HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PAPARAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PAPARAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PAPARAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Disusun Oleh : Robi i Pahlawan H.R J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

2 i

3 ii

4 iii

5 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PAPARAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO ABSTRAK Jumlah kasus IMS di Kecamatan Kartasura merupakan yang tertinggi di Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah 43 kasus pada tahun Angka ini berpotensi disebabkan oleh perilaku pacaran remaja yang berisiko. Perilaku pacaran berisiko saat ini banyak dilakukan oleh remaja. Tidak hanya untuk mengenal satu sama lain secara lebih mendalam, akan tetapi sudah sampai pada perilaku berisiko seperti kissing, necking, petting dan intercourse. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap dan paparan media massa dengan perilaku pacaran remaja di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja usia tahun yang berada di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah sampel minimal sebanyak 120 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan quota sampling. Analisis yang digunakan chi square. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan (p = 0,024) sikap (p = 0,000) dan paparan media massa (p = 0,000) dengan perilaku pacaran remaja di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Media Massa, Perilaku Pacaran ABSTRACT IMS cases in Kartasura is the highest in Sukoharjo with 43 cases in This number is caused by the courtship risk. The current risk of courtship behavior is mostly done by teenagers. Not only to get to know each other more deeply, but also to have risk behavior like kissing, necking, petting and intercourse. The purpose of this study is to analyze the relationship between knowledge, attitude and exposure to mass media with teenage courtship behavior in Kartasura Sukoharjo. This research uses analytic survey method with cross sectional design. The population in this study is all teenagers aged years who are in Kartasura Sukoharjo with a minimum sample of 120 people. Sampling using quota sampling. The analysis used chi square. The result of statistical test shows that there is a correlation between knowledge (p = 0,024), attitude (p = 0,000) and mass media exposure (p = 0,000) with courtship behavior in Kartasura Sukoharjo. Keywords : Knowledge, Attitude, Mass Media, Courtship. 1. PENDAHULUAN Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Penduduk remaja (10-24 tahun) perlu mendapat perhatian serius karena remaja termasuk dalam usia sekolah dan usia kerja, mereka 1

6 sangat berisiko terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi yaitu perilaku seksual pranikah, penyalahgunaan NAPZA dan HIV/AIDS (BKKBN, 2011). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun (2012), pada remaja usia tahun mulai berpacaran pertama kali pada usia tahun. Sekitar 33% remaja perempuan dan 34,5% remaja laki-laki yang berusia tahun mulai berpacaran saat mereka belum berusia 15 tahun (Kemenkes RI, 2015). Semakin mudanya remaja dalam berpacaran dan tingginya perilaku negatif saat berpacaran mengakibatkan angka penyakit infeksi menular seksual (IMS) meningkat. Berdasarkan data Dinkes Jawa Tengah (2013), angka IMS dalam semua kelompok usia mencapai kasus, sedangkan untuk penyakit HIV terus terjadi peningkatan setiap tahunnya dari 259 kasus tahun 2008 menjadi 797 kasus tahun Data Dinkes Jawa Tengah menunjukkan jumlah kasus AIDS dari tahun 1993 hingga september 2015 berdasarkan usia tahun sejumlah 10% (Dinkes Jateng, 2016). Berdasarkan data Dinkes Sukoharjo (2016), jumlah kasus HIV dan AIDS pada kelompok usia 0-10 tahun sejumlah 3,077% dan pada usia tahun sejumlah 3,38%. Selain itu terdapat 3 kecamatan yang memiliki angka IMS yang tinggi, yaitu kecamatan Polokarto (38 orang), Grogol (39 orang), dan Kartasura (43 orang). Tingginya angka ini juga di dukung oleh banyaknya penderita HIV di wilayah Kartasura, dimana wilayah tersebut merupakan daerah penderita HIV tertinggi di Sukoharjo, berdasarkan data Dinkes Sukoharjo (2015), terdapat 43 penderita HIV dan terus meningkat pada tahun 2016 sampai bulan September mencapai 49 penderita (Dinkes Sukoharjo, 2016). Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, jenis kelamin), faktor penguat (teman sebaya dan keluarga), dan faktor pemungkin (sarana dan keterjangkauan fasilitas). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Prayoga (2015) menunjukkan ada hubungan positif antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku pacaran pada pelajar di SLTA kota Semarang dengan 83% siswa memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik. Penelitian dari Prayoga berbeda dengan hasil penelitian Samino (2012), dimana tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku berpacaran remaja dengan p=1,000. Hasil penelitian Maulida (2016), menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku seksual 2

7 remaja (p=0,007). Berbeda dengan hasil penelitian dari Pranoto (2009), dimana tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap dengan perilaku seksual remaja (p=0,103). Berdasarkan hasil penelitian Lubis (2010), terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh media massa dengan perilaku seksual remaja ( p=0,044). Berbeda dengan hasil penelitian Puspitasari (2015), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sumber informasi dengan perilaku seksual remaja pranikah (P= 0,464 > 0,05). Berdasarkan data dari survei pendahuluan yang telah dilakukan pada 20 remaja berusia tahun pada tanggal 15 November 2016 dari seluruh desa di Kecamatan Kartasura, diketahui bahwa 100% remaja tersebut pernah berpacaran dan 65% diantaranya memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi baik. Perilaku seksual dalam berpacaran yang paling sering dilakukan oleh remaja diantaranya berpegangan tangan, berpelukan, berciuman bibir, saling meraba alat kelamin, oral seks dan 20% diantaranya mengaku pernah berhubungan seks dimana salah satunya masih berumur 13 tahun. Perilaku tersebut tidak lepas dari peran media massa. Media massa yang paling banyak digunakan untuk mengakses konten pornografi diantaranya internet, foto/gambar, VCD/DVD/film, handphone, dan video games. Perilaku pacaran yang buruk dipengaruhi oleh banyak hal, baik pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap seksual maupun paparan media massa yang semakin canggih. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, sikap seksualitas, dan juga peran media massa dalam mempengaruhi perilaku pacaran remaja. 2. METODE Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan rancangan cross sectional atau potong lintang. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada bulan Maret 2017 Juni Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja usia tahun yang berada di Kecamatan Kartasura. Sampel penelitian sejumlah 120 orang dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan quota sampling dimana pengambilan sampel dilakukan dengan mengkuotakan suatu populasi target berdasarkan persentase tertentu. Analisis data untuk mengetahui hubungan antara variabel independent yaitu pengetahuan, sikap dan 3

8 paparan media massa dan variabel dependent perilaku pacaran dengan analisis statistik Chi-Square. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden, pengetahuan, sikap, paparan media massa dan perilaku pacaran remaja. hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan, sikap dan paparan media massa Pengetahuan Kesehatan Reproduksi n % Buruk 58 48,3 Baik 62 51,7 Sikap Seksualitas Positif 81 67,5 Negatif 39 32,5 Paparan Media Pornografi Terpapar 81 67,5 Tidak Terpapar 39 32,5 Total Sumber : Pengolahan Data 2017 Responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai kesehatan reproduksi sebanyak 62 orang (51,7%), sikap seksualitas positif sejumlah 81 orang (67,5%), dan 81 (67,5%) orang responden terpapar atau pernah melihat konten pornografi. sedangkan yang berpengetahuan buruk sejumlah 58 orang (48,3%), sikap seksualitas negatif sebanyak 39 orang (32,5%) dan 39 (32,5%) orang lainnya tidak pernah melihat konten pornografi di media massa. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Remaja Melihat Konten Pornografi Seminggu Terakhir. Media Pornografi n % Frekuensi Melihat Seminggu Terakhir , , , , , , ,5 4

9 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Remaja Melihat Konten Pornografi Seminggu Terakhir (lanjutan) Frekuensi Melihat Seminggu Terakhir n % , ,8 Media yang digunakan Majalah 17 14,2 Koran/Surat Kabar 16 13,3 Tabloid 22 18,3 Komik 32 26,7 Foto/Gambar 44 36,7 Novel 20 16,7 TV/Televisi 35 29,2 Radio 13 10,8 Video/VCD/DVD 45 37,5 Video Games/Game PC 41 34,2 Youtube 45 37,5 Telpon Seks 16 13,3 Handphone 43 35,8 Facebook 40 33,3 Instagram Path Twitter 15 12,5 Live Chat (Bigo Live/Vchat 21 17,5 Sumber : Pengolahan Data 2017 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa remaja melihat konten pornografi paling sedikit sejumlah 0 kali (50,8%), dan paling tinggi sejumlah 100 kali (0,8%) dalam seminggu. Berdasarkan jenis media yang digunakan, remaja paling banyak melihat konten pornografi melalui youtube (37,5%) dan video/vcd/dvd (37,5%). Sedangkan path adalah media yang paling sedikit digunakan untuk melihat konten pornografi yaitu sejumlah 12 orang (10%) Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Pacaran. Perilaku Pacaran n % Berisiko 34 28,3 Tidak Berisiko 86 71,7 Total Sumber : Pengolahan Data 2017 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa responden yang berperilaku pacaran berisiko sejumlah 34 orang (28,3%), dan yang tidak berisiko sejumlah 86 orang 5

10 (71,7%). Perilaku berisiko terbagi atas kegiatan responden yang dilakukan saat berpacaran yang tercakup dalam KNPI (kissing, necking, petting and Intercourse). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Berpacaran Berisiko dalam KNPI. Perilaku Pacaran Berisiko n % Berciuman Ya 29 24,2 Tidak 91 75,8 Menciumi Leher Ya 15 12,5 Tidak ,5 Meraba Tubuh Pasangan Ya 14 11,7 Tidak ,3 Menempelkan Alat Kelamin Ya 7 5,8 Tidak ,2 Oral Sex Ya 9 7,5 Tidak ,5 Hubungan Seksual Ya 8 6,7 Tidak ,3 Total Sumber : Pengolahan Data 2017 Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa 29 orang (24,2%) pernah berciuman, 15 orang (12,5%) pernah menciumi leher pasangan, 14 orang (11,7%) pernah meraba tubuh pasangan, 7 orang (5,8%) pernah menempelkan alat kelaminnya ke pasangan, 9 orang (7,5%) pernah melakukan melakukan hubungan seksual. oral sex, dan 8 orang (6,7%) mengaku pernah Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pertamakali Melakukan Hubungan Seksual Hubungan Seksual n % Usia Pertamakali (Tahun) , , , ,5 6

11 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pertamakali Melakukan Hubungan Seksual Alasan Melakukan n % Dipaksa Pacar 4 50 Ingin Mencoba Hal Baru 2 25 Pengaruh Media Pornografi 1 12,5 Iseng-Iseng 1 12,5 Tempat Melakukan Rumah 2 25 Kos 5 62,5 Pinggir Jalan 1 12,5 Sumber : Pengolahan Data 2017 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa usia termuda responden melakukan hubungan seksual yaitu pada usia 9 tahun sejumlah 1 orang (12,5%) dan paling tua dalam melakukan hubungan seksual pada usia 18 tahun sejumlah 1 orang (12,5%). Remaja melakukan hubungan seks pada usia muda disebabkan oleh suatu alasan yaitu karena dipaksa oleh pasangan mereka sejumlah 4 orang (50%). Remaja paling banyak melakukan melakukan hubungan seksual di kos sejumlah 5 orang (62,5%) 3.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan chi-square pada taraf kepercayaan 95% sehingga diketahui hubungan antara variabel penelitian dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu H 0 diterima jika P value (sig) > 0,05, H 0 ditolak jika P value (sig) 0,05. Tabel 6. Hasil Uji Statistik Variabel Bebas dengan Variabel Terikat Variabel Pengetahuan Berisiko Perilaku Pacaran Tidak Berisiko Total N % n % n % Buruk 22 37, , Baik , Sikap Negatif 20 51, , Positif 14 17, , P Value Contingency Coefficient 0,024 0,202 0,000 0,333 Paparan Media Massa Terpapar 31 38, , ,000 0,303 Tidak Terpapar 3 7, , Sumber : Pengolahan Data

12 Tabel 6 menunjukkan bahwa, pada variabel pengetahuan didapatkan nilai p=0,024 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pacaran remaja dengan nilai contingency coefficient sebesar 0,202 yang menunjukkan bahwa keeratan hubungannya rendah (0,20 0,399). Variabel sikap pada tabel didapatkan nilai p=0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku pacaran remaja. Nilai contingency coefficient sebesar 0,333 yang menunjukkan bahwa keeratan hubungan atara sikap seksualitas dengan perilaku pacaran rendah (0,20 0,399). Variabel keterpaparan media didapatkan nilai p=0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara paparan media massa dengan perilaku pacaran remaja di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Nilai contingency coefficient sebesar 0,303 yang menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara paparan media massa dengan perilaku pacaran rendah (0,20 0,399). 3.3 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Pacaran Remaja Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pacaran didapatkan bahwa remaja yang memiliki pengetahuan buruk dan perilaku pacaran tidak berisiko sejumlah 36 orang (62,1%) dan pengetahuan baik dan perilaku pacaran tidak berisiko sejumlah 50 orang (41,7%). Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan nilai p value 0,024 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku berpacaran remaja dengan contingency coefficient 0,202 yang artinya memiliki keeratan hubungan lemah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Prayoga (2015), dimana proporsi remaja yang memiliki pengetahuan baik, lebih banyak dibandingkan dengan yang buruk. Hal ini memang sudah seharusnya terjadi sebab remaja yang menjadi responden merupakan kaum terpelajar, sehingga informasi terkait dengan pendidikan seksual sudah seharusnya diterima terutama di sekolah pada pelajaran biologi. Pengetahuan tidak hanya didapatkan dari sekolah, akan tetapi juga peran orang tua sangat penting sebagai pendidik sejak kecil. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dari Mulyati (2012), dimana pengetahuan tidak ada hubungan dengan perilaku pacaran berisiko dengan nilai p value = 0,469 > 0,05. Hal ini dikarenakan tidak semua remaja mendapatkan ilmu terkait dengan kesehatan reproduksi secara sama meskipun mereka bersekolah, sebab banyak remaja yang tidak memperhatikan 8

13 guru dan juga disebabkan oleh pembagian jurusan seperti kelas IPA dan IPS dimana anak IPS akan mendapatkan sedikit pengetahuan terkait kesehatan reproduksi. Data hasil penelitian menunjukkan usia 14 tahun merupakan usia paling banyak memiliki tingkat pengetahuan yang buruk sejumlah 13 orang (10,8%), dan usia 13 tahun sejumlah 12 orang (10%). Berdasarkan jenis kelamin, tingkat pengetahu an yang buruk didominasi oleh laki-laki yaitu sejumlah 46 orang. Tingkat pengetahuan yang buruk paling banyak pada usia SMP yaitu 30 orang (25%) dan SMA sejumlah 24 orang (20%). Hal ini dikarenakan jumlah responden terbanyak terletak pada usia tahun dan didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dengan total jumlah 78 orang (65%). Remaja yang berpengetahuan buruk paling banyak jenis kelamin laki-laki. Laki-laki lebih aktif dalam bergaul dan berkumpul dengan teman sebayanya, sehingga terdapat kemungkinan terpengaruh oleh teman sebayanya untuk cenderung berperilaku buruk juga. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, pengetahuan umum harus dibarengi pula dengan pengetahuan tentang agama. Sekolah bisa memberikan pengetahuan keagamaan lebih kepada remaja dengan kegiatan ekstrakulikuler atau kegiatan lainnya. Kegiatan lain yang bisa diikuti oleh remaja yaitu PKPR (pelayanan kesehatan peduli remaja) yang bisa didapatkan di Puskesmas maupun Puskesmas sendiri yang datang ke sekolah untuk memberikan penyuluhan. Adanya PKPR ini dapat menjadi media bagi remaja untuk curhat, konseling, terkait dengan kesehatan remaja. Selain itu orang tua selaku pendidik utama juga berperan penting dalam pengawasan perilaku dari remaja sehingga harus memberikan dorongan kearah positif agar terhindar dari perilaku pacaran berisiko. 3.4 Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Pacaran Remaja Hasil analisis statistik menggunakan chi square antara sikap seksualitas dengan perilaku pacaran remaja didapatkan hasil remaja yang memiliki sikap positif dan perilaku pacaran tidak berisiko sejumlah 67 orang (82,7%) dan yang memiliki sikap negatif dan melakukan pacaran berisiko sejumlah 20 orang (51,3%). Hasil ini memiliki p value 0,000 artinya terdapat hubungan antara sikap seksualitas dengan perilaku pacaran remaja di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo dengan contingency coefficient 0,366, yang artinya memiliki keeratan hubungan yang lemah. 9

14 Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Maulida (2016), berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value = 0,007 < 0,05 (ada hubungan). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian dari Prayoga (2015), dengan nilai P value 0,006. Penelitian ini juga sejalan dengan teori dimana menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2005), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap masih merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap memiliki komponen kepercayaan, ide, konsep, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak. Hal ini berarti seseorang yang memiliki sikap negatif cenderung akan melakukan perilaku pacaran yang berisiko. Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Mulyati (2012), dengan nilai p value 0,399 > 0,05 (tidak ada hubungan). Data menunjukkan bahwa remaja yang memiliki sikap negatif yaitu 39 orang (32,5%). Usia 14 dan 15 tahun memiliki sikap seksualitas negatif terbanyak yaitu sejumlah 8 orang (20,5%) usia 14 tahun dan 9 orang (23,1%) usia 15 tahun. Berdasarkan jenis kelamin sikap negatif paling banyak pada laki-laki yaitu sejumlah 32 orang (82%) sedangkan perempuan hanya 7 orang (18%). Bila dilihat dari tingkat pendidikan remaja, maka usia SMP dan SMA paling banyak yang memiliki sikap negatif, yaitu sejumlah 19 orang (48,7%) SMP dan 15 orang (38,5%) SMA. Sedangkan apabila dilihat dari usia pertama kali pacaran, remaja yang berpacaran berisiko sejumlah 34 orang dan diantaranya paling banyak pada usia 13 tahun memiliki sikap negatif lebih banyak dibandingkan usia lainnya yaitu sejumlah 12 orang (30,8%). 3.5 Hubungan Antara Media Massa dengan Perilaku Pacaran Remaja Hasil analisis hubungan antara paparan media massa dengan perilaku pacaran didapat bahwa sebagian besar remaja terpapar konten pornografi dan pacaran berisiko sejumlah 31 orang (38,3%) dan terpapar namun perilaku pacarannya tidak berisiko sejumlah 50 orang (61,7%). Sedangkan yang tidak terpapar dan berperilaku pacaran berisiko sejumlah 3 (7,7%) orang dan yang tidak terpapar dan tidak berisiko sejumlah 36 orang (92,3%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square didapatkan nilai p value 0,000 yang artinya terdapat hubungan antara paparan media massa dengan perilaku pacaran remaja. Hasil penelitian ini sejalan dengan Muliyati (2012), dimana berdasarkan hasil uji didapatkan nilai p sebesar 0,022 < 0,05 (ada hubungan). Namun penelitian ini tidak 10

15 sejalan dengan hasil penelitian dari Puspitasari (2015), dimana hasilnya tidak berhubungan (p value = 0,464 > 0,05), remaja yang memiliki sumber informasi sedikit memiliki perilaku seksual lebih berat dibandingkan dengan yang lebih banyak terpapar. Berdasarkan intensitas melihat konten pornografi dalam seminggu diketahui bahwa 1 orang responden menjawab 100 kali dan 1 orang lagi menjawab 50 kali, dan paling banyak menjawab 2 kali dalam seminggu. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi, dimana anak-anak usia remaja khususnya pada remaja awal (10-13 tahun) sudah memiliki handphone mempermudah untuk mengakses konten pornografi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa remaja paling banyak menggunakan Video/VCD/DVD dan youtube untuk mengakses konten pornografi yang masingmasing sejumlah 45 orang (37,5%). Selain itu terdapat media lain juga yang banyak digunakan seperti foto 44 orang (36,7%), handphone 43 orang (35,8%), video games 41 orang (34,2%), facebook 40 orang (33,3%), dan televisi 35 orang (29,2%). Data menunjukkan bahwa remaja banyak beraktifitas dalam mengakses konten pornografi melalui video games, video, youtube, facebook dan foto. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa orangtua sangat berperan dalam hal ini. Orang tua harus lebih bijak dalam memberikan suatu perlengkapan kepada remajanya. Pemberian gadged haruslah disesuaikan dengan kebutuhan remaja dan usia remaja tersebut. Semakin remaja berpendidikan tinggi diharapkan semakin bijak pula remaja dalam menggunakan gadged yang diberikan oleh orang tua mereka. Kebijaksanaan dari orang tua penting dilakukan, sebab saat ini terdapat banyak sekali situs dan iklan yang mempertontonkan pornografi, sehingga orangtua tidak mungkin untuk melakukan pengawasan secara terus menerus kepada anak mereka. Berdasarkan karakteristik responden diketahui bahwa usia paling banyak terpapar media pornografi adalah usia 14 tahun sejumlah 15 orang (18,5%). Jenis kelamin yang paling banyak terpapar adalah laki-laki yaitu sejumlah 67 orang (82,7%), sedangkan jika dilihat dari tingkat pendidikan maka usia SMP paling banyak yaitu sejumlah 39 orang (48,1%), dan usia SMA sejumlah 38 orang (46,9%). Berdasarkan data tersebut diketahui remaja yang terpapar paling banyak adalah lakilaki dengan usia 14 dan 15 tahun dimana remaja pada usia ini sangat aktif mencari 11

16 informasi dan terlebih lagi pada usia tersebut saat ini sudah banyak yang memiliki handphone. 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Remaja yang memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi yang buruk sejumlah 58 orang (48,3%) dan yang baik sejumlah 62 orang (51,7%). Rata -rata responden memiliki sikap seksualitas positif yaitu sejumlah 81 orang (67,5%). Rata - rata remaja terpapar dengan media pornografi yaitu sejumlah 81 orang (67,5%). Ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan paparan media massa dengan perilaku pacaran remaja di Kecamatan Kartasura dengan keeratan hubungan lemah. 4.2 Saran Bagi orang tua lebih bijak dalam memberikan akses internet kepada anak, serta sering berkomunikasi terutama terkait kesehatan reproduksi remaja. Bagi puskesmas diharapkan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Sukoharjo untuk menggencarkan program PIK/KRR baik di SMP/SMA. Bagi peneliti lain diharapkan untuk menambah variabel penelitian lainnya seperti teman sebaya, peran keluarga dan religiusitas. DAFTAR PUSTAKA BKKBN. (2011). Kajian Profil Penduduk Remaja Usia (10-24 Tahun). Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan BKKBN. (I no.6/pusdu-bkkbn/desember 2011: 1-4). Jakarta : BKKBN. BKKBN. (2011). 90% Remaja Mengakses Pornografi Saat Belajar. (Online) x b92a f815dc129600d58b3f e4aa F75ECBA28 diakses pada 14 oktober 2016 pukul 7.37 WIB. Dinkes Jawa Tengah. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun Semarang : Dinkes Jateng. Dinkes Jawa Tengah. (2016). Laporan Bulanan Distribusi Kasus AIDS Menurut Usia. Semarang : Dinkes Jateng. Dinkes Sukoharjo (2016). Laporan Bulanan Perkembangan Kasus HIV-AIDS Kab Sukoharjo tahun 2012 September Sukoharjo : Dinkes Sukoharjo. 12

17 Green L.W dan Kreuter M.W. (2000). Health Promotion Planning An educational and Environmental Approach. Mountain View : Maylield Publishing Company. Kemenkes. (2015). Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta Selatan : Kemenkes. Maulida, H. (2016). Hubungan Sikap dengan Perilaku Pacaran pada Remaja di SMK X Kabupaten Semarang. [Skripsi]. Semarang : Program DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Ngudi Waluyo. Mulyati Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Gaya Pacaran pada Siswa SMU X dan MAN Y Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan Tahun [Skripsi]. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Pranoto, J. (2009). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap Tindakan Hubungan Seksual Pranikah di SMK Negeri X Medan Tahun [Skripsi]. Medan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara Medan. Puspitasari, R.M. (2015). Hubungan antara Pengetahuan, Peran Keluarga dan Sumber Informasi (media) d engan Perilaku Seksual Remaja Pranikah di SMP 1 Parang Kabupaten Magetan. [Skripsi]. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Samino. (2012). Analisis Perilaku Sex Remaja SMAN 14 Bandar Lampung Jurnal Dunia Kesmas, Vol 1. (4) :

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan

Lebih terperinci

MENGANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PAPARAN MEDIA INFORMASI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMP N 2 MOJOSONGO BOYOALI

MENGANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PAPARAN MEDIA INFORMASI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMP N 2 MOJOSONGO BOYOALI MENGANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PAPARAN MEDIA INFORMASI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMP N 2 MOJOSONGO BOYOALI Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nomor Responden : (diisi oleh peneliti) 2. Jenis Kelamin : 3. Usia :

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nomor Responden : (diisi oleh peneliti) 2. Jenis Kelamin : 3. Usia : KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI PAPARAN PORNOGRAFI OLEH MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA SISWA SMU MUHAMMADIYAH 3 JAKARTA SELATAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2) P R O S I D I N G ISBN:978-602-8047-99-9 SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:209-217 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN SEKS BEBAS DI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis diantaranya peningkatan emosional, kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok umur yang memegang tongkat estafet pembangunan suatu bangsa. Untuk itu, remaja perlu mendapat perhatian. Pada masa remaja seseorang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENEGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP I PARANG KABUPATEN MAGETAN

HUBUNGAN ANTARA PENEGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP I PARANG KABUPATEN MAGETAN HUBUNGAN ANTARA PENEGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP I PARANG KABUPATEN MAGETAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Rima Mailani Puspitasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi seseorang dari masa anakanak untuk menuju masa dewasa. Remaja memiliki keunikan dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya yang pesat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di negara berkembang. Di indonesia, jumlah remaja dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN Skripsi ini disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP SEKSUALITAS DENGAN PERILAKU PACARAN PADA PELAJAR SLTA DI KOTA SEMARANG NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP SEKSUALITAS DENGAN PERILAKU PACARAN PADA PELAJAR SLTA DI KOTA SEMARANG NASKAH PUBLIKASI ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP SEKSUALITAS DENGAN PERILAKU PACARAN PADA PELAJAR SLTA DI KOTA SEMARANG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Guruh Prayoga J 410

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa atau adult adalah istilah dari bahasa latin merupakan bentuk kata lampau dari partisipel yang mempunyai kata kerja adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA GASTER Vol. 10 No. 1 Februari 2013 PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Maryatun Sekolah TinggiIlmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

Rina Indah Agustina ABSTRAK

Rina Indah Agustina ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERSEPSI PERILAKU SEKSUAL MAHASISWASEMESTER II PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Rina Indah Agustina ABSTRAK Remaja merupakan

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Bandung terhadap Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS Tahun 2016 Relationship Between Knowledge

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X

PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh: ENDAH WAHYUNINGSIH

Lebih terperinci

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan Gusti Ayu Tirtawati Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado ( gustiayutirtawati@yahoo.co.id) ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis, dan sosial. Modernisasi dan globalisasi zaman, menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang berada pada masa yang potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi maupun fisik. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG 1 FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG Robertus Richard Louise, Mardjan, Abduh Ridha Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pontianak,

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting dalam skala global. Pada tahun 2005, terdapat 1.21 miliar

Lebih terperinci

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Maya Maulida Fitri 1, Masyudi 2 1,2) Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email: masyudi29@gmail.com

Lebih terperinci

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 Risa Devita* 1, Desi Ulandari 2 1,2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah,

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini. STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini Dewi Elliana*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : elliana_dewi@yahoo.com ABSTRAK Masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual atau Penyakit Kelamin (venereal diseases) telah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia, yaitu sifilis dan kencing

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN SEKSUAL PRANIKAH SISWA SMA NEGERI 7 MANADO Triany Mamangkey*, Grace.D. Kandou*, Budi Ratag* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: )

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: ) PERILAKU SEKSUAL PACARAN REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS MAGELANG TENGAH Prisca Dama Shinta, Zahroh Shaluhiyah, Besar Tirto Husodo, Bagoes Widjanarko Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI SAPA KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE

Lebih terperinci

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J PERBEDAAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI, SIKAP SEKSUALITAS, DAN PERILAKU PACARAN PADA PELAJAR SLTA DAMPINGAN PKBI JATENG DAN PADA PELAJAR SLTA KONTROL DI KOTA SEMARANG Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG Riana Prihastuti Titiek Soelistyowatie*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi perubahan biologis, psikologis, dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Salah satu

Lebih terperinci

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Bebas Pada (Role Of Peers Relations With Adolescent Sexual Behavior In Smk Bina Patria 1 Sukoharjo) Abstract :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Amelia Fatmawati 2013010104142 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI SKRIPSI PERBEDAAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI, PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS (SLTA) NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah remaja terkait tindakan seksual pranikah adalah satu dari bagian kecil permasalahan remaja yang ada dan sering muncul dalam dinamika kehidupan remaja. Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara

Lebih terperinci

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta HUBUNGAN SUMBER INFORMASI SEKS PRANIKAH DARI TEMAN SEBAYA DENGAN SIKAP DAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA MAN GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL Ekawati, Dyah Candra Purbaningrum Stikes Jendral Ahmad Yani Yogyakarta, Jl.Ringroad Barat, Gamping Sleman Yogyakarta email: ekawati_1412@yahoo.com

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Perception, Availability of Information Media, Courageous Risk Behavior Literature: 42 ( )

ABSTRACT. Keywords: Perception, Availability of Information Media, Courageous Risk Behavior Literature: 42 ( ) HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG KEPEDULIAN ORANGTUA DAN KETERSEDIAAN MEDIA INFORMASI KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN PERILAKU PACARAN BERISIKO DI SMK X SEMARANG TAHUN 2017 Paska Aprina br Purba, Sri Winarni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai keingintahuan

Lebih terperinci

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Diabetes mellitus DAN DETEKSI DINI DENGAN MINAT DETEKSI DINI PADA MASYARAKAT DI DESA DRONO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN 1 Tedy Candra Lesmana 2 Susi Damayanti 1,2 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja (adolescence)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012 SITI WAHYUNI 1 1 Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J PERBANDINGAN PERSEPSI MAHASISWA DARI LULUSAN BERBASIS UMUM DAN AGAMA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI LINGKUNGAN SEKITAR UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014 Factors Related to Adolescent Sexual Behavior in X School of Health in 2014 Eka Frelestanty Program Studi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health Organization), batasan usia remaja adalah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON 1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON Lisnawati 1), Nissa Sari Lestari 2) 1), 2) Poltekkes Tasikmalaya Program Studi Kebidanan Cirebon e-mail : bidan_lisna85@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 KRETEK BANTUL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 KRETEK BANTUL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 KRETEK BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Titi Wenny Mulya 201510104276 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode ketika terjadi perubahan kadar hormon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian dalam surevey internasional yang dilakukan oleh Bayer Healthcare Pharmaceutical terhadap 6000 remaja di 26 negara mengenai perilaku seks para remaja, didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ABORSI DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TERHADAP SEKS PRANIKAH DI KELAS XII SMAN KUTOWINAGUN Evi Wahanani 1, Cokro Aminoto 2, Wuri Utami 3 1, 3 Jurusan Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG Meity Asshela 1), Swito Prastiwi 2), Ronasari Mahaji

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMP YANG MENERAPKAN PIK-R DAN TIDAK MENERAPKAN PIK-R

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMP YANG MENERAPKAN PIK-R DAN TIDAK MENERAPKAN PIK-R PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMP YANG MENERAPKAN PIK-R DAN TIDAK MENERAPKAN PIK-R Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Lidya Yulanda sari 201510104281 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi KORELASI SUMBER INFORMASI MEDIA DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DALAM BERPACARAN (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI di Satu SMA Kota Surakarta Tahun 01) * ), Dharminto** ), Yudhy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, remaja dan dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut angka statistik terdapat sekitar 1 milyar remaja di dunia dan 85%nya berada di negara berkembang. Remaja memiliki peranan yang sangat penting akan keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pastilah menginginkan sebuah generasi penerus yang berkualitas dan mampu membawa bangsa dan negaranya menuju kesejahteraan. Harapan itu bisa terlihat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap yang kritis, karena merupakan tahap transisi dari masa kanakkanak ke masa

Lebih terperinci

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL Dewi Nurul Sari Akbid La Tansa Mashiro Jl.Soekarno-Hatta, Pasirjati, Rangkasbitung dewiluvmama12@yahoo.com Abstract The aim of this

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan remaja pada zaman sekarang berbeda dengan zaman pada tahun 90 an. Dimulai tahun 2000 hingga saat ini remaja dalam berperilaku sosial berbeda dalam mencari

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU Riske Chandra Kartika, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU WUS DALAM DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DESA GENUK KECAMATAN UNGARAN BARAT TAHUN 2015 JURNAL SKRIPSI

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI KELURAHAN LAWANGIRUNG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI KELURAHAN LAWANGIRUNG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI KELURAHAN LAWANGIRUNG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO Andini Iftinan Tanib *, Angela F. C. Kalesaran*, Budi T. Ratag* *Fakultas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promiskuitas merupakan aktifitas seksual yang dilakukan dengan banyak atau lebih dari satu pasangan yang telah dikenal ataupun baru dikenal. Dampak perilaku promiskuitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya pengggunaan media sosial. Media sosial merupakan media yang dapat diperoleh dari internet. Media

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA SISWA SMK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA SISWA SMK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA SISWA SMK CORRELATION OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOR TOWARD THE STUDENT IN SMK Desi Kumalasari 1 Program Studi Kebidanan,STIKes

Lebih terperinci