BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor penentu produksi. Selama ini untuk mendukung

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai ( Glycine max L. Merril) merupakan komoditi pertanian. kacang-kacangan lainnya. Biji kedelai mengandung 30-50% protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

PENDAHULUAN. manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gandum dan padi. Biji Jagung menjadi makanan pokok sebagian penduduk Afrika

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan pupuk anorganik dipasaran akhir-akhir ini menjadi langka.

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang (Novizan, 2002). Pupuk organik yang sering digunakan untuk memupuk tanaman adalah kompos. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman, hewan dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi sehingga dapat dijadikan sebagai sumber hara bagi tanaman. Dengan demikian, pupuk kandang dan pupuk hijau yang mengalami proses fermentasi merupakan bagian dari kompos (Parnata, 2010). Beberapa kegunaan kompos adalah: (1) Memperbaiki struktur tanah; (2) Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir; (3) Meningkatkan daya tahan dan daya serap air; (4) Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah; (5) Menambah dan mengaktifkan unsur hara (Budiman, 2013). Peluang penggunaan pupuk organik di masa yang akan datang semakin besar. Ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain semakin mahalnya pupuk kimia akibat pencabutan subsidi pupuk kimia oleh pemerintah, semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah, semakin tingginya kesadaran akan bahaya residu pupuk kimia terhadap kesehatan manusia, dan adanya trend pertanian

organik. Pupuk organik boleh dikatakan tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia sehingga aman dipakai (Musnamar, 2003). Penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan penggunaan pupuk kimia, baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Beberapa hasil aplikasi penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk anorganik disajikan dalam Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Hasil Aplikasi Penggunaan Pupuk Organik dipadukan dengan Pupuk Anorganik Komoditas Padi Jagung Lokasi/Jenis Tanah Sukabumi, Ngawi/lahan sawah Lahan kering masam Dosis Pemupukan (ha) Hasil (Ton/Ha) Produksi Peningkatan (Ton/Ha) 5 ton jerami + NPK dosis rekomendasi setempat 6,5 7,0 1,5 5 ton pupuk kandang + NPK dosis rekomendasi setempat Kedelai Jambi/ultisol 5 ton kompos serasah sisa panen + NPK dosis rekomendasi setempat Ubi Kayu Jambi/ultisol 5 ton kompos serasah sisa panen + NPK dosis rekomendasi setempat Sumber: Musnamar, 2003 3,4 1,5 2,3 0,9 28 10 Selain meningkatkan produktivitas tanaman, dengan penggunaan pupuk kompos maka penggunaan pupuk kimia pun akan berkurang. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kresnatita (2004) bahwa penggunaan pupuk organik baik yang berasal dari kompos rami maupun pupuk kandang sapi dapat mengurangi pemakaian pupuk anorganik (urea) sebanyak 50 kg/ha.

2.1.2. Jagung Seperti kita ketahui bersama, tanaman jagung sangatlah bermanfaat bagi kehidupan manusia. Di Indonesia sendiri, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua yang terbilang sangat penting setelah tanaman padi, bahkan sekarang ini masih ada beberapa daerah kecil yang memanfaatkan jagung sebagai makanan pokok mereka sehari-hari (Budiman, 2013). Selama tiga dekade terakhir permintaan jagung untuk pangan maupun untuk bahan baku pakan domestik terus meningkat seiring dengan berkembangnya pabrik pakan dan industri perunggasan. Jumlah pabrik pakan ternak pada tahun 2012 adalah 68 pabrik dengan total kapasitas produksi terpasang 18,15 juta ton dan produksi riil 13,8 juta ton. Berikut adalah data perkembangan konsumsi dan produksi jagung tahun 2008-2012. Tabel 3. Perkembangan Konsumsi dan Produksi Jagung di Indonesia Tahun Konsumsi (ton) Produksi (ton) Defisit (ton) 2008 16.615.000 16.317.000 298.000 2009 17.989.000 17.630.000 359.000 2010 20.066.000 18.328.000 1.738.000 2011 20.505.000 17.230.000 3.275.000 2012 20.392.000 19.377.000 1.015.000 Sumber:Direktorat Pangan dan Pertanian, 2014 Meningkatnya permintaan komoditas jagung untuk industri pakan dan pangan, menuntut kontinuitas ketersediaan dan mutu produk yang memadai. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan produksi yang dapat ditempuh melalui perluasan areal dan peningkatan produktivitas. Namun, pengembangan komoditas jagung di Indonesia masih mengalami beberapa kendala, antara lain sebagai berikut:

a. Masih sedikitnya penggunaan benih hibrida b. Kelangkaan pupuk c. Kelembagaan belum berkembang d. Teknologi pascapanen dan panen belum memadai e. Lahan garapan sempit (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Selain kendala diatas, keadaan di lapangan yang dihadapi petani adalah penggunaan pupuk kimia yang terus menerus akan menurunkan produktivitas lahan yang mengakibatkan menurunnya produksi jagung mereka. Menurut Zubachtirodin (2009) hal ini dapat diatasi dengan perbaikan pengelolaan usahatani yaitu salah satunya dengan pengolahan tanah yang baik, dengan memanfaatkan bahan organik tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Pada upaya peningkatan produksi jagung, pemupukan merupakan hal penting dan harus diperhatikan. Biasanya jenis pupuk yang diberikan pada jagung adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang berupa pupuk kandang diberikan dosis sekitar 15-20 ton/ha. Pupuk anorganik yang digunakan untuk jagung berupa urea, SP-36, dan KCL (Adisarwanto dan Yustina, 2000).

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Biaya Usahatani Menurut Hadisapoetro dalam Suratiyah (2006), biaya usahatani yaitu semua korbanan yang dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan kotor kecuali upah tenaga keluarga, bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha sendiri. Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) (Rahim dan Diah, 2008). 2.2.1.1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap ini umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap antara lain : sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi (Soekartawi, 2002). Berbagai alat-alat yang biasa digunakan dalam usahatani dapat merupakan modal tetap. Alat-alat tersebut adalah traktor, bajak, cangkul, sabit, dan lain-lain. Untuk alat-alat tersebut hanya diperhitungkan penyusutannya. Modal berdasarkan fungsinya dibagi dalam modal tidak tetap dan modal tetap. Modal tidak tetap hanya dipakai dalam satu kali proses produksi maka keseluruhan nilai modal tidak tetap dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan. Sementara modal tetap perlu diperhitungkan dahulu karena tidak semua nilai modal tetap dibebankan pada proses produksi. Penggunaan modal tetap pada umumnya menyangkut lima konsekuensi biaya, yaitu biaya bunga, modal, penyusutan, asuransi, pemeliharaan, dan komplementer (Suratiyah, 2006).

Untuk memperhitungkan penyusutan pada dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut dapat memberikan manfaat. Untuk menghitung biaya penyusutan digunakan metode garis lurus (Straight Line Method) yaitu sebagai berikut: Penyusutan per tahun = (Suratiyah, 2006). Harga Pembelian Nilai Residu Umur Ekonomis 2.2.1.2. Biaya Variabel (Variable Cost) Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan. (Soekartawi, 2002). Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga, khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Tenaga kerja usahatani dapat dibedakan menjadi 2 yaitu, tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga luar antara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan, dan umur tenaga kerja (Suratiyah, 2006).

2.2.2. Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2002). Menurut Hadisapoetro dalam Suratiyah (2006), pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: a. Pendapatan bersih adalah selisih dari pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan (Rp). b. Pendapatan petani adalah pendapatan kotor dikurangi biaya alat-alat luar dan bunga modal luar (Rp). c. Pendapatan tenaga keluarga adalah selisih dari pendapatan petani dikurangi dengan bunga modal sendiri (Rp/jam kerja orang). Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut: 1) Faktor internal dan faktor eksternal 2) Faktor manajemen Faktor internal terdiri dari umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal. Faktor eksternal dari segi faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal, yaitu ketersedian dan harga. Faktor ketersedian dan harga sarana produksi benar-benar tidak dapat dikuasai oleh petani sebagai individu berapapun dana tersedia. Namun, jika faktor produksi berupa pupuk tidak tersedia atau langka di pasaran maka petani akan mengurangi penggunaan faktor produksi. Demikian pula jika

harga pupuk sangat tinggi bahkan tidak terjangkau. Semuanya itu pasti berpengaruh pada biaya, produktivitas, dan pendapatan dari usahatani (Suratiyah, 2006). 2.3. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) dengan judul Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Penggunaan Pupuk Organik di Desa Surabayan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pendapatan petani jagung pengguna pupuk organik lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan pupuk organik dan perbedaan tersebut nyata pada α = 0.01, hal itu dikarenakan biaya usahatani yang dikeluarkan pengguna pupuk organik jauh lebih rendah. Perbedaan biaya usahatani tersebut sebanyak Rp 1.949.066 atau 42,32%. Secara statistik perbedaan tersebut nyata pada α = 0.00. Perbedaan biaya usahatani tersebut disebabkan oleh: a. Penyusutan alat pertanian: Nilai penyusutan alat pertanian petani jagung pengguna pupuk non organik lebih besar 33,27% dibanding dengan nilai penyusutan alat pertanian petani jagung pengguna pupuk organik. b. Biaya benih: Biaya benih yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih besar 39,64% dibanding biaya benih yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk organik. c. Biaya tenaga kerja: Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih besar 16,04% dibanding biaya tenaga kerja petani pengguna pupuk organik.

d. Biaya pupuk: Biaya pupuk yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih besar 67,29% dari biaya pupuk yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk organik. e. Irigasi: Biaya irigasi yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih tinggi 87,98% dari petani jagung pengguna pupuk organik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purtikoningrum (2009) dengan judul Penggunaan Pupuk Organik Bokashi Ditinjau dari Peningkatan Pendapatan Petani Pada Usahatani Padi Varietas IR 64 di Kabupaten Karanganyar. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa: a. Produktivitas padi varietas IR 64 yang menggunakan pupuk organik Bokashi sebesar 6.154,08 Kg/Ha/MT, sedangkan produktivitas padi varietas IR 64 yang tanpa menggunakan pupuk organik Bokashi sebesar 6.370,84 Kg/Ha/MT. Menurut hasil uji statistika produktivitas padi varietas IR 64 yang menggunakan pupuk organik Bokashi tidak berbeda nyata dengan produktivitas padi varietas IR 64 yang tanpa menggunakan pupuk organik Bokashi, atau dengan kata lain produktivitas padi dari kedua usahatani tersebut sama. b. Pendapatan usahatani padi varietas IR 64 yang menggunakan pupuk organik Bokashi adalah sebesar Rp 7.571.953,02/Ha dan pendapatan usahatani padi varietas IR 64 yang tanpa menggunakan pupuk organik Bokashi yaitu sebesar Rp 6.705.328,06/Ha. Menurut hasil uji statistika pendapatan usahatani padi varietas IR 64 yang menggunakan pupuk organik Bokashi berbeda nyata dengan pendapatan usahatani padi varietas IR 64 yang tanpa menggunakan pupuk organik Bokashi.

2.4. Kerangka Pemikiran Jagung memiliki banyak manfaat dan kegunaan, selain untuk bahan pangan manusia, jagung juga menjadi bahan baku utama untuk pakan ayam. Kendala yang di hadapi petani dalam usahatani jagung di Indonesia salah satu diantaranya yaitu masalah pupuk. Pupuk menjadi satu hal yang sangat vital bagi tanaman, kekurangan pupuk dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Namun keberadaan pupuk kimia bersubsidi yang dibutuhkan petani menjadi hal yang sangat sulit didapatkan. Distribusi yang kurang merata dan mahalnya harga pupuk kimia non subsidi menyebabkan petani jagung mencari alternatif lain yaitu dengan menggunakan pupuk kompos. Selain itu, alasan lain petani menggunakan pupuk kompos adalah pengerasan yang terjadi pada lahan jagung mereka yang disebabkan penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus selama ini. Pupuk kompos dapat memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara. Dengan penggunaan pupuk kompos maka biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan dengan penggunaan pupuk kompos maka petani mengurangi penggunaan pupuk kimia yang biasa mereka gunakan. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Petani Jagung Petani Jagung Penggunaan Pupuk Penggunaan Pupuk Pupuk Kimia Pupuk Kimia + Kompos Produksi Produksi Biaya Analisis Uji Beda Biaya Dua Rata-Rata Pendapatan Pendapatan Keterangan: : Alur berpikir : Alur analisis : Alat analisis Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 2.5. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian penelitian terdahulu dan landasan teori diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Produksi yang diperoleh pada usahatani jagung yang menggunakan pupuk kompos lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan pupuk kimia. 2. Biaya yang dikeluarkan pada usahatani jagung yang menggunakan pupuk kompos lebih rendah dibandingkan dengan yang menggunakan pupuk kimia. 3. Pendapatan petani jagung yang menggunakan pupuk kompos lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani yang menggunakan pupuk kimia.