Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan Metode Hierarchical Clustering

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia,

Tabel 3.1. Anggaran, Realisasi, dan Pelaksanaan Urusan Wajib

MODUL 6 ANALISIS CLUSTER

Cluster Analysis. Hery Tri Sutanto. Jurusan Matematika MIPA UNESA. Abstrak

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata dengan jumlah penduduk

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2011

Analisis Cluster Studi Kasus: Kabupaten Jepara Jawa Tengah

Tabel 3.1. Anggaran, Realisasi, dan Pelaksanaan Urusan Wajib

Analisis cluster pengorganisasian kumpulan pola ke dalam cluster (kelompok-kelompok) berdasar atas kesamaannya. Pola-pola dalam suatu cluster akan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Text mining

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

ANALISIS KLASTERING LIRIK LAGU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, konsep data mining semakin dikenal sebagai tools penting dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

BAB II LANDASAN TEORI

Tipe Clustering. Partitional Clustering. Hirerarchical Clustering

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi yang baik dipengaruhi oleh kualitas. mahasiswa di dalamnya. Mahasiswa merupakan objek

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. Alasan memilih Ciputra Taman Dayu Pandaan dikarenakan Ciputra Taman Dayu

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

JUMLAH PENERIMAAN VOLUME BULAN x GAJI POKOK (Rp) JML JAM GOL NO SK TUNJANGAN NAMA NOMOR PESERTA % PJK. PPH 21 (Rp)

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

HIERARCHIAL CLUSTERING ANALYSIS DALAM PEMERATAAN PEMBANGUNAN INDONESIA

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA LEPAS SAMBUT KEPALA LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A YOGYAKARTA TANGGAL : 3 JUNI 2016

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

h. Kecamatan Prambanan

ANALISIS KARAKTERISTIK POLA BELANJA KELUARGA DENGAN ANALISIS KLASTER

Lampiran 1. Hasil Karakterisasi tiap OTU's

METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS. Oleh : Nengah Widya Utami

commit to user METODE PENELITIAN

KOMBINASI ALGORITMA AGGLOMERATIVE CLUSTERING DAN K-MEANS UNTUK SEGMENTASI PENGUNJUNG WEBSITE

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS PADA KUALITAS GIZI BAYI DI INDONESIA

BAB III ANALISIS III.1 Analisis Konseptual Teknik Pengolahan Data

PENINGKATAN KINERJA ALGORITMA K-MEANS DENGAN FUNGSI KERNEL POLYNOMIAL UNTUK KLASTERISASI OBJEK DATA

BAB II LANDASAN TEORI. Teori teori yang digunakan sebagai landasan dalam desain dan. implementasi dari sistem ini adalah sebagai berikut :

PENERAPAN DATA MINING PADA PENJUALAN HARDISK UNTUK OPTIMALISASI DISTRIBUSI MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran I.34 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Adanya perubahan Undang-Undang Otonomi daerah dari UU

PENERAPAN DATA MINING PADA PENJUALAN HARDISK UNTUK OPTIMALISASI DISTRIBUSI MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING

PENGELOMPOKAN NASABAH BANK MENGGUNAKAN ALGORITMA K- MEANS UNTUK MEMBERIKAN PENAWARAN YANG TEPAT

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN METODE PENGKLASTERAN UNTUK MENENTUKAN BIDANG TUGAS AKHIR MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA PENS BERDASARKAN NILAI

dengan Algoritma K Means

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS PADA SISWA BARU SEKOLAHMENENGAH KEJURUAN UNTUK CLUSTERING JURUSAN

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

Kata kunci: Cluster, Knowledge Discovery in Database, Algoritma K-Means,

Analisis Klaster Hierarki Untuk Pengelompokkan Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Berdsarkan Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Vol. 1 No. 2 Desember 2015, Samarinda, Indonesia ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia bisnis kini berkembang sangat pesat di jaman yang maju dan

Data Mining. Pengenalan Sistem & Teknik, Serta Contoh Aplikasi. Avinanta Tarigan. 22 Nov Avinanta Tarigan Data Mining

DAMPAK ABU VULKANIK ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SLEMAN. Yusuf Amri

BAB III METODE PENELITIAN. 2003). Berdasarkan waktu pelaksanaannya, desain studi yang digunakan

BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Proses mengelompokkan suatu set objek ke dalam kelompok-kelompok objek yang sejenis. Bentuk yang paling umum digunakan adalah unsupervised learning

Perbandingan K-Means dan K-Medoids Clustering terhadap Kelayakan Puskesmas di DIY Tahun 2015

Pertemuan 14 HIERARCHICAL CLUSTERING METHODS

HIERARCHICAL CLUSTER ANALYSIS TERHADAP PELANGGAN PASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah 1.4 Tujuan Penelitian

BAB III TINJAUAN KAWASAN

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE MINIMAX LINKAGE

Analisis Perbandingan Algoritma Fuzzy C-Means dan K-Means

Kata Kunci : Guru Bidang Studi, Kebutuhan, Ketercukupan, Distribusi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Data Mahasiswa Menggunakan Metode K-Means Untuk Menunjang Pemilihan Strategi Pemasaran

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

BAB III K-MEDIANS CLUSTERING

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER

PENGELOMPOKAN PROGRAM PNPM MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTERING DAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR TUGAS AKHIR

TAKARIR. : Mengelompokkan suatu objek yang memiliki kesamaan. : Kelompok atau kelas

KLASTERISASI KOMPETENSI GURU MENGGUNAKAN HASIL PENILAIAN PORTOFOLIO SERTIFIKASI GURU DENGAN METODE DATA MINING

BAB I PENDAHULUAN. Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada

PENGELOMPOKAN DAMPAK GEMPA BUMI DARI SEGI KERUSAKAN FASILITAS PADA PROVINSI YANG BERPOTENSI GEMPA DI INDONESIA MENGGUNAKAN K-MEANS-CLUSTERING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan

Clustering. Virginia Postrel

Analisis Perilaku Pengguna E-Learning BESMART Melalui Teknik Clustering dengan Algoritma K-Means

CLUSTERING PENCAPAIAN KARAKTER SISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS

BAB III PEMETAAN KUALITAS PENDIDIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 7). Analisis ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis dependensi dan

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan Metode Hierarchical Clustering Viga Apriliana Sari, Nur Insani Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY apriliaviga@gmail.com T - 21 Abstrak Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan daerah kecamatan di suatu kabupaten berdasarkan data APBDnya. Teknik yang digunakan adalah menggunakan metode Hierarchical Clustering. Dalam meringkas data ini, metode analisis kluster dapat dilakukan dengan jalan mengelompokkan obyek-obyek berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu diantara obyek-obyek yang hendak diteliti. Kata kunci: APBD, Hierarchical Clustering I. PENDAHULUAN Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) merupakan lembaga pemerintah yang bergerak pada bidang perencanaan pembangunan di suatu daerah [1]. Salah satu hal yang dibahas oleh BAPPEDA adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan daerah kecamatan di suatu kabupaten berdasarkan data APBDnya. Penelitian ini menggunakan teknik data mining untuk mengelompokkan data-data APBD sesuai dengan kesamaan karakteristik diantara obyek-obyek tersebut. Adapun metode pengelompokkan yang digunakan dalam data mining ini yaitu metode kluster (clustering). Metode kluster merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan obyek-obyek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Metode kluster mengklasifikasi obyek sehingga setiap obyek yang paling dekat kesamaannya dengan obyek lain berada dalam kluster yang sama. Pengelompokkan (clustering) data dalam penelitian ini menggunakan metode Hierarchical Clustering, suatu metode clustering yang mengelompokkan data dengan urutan partisi berkala. II. KAJIAN PUSTAKA Pengelompokkan (Clustering) Menurut Kuncoro (dalam Purwaningsih, 2007) analisis cluster adalah tekhnik yang digunakan untuk mengidentifikasi obyek atau individu yang serupa dengan memperhatikan beberapa kriteria. Sedangkan menurut Supranto ( dalam Purwaningsih) analisis cluster adalah analisis untuk mengelompokkan elemen yang mirip sebagai obyek penelitian menjadi kelompok (cluster) yang berbeda dan mutually exclusif. Pengelompokkan (clustering) adalah suatu teknik pada data mining untuk mengelompokkan data obyek-obyek data (pola, entitas, kejadian, unit, hasil observasi) ke dalam sejumlah kluster tertentu, tanpa berdasarkan kelas data tertentu [2]. Dengan kata lain clustering melakukan pemecahan atau segmentasi data ke dalam sejumlah kelompok (cluster) menurut karakteristik tertentu. Teknik ini termasuk dalam metode pembelajaran tidak terbimbing (unsupervised learning). Dalam hal ini, clustering dapat dipakai untuk memberikan label pada kelas data yang belum diketahui itu. Prinsip dari clustering adalah memaksimalkan kesamaan antar anggota satu kelas dan meminimumkan kesamaan antar cluster [3]. Clustering dapat dilakukan pada data yang memiliki beberapa atribut yang dipetakan sebagai ruang multidimensi. Ilustrasi dari clustering dapat dilihat di Gambar 1 dimana lokasi, dinyatakan dengan bidang dua dimensi, dari pelanggan suatu toko dapat dikelompokkan menjadi beberapa cluster dengan pusat cluster ditunjukkan oleh tanda positif (+). MT 145

ISBN. 978-602-73403-1-2 Beberapa algoritma pada teknik clustering memerlukan fungsi perhitungan jarak untuk mengukur kemiripan antar data, diperlukan juga metode untuk normalisasi beberapa atribut yang dimiliki data [3]. GAMBAR 1. CONTOH CLUSTERING Clustering dapat dibedakan menurut struktur kelompok, keanggotaan data dan kekompakan data dalam kelompok. Menurut struktur kelompok, clustering dibagi menjadi dua yaitu hierarchical dan partitional clustering. Hierarchical clustering adalah metode clustering yang menghasilkan suatu tingkatan berurutan kluster dengan cara penggabungan atau pemisahan secara berkala atau iteratif, sedangkan partitional clustering mengelompokkan data ke dalam kluster tanpa struktur hirarki [2]. Metode Hierarchical Clustering Pada algoritma clustering, data akan dikelompokkan menjadi cluster-cluster berdasarkan kemiripan satu data dengan yang lain. Prinsip dari clustering adalah memaksimalkan kesamaan antar anggota satu cluster dan meminimumkan kesamaan antar anggota cluster yang berbeda Kategori algoritma clustering yang banyak dikenal adalah Hierarchical Clustering. Hierarchical Clustering adalah salah satu algoritma clustering yang dapat digunakan untuk meng-cluster dokumen (document clustering). Dari teknik hierarchical clustering, dapat dihasilkan suatu kumpulan partisi yang berurutan, dimana dalam kumpulan tersebut terdapat: a. Cluster cluster yang mempunyai poin poin individu. Cluster cluster ini berada di level yang paling bawah. b. Sebuah cluster yang didalamnya terdapat poin poin yang dipunyai semua cluster didalamnya. Single cluster ini berada di level yang paling atas. Hasil keseluruhan dari algoritma hierarchical clustering secara grafik dapat digambarkan sebagai tree, yang disebut dengan dendogram. Tree ini secara grafik menggambarkan proses penggabungan dari cluster cluster yang ada, sehingga menghasilkan cluster dengan level yang lebih tinggi. Hierarchical clustering sendiri terdiri dari complete linkage clustering, single linkage clustering, average linkage clustering dan centroid linkage clustering. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data Anggaran Pendapatan Daerah (APBD). APBD pada umumnya terdiri dari beberapa urusan yang digolongkan sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut. Penelitian ini menggunakan 5 urusan terpenting yang diukur dari besarnya dana yang dianggarkan, yaitu urusan kependidikan, urusan perencanaan pembangunan, urusan kependudukan dan catatan sipil, dan urusan statistik. Berikut beberapa contoh data APBD dalam untuk 5 (lima) urusan pada beberapa kecamatan. Nama kecamatan disimbolkan dengan huruf besar dan satuan dana diberikan dalam ribuan rupiah serta disajikan pada tabel 1 berikut. TABEL 1. CONTOH DATA TRAINING UNTUK BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN SLEMAN Kecamatan Pendidikan Perencanaann Pembangunan Kependudukan & Catatan Sipil Pemberdayaan Masyarakat Desa Statistik A 7.000 35.085 88.548 207.091 14.750 B 9.817 57.280 104.897 361.725 12.659 C 5.850 37.000 80.800 276.780 9.700 D 10.000 30.998 88.500 236.091 9.795 MT 146

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 E 7.846 26.105 95.198 204.487 16.060 O 9.700 34.300 84.400 251.835 19.100 P 10.375 27.942 84.472 170.429 18.925 Q 15.670 87.047 91.965 258.570 12.315 A. Tahap Normalisasi Sebelum dilakukan clustering, data harus melalui tahap pre-processing yang penting yaitu tahap normalisasi. Langkah ini penting jika data yang digunakan mempunyai paramater unit dan skala yang berbeda-beda. Dengan normalisasi, diharapkan data yang akan diolah mempunyai data yang tidak jauh berbeda dan tidak ada anomali data. Dalam penelitian ini, data diubah ke angka numerik dalam [0,1]. Dalam hal ini, peneliti menggunakan software SPSS untuk perhitungannya, dan hasilnya disajikan pada tabel 2 berikut ini. TABEL 2. CONTOH DATA TRAINING APBD UNTUK KECAMATAN DI X YANG SUDAH TERNORMALISASI Kecamatan Pendidikan Perencanaann Pembangunan Kependudukan & Catatan Sipil Pemberdayaan Masyarakat Desa Statistik A 0,67 0,46 0,74 0,41 0,01 B 0,35 0,38 0,26 1,27 0,42 C 1,08 0,39 1,21 0,35 1,01 D 0,41 0,62 0,74 0,09 0,99 E 0,36 0,8 0,33 0,43 0,25 O 0,3 0,49 0,99 0,08 0,86 P 0,55 0,73 0,99 0,8 0,82 Q 2,45 1,5 0,53 0,15 0,49 B. Analisis Kluster Adapun analisis kluster disajikan dalam langkah-langkah sebagi berikut. 1. Uji korelasi Untuk menguji adanya multikolinieritas yang diakibatkan adanya beberapa variabel predictor yang saling berhubungan maka digunakan Uji Korelasi. Perhitungan uji korelasi ini menggunakan bantuan perangkat lunak bantu SPSS, dan diperoleh hasil sebagai berikut. Pendidikan PP KCS PMD TABEL 3. NILAI KORELASI Pendidikan PP KCS PMD Statistik 1,796 * -,006 -,310 -,049 Sig. (2-tailed),018,989,455,909,796 * 1 -,289 -,330 -,135 Sig. (2-tailed),018,488,424,749 -,006 -,289 1 -,392,655 Sig. (2-tailed),989,488,337,078 -,310 -,330 -,392 1 -,270 Sig. (2-tailed),455,424,337,517 -,049 -,135,655 -,270 1 Statistik Sig. (2-tailed),909,749,078,517 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Ada beberapa variabel prediktor yang saling berhubungan. Sehingga, memungkinkan adanya multikolinieritas. Oleh karena itu, agar tidak terjadi multikolinieritas dilakukan analisis komponen utama terlebih dahulu. MT 147

ISBN. 978-602-73403-1-2 2. Menghilangkan multikolinieritas dengan analisis komponen utamaya Untuk menghilangkan multikolinieritas dari data yang diperoleh maka dilakukan dengan analisis komponen utama dengan menggunakan software Minitab, dengan menggunakan perintah multivariate principal component. Adapun hasilnya sebagai berikut: TABEL 4 PRINCIPAL COMPONENT. 3. Mencari banyaknya kluster Penentuan banyaknya kluster yang optimal berdasarkan nilai/skor Principal components analysis storage yang terbentuk dari software Minitab. Dengan memanfaatkan bantuan dari software SPPS melalui menu perintah Hierarchical Kluster Analysis diperoleh dan disajikan pada tabel 5. Dari hasil tabel 5, menunjukkan bahwa semua data telah diproses tanpa ada data yang hilang. TABEL 5. CASE PROCESSING SUMMARY Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent 17 100.0 0.0 17 100.0 a. Average Linkage (Between Groups) TABEL 6.... [NAMA KECAMATAN PAKAI SIMBOL SAJA DAN TDK PERLU SEMUA DITAMPILKAN] Tabel 4.5 Proximity Matrix Tabel 6 menunjukkan matrik jarak antara data satu data (dalam hal ini kecamatan) dengan data yang lain. Semakin kecil jarak Euclidean, maka semakin mirip kedua data tersebut sehingga akan membentuk kelompok (kluster). Tabel 7 merupakan hasil dari Agglomeration Schedule. TABEL 7. AGGLOMERATION SCHEDULE Stage Kluster Combined Stage Kluster First Coefficients Appears Kluster 1 Kluster 2 Kluster 1 Kluster 2 Next Stage 1 4 16.685 0 0 2 2 4 15.913 1 0 4 3 2 6 1.099 0 0 6 4 4 9 1.237 2 0 7 5 1 5 1.307 0 0 11 6 2 11 1.405 3 0 11 7 3 4 1.492 0 4 10 MT 148

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 8 10 12 1.583 0 0 10 9 8 17 1.632 0 0 14 10 3 10 1.779 7 8 12 11 1 2 1.976 5 6 13 12 3 13 2.020 10 0 13 13 1 3 2.501 11 12 14 14 1 8 3.169 13 9 15 15 1 7 4.172 14 0 16 16 1 14 5.231 15 0 0 Dari tabel 7 pada kolom coefficients, banyak kluster dihasilkan dari pengurangan banyak data dengan stage yang lebih kecil dibandingkan stage lainnya dengan selisih koefisien terbesar diantara keduanya, dimana selisih koefisien terbesar diperoleh dari pengurangan 5,231 dengan 4,172 atau pengurangan stage 16 dengan stage 15. Jadi, banyak kluster diperoleh dari pengurangan 17 dengan 15 yaitu 2. GAMBAR 2. DENDROGRAM USING AVERAGE LINKAGE (BETWEEN GROUPS) 4. Keanggotaan claster Dari hasil diatas telah diketahui banyaknya kluster yang optimal yaitu 2. Langkah selanjutnya adalah menentukan keanggotan setiap kluster yang terbentuk berdasar kesamaan 5 unsur/karakteristik yang telah diolah sebelumnya. Dengan memggunakan SPSS diperoleh hasil berikut. TABEL 8. KEANGGOTAAN KLUSTER MT 149

ISBN. 978-602-73403-1-2 Dari hasil perhitungan diatas, seluruh kecamatan pada Kabupaten X di DIY terbagi menjadi 2 kelompok dengan jumlah anggota yang berbeda dimana anggota dimasing-masing kelompok mempunyai karakteristik yang mirip. Untuk kelompok pertama, terdiri dari Kecamatan Moyudan, Minggir, Seyegan, Godean, Gamping, Mlati, Depok, Berbah, Prambanan, Kalasan, Ngemplak, Ngaglik, Sleman, Turi, Pakem, Cangkringan, sedangkan untuk kelompok kedua hanya meliputi Kecamatan Tempel. Hasil dari penelitian ini selanjutnya dapat diberikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman yang dapat digunakan sebagai masukan untuk merancang dan mengelola dana ABPD kedepannya yang mana dapat disesuaikan dengan karakteristk masing-masing kelompok/kluster. A. KESIMPULAN IV. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasi pembahasan diatas maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Banyak kluster yang dapat dibentuk dari data APBD Kabupaten Sleman pada tahun 2015 dengan menggunakan lima variabel adalah dua. 2. Bentuk keanggotaan kluster yang terbentuk dari data APBD Kabupaten Sleman pada tahun 2015 dengan menggunakan lima variabel sebagai berikut: kelompok pertama meliputi Kecamatan Moyudan, Minggir, Seyegan, Godean, Gamping, Mlati, Depok, Berbah, Prambanan, Kalasan, Ngemplak, Ngaglik, Sleman, Turi, Pakem, Cangkringan dan untuk kelompok kedua meliputi Kecamatan Tempel. B. SARAN Pada pembahasan materi ini, peneliti menggunakan metode Hierarchical clsutering. Penelitian selanjutnya dapat dicoba dengan menggunakan metode lain seperti k-means clustering, c-means clustering atau Self Organzing Map serta membandingkan hasilnya dengan metode Hierarchical clustering, sehingga dapat diketahui metode mana yang paling baik dan tepat. Kemudian jumlah karakterstik dapat ditambah dan potensi serta keadaan daerah dapat dipertimbangkan pula sebagai karakteristik yang dapat diukur seperti jumlah penduduk. DAFTAR PUSTAKA [1] BAPPEDA Kabupaten Sleman. (2015). Diambil kembali dari http://bappeda.slemankab.go.id/ [2] Donald, R.X., Wunsch, C., (2009). Clustering, John Wiley & Sons, INC [3] Nur Insani. (2016). Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan: Self Organizing Feature Maps untuk Managemen Bencana. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 (SENDIKA). Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo [4] Kusnawi. (2007). Pengantar Solusi Data Mining. Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT). Yogyakarta: STMIK AMIKOM Yogyakarta. [5] Peraturan Bupati Sleman Nomor 6.1 Tahun 2014. [6] Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman. [7] SIMRENDA (Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Daerah) Bappeda Kab. Sleman. (2015). Diambil kembali dari Simrenda.slemankab.go.id. [8] www.scribd.com/doc/51082541/analisis-kluster. [9] https://id.scribd.com/doc/97174198/penerapan-analisis-kluster-dengan-software. [10] Peraturan Bupati Sleman Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016. [11] Peraturan Bupati Sleman Nomor 24.4 Tahun 2014 Tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. MT 150