BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR BAGAN... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data tersebut diperoleh dari hasil pretes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian meliputi data nilai pretest, posttest, dan n-gain untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. serta sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel

BAB I PENDAHULUAN. saat ini matematika dianggap sebagai program pendidikan yang berperan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MTs

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan kelompok yang lainnya

Dimana, O : Pretes atau postes. X : Perlakuan berupa pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map. : Subjek tidak dipilih secara acak.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data penelitian berupa

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini diuji suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Keterkaitan antara tingkat kemampuan siswa (KAM) dengan pembelajaran yang diberikan disajikan pada rancangan ANOVA yang digunakan di bawah ini.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang diterapkan adalah penelitian eksperimen dengan dua kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Perlakuan pada penelitian ini yakni metode Active Learning, diatur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Punggur Kabupaten Lampung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Dalam implementasinya di lapangan, penelitian ini menggunakan dua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN O X O

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. antara perlakuan tersebut dengan aspek tertentu yang akan diukur. Ruseffendi

R O X 1 O R O X 2 O. : pengambilan sampel secara acak kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O Sumber : (Sugiyono, 2012)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Gambar 5.1 Lokasi Penelitian Sumber.

BAB IV HASIL PENELITIAN. eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok kontrol (kelas X MIPA 2)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan membandingkan kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian data tentang hasil belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di semester genap pada bulan Mei 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di MA Al-Hikmah Bandar Lampung pada 5-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, sebab

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember semester ganjil tahun. pelajaran 2013/2014 di SMP Muhammadiyah 1 Gisting.

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Transkripsi:

33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil angket siswa dan lembar observasi. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan berpikir kritis matematik siswa di kelas MMP dan kelas konvensional. Pengolahannya dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 17.0 for Windows. A. Hasil Penelitian 1. Analisis Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Data pretes diperoleh dengan memberikan tes awal kepada siswa sebelum mendapatkan materi tersebut dengan menggunakan model pembelajaran MMP. Pretes dilakukan di kelas MMP maupun kelas konvensional. Tujuan dilakukan tes awal ini adalah untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kritis matematik siswa kedua kelas serta untuk mengetahui kesiapan siswa pada kedua kelas dalam menerima materi baru. Setelah dilakukan pengolahan data hasil pretes, diketahui skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata (mean), varians dan standar deviasi untuk kelas MMP maupun kelas konvensional. Berikut disajikan statistik deskriptif data hasil pretes kelas MMP dan kelas konvensional.

34 Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Pretes Kelas N Sum Mean Minimum Maximum Variance Std. Deviation MMP 36 387,00 10,7500 2,00 19,00 21,393 4,62524 Konvensional 31 229,00 7,3871 2,00 22,00 29,112 5,39554 Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata skor pretes kelas MMP adalah 10,7500 sedangkan untuk kelas konvensional 7,3871. Varians untuk kelas MMP sebesar 21,393 dengan standar deviasi sebesar 4,62524 dan varians untuk kelas konvensional sebesar 29,112 dengan standar deviasi 5,39554. Dengan demikian dari data pretes terlihat bahwa rata-rata kelas MMP dan kelas konvensional relatif berbeda. Rata-rata pretes kelas MMP lebih tinggi dari kelas konvensional. Pengujian secara statistik dilakukan dengan pengujian hipotesis sebagai berikut. a. Uji Normalitas Data Pretes Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel-sampel data yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal maka langkah selanjutnya adalah dilakukan uji homogenitas. Namun, jika sebaliknya, maka dilakukan uji non-parametrik. Hipotesis dalam uji normalitas ini adalah sebagai berikut: H 0 : Data pretes kelas MMP dan konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal

35 H 1 : Data pretes kelas MMP dan konvensional berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berukuran lebih dari 30 siswa yaitu kelas MMP sebanyak 36 siswa dan kelas konvensional sebanyak 31 siswa sehingga uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5% dengan kriteria pengambilan keputusan dari uji normalitas ini adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H 0 diterima. 2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H 0 ditolak Output dari analisis uji Shapiro-Wilk ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.2 Uji Normalitas Pretes Kelas Shapiro-Wilk Keterangan Statistic df Sig. Pretes MMP.966 36.331 H 0 diterima Konvensional.879 31.002 H 0 ditolak Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk di atas diperoleh nilai signifikansi kelas MMP adalah 0,331 artinya nilai signifikansi kelas MMP lebih besar dari 0,05, sehingga H 0 diterima atau dengan kata lain kelas MMP berdistribusi normal. Sedangkan nilai signifikansi untuk kelas konvensional sebesar 0,002, nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 artinya H 0 ditolak atau dengan kata lain kelas konvensional tidak berdistribusi normal.

36 Berdasarkan uraian di atas kelas MMP berasal dari populasi yang berdistribusi normal sedangkan kelas konvensional berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Salah satu kelas berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians. Pengujian selanjutnya adalah uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney. b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretes Uji perbedaan dua rata-rata (dua pihak) dilakukan terhadap data skor pretes kedua kelas. Hipotesis dalam uji perbedaan dua rata-rata ini adalah sebagai berikut: H 0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kritis matematik siswa kelas MMP dan kelas konvensional H 1 : Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kritis matematik siswa kelas MMP dan kelas konvensional Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney dengan taraf signifikansi 5% dengan kriteria pengambilan keputusan dari uji Mann-Whitney ini adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H 0 diterima 2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H 0 ditolak. Adapun output dari hasil uji Mann-Whitney disajikan sebagai berikut:

37 Tabel 4.3 Uji Mann-Whitney Data Pretes Pretes Mann-Whitney U 339.000 Wilcoxon W 835.000 Z -2.772 Asymp. Sig. (2-tailed).006 a. Grouping Variable: Kelas Keterangan H 0 ditolak Berdasarkan data pada Tabel 4.3 diperoleh bahwa pada uji Mann-Whitney nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,006. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H 0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kritis matematik siswa kelas MMP dan kelas konvensional. Selanjutnya karena data pretes menunjukkan kemampuan awal berpikir kritis matematik siswa yang berbeda, maka untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa digunakan data gain ternormalisasi. 2. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa. Analisis data peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa ini menggunakan data indeks gain (gain ternormalisasi). Rumus gain ternormalisasi menurut Meltzer & Hake (Suhendar, 2011 : 44) sebagai berikut:. postes- pretes indeks gain = skor maks-pretes

38 Hasil statistik deskriptif data gain ternormalisasi, baik kelas MMP maupun kelas konvensional ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Data Gain Ternormalisasi Kelas N Sum Mean Minimum Maximum Variance Std. Deviation MMP 36 25,887 0,7191 0,05 0,86 0,027 0,16504 Konvensional 31 20,848 0,6725 0,39 0,80 0,013 0,11282 Berdasarkan data pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata skor gain ternormalisasi kelas MMP adalah 0,7191 sedangkan untuk kelas konvensional 0,6725. Varians untuk kelas MMP sebesar 0,027 dengan standar deviasi sebesar 0,16504 dan varians untuk kelas konvensional sebesar 0,013 dengan standar deviasi 0,11282. Dengan demikian dari data tersebut dapat dikatakan bahwa ratarata data gain ternormalisasi kelas MMP lebih tinggi dari kelas konvensional. Data skor pretes, postes dan gain ternormalisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.1 dan D.2. Pengujian secara statistik dilakukan dengan pengujian hipotesis sebagai berikut. a. Uji Normalitas Data Gain Ternormalisasi Sama seperti uji normalitas pada hasil pretes, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel-sampel data gain ternormalisasi yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal maka langkah selanjutnya adalah dilakukan uji

39 homogenitas. Namun, jika sebaliknya maka dilakukan uji non-parametrik. Hipotesis dalam uji normalitas ini adalah sebagai berikut: H 0 : Data gain ternormalisasi kelas MMP dan konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal H 1 : Data gain ternormalisasi kelas MMP dan konvensional berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5% dengan kriteria pengambilan keputusan dari uji normalitas ini adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H 0 diterima. 2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H 0 ditolak. Output dari analisis uji Shapiro-Wilk ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Gain Ternormalisasi Gain Ternormalisasi Shapiro-Wilk Keterangan Kelas Statistic df Sig. MMP.711 36.000 H 0 ditolak Konvensional.899 31.007 H 0 ditolak Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk di atas diperoleh nilai signifikansi kelas MMP adalah 0,000 artinya nilai signifikansi kelas MMP lebih kecil dari 0,05, sehingga H 0 ditolak atau dengan kata lain kelas MMP tidak berdistribusi normal. Sedangkan nilai signifikansi untuk kelas konvensional sebesar 0,007,

40 nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 artinya H 0 ditolak atau dengan kata lain kelas konvensional tidak berdistribusi normal. Berdasarkan uraian di atas baik kelas MMP maupun kelas konvensional berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians. Pengujian selanjutnya adalah uji perbedaan dua rata-rata satu pihak dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney. b. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Gain Ternormalisasi Uji perbedaan dua rata-rata (satu pihak) dilakukan terhadap data gain ternormalisasi kedua kelas. Hipotesis dalam uji perbedaan rata-rata (satu pihak) ini adalah sebagai berikut: H 0 : Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada kelas MMP tidak lebih baik secara signifikan daripada kelas konvensional H 1 : Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada kelas MMP lebih baik secara signifikan daripada kelas konvensional Uji perbedaan rata-rata satu pihak (kanan) dilakukan dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney dengan taraf signifikansi 5% dengan kriteria pengambilan keputusan dari uji Mann-Whitney ini adalah sebagai berikut: 1) Jika setengah dari nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H 0 diterima

41 2) Jika nilai setengah dari nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0,05, maka H 0 ditolak. Adapun output dari hasil uji Mann-Whitney disajikan sebagai berikut. Tabel 4.6 Uji Mann-Whitney Data Gain Ternormalisasi Postes Mann-Whitney U 356,500 Wilcoxon W 852,500 Z -2,534 Asymp. Sig. (2-tailed),011 a. Grouping Variable: Kelas Keterangan H 0 ditolak Berdasarkan data pada Tabel 4.6 diperoleh bahwa pada uji Mann-Whitney nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,011, sehingga nilai signifikansi yang digunakan adalah setengah dari 0,011 yaitu 0,0055. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 maka H 0 ditolak. Artinya rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada kelas MMP lebih baik secara signifikan daripada kelas konvensional. Berdasarkan analisis data gain ternormalisasi, rata-rata gain ternormalisasi untuk kelas MMP dan konvensional masing-masing sebesar 0,7191 dan 0,6725. Artinya kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada kelas MMP tergolong tinggi dan untuk kelas konvensional tergolong sedang.

42 3. Analisis Hasil Angket Siswa Pada akhir penelitian, siswa pada kelas MMP diberikan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap matematika dan pembelajarannya secara umum, pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran MMP dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Angket ini diisi oleh 36 siswa dari kelas MMP. Berikut hasil analisis angket tersebut: a. Respon Siswa terhadap Matematika dan Pembelajarannya Tabel 4.7 Kriteria Hasil Angket Respon Siswa terhadap Matematika dan Pembelajarannya Aspek yang diukur Respon terhadap mata pelajaran matematika dan pembelajarannya Indikator No dan Sifat Frekuensi dan persentasi Ratarata SS S TS STS Pandangan/pendapat 1 9 20 4 3 3,78 siswa terhadap mata Positif 25 55,56 11,11 8,33 pelajaran matematika 16 9 23 3 1 4 Positif 25 63,89 8,33 2,78 11 3 9 13 11 3,56 Negatif 8,33 25 36,11 30,56 Rata-rata keseluruhan 3,78 Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki respon positif terhadap matematika dan pembelajarannya. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata hasil skor angket secara keseluruhan sebesar 3,78 dan rata-rata setiap pernyataan yang lebih besar dari tiga. Gambaran respon siswa terhadap matematika dan pembelajarannya dari masing-masing pernyataan sebagai berikut:

43 1) Sebagian kecil (25%) siswa menyatakan sangat setuju jika mereka menyukai pelajaran matematika. Sebagian besar (55,56%) siswa menyatakan setuju, sebagian kecil (11,11%) dan (8,33%) siswa menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju jika mereka menyukai pelajaran matematika. 2) Sebagian kecil (25%) siswa menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa matematika memberikan banyak manfaat terhadap kehidupan seharihari. Sebagian besar (63,89%) setuju dan sebagian kecil (8,33%) siswa menyatakan tidak setuju jika matematika banyak memberikan manfaat pada kehidupan sehari-hari. 3) Sebagian kecil (8,33%) siswa menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Hampir setengah (36,11%) siswa tidak setuju dan sebagian kecil (13,56%) siswa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. b. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran MMP Tabel 4.8 Kriteria Hasil Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran MMP Aspek yang diukur Respon terhadap model pembelajaran MMP Indikator Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran MMP No dan Sifat 2 Positif 4 Positif 5 Positif Frekuensi dan persentasi SS S TS STS 19 17 0 0 52,78 47,22 0 0 15 21 0 0 41,67 58,33 0 0 17 19 0 0 47,22 52,78 0 0 Ratarata 4,53 4,42 4,47

44 Aspek yang diukur Respon terhadap model pembelajaran MMP Indikator No dan Sifat Frekuensi dan persentasi Ratarata SS S TS STS Respon siswa 10 4 16 11 5 3,08 terhadap kegiatan Positif 11,11 44,44 30,56 13,89 pembelajaran 3 4 7 24 1 3,31 menggunakan model Negatif 11,11 19,44 66,67 2,78 pembelajaran MMP 6 0 7 23 6 3,78 Negatif 0 19,44 63,89 16,67 7 0 4 19 12 4 Negatif 0 11,11 52,78 33,33 9 0 6 20 10 3,94 Negatif 0 16,67 55,56 27,78 12 15 17 2 2 1,86 Negatif 41,67 47,22 5,56 5,56 17 3 10 19 4 3,31 Negatif 8,33 27,78 52,78 11,11 8 18 18 0 0 4,5 Positif 50 50 0 0 19 1 9 17 9 3,67 Negatif 2,78 25 47,22 25 Rata-rata keseluruhan 3,74 Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, semua pernyataan direspon positif oleh siswa, ditunjukkan dengan rata-rata masing-masing pernyataan yang lebih dari tiga kecuali pernyataan nomor 12 yang direspon negatif oleh siswa. Walaupun terdapat satu pernyataan yang direspon negatif, namun rata-rata secara keseluruhan diperoleh 3,74, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki respon positif terhadap model pembelajaran MMP. Gambaran respon siswa terhadap model pembelajaran MMP dari masing-masing pernyataan sebagai berikut:

45 1) Sebagian besar (52,78%) siswa menyatakan sangat setuju jika pembelajaran dengan model MMP menarik karena memberikan semangat untuk mengerjakan soal. Sebagian kecil (47,22%) siswa menyatakan setuju dan tidak ada (0%) siswa yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 2) Hampir setengah (41,67%) siswa menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa Latihan Kelompok dan Latihan Mandiri yang diberikan membimbing dalam menemukan konsep matematika yang akan dipelajari. Sebagian besar (58,33%) siswa setuju dan tidak ada (0%) siswa yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 3) Hampir setengah (47,22%) siswa sangat setuju dengan pernyataan bahwa mereka senang bertukar pendapat dengan teman dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Sebagian besar (52,78%) siswa setuju dan tidak ada (0%) siswa yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 4) Sebagian kecil (11,11%) siswa menyatakan sangat setuju jika mereka lebih lama mengingat konsep matematika dengan pembelajaran MMP. Hampir setengah (44,44%) siswa menyatakan setuju dan hampir setengahnya pula (30,56%) yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hanya sebagian kecil (13,89%) siswa yang menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 5) Sebagian kecil (19,44%) siswa menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa mereka lebih suka mencatat daripada berdiskusi ketika mengerjakan soal.

46 Sebagian besar (66,67%) siswa tidak setuju dan sebagian kecil (2,78%) siswa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 6) Sebagian kecil (19,44%) siswa menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa pembelajaran dengan model MMP menghabiskan waktu yang cukup lama hanya untuk menemukan suatu konsep. Sebagian besar (63,89%) siswa tidak setuju dan sebagian kecil (16,67%) siswa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 7) Sebagian kecil (11,11%) siswa menyatakan setuju jika Latihan Kelompok dan Latihan Mandiri yang diberikan tidak dapat dipahami dan sulit. Sebagian besar (52,78%) siswa tidak setuju dan hampir setengah (33,33%) siswa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 8) Sebagian kecil (16,67%) siswa menyatakan setuju jika mereka merasa tidak nyaman bekerja sama dengan teman dalam menyelesaikan tugas. Sebagian besar (55,56%) siswa tidak setuju dan hampir setengah (27,78%) siswa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 9) Hampir setengah (41,67%) siswa menyatakan sangat setuju jika mereka lebih suka guru menjelaskan konsep matematika yang akan dipelajari. Sebagian kecil (5,56%) siswa tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 10) Sebagian kecil (8,33%) siswa menyatakan sangat setuju jika mereka merasa kurang percaya diri jika harus mempresentasikan hasil kerja di depan kelas. Sebagian besar (52,78%) siswa tidak setuju dan sebagian kecil (11,11%) siswa tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

47 11) Setengah (50%) dari jumlah siswa menyatakan sangat setuju jika bimbingan dan arahan dari guru membantu dalam memahami konsep dan menyelesaikan tugas. Setengah (50%) dari jumlah siswa setuju dan tidak ada siswa yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 12) Sebagian kecil (25%) siswa menyatakan setuju jika guru kurang memperhatikan kesulitan yang dihadapi siswa sehingga membuat mereka kesulitan dalam mempelajari matematika dengan baik. Hampir setengah (47,22%) siswa tidak setuju dengan pernyataan tersebut. c. Respon Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa. Tabel 4.9 Kriteria Hasil Angket Respon Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Aspek yang diukur Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa Indikator No dan Sifat Frekuensi dan persentasi Ratarata SS S TS STS Manfaat model 14 16 18 1 1 4,31 pembelajaran MMP Positif 44,44 50 2,78 2,78 terhadap peningkatan 15 11 22 3 0 4,14 kemampuan berpikir Positif 30,56 61,11 8,33 0 kritis matematik 18 12 24 0 0 4,33 siswa Positif 33,33 66,67 0 0 20 19 16 1 0 4,47 Positif 52,78 44,44 2,78 0 13 1 1 20 13 4,11 Negatif 2,78 2,78 55,56 36,11 Rata-rata keseluruhan 4,27

48 Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki respon positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata hasil skor angket secara keseluruhan sebesar 4,27 dan rata-rata setiap pernyataan yang lebih besar dari tiga. Gambaran respon siswa terhadap matematika dan pembelajarannya dari masing-masing pernyataan sebagai berikut: 1) Hampir setengah (44,44%) siswa menyatakan sangat setuju jika pembelajaran MMP dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang belum mereka temui sebelumnya. Sebagian kecil (2,78%) siswa tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 2) Hampir setengah (30,56%) siswa menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa melalui pembelajaran MMP kemampuan berpikir kritis mereka semakin berkembang. Sebagian besar (61,11%) siswa setuju dan sebagian kecil (8,33%) siswa tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 3) Sebagian besar (66,67%) siswa menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa pembelajaran MMP membuat mereka berpikir logis dan kritis dan tidak ada (0%) siswa yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 4) Sebagian besar (52,78%) siswa menyatakan sangat setuju jika melalui pembelajaran MMP, pemahaman konsep matematika semakin baik. Hampir setengah (44,44%) siswa menyatakan setuju dan sebagian kecil (2,78%) siswa menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

49 5) Sebagian kecil (2,78%) siswa menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa soal-soal yang diberikan tidak menarik dan tidak menantang untuk diselesaikan. Sebagian besar (55,56%) siswa tidak setuju dan hampir setengah (36,11%) siswa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 4. Analisis Hasil Lembar Observasi a. Hasil Observasi Aktifitas Guru Lembar observasi diisi oleh satu orang observer pada setiap pertemuan. Observasi difokuskan pada langkah-langkal model pembelajaran MMP. Berikut disajikan hasil rekapitulasi hasil observasi. Tabel 4.10 Hasil Observasi terhadap Aktivitas Guru No. Uraian Kegiatan Pertemuan 1. Review 1 2 3 a. Menyampaikan apersepsi b. Membahas PR/tugas - c. Memotivasi Siswa - 2. Pengembangan a. Kejelasan dalam memberikan penjelasan materi b. Mendorong siswa untuk aktif bertanya - 3. Latihan Terkonvensional a. Memantau kegiatan belajar dalam kelompok b. Memberikan arahan/bimbingan pada kelompok yang mengalami kesulitan

50 No. Uraian Kegiatan Pertemuan 1 2 3 4. Latihan Mandiri a. Memberikan soal latihan mandiri b. Memantau kinerja siswa 5. Penugasan Memberikan tugas/pr Berdasarkan Tabel 4.10 mengenai hasil observasi yang telah dilakukan terhadap aktivitas guru dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama guru tidak membahas PR dan tidak mendorong siswa untuk aktif bertanya. Guru tidak membahas PR karena pada pertemuan pertama materi baru diberikan sehingga tidak diberikan PR pada pertemuan sebelumnya. Guru juga tidak mendorong siswa untuk bertanya karena pada saat itu waktu yang disediakan oleh sekolah sedikit karena separuh waktunya digunakan untuk remedial materi sebelumnya sehingga guru hanya memfokuskan untuk mengisi LKS dan Lembar Kerja Mandiri. Pada pertemuan kedua semua langkah terlaksana dengan baik namun guru tidak memotivasi siswa. Semua langkah model pembelajaran MMP pada pertemuan ketiga dilaksanakan dengan baik. Hal ini karena guru belajar dari pertemuan-pertemuan sebelumnya.

51 b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Observasi aktivitas siswa ini juga difokuskan pada langkah-langkal model pembelajaran MMP. Berikut disajikan hasil rekapitulasi hasil observasi. Tabel 4.11 Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa No. Uraian Kegiatan Pertemuan 1. Review 1 2 3 Memperhatikan penjelasan guru 2. Pengembangan a. Menyimak penjelasan b. Aktif bertanya/menjawab pertanyaan 3. Latihan Terkonvensional a. Berdiskusi dengan anggota kelompok b. Bertanya ketika mengalami kesulitan c. Mengerjakan soal dalam kelompok 4. Latihan Mandiri Mengerjakan soal sendiri 5. Penugasan Menerima tugas/pr Berdasarkan Tabel 4.11, dapat dilihat bahwa selama tiga pertemuan siswa melaksanakan langkah-langkah pembelajaran MMP.

52 B. Pembahasan 1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Berdasarkan hasil analisis pretes terlihat bahwa kemampuan awal kedua kelas berbeda. Rata-rata skor pretes kelas MMP adalah 10,7500 sedangkan untuk kelas konvensional 7,3871. Rata-rata dari kelas MMP lebih tinggi dari kelas konvensional. Setelah dilakukan uji normalitas hasilnya menunjukkan bahwa salah satu kelas berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal sehingga tidak dilakukan uji homogenitas tetapi dilakukan uji perbedaaan dua rata-rata Mann-Whitney dimana hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan awal kedua kelas berbeda. Setelah diberikan perlakuan model pembelajaran yang berbeda yaitu kelas MMP mendapat perlakuan model pembelajaran MMP dan kelas konvensional menggunakan model pembelajaran konvensional diberikan tes akhir kemampuan berpikir kritis matematik atau postes. Karena hasil pretes menunjukkan kemampuann awal yang berbeda, maka untuk menguji hipotesis dan untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa digunakan data gain ternormalisasi. Berdasarkan data gain ternormalisasi yang diperoleh, rata-rata skor gain ternormalisasi kelas MMP adalah 0,7191 sedangkan untuk kelas konvensional 0,6725. Setelah dilakukan uji normalitas hasilnya menunjukkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal sehingga dilakukan uji dua rata-rata satu pihak (kanan) Mann Whitney. Hasil signifikansi yang diperoleh dari uji dua rata-rata tersebut sebesar 0,0055. Artinya kemampuan berpikir kritis

53 matematik kelas MMP lebih baik daripada kelas konvensional. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran MMP ini dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik. Dalam setiap pertemuan menggunakan model pembelajaran MMP ini selalu diberikan Lembar Tugas Proyek yaitu LKS dan Lembar Kerja Mandiri kepada siswa. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari model MMP menurut Gitaniasari (Puspitasari, 2010 : 4) yaitu model pembelajaran MMP merupakan suatu program yang didesain untuk membantu guru dalam hal efektivitas penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan yang luar biasa dan latihan yang dimaksud menurut Rohaeti (2009 : 13) adalah Lembar Tugas Proyek. Rosani (Rohaeti, 2009: 4) menyatakan bahwa Tugas proyek ini antara lain dimaksudkan untuk : memperbaiki komunikasi, penalaran, hubungan interpersonal, keterampilan membuat keputusan, dan keterampilan memecahkan masalah. Keterampilan membuat keputusan dan keterampilan memecahkan masalah adalah salah satu indikator dari kemampuan berpikir kritis matematik seperti yang dikemukakan Mulyana (2008 : 33) Kemampuan berpikir kritis mencakup: (1) Kemampuan mengidentifikasi asumsi yang diberikan; (2) Kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan; (3) Kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil; (4) Kemampuan mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; (5) Kemampuan mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah; (6) Kemampuan mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah. Selain itu pada tahap pengembangan dan latihan terkontrol yaitu ketika siswa mempresentasikan hasil jawaban LKS, siswa memberikan alasan atas

54 jawaban yang mereka hasilkan, pada saat tersebut siswa telah melakukan kegiatan berpikir kritis matematik sebab Ennis (Mulyana, 2008 : 29) mengatakan bahwa Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Dengan demikian model pembelajaran MMP ini dapat memfasilitasi siswa dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik dan hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional. 2. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran MMP Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil angket respon siswa dapat dilihat bahwa siswa memiliki respon positif terhadap model pembelajaran MMP. Secara umum siswa memberikan respon positif terhadap pernyataan yang berkaitan dengan tahapan model pembelajaran MMP. Namun terdapat satu pernyataan yang direspon negatif oleh siswa yaitu pernyataan bahwa siswa lebih suka guru menjelaskan konsep matematika yang akan dipelajari. Dengan demikian siswa lebih suka jika guru menjelaskan konsep matematika yang akan dipelajari. Hal ini terjadi karena siswa sudah terbiasa mendapatkan pembelajaran dengan model

55 konvensional dimana guru selalu menjelaskan terlebih dahulu materi yang akan dipelajari. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Hidayat (2011 : 4)... pembelajaran hingga dewasa ini masih didominasi guru dan kurang memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui kegiatan belajar yang mengutamakan penemuan konsep. Para siswa cenderung hanya menghapalkan sejumlah rumus, perhitungan dan langkahlangkah penyelesaian soal yang telah dikerjakan guru atau yang ada di buku teks. Respon siswa tehadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik pun direspon positif. Pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap setiap pernyataan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa siswa memiliki respon positif terhadap model pembelajaran MMP dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik.