BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) demi

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kestabilan nilai tukar mata uang suatu negara merupakan hal penting

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menetapkan perubahan manajemen nilai tukar dari sistem nilai tukar

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Inflasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga disebut sebagai fluktuasi ekonomi. Umumnya kajiankajian ekonomi makro bertujuan menguji kepentingan relatif guncanganguncangan dan dinamika variabel ekonomi makro akibat guncangan ini. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang sumber dan dampak suatu shock ekonomi (instabilitas) dalam konteks Indonesia khususnya selama era reformasi ini, dimana ada sejumlah fenomena-fenomena penting yang menunjukkan adanya instabilitas ekonomi yang layak untuk dieksplorasi lebih dalam implikasinya dan dampaknya bagi perekonomian secara keseluruhan. Sektor/blok ekonomi yang menarik untuk dikaji baik sebagai sumber instabilitas (penghasil shock/guncangan) ataupun sebagai penerima instabilitas berdasarkan fenomena ekonomi selama beberapa era krisis di Indonesia adalah fundamental kekuatan makro (Irawan, 2005:1). Khusus terhadap perkembangan data fundamental ekonomi makro, pelaku pasar akan memberikan reaksi terhadap berbagai berita ekonomi makro yang dikeluarkan oleh instansi berwenang dalam arah yang berlainan, tergantung pada dari mana berita itu dikeluarkan apakah dari Amerika Serikat atau dari Indonesia. Pasar bereaksi apabila terjadi kejutan yang timbul akibat adanya selisih antara 1

2 data aktual ekonomi makro yang diumumkan oleh instansi yang berwenang dengan angka perkiraan pasar. Ekonomi makro dalam penelitian ini tercermin dalam variabel nilai tukar, inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan. Pemahaman mengenai hubungan antara nilai tukar, inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan merupakan hal yang penting bagi pengambil kebijakan ekonomi serta masyarakat dalam perekonomian terbuka. Pemahaman ini akan memberikan kemudahan bagi para pengambil kebijakan ekonomi maupun masyarakat dalam menanggapi adanya perubahan dari variabel ekonomi yang akan mempengaruhi nilai tukar, inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan. Dengan semakin terbukanya ekonomi Indonesia dengan ekonomi internasional akan berimplikasi terhadap eksisnya pengaruh variabel-variabel makro ekonomi dan ekonomi internasional terhadap kinerja makro ekonomi di atas, begitu juga akan ada saling interaksi antar variabel-variabel ekonomi. Hal ini juga berimplikasi bahwa rancangan kebijakan ekonomi yang bertujuan menstabilisasi sektor pertanian dan non pertanian serta sektor ekonomi lainnya tidak bisa lepas dari bagaimana kebijakan tersebut dilakukan secara integratif baik yang menyangkut dari sisi ekonomi pertanian, kebijakan ekonomi makro dan kebijakan perdagangan internasional. Kekuatan makro seperti nilai tukar, inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan memiliki keterkaitan (interdependensi) antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Kenaikan atau penurunan salah satu variabel akan berdampak terhadap kondisi variabel yang lainnya yang merupakan kondisi kekuatan makro sebagai gambaran perekonomian di

3 Indonesia. Sulitnya bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan perekonomian dikarenakan akan berdampak terhadap seluruh aspek kekuatan makro lainnya. Keterkaitan (interdependensi) antara nilai tukar, inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan dapat kita lihat dengan memperhatikan bagaimana perkembangan kekuatan makro ini di Indonesia dalam tabel dan grafik di bawah ini. Tabel 1.1 Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga, Pendapatan Domestik Bruto dan Neraca Transaksi Berjalan Tahun 2000-2010 Tahun KURS INFA RATE PDB NTB (rupiah) (%) (%) (milyar) (milyar) 2000 9.595 9,4 14,31 101.197,0 2.498 2001 10.400 12,55 17,63 102.437,1 1.140 2002 8.940 10 13,12 106.104,6 1.849 2003 8.465 5,1 8,34 392.641,5 2.391 2004 9.290 6,4 7,4 418.770,8 317 2005 9.830 17,1 9,16 438.500,2 1.253 2006 9.020 6,3 11,96 465.855,9 2.155 2007 9.419 6,6 8,05 495.089,8 3.365 2008 10.950 11,1 9,39 518.935,0-637 2009 10.359 4,3 7,49 547.543,0 3.442 2010 9.078 5,3 6,54 585.102,0 1.093 Sumber : Bank Indonesia (diolah) Keterkaitan antara nilai tukar dan inflasi akan semakin jelas ketika terjadi perubahan sistem nilai tukar dari sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate) ke sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate). Fluktuasi inflasi lebih tampak ketika periode free floating exchange rate dibandingkan periode sebelumnya. Inflasi tampak mempunyai trend menurun ketika terjadi penguatan nilai tukar rupiah jelas sekali terlihat antar tahun 2009.

4 Sumber : Bank Indonesia (diolah) Gambar 1.1 Grafik Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga, Pendapatan Domestik Bruto dan Neraca Transaksi Berjalan Tahun 2000 2010. Depresiasi rupiah kembali menarik perhatian sejak tahun 2005 ketika rupiah menembus level 9.830 per dolar. Kondisi ini mendorong Bank Indonesia juga menaikan SBI dari 7,4% menjadi 9,16% pada tahun 2005 untuk memperkuat

5 rupiah. Apresiasi nilai tukar pada tahun 2009 sampai 2010 telah membuat BI menurunkan juga suku bunga SBI dari 7,49% menjadi 6,54%. Kenyataan lain akibat depresiasi rupiah mengakibatkan barang-barang modal yang dibutuhkan industri dalam negeri mengalami lonjakan harga. Keadaan ini membuat perusahaan mengurangi kapasitas produksi barang yang mempunyai kandungan impor tinggi. Penurunan kapasitas produksi inilah yang menandai telah terjadi fluktuasi Pendapatan Domestik Bruto. Dengan demikian depresiasi rupiah telah menyebabkan terjadinya penurunan Pendapatan Domestik Bruto. Namun hal ini tidak begitu berlaku dimana tahun 2008 rupiah mengalami depresiasi yang tidak mengakibatkan Pendapatan Domestik Bruto turun dari 495.089,8 miliyar rupiah di tahun 2007 menjadi sebesar 518.935 miliyar rupiah di tahun 2008. Pergerakan nilai tukar rupiah ini juga ternyata merubah posisi neraca transaksi berjalan Indonesia. Neraca transaksi berjalan Indonesia yang defisit pada tahun 2008 sebesar 637 miliyar rupiah berubah menjadi surplus pada tahun 2009 menjadi sebesar 3.442 miliyar rupiah. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah depresiasi rupiah telah meningkatkan daya saing produk Indonesia sehingga meningkatkan ekspor yang pada akhirnya memperbaiki neraca transaksi berjalan Indonesia. Adanya perubahan pengaruh nilai tukar terhadap perilaku inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan setelah adanya perubahan manajemen nilai tukar menunjukkan keterkaitan yang kuat antar variabel-variabel. Perubahan inflasi disebabkan harga minyak terus meningkat didorong oleh permintaan minyak dunia terutama dari Amerika Serikat, China, dan India serta kerusakan kilang di kawasan Amerika Serikat, juga serta berbagai unsur spekulasi

6 yang menyertainya. Meningkatnya tekanan eksternal ini memberi pengaruh pada meningkatnya kebutuhan subsidi BBM di dalam negeri dan mendorong inflasi. Dengan langkah-langkah tersebut nilai tukar rupiah dalam keseluruhan tahun 2005 dapat dipertahankan rata-rata Rp 9.423,- per USD dan laju inflasi dikendalikan menjadi 17,1% pada akhir tahun 2005. Meningkatnya harga minyak dunia dan kenaikan suku bunga internasional pada tahun 2005 memberi tekanan pada stabilitas moneter di dalam negeri. Nilai sebuah mata uang, yakni nilai tukarnya terhadap mata uang lain, tergantung pada daya tarik mata uang tersebut di pasar. Jika permintaan akan sebuah mata uang tinggi, maka harganya akan naik relatif terhadap mata uang lainnya. Akan tetapi, perubahan dalam kondisi politik suatu negara atau menurunnya perekonomian akibat laju inflasi yang tinggi dan defisit perdagangan, dapat juga mengakibatkan nilai sebuah mata uang yang stabil jatuh, karena para investor lebih memilih menukarkan uangnya ke mata uang lain yang dianggap lebih stabil. Seperti tahun 2005 dimana inflasi mencapai 17,1% nilai tukar juga mengalami depresiasi, sejalan juga dengan suku bunga BI juga mengalami kenaikan dari 9,16% menjadi 11,96%. Pada tahun 2005, kondisi neraca transaksi berjalan dihadapkan pada kebutuhan impor yang meningkat lebih tinggi dibandingkan penerimaan ekspor serta masih tingginya defisit pada jasa-jasa. Sementara itu neraca transaksi modal dan finansial dihadapkan pada terbatasnya investasi langsung asing serta tingginya pembayaran utang luar negeri swasta. Dengan perkembangan ini surplus neraca transaksi berjalan dalam keseluruhan tahun 2005 mencapai sekitar 1.253 miliar rupiah, lebih rendah dibandingkan tahun 2004 (317 miliar rupiah). Hal ini akibat dari kenaikan penerimaan ekspor didorong oleh ekspor migas dan non migas yang

7 meningkat. Meningkatnya penerimaan ekspor migas didorong oleh harga minyak mentah yang tinggi di pasar dunia. Masih pada tahun 2005, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah Pendapatan Domestik Bruto pada saat itu sebesar 438.500,2 miliyar rupiah. Meskipun lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, Pendapatan Domestik Bruto tahun 2005 menunjukkan kecenderungan yang melambat. Pada tahun 2004, Pendapatan Domestik Bruto mencapai 418.770,8 miliyar rupiah. Dari sisi permintaan, Pendapatan Domestik Bruto terutama didorong oleh investasi (berupa pembentukan modal tetap bruto) serta ekspor barang dan jasa. Dari sisi produksi, Pendapatan Domestik Bruto terutama didorong oleh sektor industri pengolahan terutama non-migas (Handayani, 2003:7). Tahun 2008 defisit neraca transaksi berjalan adalah sebesar 637 miliyar rupiah. Kalau impor terus tinggi dibandingkan dengan ekspor maka pada tahun 2009 defisit akan terus berlanjut dari Pendapatan Domestik Bruto. Namun defisit tidak berlanjut pada tahun 2009 dikarenakan kebijakan yang diambil Bank Indonesia untuk mengantisipasi hal tersebut. Potensi kenaikan itu telah memaksa Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga guna menurunkan defisit yaitu sebesar 9,39% pada tahun 2008 yang sebelumnya adalah sebesar 8,05%. Hal itu dilakukan demi menjaga prinsip kehati-hatian dalam mengendalikan neraca pembayaran Indonesia. Demikianlah kekuatan makro di Indonesia yang memiliki keterkaitan (interdependensi) satu dengan yang lainnya sehingga menuntut pemerintah untuk membuat kebijakan yang lebih optimal dan hati-hati karena akan berdampak terhadap kondisi perekonomian yang banyak memiliki keterkaitan satu dengan

8 yang lainnya. Untuk melihat bagaimana keterkaitan atau ketergantungan (interdependensi) antara variabel nilai tukar, inflasi, suku bunga, Pendapatan Domestik Regional Bruto dan neraca transaksi berjalan maka akan dilakukan uji model Vector Autoregressive (VAR). Uji ini akan memperlihatkan bagaimana setiap kejutan yang diberikan oleh setiap variabel terhadap variabel lainnya dan sebesar apa kontribusi yang disumbangkan oleh masing-masing variabel untuk masing-masing variabel lainnya. Untuk itu peneliti akan meneliti tentang Interdependensi Nilai Tukar, Inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, Suku Bunga Dan Neraca Transaksi Berjalan di Indonesia Periode Tahun 2000:1-2010:4. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan dapat menjelaskan fluktuasi terhadap masing-masing variabel? 2. Apakah ada efek perubahan Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan terhadap masing-masing variabel? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah: 1. Mengetahui peranan Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan dalam menjelaskan fluktuasi masing-masing variabel;

9 2. Mengetahui efek perubahan Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan terhadap masing-masing variabel. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk: 1. Menambah pengetahuan penulis dan memberikan kontribusi berupa penjelasan yang lebih komprehensif, terutama menyajikan bukti empirik tentang perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu ekonomi moneter khususnya interdependensi variabel Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan di Indonesia; 2. Pentingnya hasil penelitian ini, diharapkan bagi pengambil kebijakan dapat mengimplementasikan dalam kebijakan moneter. Dengan mengetahui peranan variabel Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan terhadap masing-masing variabel tersebut di Indonesia yang menjadi cermin perekonomian makro, maka kebijakan moneter yang diterapkan dalam rangka pencapaian tujuan perekonomian yang optimal dapat dilaksanakan; 3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya terutama yang berminat melakukan restruktur interdependensi Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan sebagai gambaran perekonomian.