RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XIII/2015 Pengaturan Terkait Tenaga Medis (Dokter dan Dokter Gigi)

dokumen-dokumen yang mirip
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS MK PUTUSKAN UJI MATERI UU TENAGA KESEHATAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

HASIL DISKUSI TERKAIT KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 122/PUU-XII/2014 Uji Kompetensi Dokter dan Program Pendidikan Dokter Layanan Primer

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 10/PUU-XV/2017 Organisasi Profesi Kedokteran

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 10/PUU-XV/2017 Sertifikat Kompetensi Profesi Kedokteran

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 14/PUU-XII/2014 Tindak Pidana Dalam Kedokteran

KUASA HUKUM Fathul Hadie Ustman berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 20 Oktober 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 88/PUU-XII/2014 Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 39/PUU-XII/2014 Hak Memilih

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 134/PUU-XII/2014 Status dan Hak Pegawai Negeri Sipil

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 94/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-IX/2011 Tentang Peringatan Kesehatan dalam Promosi Rokok

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 56/PUU-XIII/2015 Kualifikasi Pemohon dalam Pengujian Undang-Undang dan Alasan yang Layak dalam Pemberian Grasi

KUASA HUKUM Dra. Endang Susilowati, S.H., M.H., dan Ibrahim Sumantri, S.H., M.Kn., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 September 2013.

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XIV/2016 Kewajiban Yang Harus Ditaati Oleh Pelaku Usaha Dalam Melaksanakan Kerjasama Atas Suatu Pekerjaan

Kuasa Hukum: Fathul Hadie Utsman sebagai kuasa hukum para Pemohon, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 20 Oktober 2012.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 19/PUU-XIII/2015 Batas Waktu Penyerahan/Pendaftaran Putusan Arbitrase Internasional

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 40/PUU-X/2012

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 4/PUU-XIII/2015 Penerimaan Negara Bukan Pajak (Iuran) Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Pemerintah

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XII/2014 Alasan Pemberatan Pidana Bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 31/PUU-XIV/2016 Pengelolaan Pendidikan Tingkat Menengah Oleh Pemerintah Daerah Provinsi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XIV/2016

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 45/PUU-XIV/2016 Kewenangan Menteri Hukum dan HAM dalam Perselisihan Kepengurusan Partai Politik

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 86/PUU-XII/2014 Pengangkatan Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 75/PUU-XII/2014 Status Hukum Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 dan Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 11/PUU-XIII/2015 Hak dan Kesejahteraan Guru Non-PNS yang diangkat oleh Pemerintah.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 67/PUU-XV/2017

KUASA HUKUM Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Maret 2014.

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 50/PUU-XI/2013 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal)

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 31/PUU-XI/2013 Tentang Pemberhentian Oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 63/PUU-XII/2014 Organisasi Notaris

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 4 / PUU-X / 2012 Tentang Penggunaan Lambang Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 27/PUU-XIV/2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA : 33/PUU-X/2012

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 66/PUU-XII/2014 Frasa Membuat Lambang untuk Perseorangan dan Menyerupai Lambang Negara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 46/PUU-XII/2014 Retribusi Terhadap Menara Telekomunikasi

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 53/PUU-XIV/2016 Persyaratan Menjadi Hakim Agung dan Hakim Konstitusi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas

KUASA HUKUM Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Maret 2014.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 62/PUU-XI/2013 Definisi Keuangan Negara dan Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

OBJEK PERMOHONAN Permohonan Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 5/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang Notaris dan Formasi Jabatan Notaris

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XIII/2015 Kewajiban Pelaku Pembangunan Rumah Susun Dalam Memfasilitasi Terbentuknya PPPSRS

Integrasi Kelembangan KFN Menjadi Bagian KTKI

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014).

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 58/PUU-XIV/2016 Pengampunan Pajak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 47/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 111/PUU-XIII/2015 Kekuasaan Negara terhadap Ketenagalistrikan

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XV/2017 Penetapan Tersangka oleh KPK Tidak Mengurangi Hak-hak Tersangka

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 85/PUU-XIII/2015 Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Kasasi dalam Perkara Tindak Pidana Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 142/PUU-VII/2009 Tentang UU MPR, DPR, DPD & DPRD Syarat menjadi Pimpinan DPRD

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XV/2017 Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Menentukan Persyaratan Sebagai Kuasa Wajib Pajak

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XI/2013 Penyelenggaraan RUPS

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XIII/2015 Izin Pemanfaatan Hutan

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

Transkripsi:

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XIII/2015 Pengaturan Terkait Tenaga Medis (Dokter dan Dokter Gigi) I. PEMOHON 1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) diwakili oleh Dr. Zaenal Abidin, MH., Dr. Daeng Mohammad Faqih, MH., dan Prof. Dr. Haemani Kalim, MPH., Sp.JP ---------------------------------------------------------- Pemohon I; 2. Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB-PDGI) diwakili oleh Drg. Farichah Hanum, M.Kes, Drg. Wiwik Wahyuningsih, MKM, Prof. Dr. Drg. Latief Mooduto, MS., Sp. KG ------------------------------------------ Pemohon II; 3. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) diwakili oleh Prof. Dr., dr. Bambang Supriyatno, Sp.A, DR., Dr. Sukman T. Putra, Sp.A, Prof. Dr. I. Oetama Marsis, Sp.Og ---------------------------------------------------------- Pemohon III; 4. Dr. Mohammad Adib Khumaidi, Sp.OT.,----------------------------- Pemohon IV; 5. Salamuddin, S.E., --------------------------------------------------------- Pemohon V. -------------------------------------------------- selanjutnya disebut para Pemohon. Kuasa Hukum: Muhammad Joni, S.H.,M.H., dkk, berdasarkan kurat Kuasa Khusus tertanggal 15 Juni 2015. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian (UU 36/2014); III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945: Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi ; 2. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar,

memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum ; 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PARA PEMOHON Pemohon I, Pemohon II, dan Pemohon III adalah badan hukum atau badan yang mengampu yang menjaga kompetensi dan independensi profesi medis (dokter dan dokter gigi), sedangkan Pemohon IV dan Pemohon V adalah perorangan warga negara Indonesia yang mempunyai kepentingan atas kompetensi dan independensi profesi medis dalam menjalankan praktik kedokteran yang merasa dirugikan dengan berlakunya Pasal 1 angka 1, angka 6 sepanjang frasa Uji Kompetensi, Pasal 11 ayat (1) huruf a dan huruf m, ayat (2), Pasal 12, 21 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (5), ayat (6) sepanjang kata Uji Kompetensi, Pasal 34 ayat (1), ayat (2) sepanjang frasa Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, Pasal 35 sepanjang frasa Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, Pasal 36 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sepanjang frasa Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39 sepanjang kata Konsil, Pasal 40 ayat (1) Pasal 41, Pasal 42, dan Pasal 43 sepanjang frasa Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, Pasal 90 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dan Pasal 94 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI A. NORMA MATERIIL 1. Pasal 1 angka 1 dan angka 6 UU 36/2014 (1) Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. (6) Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang kesehatan. 2. Pasal 11 ayat (1) huruf a dan huruf m, ayat (2), dan ayat (14) UU 36/2014 (1) Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam : (a) tenaga medis; (m) tenaga kesehatan lain. (2) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis.

(14) Tenaga Kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m ditetapkan oleh Menteri. 3. Pasal 12 UU 36/2014 Dalam memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan serta kebutuhan pelayanan kesehatan, Menteri dapat menetapkan jenis Tenaga Kesehatan lain dalam setiap kelompuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11. 4. Pasal 21 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) UU 36/2014 (1) Mahasiswa bidang kesehatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi harus mengikuti uji kompetensi secara nasional. (2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi. (3) Uji kompetensi sebagaimana dimksud pada ayat (2) ditujukan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja. (4) Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh organisasi profesi dan konsil masing-masing tenaga kesehatan dan ditetapkan oleh Menteri. (5) Mahasiswa pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang lulus uji kompetensi memperoleh sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi. (6) Mahasiswa pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang lulus uji kompetensi memperoleh sertifikat profesi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi. 5. Pasal 34 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (5) UU 36/2014 (1) Untuk meningkatkan mutu praktik tenaga kesehatan serta untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada tenaga kesehatan dan masyarakat dibentuk Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia. (2) Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas konsil masing-masing tenaga kesehatan. (3) Konsil masing-masing Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Praktik Kedokteran. (5) Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri. 6. Pasal 35 UU 36/2014 Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia.

7. Pasal 36 UU 36/2014 (1) Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia mempunyai fungsi sebagai koordinator konsil masing-masing Tenaga Kesehatan. (2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia memiliki tugas: a. Memfasilitasi dukungan pelaksanaan tugas konsil masing-masing Tenaga Kesehatan. b. Melakukan evaluasi tugas konsil masing-masing Tenaga Kesehatan; dan c. Membina dan mengawasi konsil masing-masing Tenaga Kesehatan. (3) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia memiliki wewenang menetapkan perencanaan kegiatan untuk konsil masing-masing Tenaga Kesehatan. 8. Pasal 37 UU 36/2014 (1) Konsil masing-masing tenaga kesehatan mempunyai fungsi pengaturan, penetapan dan pembinaan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik Tenaga Kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. (2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), konsil masing-masing Tenaga Kesehatan memiliki tugas: a. Melakukan Registrasi Tenaga Kesehatan; b. Melakukan pembinaan Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik Tenaga Kesehatan; c. Menyusun Standar Nasional Pendidikan Tenaga Kesehatan; d. Menyusun standar praktik dan standar kompetensi Tenaga Kesehatan; dan e. Menegakkan disiplin praktik Tenaga Kesehatan. 9. Pasal 38 UU 36/2014 Dalam menjalankan tugasnya, konsil masing-masing Tenaga Kesehatan mempunyai wewenang: a. Menyetujui atau menolak permohonan Registrasi Tenaga Kesehatan; b. Menerbitkan atau mencabut STR; c. Menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin profesi Tenaga Kesehatan; d. Menetapkan dan memberikan saksi disiplin profesi Tenaga Kesehatan; dan e. Memberikan pertimbangan pendirian atau penutupan institusi pendidikan Tenaga Kesehatan. 10. Pasal 39 UU 36/2014 Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang, Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia dibantu sekretarian yang dipimpin oleh seorang sekretaris.

11. Pasal 40 UU 36/2014 (1) Keanggotaan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia merupakan pimpinan konsil masiing-masing Tenaga Kesehatan. (2) Keanggotaan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan terdiri atas unsur: a. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan; b. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan; c. Organisasi profesi; d. Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan; e. Asisoasi institusi pendidikan Tenaga Kesehatan; f. Asosiaso fasilitas pelayanan kesehatan; dan g. Tokoh masyarakat. 12. Pasal 41 UU 36/2014 Pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja negara dan sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. 13. Pasal 42 UU 36/2014 Ketentuan mengenai pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia diatur dengan Peraturan Menteri. 14. Pasal 43 UU 36/2014 Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan prganisasi, pengangkatan, pemberhentian, serta keanggotaan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia dan Sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia diatur dengan Peraturan Presiden. 15. Pasal 90 UU 36/2014 (1) Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi menjadi bagian dari Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia setelah Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia terbentuk sesuai dengan ketentuan Undang- Undang ini. (2) Konsil Kedokteran Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran tetap melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya sampai degnan terbentuknya Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia. (3) Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431) tetap melaksanakan fungsi dan tugasnya sampai dengan terbentuknya sekretariatan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.

16. Pasal 94 UU 36/2014 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: a. Pasal 4 ayat (2), Pasal 17, Pasal 20 ayat (4), dan Pasal 21 Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; dan b. Sekretariat Konsil Kedokteran sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431) menjadi sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia setelah terbentuknya Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia. B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 - Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. - Pasal 28D ayat (2) UUD 1945 Setiap Orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. - Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan VI. ALASAN-ALASAN PARA PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945 1. Ketentuan Pasal 11 ayat (1) huruf a dan huruf m, ayat (2), dan ayat (14) UU 36/2014 telah keliru karena menentukan bahwa tenaga medis termasuk dalam tenaga kesehatan tanpa membedakan mana yang merupakan tenaga profesi (dokter dan dokter gigi) dengan tenaga vokasi (misalnya teknisi gigi) hal ini bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dab Pasal 28H ayat (1); 2. Ketentuan diatas merupakan kekeliruan konsepsional dan keliru paradigmatik terhadap keberadaan Tenaga Medis sebagai profesi kedokteran, karena tidak mampu membedakan Tenaga Medis yang berwenang melakukan tindakan mandiri atas tubuh manusia dengan disiplin ilmu kedokteran atau body of knowledge yang paripurna. Dengan demikian, Tenaga Medis memiliki paradigma, kualifikasi, keluhuran budi, dan kewenangan kompetensi berbeda dengan jenis Tenaga Kesehatan

lain. Pembedaan antara dokter dan dokter gigi dengan Tenaga Kesehatan lain bahkan memiliki justifikasi historis. Ketentuan Pasal 34 ayat (3) UU 36/2014, menyatakan bahwa Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 2004 diambil alih menjadi bagian di bawah Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia. Padahal, dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis sebagai Tenaga Medis tidak termasuk Tenaga Kesehatan; 3. Ketentuan Pasal 90 ayat (1) UU 36/2014, kedudukan Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi diambil alih menjadi bagian di bawah Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia; 4. Berdasarkan Pasal 90 ayat (2) UU 36/2014, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tetap melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenanangnya sampai dengan terbentuknya Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia. Hal itu bermakna bahwa Konsil Kedokteran Indonesia bubar setelah terbentuk Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia. 5. Ketentuan Pasal 90 ayat (3) UU 36/2014, Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia tetap melaksanakan fungsi dan tugasnya sampai dengan terbentuknya sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia. Dengan demikian, maka Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia dibubarkan dengan Pasal 90 ayat (3) UU 36/2014; 6. Akibat yang ditimbulkan oleh Pasal 94 UU 36/2014 yang mencabut dan menyatakan tidak berlaku Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 yang berbunyi Konsil Kedokteran Indonesia sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (1) bertanggungjawab kepada Presiden adalah menghilangkan kompetensi Organisasi Profesi dalam penyusunan standar profesi, karena pengesahannya dilakukan pemerintah. Padahal sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004, pengesahan standar profesi medis dilakukan KKI. 7. Menurut para Pemohon, kelemahan yang timbul setelah Konsil Kedokteran Indonesia dibubarkan dan akan dibentuk Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI) adalah: a. anggota KTKI tidak ada kewajiban mengangkat sumpah/janji dengan Undang-undang, sebagaimana halnya anggota KKI [vide Pasal 17 ayat (1), (2) UU Praktik Kedokteran), maka ketentuan sedemikian merupakan penurunan derajat dan memosisikan setara dengan eksekutif biasa yang tunduk dan dikendalikan eksekutif. b. KTKI tidak memiliki fungsi pengawasan, penegakan disiplin dan penindakan Tenaga Kesehatan, sebab mekanisme penegakan disiplin dilakukan konsil masing-masing yang keputusannya tidak bersifat final karena dapat diintervensi pemerintah. Selain itu, UU 36/2014 justru tidak membentuk secara konkrit institusi penegakan disiplin seperti halnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 membentuk MKDKI yang bersifat permanen.

c. KTKI yang tidak independen karena bertanggungjawab melalui Menteri Kesehatan VII. PETITUM Primer: 1. Menyatakan mengabulkan Permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan: (1) ketentuan Pasal 11 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan sepanjang frasa a. Tenaga medis, dan ketentuan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan bertentangan dengan UUD 1945 bertentangan dengan UUD 1945; dan ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Tenaga Kesehatan bertentangan dengan UUD 1945 secara konstitusional bersyarat apabila tidak dimaknai dengan menambah frasa kecuali tenaga medis. (2) ketentuan Pasal 34 ayat (3), Pasal 90 ayat (1), (2), (3), dan Pasal 94 bertentangan dengan UUD 1945. (3) ketentuan Pasal 34 ayat (1), ayat (2), ayat (5), Pasal 35, Pasal 36 ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 40 ayat (1), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43 sepanjang frasa Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia bertentangan dengan UUD 1945 secara konstitusional bersyarat jika tidak dimaknai dan diubah menjadi Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia. (4) ketentuan ketentuan Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40 ayat (2) sepanjang kata konsil bertentangan dengan UUD 1945 secara konstitusional bersyarat jika tidak dimaknai dan diubah menjadi majelis. (5) ketentuan Pasal 11 ayat (1) huruf m, Pasal 11 ayat (14), dan Pasal 12 bertentangan dengan UUD 1945. (6) ketentuan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan sepanjang frasa Uji Kompetensi, Pasal 21 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan sepanjang frasa Uji Kompetensi bertentangan dengan UUD 1945, sepanjang jika tidak dimaknai sebagai ujian kelulusan akhir, dan ketentuan Pasal 21 ayat (6) bertentangan dengan UUD 1945. 3. Menyatakan: (1) ketentuan Pasal 11 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan sepanjang frasa a. Tenaga medis, dan ketentuan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014

tentang Tenaga Kesehatan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; dan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara konstitusional bersyarat apabila tidak dimaknai dengan menambah frasa kecuali tenaga medis, sehingga ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan selengkapnya berbunyi Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahun dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan kecuali tenaga medis. (2) ketentuan Pasal 34 ayat (3), Pasal 90 ayat (1), (2), (3), dan Pasal 94 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. (3) ketentuan Pasal 34 ayat (1), ayat (2), ayat (5), Pasal 35, Pasal 36 ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 40 ayat (1), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, sepanjang frasa Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara konstitusional bersyarat jika tidak dimaknai dan diubah menjadi Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia. (4) ketentuan ketentuan Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40 ayat (2) sepanjang kata konsil tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara konstitusional bersyarat jika tidak dimaknai dan diubah menjadi majelis. (5) ketentuan Pasal 11 ayat (1) huruf m, Pasal 11 ayat (14), dan Pasal 12 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. (6) ketentuan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan sepanjang frasa Uji Kompetensi, Pasal 21 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan sepanjang frasa Uji Kompetensi tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara konstitusional bersyarat sepanjang jika tidak dimaknai sebagai ujian kelulusan akhir, dan ketentuan Pasal 21 ayat (6) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. 4. Memerintahkan mengumumkan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Permohonan Uji Materil Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan aquo dalam Berita Negara. Subsidair: Mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).