehingga untuk mengakses informasi tentang kesehatan reproduksi akan lebih mudah, yaitu dapat bertanya kepada dosen atau mengakses pada media lain, seperti internet. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 158 orang dengan mayoritas pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kategori baik yaitu sebanyak 15 orang (96,%). Hal ini senada bahwa pengetahuan merupakan domain bagi seseorang untuk melakukan tindakan. Semakin baik pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi, maka semakin tinggi pemahaman responden terhadap kesehatan reproduksi, akan semakin baik persepsinya terhadap perilaku seksual 5. Selain pengetahuan, kurangnya informasi yang kurang diperoleh responden juga merupakan faktor yang membentuk pengetahuan seseorang 6. Persepsi perilaku seksual mahasiswa semester II prodi DIII Kebidanan di UNRIYO Tahun 01

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 158 orang dengan jumlah persepsi perilaku seksual kategori baik dengan tidak baik hampir seimbang, namun kategori baik lebih banyak dibandingkan dengan kategori tidak baik yaitu baik 80 orang (50,6%), dan tidak baik 78 orang (49,4%). Persepsi yang baik dipengaruhi oleh beberapa factor yang melatar belakanginya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari subyek, obyek, dan konteks. Subyek (perceifer) terdiri dari sikap, motivasi, minat, pengalaman masa lampau dan pengharapan merupakan karakteristik pribadi subyek sangat mempengaruhi interprestasi seseorang terhadap suatu fenomena 5. Hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan persepsi perilaku seksual mahasiswa semester II prodi DIII Kebidanan di UNRIYO Tahun 01 Hasil analisis dengan uji chi square, diperoleh nilai signifikansi 0,041 (p<0,05), nilai χ hitung sebesar 6,397 dengan nilai χ tabel untuk df= adalah sebesar 5,991. Dari hasil tersebut diketahui bahwa χ hitung > χ tabel (6,397 > 5,991) dan nilai p<0,05 (0,041 < 0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kesehatan seksual mahasiswa semester II prodi DIII kebidanan di UNRIYO. Lebih lanjut untuk mengetahui keeratan hubungan dilakukan uji kotingensi. Berdasarkan hasil uji kontingensi diperoleh nilai contingency coefficient sebesar 0,197. Merujuk pada koefesien korelasi masuk dalam interval koefesien 0,00 0,199, dalam kategori sangat rendah, sehingga dapat dinyatakan bahwa pengetahuan tentang kesehatan seksual mahasiswa semester II prodi DIII kebidanan di UNRIYO memiliki keeratan hubungan yang sangat rendah. KESIMPULAN 1. Pengetahuan mahasiswa tentang kesehatan reproduksi semester II prodi DIII kebidanan di UNRIYO kategori baik (96,%).. Persepsi perilaku seksual mahasiswa semester II prodi DIII kebidanan di UNRIYO kategori baik (50,6%). 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kesehatan seksual mahasiswa semester II prodi DIII kebidanan di UNRIYO, dibuktikan dengan χ hitung > χ tabel (6,397 > 5,991) dan nilai p<0,05 (0,041 < 0,05). 4. Pengetahuan tentang kesehatan seksual mahasiswa semester II prodi DIII kebidanan di UNRIYO memiliki keeratan hubungan yang sangat rendah, dibuktikan dengan nilai contingency coefficient sebesar 0,197 masuk dalam interval koefesien 0,00 0,199, dalam kategori sangat rendah. SARAN 1. Bagi instansi pendidikan Membuat kebijakan tentang perilaku seks bebas seperti memberikan peringatan tertulis pada mahasiswi yang melakukan perilaku seks bebas sehingga dapat menurunkan persepsi perilaku mahasiswa untuk melakukan seks bebas. Selain itu institusi pendidikan juga dapat meningkatkan kegiatan kemahasiswaan ekstrakurikuler seperti olahraga, kesenian dll, sehingga tidak ada angan-angan mahasiswa untuk berperilaku seks bebas.. Bagi dosen Memotivasi mahasiswa untuk berperilaku baik melalui proses belajar mengajar dikelas khususnya mata kuliah kesehatan reproduksi. Hal ini dapat dilakukan melalui pendekatan kesehatan seperti melakukan konseling, seminar,

pemberian leaflet dan kedatangan dari para pakar-pakar. 3. Bagi peneliti selanjutnya Mengingat kontribusi pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap persepsi perilaku seks yang sangat rendah sehingga disarankan peneliti selanjutnya dapat meneruskan penelitian ini dengan mencari faktor lain yang dapat mempengaruhi persepsi responden terhadap perilaku seks seperti faktor lingkungan, media informasi, dan lainlain.

DAFTAR PUSTAKA 1 Tukiran, Pitoyo, Kutanegara, 010, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sarwono W. S., 011, Psikologi Remaja, Jakarta: Grafindo Jakarta 3 Irawati dan Prihyugiarto., I, 005, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pria Nikah Pada Remaja di Indonesia : BKKBN 4 Taufik,005,Perilaku Seksdi Surabaya, http://elfarid.multiplay.com/jurnal/item/306, diakses tanggal 7 januari 009 5 Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum, 008, kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Fitramaya 6 Notoatmodjo, 010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta 7 Hidayat, 007, Metodologi Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data, Jakarta: Salemba Medica