EFEKTIVITAS EKSTRAK LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

EFEKTIVITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) UNTUK MEMBUNUH LARVA NYAMUK Anopheles aconitus INSTAR III

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

KEEFEKTIFAN EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) SEBAGAI LARVASIDA ALAMI TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

KEEFEKTIVAN DAYA BUNUH EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

Universitas Lampung. Abstrak. Larvacide Effects of Leaf Extract Aloe vera (Aloe vera) Against Third Instar larva of Aedes aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

KARYA TULIS ILMIAH. EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) DENGAN PELARUT METANOL SEBAGAI LARVASIDA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK KULIT BUAH PARE (Momordica charantia) TEHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) SEBAGAI LARVASIDA ALAMI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara) TERHADAP KEMATIAN LARVA Aedes aegypti

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes spp. PADA OVITRAP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PARE ( Momordica charantia ) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP AEDES AEGYPTI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic. nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes, 2010). Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di Indonesia. Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan pada WHO setiap tahun, akan tetapi WHO mengestimasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amarylifolius) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP LARVA Aedes aegypti

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KETAPANG BANYUWANGI

UJI EFEKTIVITAS FRAKSI N-HEKSANA EKSTRAK BATANG KECOMBRANG (Etlingera elatior) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP LARVA INSTAR III Aedes aegypti

ABSTRAK. Kata kunci : Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.), larvisida, Aedes aegypti

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

Fajarina Lathu INTISARI

I. PENDAHULUAN. Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue,

ABSTRAK. EFEK LARVASIDA INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP Aedes sp. SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE

Transkripsi:

EFEKTIVITAS EKSTRAK LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti Sri Sumilih, Ambarwati, dan Dwi Astuti Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162 Abstract The herbal insecticides are easier to degrade, and safe for human and animals. Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) contains saponin, tanin and flavonoid that can be used as insecticide of larvae. The aim of this research was to know the effectiveness of Lempuyang Wangi extract to kill Aedes aegypti instars III larvae. The research was an experimental with posttest only in control group design. The subjects were divided into two groups, which were control group and treatment group. Each group used 25 larvae and each treatment was replicated four times. The total samples were 700 larvae. The result of this research was in 0% concentration (control) of Lempuyang Wangi extract could kill 0 larvae (0%); 0,2% concentration could kill 10,75 (11) larvae (43%); 0,4% concentration could kill 12,25 (13) larvae (49%); 0,6% concentration could kill 15,75 (16) larvae (63%); 0,8% concentration could kill 18,75 (19) larvae (75%); 1,0% concentration could kill 23,75 (24) larvae (95%) and 1,2% concentration could kill 25 larvae (100%). Based on the result of the Kruskall Wallis test, p = 0,000 dš á = 0,01. It could be concluded that there was a very significant influence on addition of Lempuyang Wangi extract to kill Aedes aegypti larvae. Key words: Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) Extract, larvacides, Aedes aegypti PENDAHULUAN Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak (Widoyono, 2008). Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Setiap Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut (Widoyono, 2008). Berdasarkan data Depkes (2008) di Indonesia jumlah CFR (Case Fatality Rate) DBD tahun 2007 sebesar 1,0%, dan IR (Incidence Rate) sebesar 71,78 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2008 CFR mengalami penurunan sebesar 0,86%, sedangkan pada tahun 2009 CFR mengalami peningkatan kembali 78

sebanyak 0,89% (Depkes RI, 2009). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan selama tahun 2008 angka kesakitan (IR) DBD sebesar 5,92 per 10.000 penduduk, dan angka kematian (CFR) sebesar 1,19%. Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Ada empat serotipe penyebab demam berdarah yaitu DEN- 1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe ini menimbulkan gejala yang berbeda-beda jika menyerang manusia (Satari dan Mila, 2004). Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit. Penyakit DBD sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang tidak terkontrol, transportasi, kepadatan populasi nyamuk, dan keadaan geografis setempat (Widoyono, 2008). Di Indonesia pengaruh musim terhadap DBD tidak begitu jelas, tetapi dalam garis besar dapat ditemukan bahwa jumlah penderita meningkat antara bulan September-November dengan puncaknya yaitu antara bulan Maret-Mei setiap tahunnya. Penyakit DBD berjangkit pula di daerah pedesaan (Soedarmo, 2005). Berdasarkan hasil penelitian Satari dan Mila (2004) di musim hujan hampir tidak ada daerah di Indonesia yang terbebas dari serangan penyakit DBD. Hal ini menunjukkan bahwa DBD telah ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Dua ratus kota melaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB). Mengingat obat dan vaksin pencegah penyakit DBD hingga dewasa ini belum tersedia, maka upaya pemberantasan penyakit DBD dititikberatkan pada pemberantasan penularnya. Pemberantasan nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida. Namun selama jentiknya masih dibiarkan hidup, maka akan timbul lagi nyamuk yang baru yang selanjutnya dapat menularkan penyakit ini kembali. Oleh karena itu dalam program pemberantasan penyakit (P2) DBD, penyemprotan insektisida dilakukan terbatas di lokasi yang mempunyai potensi terjadinya kejadian luar biasa (Siregar, 2004). Upaya untuk membasmi jentik nyamuk yang paling murah, sederhana dan tepat guna adalah dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), yang didukung dengan penyuluhan kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pemberantasan sarang nyamuk (Nadesul, 2007). Nyamuk Aedes aegypti menyukai tempat-tempat penampungan yang berair jernih dan terlindung dari sinar matahari langsung. Tempat-tempat penampung air tersebut umumnya banyak dijumpai di dalam rumah dan sekitarnya (Hidayat dkk. 1997). Berdasarkan hasil penelitian Wulandari (2007) disimpulkan bahwa Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) dalam bentuk serbuk dapat Efektifitas Ekstrak Lempuyang Wangi... (Sri Sumilih, dkk.) 79

membunuh larva Aedes aegypti, pada konsentrasi 160 ppm larva yang terbunuh sebanyak 5 larva, 320 ppm sebanyak 7 larva, 640 ppm sebanyak 24 larva, 1280 ppm sebanyak 25 larva, 2560 ppm sebanyak 25 larva dan 5120 ppm sebanyak 25 larva. Hal ini disebabkan karena Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) mengandung saponin, flavonoid, minyak atsiri dan tanin, yang berperan sebagai larvasida (Syamsuhidayat dan Johnny, 1991) Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi pada selaput lendir. Saponin juga bersifat menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak di antaranya digunakan sebagai racun ikan (Gunawan dan Sri, 2004). Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan konsentrasi 0% (kontrol), 0,25%, 0,5%, 1,0%, 1,5%, dan 2%didapatkan hasil ekstrak Lempuyang Wangi yang efektif mematikan 100% larva Aedes aegypti yaitu pada konsentrasi 1,0%, 1,5%, dan 2%. Pengamatan dilakukan selama 24 jam setelah perlakuan dengan mengukur suhu larutan, ph larutan dan kelembaban ruangan. Hasil analisis probit menunjukkan kematian larva Aedes aegypti sebanyak 99% berada pada konsentrasi 0,72%, oleh karena itu penulis ingin mengadakan penelitian mengenai efektivitas ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) dalam membunuh larva Aedes aegypti instar III dengan menggunakan konsentrasi 0% (Kontrol), 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1,0%, dan 1,2%. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah eksperi-mental untuk mengetahui efektivitas ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti sesuai dengan waktu dan dosis yang telah ditetapkan. Rancangan penelitian ini adalah post-test only control group design, yaitu kelompok eksperimen menerima perlakuan atau intervensi (X) yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi (O -1 ). Kemudian subjek dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok I disebut sebagai kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberi ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) dengan dosis yang berbeda, dan kelompok II disebut kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberi ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.). Kemudian dilakukan pengamatan sesuai dengan waktu yang ditentukan dan dihitung jumlah larva yang mati pada kedua kelompok (Praktiknya, 2003). Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah larva Aedes aegypti instar III yang berumur tiga sampai empat hari setelah telur menetas. 80

Alasan pemilihan larva instar III karena larva ini ukurannya cukup besar sehingga mudah untuk diidentifikasi, selain itu larva instar III merupakan sampel penelitian yang menjadi standar WHO (WHO, 2005). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010. Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B 2 P 2 VRP) Salatiga. Jumlah sampel dalam penelitian ini mengambil dari populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pencuplikan kuota (quota sampling) yaitu menetapkan berapa besar jumlah sampel yang diperlukan, kemudian jumlah quotum ini dijadikan dasar untuk pengambilan sampel, dan semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sampai jumlah sampel yang sudah ditetapkan dapat terpenuhi (Notoatmojo, 2005). Dimana masing-masing gelas berisi 25 larva Aedes aegypti baik pada kontrol maupun semua perlakuan, hal ini sesuai dengan standar dari WHO (WHO, 2005). Sehingga total larva nyamuk Aedes aegyti yang digunakan untuk kontrol dan perlakuan adalah sebanyak 700 ekor. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling yaitu setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih ataupun dipilih sebagai sampel, dimana setiap elemen diseleksi secara random atau acak (Nursalam, 2003). Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui efektivitas ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) terhadap kematian larva Aedes aegypti instar III setelah dikontakkan dengan berbagai variasi konsentrasi ekstrak Lempuyang Wangi. Sebelum dilakukan uji Kruskall Wallis terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dengan tingkat signifikan á = 0,01 (taraf kepercayan 99%) untuk melihat homogenitas varians dari kematian larva. Dalam analisis bivariat yang dilakukan menunjukkan data tidak homogen, maka Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Kruskall Wallis dengan tingkat signifikan á = 0,01 (taraf kepercayan 99%). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengukuran Suhu Larutan, ph Larutan dan Kelembaban Ruangan Hasil pengukuran suhu laruran, ph larutan, dan kelembaban ruang-an disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa suhu larutan tempat perindukan pada kelompok kontrol dan perlakuan adalah sama yaitu 25 0 C dan kelembaban ruangan pada awal perlakuan sebesar 82% dan kelembaban ruangan pada akhir perlakuan mengalami penurunan menjadi 80%. Sedangkan ph larutan baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan berkisar antara 6,4-7 selama 24 jam perlakuan. Efektifitas Ekstrak Lempuyang Wangi... (Sri Sumilih, dkk.) 81

Tabel 1. Suhu dan ph Larutan serta Kelembaban Ruangan Penelitian Konsentrasi % Suhu ( 0 C) Kelembaban (%) ph Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir 0(kontrol) 25 25 82 80 7,0 7,0 0,2 25 25 82 80 6,8 6,8 0,4 25 25 82 80 6,8 6,8 0,6 25 25 82 80 6,7 6,7 0,8 25 25 82 80 6,6 6,6 1,0 25 25 82 80 6,5 6,5 1,2 25 25 82 80 6,4 6,4 Jumlah Kematian Larva Aedes aegypti Instar III setelah 24 jam Perlakuan. Hasil penghitungan jumlah kematian larva instar III setelah 24 jam perlakuan disajikan pada Tabel 2, sedangkan grafik jumlah kematian larva disajikan pada Gambar 11. Tabel 2. Jumlah Kematian Larva Aedes aegypti pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) Setelah 24 Jam Perlakuan Konsentrasi (%) Jumlah larva uji (larva) Jumlah kematian larva pada replikasi ke- 1 2 3 4 Rata-rata larva % larva % larva % larva % larva % 0 (kontrol) 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,2 25 11 44 13 52 10 40 9 36 10,75 43 0,4 25 11 44 16 64 11 44 11 44 12,25 49 0,6 25 16 64 16 64 15 60 16 64 15,75 63 0,8 25 19 76 18 72 18 72 20 80 18,75 75 1,0 25 25 100 24 96 23 92 23 92 23,75 95 1,2 25 25 100 25 100 25 100 25 100 25 100 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol tidak ditemukan adanya kematian larva Aedes aegypti pada empat kali ulangan. Pada kelompok perlakuan rata-rata kematian larva terendah terjadi pada konsentrasi 0,2% dengan rata-rata jumlah kematian 11 larva (43%), sedangkan rata-rata kematian tertinggi terdapat pada konsentrasi 1,2% dengan rata-rata jumlah kematian sebanyak 25 larva (100%). 82

Gambar 1. Grafik Rata-rata Kematian Larva Aedes aegypti Instar III pada Berbagai Konsentrasi Setelah 24 Jam Perlakuan Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak Lempuyang Wangi semakin tinggi pula persen-tase kematian larva Aedes aegypti dan pada konsentrasi di atas 1,2% kemungkinan jumlah kematian akan mengalami nilai yang stabil yaitu 100%. Hasil Analisis Data Berdasarkan hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai p=0,004d á=0,01 yang berarti bahwa data tersebut tidak homogen dan berdasarkan hasil pengujian Kolmogorov Smirnov, diketahui bahwa nilai variabel kematian larva p= 0,841 > á = 0,01 yang berarti bahwa data tersebut berdistribusi normal. Karena data tidak homogen dan berdistribusi normal, maka penelitian ini menggunakan metode statistik non parametrik yaitu uji Kruskall Wallis, yang hasilnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Uji Kruskall Wallis Kematian Larva Aedes aegypti Chi-Square 25.930 df 6 Asymp. Sig..000 Efektifitas Ekstrak Lempuyang Wangi... (Sri Sumilih, dkk.) 83

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh nilai p = 0,000 α = 0,01 yang berarti terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara konsentrasi ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val) terhadap kematian larva Aedes aegypti. 2. Pembahasan Suhu dan ph Larutan Ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa suhu larutan pada awal dan akhir perlakuan sama yaitu sebesar 25ºC, baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok perlakuan, hal ini menunjukkan bahwa besarnya konsentrasi ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) tidak mem-pengaruhi suhu, sedangkan ph larutan pada penelitian ini berkisar antara 6,4-7. Suhu larutan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan dan kehidupan larva Aedes aegypti, suhu air yang sesuai untuk perkembangan larva Aedes aegypti adalah antara 18-28ºC (Boesri dkk. 2001). Dilihat dari hasil pengukuran suhu selama penelitian, suhu larutan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebesar 25ºC hal ini berarti bahwa suhu larutan masih berada dalam kisaran suhu yang normal untuk kehidupan larva Aedes aegypti. ph merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan larva Aedes aegypti, diketahui bahwa hasil pengukuran ph larutan pada berbagai konsentrasi yang diguna-kan yaitu 0 (kontrol) ph-nya sebesar 7,0 dan perlakuan dengan berbagai konsentrasi mulai dari 0,2% ph-nya 6,8, konsentrasi 0,4% ph-nya 6,8, konsentrasi 0,6% ph-nya 6,7, konsentrasi 0,8% ph-nya 6,6, konsentrasi 1,0% ph-nya 6,5 dan konsentrasi 1,2% ph-nya 6,4. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak Lempuyang Wangi ph cenderung ke arah asam, hal ini dapat dimungkinkan karena ekstrak Lempuyang Wangi bersifat asam. Berdasarkan hasil penelitian Hidayat dkk. (1997) larva Aedes aegypti dapat tumbuh pada ph antara 5,8-8,6. ph pada penelitian ini berkisar antara 6,4-7, sehingga ph larutan dalam penelitian ini masih dalam kisaran normal untuk pertumbuhan larva Aedes aegypti. Dengan demikian kematian larva Aedes aegypti yang terjadi disebabkan oleh penambahan ekstrak Lempuyang Wangi bukan karena pengaruh suhu dan ph, hal ini juga didukung dengan tidak adanya kematian larva Aedes aegypti pada kontrol. Kelembaban Ruangan Tempat Penelitian Hasil pengukuran kelembaban ruangan tempat penelitian pada penelitian ini baik pada kontrol maupun perlakuan sebesar 82% pada awal 84

penelitian dan 80% pada akhir penelitian. Berdasarkan penelitian Boesri dkk. (2001), kelembaban udara relatif yang ideal bagi pertumbuhan dan kehidupan larva nyamuk adalah 60-80%. Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban ruangan pada akhir penelitian masih dalam keadaan ideal untuk pertumbuhan larva. Meskipun pada awal pengukuran kelembaban udara di atas ambang batas kelembaban normal untuk pertumbuhan larva Aedes aegypti, namun keadaan tersebut tidak memberikan efek yang fatal pada kehidupan larva. Hal ini dapat diketahui dari tidak adanya kematian pada kontrol. Efektivitas Ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) dalam Membunuh Larva Nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 11 diketahui bahwa pada kelompok kontrol tidak terjadi kematian pada larva Aedes aegypti. Keefektifan ekstrak Lempuyang Wangi dalam membunuh larva Aedes aegypti setelah 24 jam perlakuan pada berbagai konsentrasi adalah konsentrasi 0% (kontrol) ratarata kematian sebesar 0 larva (0%), konsentrasi 0,2% rata-rata kematian sebanyak 10,75 (11) larva (43%), konsentrasi 0,4% sebanyak 12,25 (13) larva (49%), konsentrasi 0,6% sebanyak 15,75 (16) larva (63%), konsentrasi 0,8% sebanyak 18,75 (19) larva (75%), konsentrasi 1,0% sebanyak 23,75 (24) larva (95%) dan konsentrasi 1,2 % sebanyak 25 larva (100%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak Lempuyang Wangi yang ditambahkan, maka semakin banyak juga rata-rata kematian larva Aedes aegypti. Ini juga sesuai dengan pendapat Nopianti (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi larvasida yang diberikan maka semakin tinggi pula rata-rata kematian larva Aedes aegypti. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan sebelumnya dengan menggunakan serbuk Lempuyang Wangi diketahui pada konsentrasi 2,5% dapat membunuh 100% larva Aedes aegypti (Sumilih, 2009). Serbuk Lempuyang Wangi ini bisa dijadikan sebagai larvasida alternatif apabila tidak memungkinkan untuk membuat ekstrak. Di mana masyarakat dapat mengaplikasikan dengan melarutkan 25 gram serbuk Lempuyang Wangi dalam 1 liter air, atau setara dengan 10 sendok makan penuh serbuk Lempuyang Wangi untuk 1 liter air. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa ekstrak Lempuyang Wangi dapat berfungsi sebagai larvasida, hal ini dimungkinkan karena kandungan senyawa kimia yang berada di dalam Lempuyang Wangi, yang meliputi saponin, tanin, dan flavonoida (Syamsuhidayat dan Johnny, 1991). Menurut Gunawan dan Sri (2004), saponin terdapat pada tanaman yang bisa dikonsumsi oleh serangga dan dapat menurunkan aktivitas enzim Efektifitas Ekstrak Lempuyang Wangi... (Sri Sumilih, dkk.) 85

pencernaan serta penyerapan makanan, sehingga mekanisme kerja saponin adalah sebagai racun perut. Berdasarkan hasil penelitian Farida dkk. (2000) tanin pada umumnya menghambat aktivitas enzim dengan jalan membentuk ikatan kompleks dengan protein pada enzim dan substrat yang bisa menyebabkan gangguan pencernaan dan bisa merusak dinding sel pada serangga, sehingga mekanisme kerja tanin juga sebagai racun perut. Flavonoida merupakan salah satu jenis senyawa yang bersifat racun, mempunyai bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen berwarna kuning yang dapat larut dalam air maupun pelarut organik. Kegunaan dari flavonoida adalah sebagai zat pembunuh serangga melalui sistem pernafasan. Dengan demikian mekanisme kerja flavonoida sebagai racun pernapasan (Annaria, 2005). Sehingga dapat diketahui bahwa ekstrak Lempuyang Wangi bersifat sebagai racun perut larena kandungan saponin dan tanin serta sebagai racun pernapasan karena kandungan flavonoida. Warna larutan pada penelitian ini berubah menjadi kuning yang menyebabkan warna larva berubah menjadi pucat, hal ini dimungkinkan karena kandungan flavonoida yang ada pada ekstrak Lempuyang Wangi. Penelitian ini menggunakan larva Aedes aegypti instar III, karena larva nyamuk instar III sudah mempunyai alat-alat tubuh yang lengkap terbentuk dan struktur dinding tubuhnya belum mengalami pengerasan sehingga sesuai untuk perlakuan, selain itu larva instar III merupakan sampel pe-nelitian yang menjadi standar WHO (WHO, 2005). Berdasarkan hasil uji Kruskall Wallis diperoleh p = 0,000 α = 0,01 yang berarti terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara konsentrasi ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val) terhadap kematian larva Aedes aegypti. Pada penelitian ini konsentrasi yang efektif adalah 1,2% karena pada konsentrasi tersebut, merupakan konsentrasi yang menyebabkan rata-rata kematian larva Aedes aegypti sebanyak 25 larva (100%). KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) efektif dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti instar III, dan (2) Konsentrasi ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) yang efektif dalam mematikan larva nyamuk Aedes aegypti pada penelitian ini adalah konsentrasi 1,2%. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Masyarakat bisa mengaplikasikan pengendalian larva nyamuk Aedes aegypti secara alami yaitu dengan menggunakan ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum 86

Val.), untuk mencegah penularan penyakit DBD, (2) Dinas Kesehatan diharapkan dapat mengaplikasikan hasil penelitian ini sebagai landasan dalam intervensi untuk pemecahan masalah me-ngenai pengendalian larva Aedes aegypti secara alami dengan menggunakan ekstrak atau serbuk Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.), sehingga bisa menurunkan kasus DBD, dan (3) Peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan dengan: (a) menghilangkan warna pada larutan ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) atau (b) menggunakan ekstrak Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) tetapi dengan jenis larva nyamuk yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Annaria S. 2005. Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam pada Daun Melur (Brucea javanica L. Mess). Fakultas MIPA Universitas Negeri Padang. Diakses Tanggal 16 Juli 2010. http://kimia.unp.ac.id/?p=92.id.html. Boesri H, Suwasono H, Buwono, D.T, dan Raharjo. 2001. Pengaruh Pengabutan Alpha cypermethrin 30 EC dan Lambda Sihalothrin 25 EC Terhadap Larva Aedes aegypti. Cermin Dunia Kedokteran. Vol.41. No. 131. Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Diakses tanggal 23 maret 2010. http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/ Profil%20Kesehatan%20Indonesia%202008.pdf Departemen Kesehatan RI. 2009. Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Diakses tanggal 23 maret 2010. http:// www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/p2pl/pl/profil_pl_2009.pdf Farida W.R, Pratiwi dan Semiadi G. 2000. Tanin dan Pengaruhnya pada Ternak. Peternakan dan Lingkungan. Vol.06 No.03 Hal: 66-70. Gunawan, D dan Sri, M. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Depok: Penebar Swadaya. Hidayat M.C, Santoso L, dan Suwasono H. 1997. Pengaruh ph Air Perindukan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Aedes aegypti Pra Dewasa. Cermin Dunia Kedokteran. No. 119 Hal: 49. Nadesul, H. 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Efektifitas Ekstrak Lempuyang Wangi... (Sri Sumilih, dkk.) 87

Nopianti, S. 2008. Efektifitas Air Perasan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Anopheles aconitus Instar III tahun 2008. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Praktiknya AW. 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Satari H. I dan Mila M. 2004. Demam Berdarah Perawatan di Rumah dan di Rumah Sakit. Depok: Puspa Swara. Siregar, F. A. 2004. Epidemiologi dan Pembe-rantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Diakses tanggal 1 November 2009. http://www.usu digital library. co.id/ Dr.Faiziah=Epidemiologi-dan-Pemberantasan-DBD.html. Soedarmo, S.S.P. 2005. Demam Berdarah Dengue pada Anak. Jakarta: UI-Press. Sumilih, S. 2009. Laporan Praktikum Teknik Entomologi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Syamsuhidayat S.S dan Johnny R.H. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan R.I. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga. Wulandari, W.R. 2007. Efek Larvasida Ekstrak Rimpang Zingiber aromaticum (Lempuyang wangi) terhadap Larva Aedes aegypti. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran. Universitas Gadjah Mada. World Health Organization. 2005. Guiedlines For Laboratory and Field Testing Of Mosquito Larvacides. Diakses tanggal 31 Maret 2010. http:// whglibdoc.who.int/hg/2005whopesgcdpp2005.13.pdf. 88