BAB I PENDAHULUAN. Publik, yang berasal dari bahasa Inggris public, bermakna khalayak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan sekaligus, yang meletakkan masyarakat (yang diadvokasi) dan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir di setiap sudut kota Yogyakarta dapat dijumpai lukisan-lukisan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

KESIMPULAN. Kota Yogyakarta dahulu mempunyai slogan yaitu Jogja berhati nyaman yang

BAB VII PENUTUP. masih pada tahap pengembangan format yang utuh menuju suatu collaborative

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LEMBAR PENGESAHAN. Menyetujui, Institut Pertanian Bogor NIP NIP Tanggal Pengesahan : 1 April iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya seni mural dikenal sebagai seni visual jalanan (street art), yaitu seni dua dimensi yang dibuat dan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan berbagai bentuk kenakalan sosial lain. Kenakalan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V. Penutup Kesimpulan. Yogyakarta, sebagai kota pelajar dan kota pariwisata, telah mengalami

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan. lingkungan hidup untuk menunjang kehidupannya di dunia ini. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu kesatuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

PERANCANGAN KAMPANYE UNTUK MENGURANGI VANDALISME DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB V KESIMPULAN. Ilmu Hubungan Internasional mempelajari dinamika kasus negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang lain bekerja dalam waktu yang singkat. tingginya tuntutan biaya hidup di zaman saat sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAYANAN PUBLIK DALAM REFORMASI Oleh : Mislan, S.Sos. ( Staf Pengadilan Tinggi Agama Pontianak )

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan

BAB III ISU ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

POLICY PAPER. : Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia Inisiator : Pusat Kajian Administrasi Internasional LAN, 2007

BAB I. Pendahuluan. yang semakin kritis. Perilaku manusia dan pembangunan yang tidak

POLLING DAN PENDAPAT UMUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA PERKULIAHAN OPINI PUBLIK FASILITATOR: DANANG TRIJAYANTO

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. antara pemegang otoritas dan masyarakat yang dapat membawa dampak dampak

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. memegang peranan penting dalam aspek kehidupan. Aspek-aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH DAN FILM DOKUMENTER. atas Film Dokumenter Belakang Hotel )

KINERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PELAYANAN AKTE KELAHIRAN. (Suatu Studi di Kabupaten Halmahera Utara) Oleh : Arki Tabaga

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik merupakan salah satu variable yang menjadi ukuran

BAB V PENUTUP. ini. pemberdayaan digunakan sebagai alternatif pembangunan yang bersifat

KORPRI PROFESIONAL, LAYANAN MASYARAKAT MAKSIMAL Oleh : waryoto

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RE:PUBLIK Seminar Mencari Ruang Publik Lewat Senirupa Temporer Kedai kebun Forum, 22 Agustus 2005

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat Sebagai Upaya Reduksi Gejala Gangguan Kamtibmas

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Bab IV. Konsep Desain

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KOTA SORONG PERIODE

I. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan bahwa beberapa indikator aparatur didalam sebuah

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan memiliki kualitas ilmu yang tinggi untuk menghadapi

SEKILAS TENTANG PETA REFORMASI HUKUM*

ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

PROFIL KABUPATEN SAMPANG (2014) Tahun berdiri Jumlah penduduk Luas Wilayah km 2

BAB I PENDAHULUAN. 1. Judul Perancangan UMK CREW (Buku Graffiti / dokumentasi)

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. berbicara mengenai keuntungan dan kegiatan produksi saja karena lambat

BAB V KESIMPULAN. Penelitian tentang Mural Publik: Representasi, Transformasi. dan Citra Ruang Publik Kota Yogyakarta menghasilkan

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan terus mengalami dinamika perubahan. Permintaan pelayanan jasa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Publik, yang berasal dari bahasa Inggris public, bermakna khalayak umum, rakyat umum, orang banyak, yang memiliki persamaan berpikir, perasaan, harapan, dan tindakan yang didasarkan pada norma yang mereka miliki (Pasolong, 2008: 6). Tak dapat dipungkiri, keberadaan publik berdampak besar terhadap berkembang atau tidaknya suatu pemerintahan. Pemerintahan yang cenderung mengesampingkan keberadaan publik, tentu akan berjalan secara otoriter, sehingga akan menuai kecaman yang berujung pada minimnya partisipasi publik dalam proses pembuatan kebijakan (Agusti no, 2008: 40). Begitupula sebaliknya, pemerintahan yang pro terhadap publik akan memperoleh legitimasi dan kepercayaan penuh dari warganya, sehingga partisipasi publik dan kehidupan bernegara akan berjalan ke arah yang lebih baik. Publicness atau biasa juga disebut dengan kepublikan, merujuk pada terwujudnya nilai-nilai yang berorientasi pada upaya mengedepankan kepentingan, kemanfaatan, dan kebutuhan publik (Dwiyanto, 2011: 203). Sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah dalam mengelola publicness masyarakat, sehingga segala kebijakan yang diformulasikan pemerintah akan senada dengan kebutuhan publik. Meski demikian, kenyataannya saat ini isu publicness tidak 13

hanya sebatas pada pengelolaan public goods dan public interest oleh organisasi publik saja, melainkan sudah mulai terbaca melalui pengelolaan barang publik oleh organisasi non-publik (swasta/pasar) (Margono dkk, 2014: 11). Dengan demikian, organisasi sosial / kelompok masyarakat pun kini memiliki peranan penting dalam menunjang terwujudnya isu publicness di masyarakat. Isu publicness akan mempengaruhi kondisi politik dan pemerintahan. Nilai-nilai yang berkembang dalam dunia politik dan pemerintahan di suatu negara sudah sewajarnya jika dibuat berdasarkan nilai-nilai kepublikan yang berkembang pada negara tersebut. Nilai-nilai politik akan membangun suatu sistem politik, dengan sejumlah agenda kebijakan yang akan menentukan terwujudnya kepublikan masyarakatnya (Cobb dan Elder, dalam Agustino, 2008: 105). Agenda kebijakan akan memberikan pertimbangan bagi item/permasalahan mana yang lebih prioritas untuk kemudian dirumuskan dalam suatu kebijakan oleh pemerintah. Dengan menyelaraskan nilai publik dan nilai politik pemerintahan yang dianut, maka diharapkan proses pemerintahan dalam negara tersebut dapat berjalan sesuai dengan ekspektasi publik. Pemuda merupakan salah satu bagian dari publik yang memiliki peranan dalam menyongsong masa depan Indonesia. Di dalam perjalanan suatu proses perubahan sosial, politik, ekonomi, dan budaya suatu bangsa, pemuda selalu menjadi bagian dari perubahan tersebut, baik sebagai aktor, maupun sebaliknya, ditempatkan sebagai objek (Azca, 2011: 3). Oleh sebab itu, keberadaan pemuda mampu membawa perubahan sehingga dapat dijadikan sebagai aktor publicness, berdampingan dengan pemerintah maupun organisasi publik/non-publik lainnya. 14

Pemuda yang memiliki semangat akan kebenaran dan keadilan, akan cenderung bersifat aktif, responsif dan kritis, dalam menanggapi suatu permasalahan di ranah publik. Hal ini senada dengan studi termutakhir (Barry, dalam Azca, 2011) yang menyebutkan bahwa pemuda saat ini merupakan agent of change, yang merepresentasikan movement secara dinamis seiring perkembangan zaman. Di Indonesia, semenjak berakhirnya rezim Orde Baru, keberadaan pemuda mulai menggeliat seiring dinamika masa reformasi. Ketika pemuda mulai bergerak sebagai aktor, maka dapat terlihat bagaimana proses survival dan kontruksi diri mereka atas setting sosial, politik, ekonomi dan budaya yang ada di sekitarnya (Azca, 2011: 10). Atas dasar inilah keberadaan pemuda mulai diperhitungkan dalam menunjang publicness masyarakat. Beberapa di antaranya mengekspresikan aspirasinya melalui media, forum debat, demonstrasi, artikel, kesenian, dan lain sebagainya. Apapun sarana dan medianya, para pemuda Indonesia memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya secara terbuka dan tetap bertanggung jawab, guna menjunjung nilai-nilai kepublikan di masyarakat sekitarnya. Di Kota Yogyakarta, kota budaya yang kian tumbuh dengan cukup pesat, isu publicness mulai menggeliat semenjak maraknya privatisasi di kota tersebut. Privatisasi merupakan kebalikan dari kepublikan. Privatisasi terhadap sektor publik cenderung mengundang kecaman publik sehingga menimbulkan berbagai permasalahan. Di Kota Yogyakarta misalnya, peningkatan jumlah hotel menuai berbagai kritik dan kecaman warga sekitar karena menyebabkan surutnya air tanah mereka. Ataupun permasalahan kian sempitnya ruang terbuka hijau akibat 15

pembangunan di sektor privat. Belum lagi permasalahan polusi visual dari berbagai media iklan yang bertebaran di jalanan yang turut mengusik kepublikan warga. Dari berbagai masalah inilah isu publicness di Kota Yogyakarta perlu untuk disorot sehingga dapat diketahui bagaimanakah pengelolaannya yang ideal untuk kesejahteraan masyarakat Kota Yogyakarta yang lebih baik. Para pemuda di kota Yogyakarta bukannya diam melihat kepublikan Kota Yogyakarta diporak-porandakan oleh kepentingan privat. Berbagai macam cara telah mereka tempuh dalam menyuarakan kepentingan publik, untuk mewujudkan kepublikan di kota tempat tinggal mereka. Contohnya beberapa mahasiswa yang kemudian tergerak untuk berserikat dan berkumpul dalam suatu forum yang berfokus pada isu sosial, politik, lingkungan, budaya, ataupun melalui jalur demonstrasi yang ditujukan langsung pada pemerintahan yang tengah berkuasa. Berbagai aksi para pemuda ini menunjukkan bagaimana kepedulian mereka terhadap kependingan publik, atas dasar rasa keprihatinan mereka terhadap diamnya pemerintah terhadap privatisasi sektor publik di kota tempat tinggal mereka. Salah satu cara yang ditempuh para pemuda Kota Yogyakarta dalam menyuarakan aspirasi publik adalah melalui media street art. Konsep street art pada awalnya muncul di Mexico, akibat kesenjangan kaum negro yang mendapat perlakuan tidak adil oleh pemerintahan pada kala itu. Konsep ini kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, sebagai bentuk ekspresi ketidakpuasan terhadap kondisi sosial dan politik yang tengah terjadi. Demikian halnya street art di kota Yogyakarta, tindakan ini merupakan bentuk kepedulian para pemuda (yang berkecimpung dalam ranah seni, para pekerja seni / seniman) terhadap 16

kacaunya kondisi sosial dan politik di kota tempat tinggal mereka, bagaimana nilai kepublikan Kota Yogyakarta harus di-rekontruksi ulang. Dengan berbagai macam kreasi seperti mural, grafiti, poster, dan aksi jalanan lainnya, para pemuda berupaya untuk turut menggugah kepedulian masyarakat sekitar akan kondisi sosial-politik yang sebenarnya telah terjadi. Contohnya adalah mural bertajuk Jogja Asat, yang terdapat di tembok Jembatan Kewek, Yogyakarta. Mural ini tercipta atas kerjasama berbagai pemuda dengan masyarakat yang berasosiasi dalam komunitas Warga Berdaya, atas dasar keprihatinan maraknya hotel-hotel yang dibangun di Kota Yogyakarta. Keberadaan hotel yang kian tumbuh pesat ini berdampak pada surutnya mata air sumur penduduk, sehingga penduduk di sekitar hotel mengalami kesusahan dalam mencari air bersih. Hal ini terjadi pada masyarakat Kampung Miliran, Semaki, Umbulharjo, di mana di sekitar tempat tinggal mereka terdapat Hotel Fave yang diduga menyedot air tanah penduduk secara ilegal. Padahal, sebelum adanya hotel tersebut, penduduk menyebutkan bahwa debit air sumur mereka tidak pernah kering ataupun surut bahkan di musim kemarau sekalipun. Atas dasar keprihatinan dan kepedulian dari permasalahan tersebutlah para asosiasi pemuda berupaya untuk menunjukkan aspirasinya melalui rangkaian aksi street art bertema jogja ora didol (Jogja tidak dijual), untuk menyentil kepedulian pemerintah maupun publik akan pentingnya menunjang kepublikan Kota Yogyakarta. Meski demikan, aksi kepedulian yang mereka lakukan bukannya berjalan mulus tanpa adanya hambatan. Selang beberapa hari, hasil karya mural jogja asat yang mereka buat telah dirusak oleh pihak-pihak yang tidak 17

bertanjungjawab. Beberapa tulisan kecaman yang mereka tujukan untuk pemerintah pun telah dihapus, entah oleh siapa. Hal ini masih tidak seberapa jika kita mengingat kasus Arief, bocah yang menuliskan kalimat Jogja Ora Didol pada salah satu dinding rumah kosong di pinggir Jalan Brigjen Katamso. Usai menuliskan kalimat tersebut, Arief justru harus dibawa ke pihak berwajib atas dasar tindakan vandalisme. Upaya penolakan terhadap hasil kreasi street art juga dihadapi oleh para seniman muda lainnya di Kota Yogyakarta. Bahkan masyarakat umum adapula yang menganggap tindakan street art meski atas dasar mengangkat isu politik pun sesungguhnya merupakan sebuah polusi visual di jalanan. Pemerintah Kota Yogyakarta, melalui Dinas Kimpraswil (Pemukiman, Prasarana dan Wilayah) telah menegaskan bahwa tindakan corat-coret di bangunan publik merupakan termasuk dalam kategori tindakan vandalisme. Pemerintah Kota Yogyakarta pun telah dengan jelas mengatur kebijakan vandalisme melalui Peraturan Daerah No 18 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Kebersihan. Peraturan tersebut telah menjabarkan bahwa pelaku vandalisme bisa dijerat dengan tindak pidana ringan dan tidak hanya mendapat pembinaan. Meski demikian, hingga saat ini Pemerintah Kota Yogyakarta masih belum memiliki regulasi yang khusus membahas tentang street art. Kepala Sie Tata Kota Dinas Pemukiman, Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Wahyu Setyowati menjelaskan, Nah, yang menjadi permasalahan, kami memang tidak punya aturan khusus, yang bisa (menentukan) apakah mereka boleh atau tidak (melakukan aksi street art). Tapi yang pasti kalau vandalisme itu masuk di 18

(Perda) Kebersihan. Jadi mereka (pelaku vandalisme) bisa dikenai sanksi. (Berdasar wawancara pada 6 Agustus 2015) Hal tersebut kemudian menimbulkan tanda-tanya, apa benar tindakan street art yang diusung oleh pemuda Yogyakarta yang mengatasnamakan kepentingan publik tersebut dapat disamakan dengan tindakan vandalisme? Lalu seperti apakah sebenarnya gerakan street art yang diupayakan oleh para pemuda yang ada di Kota Yogyakarta pada saat ini? Baik pemerintah setempat maupun warga saat ini masih belum memiliki gambaran yang jelas dalam mengkategorikan upaya mereka, apakah termasuk vandalisme ataukah patut untuk dilanjutkan dalam rangka membawa nilai-nilai kepentingan publik. Pemerintah setempat saat ini juga belum memiliki regulasi yang pasti mengenai tindakan street art, sehingga mengindikasikan bahwa belum adanya pemetaan yang jelas terhadap gerakan yang diupayakan oleh para pemuda tersebut. Lantas, jika melihat hal tersebut, maka penulis ingin mengetahui bagaimanakah sesungguhnya dinamika gerakan street art para pemuda yang terjadi di sekitaran Kota Yogyakarta, dalam menunjang terwujudnya kepentingan publik warga kota Yogyakarta. Bagaimanakah bentuk resistensi yang harus mereka lalui dalam menjunjung kepentingan publik, serta bagaimanakah kepentingan publik yang mereka harapkan dari gerakan street art yang mengatasnamakan kepentingan publik. Dengan mengetahui hal tersebut, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada publik mengenai dinamika gerakan street art dalam mewujudkan kepentingan publik masyarakat 19

Yogyakarta, berkontribusi dalam memberikan rekomendasi terhadap proses perumusan kebijakan terkait street art di ranah publik, serta menumbuhkan semangat-semangat baru dalam membenahi Kota Yogyakarta agar dapat kembali menjadi kota yang berhati nyaman dan live-able bagi semua pihak. 1.2 Rumusan Masalah - Bagaimanakah dinamika gerakan street art komunitas pemuda di Kota Yogyakarta dalam upaya mewujudkan kepentingan publik? 1.3 Tujuan Penelitian Mendeskripsikan dinamika gerakan street art komunitas pemuda di Kota Yogyakarta dalam rangka mewujudkan kepentingan publik. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk dapat memberikan manfaat dalam berbagai hal sebagai berikut: a. Bagi masyarakat: - Berkontribusi dalam memberikan informasi kepada masyarakat mengenai gambaran dinamika gerakan pemuda dalam proses 20

penyampaian aspirasi yang terkait dengan kepentingan publik melalui media street art di Kota Yogyakarta. b. Bagi pemerintah: - Agar penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan masukan bagi pemerintah setempat dalam setiap merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan upaya penyampaian aspirasi di depan publik, khususnya melalui media street art. 21