BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PROTOKOL DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) DAN GEOGRAPHIC ROUTING PROTOCOL (GRP) PADA MOBILE AD HOC NETWORK (MANET)

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam

BAB III METODOLOGI. beragam menyebabkan network administrator perlu melakukan perancangan. suatu jaringan dapat membantu meningkatkan hal tersebut.

BAB 4. Evaluasi Performansi

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC

BAB 4 IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EVALUASI

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha

Bab 3 Parameter Simulasi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN TESTING. Sistem yang kami pakai untuk membangun simulasi ini adalah: Operating System : Windows 7 Ultimate Edition

BAB IV IMPLEMENTASI DAN SIMULATION PADA WIMAX MENGGUNAKAN OPNET MODELER 14.5

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2)

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network

ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

Analisis Kinerja EIGRP dan OSPF pada Topologi Ring dan Mesh

Analisis Kinerja Routing Protocol AODV OLSR dan TORA Terhadap Stabilitas Jaringan Pada Mobile Ad hoc Network (MANET) Berbasis IPv6

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

PERBANDINGAN KINERJA PROTOKOL AODV DENGAN OLSR PADA MANET

ANALISA KINERJA MANET (Mobile Ad Hoc Network) PADA LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN RESOLUSI YANG BERBEDA

Analisis Perbandingan Performasi Protokol Routing AODV Dan DSR Pada Mobile Ad-Hoc Network (MANET)

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA ZONE ROUTING PROTOCOL PADA MOBILE AD-HOC NETWORK

BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB 4. ANALISA. 4.1 Analisa Pengujian Pemilihan Jalur Pengiriman Data

Gambar 4.27 Perbandingan throughput rata-rata IIX ke Gateway 2

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES

OPTIMASI OLSR ROUTING PROTOCOL PADA JARINGAN WIRELESS MESH DENGAN ADAPTIVE REFRESHING TIME INTERVAL DAN ENHANCE MULTI POINT RELAY SELECTING ALGORITHM

ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

Analisa Pengaruh Model Jaringan Terhadap Optimasi Dynamic Routing. Border Gateway Protocol

MODUL 7 ANALISA QoS pada MPLS

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll.

Simulasi dan Analisis QoS Video Conference Melalui Jaringan Interworking IMS UMTS Menggunakan Opnet

AS IR O R U O TI U N TI G P AD

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN DAN ANALISIS KINERJA ANTRIAN M/M/1/N PADA WIRELESS LAN MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... vi. ABSTRACT... ix. INTISARI... x. DAFTAR ISI... xi. DAFTAR GAMBAR...

Perancangan dan Analisis Perbandingan Implementasi OSPF pada Jaringan IPv4 dan IPv6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan

Analisis Kinerja Reactive Routing Protocol dalam Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Menggunakan NS-2 (Network Simulator)

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA

PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) DENGAN SUMBER TRAFIK CBR, PARETO DAN EXPONENTIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5. QoS (Quality of Service)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV

IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2)

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA

Analisis Kinerja Jaringan VANET dengan Model Propagasi Free Space dan Two Ray Ground Pada Routing AODV TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI DAN TESTING

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV

Optimasi Cross Layer Untuk Protokol Dynamic Source Routing Pada Komunikasi Antar Kendaraan Berbasis Vehicular Ad-Hoc Networks (VANETs)

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN METROPOLITAN AREA NETWORK DENGAN INTERNET PROTOCOL VERSI 4 DAN VERSI 6

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tulang punggung jaringan berbasis TCP/IP harus mampu mengikuti

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

Perancangan dan Analisis Kinerja EIGRP pada Jaringan IPv6

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. konfigurasi tersebut dilakukan pada Network manager. 3. Maka akan muncul tampilan sebagai berikut

Analisis Kinerja Protokol Routing OSPF dan EIGRP Untuk Aplikasi VoIP Pada Topologi Jaringan Mesh

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP

Studi Perbandingan antara Dynamic Routing dan Greedy Routing Pada Pengiriman Data Jaringan Sensor Nirkabel

EVALUASI KINERJA TCP NEW RENO DALAM WIRELESS MESH NETWORK PERFORMANCE EVALUATION OF TCP NEW RENO IN WIRELESS MESH NETWORK

Metode Penyimpanan Data Secara Kolaboratif Dalam Jaringan Sensor

Simulasi Dan Analisis Transmisi Video Streaming Pada Jaringan Wifi Dengan Menggunakan Opnet Modeler 14.5

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI 5.1 Implementasi Simulasi Kinerja jaringan Adhoc sebagian besar dipengaruhi oleh letak geografis wilayah, banyaknya faktor yang mempengaruhi membuat pengiriman data terhambat sehingga diperlukan routing protocol yang tepat pada proses pengiriman data pada adhoc network. Selain itu, jumlah node, jenis koneksi dan besarnya paket yang dikirim pada jaringan adhoc network juga mempengaruhi kinerja dari routing protocol pada saat pengiriman data antar node. Pada tahap implementasi ini, akan disimulasikan pada jaringan adhoc dengan menggunakan routing protocol DSR dan OLSR. Hal ini memerlukan pengaturan dari segi parameter jaringan seperti yang dijelaskan pada tabel 5.1. dan gambar 5.2. Table 5.1 Parameter Simulasi Parameter Nilai Tipe Kanal Wireless Channel Tipe Network Interface Wireless Protocol Routing DSR dan OLSR Number of Nodes 30, 50 Simulation Time 600 sec Luas Area 850*850 m² Traffic source TCP/FTP Packet Size 512 byte, 1024 byte Simulator OPNET MODELER 14.5 V-I

Gambar 5.1 Profile Configuration Gambar 5.2 Application Definition V-2

Pada Gambar 5.1 adalah menerangkan bahwa dalam simulasi pengiriman packet size dengan menggunakan konfigurasi Ftp dalam pengiriman packet size secara keseluruhan, sedangkan pada Gambar 5.2 untuk pengiriman data dipilih setting high load. Gambar 5.3 Wlan Parameters Pada gambar 5.3 menjelaskan tentang parameter Wlan pada pengukuran simulasi pada keseluruhan jumlah node. 5.1.1 Simulasi DSR Pada simulasi DSR ini jumlah node dalam jaringan akan divariasikan dari 30 dan 50 node, dengan jumlah beban yang dilewatkannya berbeda untuk pada jumlah node tersebut. Pada simulasi ini jumlah beban akan ditingkatkan dari ukuran 512 byte dan 1024 byte. Dengan kondisi tersebut maka dapat diketahui bagaimana kinerja routing protocol DSR. Berikut beberapa nilai parameter untuk routing protocol DSR dijelaskan pada tabel 5.2 dan Gambar 5.4 V-3

Tabel 5.2 Parameter Simulasi Routing Protocol DSR Parameter Nilai Route Discovery Parameters - Route Maintenance Parameters - DSR Routes Export Do Not Export Route Replies Using Cached Enable Routes Packet Salvaging Enable Non Propagating Request Disable Broadcast Jitter (0,0.01) Gambar 5.4 Parameter Simulasi DSR Dalam pengujian ini setelah melakukan setting pengaturan untuk parameter diatas, kemudian dapat melakukan setting pengaturan pada parameter Route Discovery yang akan dijelaskan pada tabel 5.3 dan gambar 5.5. Setelah semua kita lakukan setting tersebut kemudian dapat melakukan pengaturan kembali pada pengujian ini melanjutkan dengan pengaturan parameter pada route maintenance yang akan dijelaskan pada tabel 5.4 dan gambar 5.6. V-4

Tabel 5.3 Parameter Route Discovery DSR Parameter Nilai Request Table Size (Nodes) 64 Maximum Request Table Identification 16 Maximum Request Retransmission (seconds) 10 Initial Request Period (second) 0.5 Non Propagation Request Timer 0.03 Gratutio us Route Reply Timer (seconds) 1 Gambar 5.5 Parameter Route Discovery DSR V-5

Tabel 5.4 Parameter Route Maintenance DSR Parameter Nilai Maximum Buffer Size(Packets) 50 Maximum Holdoff Time(second) 0.25 Maximum Maintenance Retransmissions(Retransmission) 2 Maintenance Acknowledgment Timer(Second) 0.5 Gambar 5.6 Atribut DSR Route Maintenance Parameters V-6

Gambar 5.7 Atribut DSR 30 Node dengan Packet Size 512 byte Gambar 5.8 Atribut DSR 50 Node dengan Packet Size 512 byte Pada Gambar 5.7 adalah atribut routing protocol DSR 30 node dengan pengiriman packet size sebesar 512 byte, dengan sumber node pengirim yaitu node 1 dengan pengiriman 1 koneksi kepada sumber penerima paket data yaitu V-7

node ke 25, sedangkan pada gambar 5.8 adalah atribut 50 node dengan pengiriman packet size sebesar 512 byte dengan tujuan yang sama yaitu dengan menggunakan 1 koneksi menuju node ke 25 sebagai penerima packet size. Gambar 5.9 Atribut DSR 30 Node dengan Packet Size 1024 byte Gambar 5.10 Atribut DSR 50 Node dengan Packet Size 1024 byte V-8

Pada Gambar 5.9 adalah atribut 30 node dengan pengiriman packet size sebesar 1024 byte, dengan sumber node pengirim node ke 1 dengan pengiriman 1 koneksi kepada penerima packet size yaitu node ke 25, sedangkan pada gambar 5.10 adalah atribut DSR 50 node dengan pengiriman paket data sebesar 1024 byte dengan tujuan yang sama yaitu dengan menggunakan 1 koneksi menuju node ke 25 sebagai sumber penerima packet size. 5.1.2 Simulasi OLSR Pada simulasi OLSR ini jumlah node dalam jaringan akan divariasikan dari 30 dan 50 node, dengan jumlah beban yang dilewatkannya berbeda pada tiap node tersebut. Pada simulasi ini jumlah beban akan ditingkatkan dari ukuran 512 byte dan 1024 byte. Dengan kondisi tersebut maka dapat diketahui bagaimana kinerja routing protocol OLSR. Parameter tesebut berguna bagi protokol OLSR dalam pencarian rute. Parameter OLSR yang digunakan pada simulasi ini akan dijelaskan pada tabel 5.5 dan gambar 5.11. Tabel 5.5 Parameter Simulasi Routing Protocol OLSR Parameter Willingness Hello Interval TC Interval Neighbor hold time Topology hold time Duplicate Message hold time Addressing mode Nilai Default 2 detik 7 detik 8 detik 21 detik 30 detik Ipv4 V-9

Gambar 5.11 Parameter Simulasi OLSR Gambar 5.12 Atribut OLSR 30 Node dengan Packet Size 512 byte V-10

Gambar 5.13 Atribut OLSR 50 Node dengan Packet Size 512 byte Pada Gambar 5.12 adalah atribut 30 node dengan pengiriman packet size sebesar 512 byte, dengan sumber node pengirim node ke 1 dengan pengiriman 1 koneksi kepada sumber penerima paket data yaitu node ke 25, sedangkan pada gambar 5.13 adalah atribut OLSR 50 node dengan pengiriman packet size sebesar 512 byte dari node ke 1 yaitu dengan menggunakan 1 koneksi menuju node ke 25 sebagai sumber penerima packet size. Gambar 5.14 Atribut OLSR 30 Node dengan Packet Size 1024 byte V-11

Gambar 5.15 Atribut OLSR 50 Node dengan Packet Size 1024 byte Pada Gambar 5.14 adalah atribut 30 node dengan pengiriman packet size sebesar 1024 byte, dengan sumber node pengirim dari node 1 dengan pengiriman 1 koneksi kepada sumber penerima paket data yaitu node ke 25, sedangkan pada gambar 5.15 adalah atribut 50 node dengan pengiriman packet size sebesar 1024 byte dengan tujuan yang sama yaitu dengan menggunakan 1 koneksi menuju node ke 25 sebagai penerima packet size. 5.2 Hasil Simulasi pada skenario Dari hasil skenario yang telah disimulasikan, dilakukan analisis data untuk mengetahui pengaruh jumlah konektivitas dan beban paket data yang dilewatkan pada jaringan terhadap kinerja routing protocol DSR dan OLSR. Tingkat kinerja routing protocol ditentukan dengan membandingkan nilai throughput, network load, dan end to end delay masing-masing routing protocol. 5.2.1 Throughput Throughput yaitu jumlah data yang diterima sebuah host atau node dalam satu detik, dan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam mengatur sebuah kinerja jaringan. Semakin tinggi nilai throughput yang dihasilkan dalam sebuah jaringan maka kinerja jaringan tersebut semakin baik. V-12

Gambar 5.16 Grafik Throughput Routing Protocol DSR dan OLSR pada 30 Node packet size 512 byte Gambar 5.17 Grafik Throughput Routing Protocol DSR dan OLSR pada 50 Node packet size 512 byte V-13

Pada gambar 5.16 diatas menunjukan bahwa grafik berwarna merah nilai throughput 30 node dengan packet size 512 byte adalah routing protocol OLSR memiliki nilai tertinggi yaitu 598.004 bit/sec, sedangkan routing protocol DSR dengan grafik berwarna biru memiliki nilai terendah yaitu 2.457 bit/sec, oleh karena itu kinerja jaringan pada routing protocol OLSR yang lebih baik. Sedangkan pada gambar 5.17 menunjukan bahwa grafik berwarna merah nilai throughput 50 node 512 adalah routing protocol OLSR memiliki nilai yang tinggi yaitu 2.472.662, sedangkan pada grafik berwarna biru dengan routing protocol DSR memiliki nilai throughput 67.319 bit/sec, maka routing protocol DSR tersebut memiliki nilai terendah, sehingga DSR adalah yang buruk pada hasil perbandingan tersebut. Gambar 5.18 Grafik Throughput Routing Protocol DSR dan OLSR pada 30 Node packet size 1024 byte V-14

Gambar 5.19 Grafik Throughput DSR dan OLSR 50 Node packet size 1024 byte Pada gambar 5.18 diatas menunjukan bahwa grafik berwarna merah nilai throughput 30 node dengan packet size 1024 byte adalah routing protocol OLSR memiliki nilai tertinggi yaitu 598.426 bit/sec, sedangkan routing protocol DSR dengan grafik berwarna biru memiliki nilai terendah yaitu 2.900 bit/sec, oleh karena itu kinerja jaringan pada routing protocol OLSR lebih baik. Sedangkan pada gambar 5.19 menunjukan bahwa grafik berwarna merah nilai throughput 50 node dengan packet size 1024 byte adalah routing protocol OLSR memiliki nilai tertinggi yaitu 2.473.012 bit/sec, sedangkan pada grafik berwarna biru dengan routing protocol DSR memiliki nilai throughput 68.515 bit/sec, maka routing protocol DSR tersebut memiliki nilai terendah, sehingga DSR adalah yang terburuk pada hasil perbandingan tersebut. Hasil dari pengukuran Throughput pada routing protocol DSR dan OLSR akan ditunjukan pada tabel 5.6. V-15

Tabel 5.6 Throughput pada Routing Protocol DSR dan OLSR Protokol Jumlah node Packet Size (byte) Throughput (bps) DSR 30 512 2.457 50 512 67.319 OLSR 30 1024 598.426 50 1024 2.473.012 5.2.2 Network Load Network Load adalah total trafik data yang diterima oleh semua node dalam satuan bit/second(dhakwan dkk, 2013). Gambar 5.20 Grafik Network Load DSR dan OLSR pada 30 Node packet size 512 byte V-16

Gambar 5.21 Grafik Network Load DSR dan OLSR pada 50 Node packet size 512 byte Pada gambar 5.20 diatas menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai Network load 30 node dengan packet size 512 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai terendah yaitu 2.169 bit/sec, sedangkan routing protocol OLSR dengan grafik berwarna merah memiliki nilai network load tertinggi yaitu 22.203 bit/sec, oleh karena itu trafik data yang diterima oleh semua node pada routing protocol OLSR lebih baik. Sedangkan pada gambar 5.21 menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai network load 50 node dengan packet size 512 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai tertinggi yaitu 62.737 bit/sec, sedangkan pada grafik berwarna merah dengan routing protocol OLSR memiliki nilai network load 53.278 bit/sec, maka trafik data yang diterima oleh semua node pada routing protocol OLSR tersebut memiliki nilai terendah, oleh karena OLSR adalah yang kurang baik pada hasil perbandingan tersebut. V-17

Gambar 5.22 Grafik Network Load DSR dan OLSR pada 30 Node Packet Size 1024 byte Gambar 5.23 Grafik Network Load DSR dan OLSR pada 50 Node Packet Size 1024 byte V-18

Pada gambar 5.22 diatas menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai Network load 30 node dengan packet size 1024 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai terendah yaitu 2.612 bit/sec, sedangkan routing protocol OLSR dengan grafik berwarna merah memiliki nilai network load tertinggi yaitu 22.625 bit/sec, oleh karena itu trafik data yang diterima oleh semua node pada routing protocol OLSR lebih baik. Sedangkan pada gambar 5.23 menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai network load 50 node dengan packet size 1024 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai tertinggi yaitu 62.737 bit/sec, sedangkan pada grafik berwarna merah dengan routing protocol OLSR memiliki nilai network load 53.278 bit/sec, maka trafik data yang diterima oleh semua node pada routing protocol OLSR tersebut memiliki nilai terendah, oleh karena itu OLSR adalah kurang baik pada hasil perbandingan tersebut. Hasil dari pengukuran Network Load pada routing protocol DSR dan OLSR akan dijelaskan pada tabel 5.7. Tabel 5.7 Network Load pada Routing Protocol DSR dan OLSR Protokol Jumlah node Packet Size (byte) Network Load (bit/sec) DSR 30 512 2.169 50 512 61.999 OLSR 30 1024 22.625 50 1024 53.278 5.2.3 End to end Delay End to end delay merupakan waktu rata-rata yang ditempuh paket data untuk mencapai tujuan yang mana hal ini mempengaruhi kinerja routing protocol yang dilakukan. Dari hasil simulasi dengan skenario yang telah ditentukan, dianalisis pengaruh penambahan jumlah node dan beban paket data yang dilewatkan pada jaringan terhadap nilai end to end delay yang dihasilkan selama simulasi. V-19

Gambar 5.24 Grafik End to end Delay DSR dan OLSR 30 Node Packet Size 512 byte. Gambar 5.25 Grafik End to end Delay DSR dan OLSR 50 Node Packet Size 512 byte Pada gambar 5.24 diatas menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai End to end delay 30 node dengan packet size 512 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai tertinggi yaitu 0.000610 sec, sedangkan routing protocol V-20

OLSR dengan grafik berwarna merah memiliki nilai terendah yaitu 0.000341 sec, oleh karena waktu yang dibutuhkan paket data saat data mulai dikirim dan keluar dari proses antrian sampai mencapai tujuan, yang terendah pada routing protocol adalah OLSR yang lebih baik. Sedangkan pada gambar 5.25 menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai end to end delay 50 node dengan packet size 512 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai tertinggi yaitu 0.003189 sec, sedangkan pada grafik berwarna merah dengan routing protocol OLSR memiliki nilaiend to end delay terendah yaitu 0.000404 sec, oleh karena waktu yang dibutuhkan paket data saat data mulai dikirim dan keluar dari proses antrian sampai mencapai tujuan yang terendah pada routing protocol OLSR tersebut, sehingga OLSR adalah yang lebih baik pada hasil perbandingan tersebut. Gambar 5.26 Grafik End to end Delay DSR dan OLSR 30 Node Packet Size 1024 byte V-21

Gambar 5.27 Grafik End to end Delay DSR dan OLSR 50 Node Packet Size 1024 byte Pada gambar 5.26 diatas menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai End to end delay 30 node dengan packet size 1024 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai tertinggi yaitu 0.000623 sec, sedangkan routing protocol OLSR dengan grafik berwarna merah memiliki nilai terendah yaitu 0.000341 sec, oleh karena waktu yang dibutuhkan paket data saat data mulai dikirim dan keluar dari proses antrian sampai mencapai tujuan yang terendah pada routing protocol adalah OLSR yang lebih baik. Sedangkan pada gambar 5.27 menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai end to end delay 50 node dengan packet size 1024 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai tertinggi yaitu 0.003485 sec, sedangkan pada grafik berwarna merah dengan routing protocol OLSR memiliki nilai end to end delay terendah yaitu 0.000404 sec, oleh karena waktu yang dibutuhkan paket data saat data mulai dikirim dan keluar dari proses antrian sampai mencapai tujuan yang terendah pada routing protocol OLSR tersebut, sehingga OLSR adalah yang lebih baik pada hasil perbandingan tersebut. V-22

Hasil dari pengukuran End to end delay pada routing protocol DSR dan OLSR akan dijelaskan pada tabel 5.8. Tabel 5.8 End to end Delay 30 Node dan 50 Node Protokol Jumlah node Packet Size (byte) Delay (second) DSR 30 512 0.000610 50 1024 0.003485 OLSR 30 512 0.000341 50 1024 0.000404 5.3 Hasil Simulasi Dari hasil simulasi yang telah dilakukan dengan membandingkan kedua routing protocol, yaitu DSR dan OLSR, yang dilakukan dengan menggunakan Opnet Modeler pada notebook penulis, berikut rincian hasil perhitungan simulasi pengukuran yang telah dilakukan : Tabel 5.9 Hasil Pengukuran Grafik Simulasi Node Protokol PacketSize (byte) Throughput (bit/sec) Delay (second) Network Load(Bit/sec) 30 DSR 512 2.457 0.000610 2.169 OLSR 512 598.004 0.000341 22.203 50 DSR 512 67.319 0.003189 61.999 OLSR 512 2.472.662 0.000404 52.928 30 DSR 1024 2.900 0.000623 2.612 OLSR 1024 598.426 0.000341 22.625 50 DSR 1024 68.515 0.003485 62.737 OLSR 1024 2.473.012 0.000404 53.278 Untuk hasil seluruh pengukuran network load grafik simulasi pada 30 node dan 50 node dengan packet size 512 byte dijelaskan pada gambar 5.28, hasil throughput pada gambar 5.29, dan hasil End to end delay pada gambar 5.30. Sedangkan untuk hasil pengukuran network load grafik simulasi pada 30 node dan 50 node dengan packet size 1024 byte dijelaskan pada gambar 5.31, hasil throughput pada gambar 5.32 dan hasil end to end delay pada gambar 5.33. V-23

Tabel 5.10 Hasil Simulasi Node Protokol Packet Size (byte) Throughput (bit/sec) Delay (second) Network Load (Bit/sec) 30 DSR 512 OLSR 512 50 DSR 512 OLSR 512 30 DSR 1024 OLSR 1024 50 DSR 1024 OLSR 1024 V-24