DAYA SAING KOMODITI PERKEBUNAN INDONESIA DI NEGARA IMPORTIR UTAMA DAN DUNIA OLEH TEGUH NOBY WIJAYA H

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

TOPIK: PERTANIAN NON PANGAN

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

PERTANIAN NON PANGAN

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan nasibnya bekerja di sektor ini. Seperti di Desa pasokan sebagian

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai sumber mata pencaharian sementara penduduk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

KULIAH KE 9: PERTANIAN PANGAN DAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Transkripsi:

DAYA SAING KOMODITI PERKEBUNAN INDONESIA DI NEGARA IMPORTIR UTAMA DAN DUNIA OLEH TEGUH NOBY WIJAYA H14070016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN Teguh Noby Wijaya. Daya Saing Komoditi Perkebunan Indonesia di Importir Utama dan Dunia (Dibimbing oleh Muhammad Firdaus) Sejak zaman penjajahan, hasil perkebunan Indonesia berupa rempah-rempah sudah diminati masyarakat dunia. Bahkan hingga sekarang perkebunan yang masuk kedalam sektor perkebunan merupakan salah satu penyumbang PDB terbesar didalam sektor tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu bukan hanya Indonesia yang menjadi produsen perkebunan dunia, belahan dunia lainnya juga memiliki kesempatan yang sama. Perkebunan Indonesia rata-rata dikelola oleh perkebunan rakyat, sehingga menghasilkan mutu yang kurang baik dan produktivitas yang rendah yaitu sebesar 3,17 persen, sehingga semakin sulit dikembangkan dipasar dunia yang semakin bebas. Sementara dari sisi produksi hanya komoditi kopi, kelapa sawit dan kakao yang memiliki volume produksi dan volume ekspor yang selalu meningkat. Daya saing dan kinerja komoditi perkebunan Indonesia ke negara importir utama seperti Australia, Belgia, China, Jepang, Malaysia, India, Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Singapura serta Jerman dan dunia perlu diperhatikan agar dapat memberikan masukan kepada pembuat kebijakan untuk perkebunan yang lebih baik. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memetakan posisi daya saing Indonesia yaitu dengan metode Revealed Comparative Advantage (), selain itu juga digunakan metode Export Product Dynamic (EPD) untuk melihat posisi daya saing komoditi perkebunan Indonesia kedalam empat kuadran, yaitu : Rising Star, Lost Opportunity, Retreat dan Falling Star. Komoditi perkebunan yang diteliti, yaitu: cengkeh, kacang mete, kakao, karet, kayu manis, kelapa sawit, kelapa, kopi, lada, pala, teh dan tembakau. Hasil penelitian menunjukkan kinerja ekspor, tingkat keunggulan komparatif dan posisi daya saing Indonesia tahun 2001, 2005 dan 2009 berbeda disetiap komoditi dan negara tujuan. Untuk kinerja ekspor rata-rata mengalami fluktuasi yang diakibatkan selain karena masalah mutu dan produktivitas yang lemah, strategi yang diterapkan Indonesia juga belum mampu secara maksimal untuk menjaga konsistensi dalam melakukan ekspor, sehingga masih terdapatnya komoditi perkebunan Indonesia yang berada pada posisi Lost Opportunity, sehingga keuntungan yang harusnya didapat menjadi hilang. Namun secara keseluruhan posisi dan tingkat daya saing Indonesia sudah baik. rata-rata tertinggi dimiliki oleh komoditi kelapa sawit, sehingga bisa dikatakan komoditi tersebut memiliki tingkat daya saing yang paling tinggi, sedangkan untuk komoditi yang paling kompetitif dipasar Internasional dimiliki oleh komoditi kacang mete. yang paling baik untuk menjadi pasar Indonesia akibat permintaan yang meningkat adalah Malaysia, selain itu juga ada pasar India, China, Jerman, Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan dunia, sedangkan empat pasar lainnya yaitu Belanda, Belgia, Australia dan Inggris memiliki permintaan komoditi perkebunan yang menurun. Hal tersebut dapat diakibatkan pasar Uni Eropa sangat menolak adanya pengrusakkan lingkungan yang dilakukan untuk menambah luas areal. Komoditi Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif yang tinggi berada di Jerman, karena rata-rata nilai yang dimiliki komoditi perkebunan Indonesia di negara tersebut lebih tinggi dibandingkan ke negara lainnya. pesaing Indonesia yang

memiliki kesamaan karakteristik yaitu Filipina dan Thailand hanya memiliki keunggulan komparatif yang kuat pada komoditi kelapa untuk Filipina dan karet untuk Thailand, sementara negara yang baik untuk dijadikan perbandingan di wilayah Asean adalah Singapura dan Malaysia. Walaupun demikian Kebijakan pemerintah dalam membuka investasi asing yang berujung pada pembukaan lahan harus dibatasi dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang didapat, walaupun dapat meningkatkan pemasukkan devisa, namun dengan adanya pembatasan di Uni Eropa secara non tarif dalam bentuk anti perusakkan lingkungan produk Indonesia menjadi terhambat untuk masuk pasar Belgia, Belanda dan Inggris, sehingga devisa yang harusnya diterima lebih besar akan berkurang. Masih terdapat komoditi Indonesia yang berada pada posisi Lost Opportunity pada pasar China, Jepang, Singapura, India, Amerika Serikat dan Jerman serta Dunia, sehingga perlu dilakukannya kebijakan promosi ekspor seperti yang dilakukan di Sao Paolo Brazil, yaitu dengan mendirikan Indonesian Trade Promotion Centre, dan ditambah dengan daya tarik berupa produk dengan identitas geografis dengan begitu komoditi kita akan menarik dan dikenal sehingga memiliki merk tersendiri yang diminati untuk dikonsumsi yang bertujuan untuk memperkenalkan produk yang memiliki permintaan menurun sehingga akan menghasilkan devisa dan juga akan meningkatkan daya saing produk. Strategi yang dapat dilakukan selain promosi adalah menjalin hubungan bilateral yang lebih kuat dengan negara lain, sehingga Indonesia dapat membuka akses untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan baik mengenai kebutuhan impor negara tersebut maupun informasi strategi kebijakan ekonomi yang dilakukan negara pesaing. Karena dengan begitu kemampuan dalam menyediakan komoditi perkebunan dipasar yang permintaannya meningkat akan terjamin sehingga pemasukkan devisa bagi negara juga akan terjamin. Kebijakan dalam negeri yang baik dilakukan adalah Gerakan Nasional setiap komodti perkebunan Indonesia, bukan hanya komoditi kakao dan kopi saja, karena dengan adanya gerakan tersebut akan adanya tenaga pendamping yang disediakan pemerintah dari kalangan akademis sehingga dapat meningkatkan kemampuan petani perkebunan sehingga berimplikasi pula terhadap peningkatan produksi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani pula.

DAYA SAING KOMODITI PERKEBUNAN INDONESIA DI NEGARA IMPORTIR UTAMA DAN DUNIA OLEH TEGUH NOBY WIJAYA H14070016 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP : Daya Saing Komoditi Perkebunan Indonesia di Importir Utama dan Dunia : Teguh Noby Wijaya : H14070016 Menyetujui, Dosen Pembimbing, M. Firdaus, Ph.D NIP. 19730105 199702 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003 Tanggal Kelulusan:

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juli 2011 Teguh Noby Wijaya H14070016

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Teguh Noby Wijaya lahir pada tanggal 10 September 1989 di Tembilahan yang merupakan salah satu ibu kota kabupaten di Provinsi Riau. Penulis anak ketiga dari empat bersaudara yang lahir dari buah cinta dari pasangan Tably Ibul dan Wiwik. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis memasuki Taman Kanak-kanak Pertiwi 1 Tembilahan pada tahun 1994, kemudian melanjutkan ke SDN 004 Tembilahan, setelah lulus penulis menamatkan sekolah lanjutan pada SLTPN 02 Tembilahan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 2 Tembilahan yang kini berganti nama menjadi SMAN 1 Tembilahan Hulu dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis dinyatakan diterima pada perguruan tinggi yang secara geografis terletak di Bogor. Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan perguruan tinggi yang dipilih penulis untuk menimba ilmu dan mengembangkan pola pikir agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Ilmu Ekonomi. Selain menimba ilmu dalam bidang akademik, penulis juga aktif dalam organisasi, seperti anggota BEM Muda kabinet FEM Bersatu, staff Departemen Budaya Olahraga dan Seni sekaligus menjadi ketua pelaksana SPORTAKULER tahun 2009 kabinet Sahabat Ksatria dan Kepala Bidang Budaya Olahraga dan Seni kabinet ORASI. Selain itu penulis juga memiliki beberapa prestasi olahraga selama di IPB antara lain Juara 1 TPB CUP 2008 dan OMI 2010 cabang futsal, Juara 2 SPORTAKULER tahun 2008 dan 2009 serta Juara 3 pada tahun 2010 cabang badminton

KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul Skripsi ini adalah Daya Saing Komoditi Perkebunan Indonesia di Importir Utama dan Dunia. Kondisi geografis Indonesia yang berada di daerah tropis dan di tengah pelayaran internasional menyebabkan tanah yang subur dan sejak dahulu memiliki hasil tanaman perkebunan yang diminati negara lainnya sehingga menjadi alasan penjajah untuk menjajah Indonesia merupakan alasan penulis merasa penting untuk mengkaji penelitian dengan topik ini. Selain itu komoditi yang diangkat tidak hanya memiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan konsumsi lokal tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan negara lainnya dengan melakukan ekspor. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan semua pihak yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, dan bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ayahanda Tably Ibul dan Ibunda Wiwik serta Juwita Dara Shinta, Nanda Miranty dan Rama Wiguna atas do a dan motivasi yang diberikan, karena sesungguhnya dua hal tersebut akan semakin memberikan semangat bila disampaikan dari orang tua dan saudara-saudara penulis. 2. Bapak Muhammad Firdaus. selaku dosen pembimbing skripsi atas segala perhatian, kebaikan, bantuan, dan bimbingannya selama ini kepada penulis. 3. Bapak Dedi Budiman Hakim selaku dosen penguji utama dan Ibu Fifi Diana Thamrin selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas segala masukan, kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi penulis. 4. Seluruh staf Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB atas bantuannya kepada penulis selama menempuh pendidikan di Departemen Ilmu Ekonomi.

5. Teman satu bimbingan (Dinda, Michele dan Rena) dan Teman-teman IE 44 dan IE 45 yang telah memberikan semangat, masukkan dan bantuan dalam proses pembuatan skripsi ini. Bogor, Juli 2011 Teguh Noby Wijaya H14070016

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 9 1.4 Manfaat Penelitian... 9 1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 12 2.1 Hasil Perkebunan Indonesia... 12 2.2 Perdagangan Internasional... 18 2.2.1 Teori Perdagangan Internasional... 22 2.2.2 Konsep Daya Saing... 26 2.3 WTO, AoA dan Perkebunan... 26 2.4 Penelitian Terdahulu... 28 2.4.1 Penelitian Mengenai Daya Saing... 28 2.4.2 Penelitian Mengenai Perkebunan... 29 2.5 Kerangka Pemikiran Operasional... 30 III. METODE PENELITIAN... 32 3.1 Jenis dan Sumber Data... 32 3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data... 32 3.2.1 Revealed Comparative Advantage ()... 32 3.2.2 Export Product Dynamics (EPD)... 34 IV. GAMBARAN UMUM... 37 4.1 Perkebunan Dunia... 37 4.2 Perkebunan Indonesia... 40 4.2.1 Luas, Volume dan Sentra Cengkeh Indonesia... 40

ii 4.2.2 Luas, Volume dan Sentra Kacang Mete Indonesia... 42 4.2.3 Luas, Volume dan Sentra Kakao Indonesia... 44 4.2.4 Luas, Volume dan Sentra Karet Indonesia... 45 4.2.5 Luas, Volume dan Sentra Kayu Manis Indonesia... 46 4.2.6 Luas, Volume dan Sentra Kelapa Sawit Indonesia... 48 4.2.7 Luas, Volume dan Sentra Kelapa Indonesia... 50 4.2.8 Luas, Volume dan Sentra Kopi Indonesia... 51 4.2.9 Luas, Volume dan Sentra Lada Indonesia... 53 4.2.10 Luas, Volume dan Sentra Pala Indonesia... 54 4.2.11 Luas, Volume dan Sentra Teh Indonesia... 56 4.2.12 Luas, Volume dan Sentra Tembakau Indonesia... 57 4.3 Perkembangan Volume Ekspor Perkebunan Indonesia... 59 4.3.1 Perkembangan Volume Ekspor Cengkeh... 59 4.3.2 Perkembangan Volume Ekspor Kacang Mete... 60 4.3.3 Perkembangan Volume Ekspor Kakao... 61 4.3.4 Perkembangan Volume Ekspor Karet... 63 4.3.5 Perkembangan Volume Ekspor Kayu Manis... 64 4.3.6 Perkembangan Volume Ekspor Kelapa Sawit... 65 4.3.7 Perkembangan Volume Ekspor Kelapa... 67 4.3.8 Perkembangan Volume Ekspor Kopi... 68 4.3.9 Perkembangan Volume Ekspor Lada... 69 4.3.10 Perkembangan Volume Ekspor Pala... 71 4.3.11 Perkembangan Volume Ekspor Teh... 72 4.3.12 Perkembangan Volume Ekspor Tembakau... 73 V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 76 5.1 Hasil Estimasi dan EPD... 76 5.2 Ringkasan Akhir Pembahasan... 192 VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 205 6.1 Kesimpulan... 205 6.2 Saran... 205 DAFTAR PUSTAKA... 207 LAMPIRAN... 209

iii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. PDB Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah)... 4 2. Volume Produksi dan Volume Ekspor Perkebnunan Indonesia... 6 3. Spesifikasi Komoditi yang diteliti... 11 4. Matriks Posisi Daya Saing... 34 5. Cengkeh Indonesia dan Pesaing ke Australia... 78 6. Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke Australia... 78 7. Kakao Indonesia dan Pesaing ke Australia... 79 8. Karet Indonesia dan Pesaing ke Australia... 79 9. Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke Australia... 80 10. Kelapa Sawit Indonesia dan Pesaing ke Australia... 81 11. Kelapa Indonesia dan Pesaing ke Australia... 81 12. Kopi Indonesia dan Pesaing ke Australia... 82 13. Lada Indonesia dan Pesaing ke Australia... 82 14. Pala Indonesia dan Pesaing ke Australia... 83 15. Teh Indonesia dan Pesaing ke Australia... 83 16. Tembakau Indonesia dan Pesaing ke Australia... 84 17. Persilangan dan EPD Indonesia di Australia... 85 18. Cengkeh Indonesia dan Pesaing ke China... 87 19. Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke China... 88 20. Kakao Indonesia dan Pesaing ke China... 88 21. Karet Indonesia dan Pesaing ke China... 89 22. Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke China... 90 23. Kelapa Sawit Indonesia dan Pesaing ke China... 90 24. Kelapa Indonesia dan Pesaing ke China... 91 25. Kopi Indonesia dan Pesaing ke China... 91 26. Lada Indonesia dan Pesaing ke China... 92 27. Pala Indonesia dan Pesaing ke China... 93 28. Teh Indonesia dan Pesaing ke China... 93 29. Tembakau Indonesia dan Pesaing ke China... 94

iv 30. Persilangan dan EPD Indonesia di China... 95 31. Cengkeh Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 98 32. Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 99 33. Kakao Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 99 34. Karet Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 100 35. Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 100 36. Kelapa Sawit Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 101 37. Kelapa Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 101 38. Kopi Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 102 39. Lada Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 102 40. Pala Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 103 41. Teh Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 103 42. Tembakau Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 104 43. Persilangan dan EPD Indonesia di Malaysia... 105 44. Cengkeh Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 108 45. Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 108 46. Kakao Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 109 47. Karet Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 109 48. Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 110 49. Kelapa Sawit Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 110 50. Kelapa Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 111 51. Kopi Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 111 52. Lada Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 112 53. Pala Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 112 54. Teh Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 113 55. Tembakau Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 113 56. Persilangan dan EPD Indonesia di Jepang... 114 57. Cengkeh Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 117 58. Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 117 59. Kakao Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 118 60. Karet Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 118 61. Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 119

v 62. Kelapa Sawit Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 119 63. Kelapa Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 120 64. Kopi Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 121 65. Pala Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 121 66. Lada Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 122 67. Teh Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 122 68. Tembakau Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 123 69. Persilangan dan EPD Indonesia di Belgia... 124 70. Cengkeh Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 127 71. Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 127 72. Kakao Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 128 73. Karet Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 128 74. Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 129 75. Kelapa Sawit Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 129 76. Kelapa Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 130 77. Kopi Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 130 78. Lada Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 131 79. Pala Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 132 80. Teh Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 132 81. Tembakau Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 133 82. Persilangan dan EPD Indonesia di Belanda... 134 83. Cengkeh Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 136 84. Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 137 85. Kakao Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 137 86. Karet Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 138 87. Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 139 88. Kelapa Sawit Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 139 89. Kelapa Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 140 90. Kopi Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 141 91. Lada Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 141 92. Pala Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 142 93. Teh Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 142

vi 94. Tembakau Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 143 95. Persilangan dan EPD Indonesia di Singapura... 144 96. Cengkeh Indonesia dan Pesaing ke India... 147 97. Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke India... 147 98. Kakao Indonesia dan Pesaing ke India... 148 99. Karet Indonesia dan Pesaing ke India... 148 100. Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke India... 149 101. Kelapa Sawit Indonesia dan Pesaing ke India... 149 102. Kelapa Indonesia dan Pesaing ke India... 150 103. Kopi Indonesia dan Pesaing ke India... 150 104. Lada Indonesia dan Pesaing ke India... 151 105. Pala Indonesia dan Pesaing ke India... 151 106. Teh Indonesia dan Pesaing ke India... 152 107. Tembakau Indonesia dan Pesaing ke India... 152 108. Persilangan dan EPD Indonesia di India... 153 109. Cengkeh Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 156 110. Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 156 111. Kakao Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 157 112. Karet Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 157 113. Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 158 114. Kelapa Sawit Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 158 115. Kelapa Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 159 116. Kopi Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 159 117. Lada Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 160 118. Pala Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 160 119. Teh Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 161 120. Tembakau Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 161 121. Persilangan dan EPD Indonesia di Inggris... 162 122. Cengkeh Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 165 123. Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 165 124. Kakao Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 166 125. Karet Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 166

vii 126. Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 167 127. Kelapa Sawit Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 167 128. Kelapa Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 168 129. Kopi Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 168 130. Lada Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 169 131. Pala Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 170 132. Teh Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 170 133. Tembakau Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 171 134. Persilangan dan EPD Indonesia di Amerika Serikat... 172 135. Cengkeh Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 174 136. Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 175 137. Kakao Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 175 138. Karet Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 176 139. Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 176 140. Kelapa Sawit Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 177 141. Kelapa Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 177 142. Kopi Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 178 143. Lada Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 178 144. Pala Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 179 145. Teh Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 180 146. Tembakau Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 180 147. Persilangan dan EPD Indonesia di Jerman... 181 148. Cengkeh Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 185 149. Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 185 150. Kakao Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 186 151. Karet Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 186 152. Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 187 153. Kelapa Sawit Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 187 154. Kelapa Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 188 155. Kopi Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 189 156. Lada Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 189 157. Pala Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 190

viii 158. Teh Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 190 159. Tembakau Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 191 160. Persilangan dan EPD Indonesia di Dunia... 192 161. Rata-rata Produk Perkebunan Indonesia ke Beberapa Importir Utama dan Dunia... 201 162. Posisi Daya Saing Produk Perkebunan Indonesia ke Beberapa Importir Utama dan Dunia... 202

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Volume Ekspor Perkebunan Indonesia Tahun 2003 2009.... 2 2. Perkembangan Ekspor Perkebunan Indonesia Tahun 2003-2009... 2 3. Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2003 2009... 3 4. Peranan Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian Nasional... 20 5. Model Hiksher-Ohlin... 25 6. Kerangka Pemikiran.... 31 7. Daya Tarik Pasar dan Kekuatan Bisnis dalam EPD... 35 8. Luas dan Produksi Cengkeh Indonesia Tahun 2001-2009... 41 9. Luas dan Produksi Kacang Mete Indonesia Tahun 2001-2009... 43 10. Luas dan Produksi Kakao Indonesia Tahun 2001-2009.... 44 11. Luas dan Produksi Karet Indonesia Tahun 2001-2009... 46 12. Luas dan Produksi Kayu Manis Indonesia Tahun 2001-2009... 47 13. Luas dan Produksi Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2001-2009... 49 14. Luas dan Produksi Kelapa Indonesia Tahun 2001-2009... 50 15. Luas dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2001-2009... 52 16. Luas dan Produksi Lada Indonesia Tahun 2001-2009... 53 17. Luas dan Produksi Pala Indonesia Tahun 2001-2009... 55 18. Luas dan Produksi Teh Indonesia Tahun 2001-2009... 56 19. Luas dan Produksi Tembakau Indonesia Tahun 2001-2009... 57 20. Volume Ekspor Cengkeh Indonesia ke Importir Utama... 60 21. Volume Ekspor Kacang Mete Indonesia ke Importir Utama... 61 22. Volume Ekspor Kakao Indonesia ke Importir Utama... 62 23. Volume Ekspor Karet Indonesia ke Importir Utama... 64 24. Volume Ekspor Kayu Manis Indonesia ke Importir Utama... 65 25. Volume Ekspor Kelapa Sawit Indonesia ke Importir Utama... 66 26. Volume Ekspor Kelapa Indonesia ke Importir Utama... 67 27. Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Importir Utama... 69 28. Volume Ekspor Lada Indonesia ke Importir Utama... 70 29. Volume Ekspor Pala Indonesia ke Importir Utama... 72

x 30. Volume Ekspor Teh Indonesia ke Importir Utama... 73 31. Volume Ekspor Tembakau Indonesia ke Importir Utama... 74 32. Neraca Perdagangan Perkebunan Australia 2001, 2005 dan 2009... 76 33. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia ke Australia... 77 34. Neraca Perdagangan Perkebunan China Tahun 2001, 2005 dan 2009... 86 35. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia ke China... 87 36. Neraca Perdagangan Perkebunan Malaysia Tahun 2001, 2005 dan 2009... 96 37. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia ke Malaysia... 97 38. Neraca Perdagangan Perkebunan Jepang Tahun 2001, 2005 dan 2009... 106 39. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia ke Jepang... 107 40. Neraca Perdagangan Perkebunan Belgia Tahun 2001, 2005 dan 2009... 115 41. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia ke Belgia... 116 42. Neraca Perdagangan Perkebunan Belanda Tahun 2001, 2005 dan 2009... 125 43. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia ke Belanda... 126 44. Neraca Perdagangan Perkebunan Singapura Tahun 2001, 2005 dan 2009...... 135 45. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia ke Singapura... 136 46. Neraca Perdagangan Perkebunan India Tahun 2001, 2005 dan 2009... 145 47. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia ke India... 146 48. Neraca Perdagangan Perkebunan Inggris Tahun 2001, 2005 dan 2009... 154 49. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia ke Inggris... 155 50. Neraca Perdagangan Perkebunan Amerika Serikat Tahun 2001, 2005 dan 2009...... 163 51. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia ke Amerika Serikat... 164 52. Neraca Perdagangan Perkebunan Jerman Tahun 2001, 2005 dan 2009... 173 53. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia ke Jerman... 174 54. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia ke Dunia... 182 55. Kuadran dan Pertumbuhan Pangsa Ekspor... 203 56. Kuadran dan Pertumbuhan Pangsa Produk... 204

xi DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia dan Pesaing ke Australia.... 210 2. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia dan Pesaing ke China... 211 3. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 212 4. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 213 5. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia dan Pesaing ke Belgia... 214 6. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 215 7. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 216 8. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia dan Pesaing ke India... 217 9. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 218 Halaman 10. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat.... 219 11. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia dan Pesaing ke Jerman... 220 12. Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 221 13. Produsen Komoditi Cengkeh Dunia.... 222 14. Produsen Komoditi Kacang Mete Dunia... 222 15. Produsen Komoditi Kakao Dunia... 223 16. Produsen Komoditi Karet Dunia.... 223 17. Produsen Komoditi Kayu Manis Dunia... 224 18. Produsen Komoditi Kelapa Sawit Dunia... 224 19. Produsen Komoditi Kelapa Dunia.... 225 20. Produsen Komoditi Kopi Dunia... 225 21. Produsen Komoditi Pala Dunia... 226 22. Produsen Komoditi Lada Dunia.... 226 23. Produsen Komoditi Teh Dunia... 227 24. Produsen Komoditi Tembakau Dunia... 227 25. Produktivitas beberapa Komoditi Perkebunan Indonesia... 228

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6 LU - 11 08'LS dan dari 95 'BB - 141 45'BT. ini juga berada di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia atau Oseania. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berada pada posisi strategis karena berada di tengah jalur pelayaran internasional. Dahulu Indonesia terkenal dengan rempah-rempahnya, yang merupakan salah satu dari kekayaan alam Indonesia dengan tanahnya yang subur. Pada saat penjajahan Belanda rempah-rempah dianggap barang yang paling berharga dan sebagai salah satu alasan kedatangan penjajah ke Indonesia. Pada saat itu dikenal adanya tanam paksa (cultuurstelsel) dengan hasil berupa rempah-rempah seperti teh, kina, kopi, pala, bunga pala, cengkeh dan lain-lain yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu. Sejak saat itu pula Indonesia dikenal sebagai negara penghasil rempah-rempah dan hasil perkebunan berumur panjang yang berkualitas tinggi. Daerah yang menjadi sentra rempah-rempah Indonesia tersebar di kepulauan Maluku pada saat itu. Pengalaman dan ilmu yang didapat dari nenek moyang Indonesia dahulu dalam hal berkebun masih dicontoh hingga sekarang, dan juga didukung dengan inovasi akibat kemajuan zaman. Karena hasil komoditi perkebunan Indonesia masih menjadi salah satu pilihan untuk konsumsi masyarakat dunia (Gambar 1). Gambar 1 memperlihatkan bagaimana volume ekspor perkebunan Indonesia terus meningkat. Mulai dari tahun 2003 dengan volume 11.974.204 ton sampai tahun 2009 dengan volume 27.864.811 ton. Pertumbuhan rata-rata volume ekspor perkebunan sebesar 15,4 persen. Persentase pertumbuhan tertinggi pada tahun 2004 yaitu 29,9 persen, dan persentase pertumbuhan terendah pada tahun 2007 yaitu 3,4 persen.

2 Volume Ekspor dalam Ton 30000000 25000000 20000000 15000000 10000000 5000000 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik Gambar 1. Perkembangan Volume Ekspor Perkebunan Indonesia Tahun 2003 2009 Selain itu kondisi nilai ekspor kita juga terus meningkat, kecuali pada tahun 2009. Peningkatan terjadi mulai dari tahun 2003 hingga 2008, dengan rata-rata pertumbuhan nilai ekspor sebesar 32,1 persen. Penurunan nilai ekspor pada tahun 2009 yaitu sebesar 21,1 persen dengan nilai US$ 21.581.669, yang pada tahun 2008 berada pada nilai US$ 27.369.363, mengakibatkan penurunan nilai pertumbuhan ratarata komoditi perkebunan ini menjadi 23,2 persen. Pertumbuhan tertinggi nilai ekspor Indonesia terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 42,77 persen. ekspor yang memiliki pertumbuhan rata-rata positif tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Ekspor dalam 1000 US$ 30000000 25000000 20000000 15000000 10000000 5000000 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik Gambar 2. Perkembangan Ekspor Perkebunan Indonesia Tahun 2003-2009

3 Keadaan volume ekspor yang terus meningkat dan nilai ekspor yang juga meningkat, kecuali nilai ekspor tahun 2009 merupakan gambaran bagaimana hasil perkebunan Indonesia masih diminati untuk dikonsumsi masyarakat dunia, sebagaimana yang terjadi pada masa penjajahan dahulu. Ekspor perkebunan Indonesia yang terus meningkat, juga dapat menggambarkan permintaan komoditas perkebunan dalam negeri sudah tertutupi sebagian. Dikatakan sebagian karena Indonesia masih membutuhkan impor komoditi perkebunan tersebut, tetapi nilai impor komoditi ini kecil sehingga membuat neraca perdagangan komoditi perkebunan memiliki nilai yang surplus. neraca perdagangan merupakan nilai ekspor dikurang nilai impor. neraca perdagangan Indonesia terus meningkat dari tahun 2003 2008 namun pada tahun 2009 mengalami penurunan. Hal yang terjadi pada tahun 2009 tersebut adalah dimana nilai impor dan nilai ekspor komoditi perkebunan kita turun. Penurunan pertumbuhan sebesar 21,1 persen untuk nilai ekspor dan penurunan pertumbuhan sebesar 12,9 persen untuk nilai impor. pertumbuhan neraca perdagangan Indonesia yang tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 44 persen. Secara keseluruhan perubahan-perubahan yang terjadi pada nilai neraca dalam 1000 US$ perdagangan dapat dilihat pada Gambar 3. 30000000 25000000 20000000 15000000 - Ekspor 10000000 - Impor 5000000 - Neraca 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik Gambar 3. Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2003 2009

4 Dari segi ekonomi, volume dan nilai ekspor tersebut juga dapat mengindikasikan bahwa sektor perkebunan menjadi salah satu penyumbang PDB negara, yang dikalkulasikan di dalam sektor pertanian. Secara umum PDB sektor pertanian merupakan salah satu penyumbang PDB terbesar negara Indonesia. Sumbangan PDB sektor pertanian yang besar tersebut juga tidak lepas dari peran PDB perkebunan yang menjadi bagian dari sektor pertanian. PDB pertanian dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. PDB Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) Lapangan Usaha Tahun Pertanian Bahan Makanan Perkebunan Pertenakan Kehutanan Perikanan 2001 137751,9 36758,6 34285 17594,5 36937,9 2002 153666 43956,4 41328,9 18875,7 41049,8 2003 157648,8 46753,8 37354,2 18414,6 45612,1 2004 165558,2 49630,9 40634,7 20290 53010,8 2005 181331,6 56433,7 44202,9 25561,8 59639,3 2006 214346,3 63401,4 51074,7 30065,7 74335,3 2007 265090,9 81664 61325,2 36154,1 97687,3 2008* 348795 105969,3 82676,4 40375,1 137249,5 2009* 418963,9 112522,1 104040 44952,1 177773,9 Rata-rata Kontribusi PDB (%) *): Angka sementara Sumber : Badan Pusat Statistik 50,1 14,6 12,2 6,2 16,6 PDB pertanian atas dasar harga berlaku (Tabel 1) dapat menggambarkan bagaimana sektor perkebunan yang termasuk kedalam sektor pertanian memberikan kontribusi yang cukup besar. Setiap tahun komoditi perkebunan juga memberikan sumbangan PDB yang meningkat. Kontribusi PDB perkebunan terhadap PDB pertanian total pada tahun 2001 adalah sebesar 13,9 persen, dan pada tahun 2009 sebesar 13,1 persen. Rata-rata kontribusi PDB perkebunan adalah sebesar 14,6 persen.

5 Sumbangan PDB perkebunan berada dibawah tanaman bahan makanan dengan kontribusi rata-rata 50,1 persen. Keadaan ini wajar mengingat bahwa manusia sangat membutuhkan asupan makanan bagi kelangsungan hidupnya, sehingga mengakibatkan PDB perkebunan berada dibawah PDB tanaman bahan makanan. Selain itu perkebunan juga berada dibawah sektor perikanan. Hal ini juga wajar mengingat negara kita adalah negara yang memiliki laut yang sangat luas yaitu hampir dua pertiganya, sehingga hasil yang diberikan sektor perikanan sebanding dengan sumbangan PDB yang diberikan. Namun pada tahun 2002 dan 2003 sektor perkebunan dapat memberikan PDB yang melebihi sektor perikanan. Kontribusi PDB untuk pertanian sebesar 14,7 persen untuk perkebunan dan PDB sebesar 13,7 persen untuk perikanan pada tahun 2002. Pada tahun 2003 sumbangan PDB yang diberikan kedua sektor ini juga bersaing yaitu 15,2 persen untuk perkebunan dan sebesar 14,9 persen untuk perikanan. Tahun 2003 juga merupakan pertumbuhan PDB terbesar perkebunan pada sektor pertanian. Tahun 2004 hingga tahun 2009 PDB perkebunan selalu di bawah PDB tanaman bahan makanan dan perikanan, namun bukan tidak mungkin kejadian tahun 2002 dan 2003 kembali terjadi, karena sektor perkebunan terus berkembang. 1.2 Perumusan Masalah Perkebunan Indonesia yang menjadi salah satu penyumbang PDB disektor pertanian, merupakan sektor yang sangat perlu dikembangkan dan terus ditingkatkan kontribusinya untuk negara. Posisi dan letak geografis Indonesia merupakan sebuah keunggulan dari negara-negara lain dalam pengembangan sektor perkebunan. Selain kedua faktor tersebut, luas lahan juga menjadi sesuatu yang dapat memberikan keunggulan lain untuk negara kita. Produkivitas erat kaitannya dengan luas lahan yang ada, dimana produktivitas merupakan jumlah produksi dibagi luas lahan. Tabel 2 akan memperlihatkan bagaimana produktivitas beberapa komoditi perkebunan Indonesia. Sementara volume produksi dan volume ekspor komoditi perkebunan Indonesia yang terlihat pada Tabel 2, menunjukan volume yang tidak sejalan antara

6 volume produksi dengan volume ekspor. Masih terdapat peningkatan atau penurunan produksi dalam negeri disatu pihak, dan penurunan atau peningkatan volume ekspor di pihak lain begitu juga sebaliknya. Komoditi yang konsisten dalam tahun 2001, 2005 dan 2009 memiliki volume produksi dan ekspor yang meningkat adalah kakao, kelapa sawit dan kopi, sedangkan komoditi lainnya tidak konsisten. Cengkeh, kacang mete, karet dan kayu manis adalah empat komoditi yang selalu memiliki volume produksi yang meningkat, namun volume ekspor komoditi tersebut masih berfluktuasi. Komoditi karet mengalami penurunan volume ekspor pada tahun 2005 sedangkan tiga komoditi lainnya mengalami penurunan volume ekspor pada tahun 2009. Tabel 2 juga memperlihatkan komoditi kelapa, pala, lada, tembakau dan teh yang tidak konsisten memiliki volume produksi yang meningkat, bahkan komoditi terakhir yang disebutkan memiliki volume produksi yang menurun sehingga mengakibatkan volume ekspornyapun berfluktuasi. Tabel 2. Volume Produksi dan Volume Ekspor Perkebunan Indonesia (dalam Ton) Volume Produksi Volume Ekspor Komoditi 2001 2005 2009 2001 2005 2009 Cengkeh 72.685 78.350 82.032 6.323,790 7.682,658 5.142,028 Kacang mete 91.586 135.070 147.403 39.546,013 65.958,508 60.627,785 Kakao 536.804 748.828 820.496 302.670,029 367.425,784 439.305,321 Karet 1.607.461 2.270.891 2.440.347 10.374,888 4.013,593 9.147,316 Kayu Manis 40.635 100.775 102.627 28.899,467 35.356,152 22.802,090 Kelapa Sawit 8.396.472 11.861.615 19.324.294 1.849.142,144 4.565.624,657 9.566.746,050 Kelapa 3.163.018 3.096.844 3.257.702 34.819,819 51.455,573 46.705,627 Kopi 569.234 640.365 685.170 248.924,714 442.686,908 510.030,400 Pala 21.616 8.198 11.647 6.706,322 7.839,560 9.264,087 Lada 82.078 78.328 82.834 53.594,123 34.136,907 50.279,014 Teh 166.867 166.091 156.901 1.557,636 8.504,264 7.386,309 Tembakau 199.103 153.470 176.186 35.377,733 28.499,008 28.578,652 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan dan UNcomtrade Beberapa komoditi perkebunan dapat disimpulkan memiliki produktivitas yang rata-rata berfluktuasi dan pertumbuhan produktivitas yang rendah. Rata-rata pertumbuhan produktivitas komoditi perkebunan (Lampiran 25) adalah 3,1 persen. Rata-rata pertumbuhan produktivitas yang tertinggi adalah kayu manis dengan 15,2

7 persen dan itupun mengalami penurunan sebesar 0,07 persen pada angka sementara ditahun 2009. rata-rata pertumbuhan terendah bahkan negatif dan sekaligus memiliki produktivitas yang fluktuatif yaitu pala, kakao dan lada. Komoditi yang disebutkan pertama memiliki pertumbuhan produktivitas rata-rata yang negatif, yaitu sebesar 9.8 persen. Negatifnya rata-rata pertumbuhan produktivitas pala terjadi akibat penurunan produktivitas yang drastis terjadi pada tahun 2004 sebesar 57,2 persen dan pada tahun 2005 turun sebesar 14,8 persen. Untuk kakao dan lada masing-masing memiliki pertumbuhan rata-rata yang negatif sebesar 4,1 persen dan 1,5 persen. Keadaan yang berfluktuasi dan rendahnya produktivitas perkebunan tersebut dan tidak stabilnya volume produksi serta volume ekspor, Indonesia harus dapat mengembangkan komoditi perkebunan didalam negeri maupun luar negeri melalui perdagangan internasional. Neraca perdagangan (Gambar 3) yang surplus harus tetap dipertahankan agar dapat menambah pemasukan negara. Artinya Indonesia harus meningkatkan produktivitas agar impor berkurang dan ekspor terus meningkat. Peningkatan produktivitas yang dilakukan bisa dengan cara peningkatan teknologi perkebunan agar memberikan produksi yang tinggi dari pada areal perkebunan yang sama tanpa teknologi. Meningkatkan nilai ekspor tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Melakukan perdagangan internasional saja sudah menuntut Indonesia untuk bersaing dengan negara lain, apalagi ditambah dengan era globalisasi. Batas antar negara semakin tidak kelihatan. Semakin banyak perjanjian-perjanian dan kerjasama mengenai perdangangan, baik yang bilateral maupun multilateral yang mengatur tentang perdagangan internasional. Tujuan dari kerjasama tersebut tidak lain adalah untuk menurunkan hambatan-hambatan perdagangan. Dengan adanya liberalisasi perdagangan internasional tersebut, sektor perkebunan kita harus terus ditingkatkan daya saingnya agar terus bisa bertahan dari persaingan yang ada. Pada sisi pasar (permintaan), salah satu masalah serius bagi peningkatan ekspor sektor nonmigas Indonesia adalah akibat pemberlakuan standarisasi Internaional seperti ISO atau ecolabelling yang berhubungan dengan lingkungan. Komoditi dari Indonesia akan semakin sulit menembus pasar luar negeri, khususnya

8 di negara industri maju. Kepedulian masyarakat dan pemerintah di negara-negara maju tersebut terhadap environtment protection sangat tinggi. Kepedulian ini muncul jika terbukti material-material yang terkadung didalam komoditi tersebut tidak ramah lingkungan. Banyak yang beranggapan bahwa ISO merupakan suatu proteksi baru dalam era perdagangan bebas yang masuk dalam kategori non-tariff barrier. Jenis proteksi non-tarif ini akan lebih mempersulit masuknya barang-barang dari satu negara kenegara lain dibandingkan dengan era proteksi dengan tarif. Uni Eropa bahkan sangat melarang adanya perusakan lingkungan, yang mereka anggap dalam melakukan revitalisasi lahan yang diterapkan pemerintah menjadi tanaman perkebunan khususnya sawit sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim, sehingga CPO masih sulit untuk memasuki pasar Eropa. Permasalahan lain yang dihadapi Indonesia ataupun negara berkembang lainnya yang memiliki keunggulan komparatif dalam sumber daya manusia adalah belum mampu melepaskan diri dari masalah struktural dalam produksi dan konsumsi seperti kemiskinan, pengangguran dan kualitas pendidikan yang harusnya dapat menimbulkan sebuah intervensi dari pemerintah agar Indonesia mampu melepaskan diri dari belenggu tersebut, sehingga memiliki sumber daya yang dapat meningkatkan produksi. Apalagi sekarang setiap negara semakin fokus dalam urusan pangan dan pertanian di dalam negerinya dan bahkan menetapkan strategi proteksi yang cenderung berlebihan. Disisi lain perkembangaan produksi tanaman rempah dan hasil perkebunan berumur panjang hanya diserahkan sepenuhnya kepada rakyat tanpa adanya upaya peningkatan mutu, padahal mutu sangat berarti dalam usaha perdagangan. Kenyataan ini masih dirasakan hingga saat ini karena mutu dari hasil perkebunan Indonesia belum mampu menyamai mutu hasil dari luar negeri. Hal ini juga diperkuat dengan permasalahan yang terjadi pada dunia perkaretan yang juga terjadi pada komoditi perkebunan lain. Permasalahan pada dunia perkaretan Indonesia adalah hal yang memang sudah ada sejak lama, tetapi sekarang begitu terasa karena begitu mencolok. Walaupun produksi karet Indonesia tergolong besar di dunia, tetapi tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap perkaretan dunia. Hal ini disebabkan oleh rendahnya

9 mutu produksi karet alam Indonesia. Rendahnya mutu tersebut mengakibatkan harga jual karet alam dipasar luar negeri menjadi rendah, untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu pengelolaan perkebunan karet yang baik dan tepat sehingga produktivitas dan mutu karet alam dapat ditingkatkan, selain itu komoditi kayu manis juga bernasib demikian (Rismunandar dan Paimin, 2009). Dari kata-kata yang telah dipaparkan daya saing sektor perkebunan Indonesia ke negara ekspor utama menjadi sorotan. Karena tingkat daya saing dalam suatu perdagangan internasional tidak lagi hanya ditentukan oleh perbedaan harga, tetapi juga ditentukan aspek-aspek lain yang bahkan lebih dominan, seperti kualitas, warna, bentuk, pelayanan purna jual dan sebagainya. Untuk mengembangkan komoditi pekebunan Indonesia agar menjadi yang terbaik didunia harus melihat dari daya saing Indonesia dipasar dunia, agar dapat mengoreksi dan mengevaluasi apa yang kurang dari perkebunan kita. Karena Indonesia bukan satu-satunya negara yang berada didaerah garis khatulistiwa yang beriklim tropis, serta memiliki tanah yang subur dan Indonesia bukan satu-satunya juga sebagai pengekspor dan produsen hasil perkebunan di dunia. Masih ada negara-negara lain yang menjadi pesaing Indonesia dalam melakukan perdagangan Internasional disektor perkebunan seperti Thailand, Filipina, Brazil, Madagaskar, Pantai Gading (Cote D iviore), Malaysia, Belanda, India dan negara-negara lainya. 1.3 Tujuan Penelitian Permasalahan yang telah dipaparkan dapat memberikan tujuan dari penelitian ini. Produksi dan volume ekspor yang tidak stabil, produktivitas perkebunan yang fluktuatif, era globalisasi dengan segala peraturannya, perjanjian bilateral maupun multilateral dengan segala perjanjian yang telah disepakati bersama, hingga permasalahan mutu hasil perkebunan yang menjadikan harga jual hasil perkebunan Indonesia rendah dapat mengarahkan peneliti dalam menyimpulkan tujuan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan perkembangan ekspor dan strategi produk perkebunan pesaing Indonesia di negara tujuan ekspor utama dan dunia tahun 2001, 2005 dan 2009.

10 2. Memetakan posisi daya saing produk ekspor perkebunan Indonesia di negara tujuan ekspor utama dan dunia tahun 2001, 2005 dan 2009. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian tentang daya saing perkebunan Indonesia dipasar dunia ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti dan kalangan akademisi untuk dijadikan referensi agar penelitian yang berkaitan dapat terus dikembangkan. Manfaat lain yang dapat diberikan adalah agar penelitian ini menjadi sebuah pertimbangan dalam membuat sebuah kebijakan baik untuk pemerintah maupun pelaku eksportir. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Perkebunan Indonesia memilki keanekaragaman jenis tumbuhan dan hasilnya, oleh sebab itu penelitian ini hanya akan membahas komoditas unggulan dalam perkebunan yang juga dilihat dari posisi nilai ekspor didunia. Komoditas tersebut adalah : kelapa, kacang mede, kopi, teh, lada, kayu manis, cengkeh, biji pala, kelapa sawit, kakao, tembakau dan karet. Komoditi unggulan tersebut juga berada dalam 10 besar dalam ekspor dunia dalam nilai, kecuali teh tahun 2001 (urutan 11) dan karet (12) tahun 2005. Untuk lebih jelas spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel 3. Tahun pembahasan yang digunakan adalah tiga tahun dalam satu dekade, yaitu tahun 2001, 2005 dan 2009. Alasan pengambilan tahun tersebut karena dinilai dapat memberikan gambaran bagaimana nilai ekspor dan daya saing kita dipasar internasional dalam satu dekade. Ada beberapa komoditi kenegara tertentu yang tidak dapat diestimasi dengan menggunakan EPD karena tidak kontinyu dalam ekspor komoditi tersebut kenegara tujuannya. tujuan ekspor utama kedua belas komoditi tersebut adalah Malaysia, Jerman, Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Belanda, China, India, Australia, Inggris, Belgia. Sebelas negara tujuan uatama tersebut dipilih dengan melihat nilai dari ekspor Indonesia disetiap komoditi, pertahunnya dan juga berdasarkan negara yang mengimpor paling besar komoditi perkebunan Indonesia menurut UNComtrade.

11 Selain itu pemilihan sebelas negara tersebut juga mewakili belahan dunia, kecuali Afrika. Asia : Malaysia, Singapura, Jepang, China dan India ; Eropa : Jerman, Belanda, Belgia dan Inggris ; Amerika : Amerika Serikat serta Australia. Tabel 3. Spesifikasi Komoditi yang diteliti No HS Code Komoditi 1 080111 Kelapa diparut dan dikeringkan 2 080131 Kacang Mete berkulit 3 090111 Kopi, tidak digongseng/tidak dihilangkan kafeinnya 4 090210 Teh Hijau, (tidak difermentasi) dikemas max 3kg 5 090411 Lada, tidak dihancurkan/ tidak ditumbuk 6 090610 Kayu Manis dan Bunga kayu manis tidak dihancurkan/ ditumbuk 7 090700 Cengkeh (utuh, bunga dan tangkai) 8 090810 Biji pala (berkulit dan dikupas) 9 151110 Minyak mentah kelapa sawit 10 180100 Biji kakao ( Utuh/pecah, mentah/ di gongseng) 11 240110 Belum dipabrikasi, tembakau bertangkai /bertulang daun 12 400110 Lateks karet alam, di pravulkanisasi / tidak Sumber : UNComtrade Analisis daya saing ekspor komoditi perkebunan dibandingkan dengan dua negara tetap yang berada dikawasan ASEAN yang dianggap memiliki kesamaan geografis dan karakteristik dengan Indonesia, yaitu Thailand dan Filipina. Selain dua negara tersebut, disetiap tahun dan komoditi terdapat pesaing yang berbeda-beda. Pesaing yang dipilih adalah, dua negara yang memiliki nilai ekspor yang tinggi disetiap tahun dan komoditi.

12

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Hasil Perkebunan Indonesia Keadaan alam yang luar biasa subur Indonesia banyak menghasilkan hasil perkebunan, selain itu luas lahan perkebunan Indonesia juga menjadi keuntungan tersendiri yang didapat negara kita. Hasil perkebunan Indonesia dapat dibedakan menjadi tanaman tahunan seperti kelapa sawit, kelapa, karet, jambu mete ; tanaman rempah seperti kakao, kopi, lada, cengkeh, teh, pala, kayu manis dan hasil perkebunan semusim seperti tembakau. Tanaman perkebunan yang merupakan subsektor dari sektor pertanian dapat dikelompokan juga kedalam (Tim pengajar pengantar ilmu pertanian, 2006): 1. Kelompok tanaman perkebunan yang diambil buahnya. Contoh : kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao, lada, pala, vanili, kapuk dan kapas, jambu mete, kemiri, ketumbar, kapulaga, kenari, jintan, tengkawang dan pisang. 2. Tanaman perkebunan yang diambil bunganya. Contoh : cengkeh, bunga matahari, kenanga dan cempaka. 3. Tanaman perkebunan yang diambil daunnya. Contoh : tembakau, teh, nilam, sereh wangi, agave, rumput gajah dan daun murbei. 4. Tanaman perkebunan yang diambil getahnya. Contoh : karet, perca dan kemenyan. 5. Tanaman perkebunan yang diambil kulit batangnya. Contoh : kina, kayu manis dan soga. 6. Tanaman perkebunan yang diambil batangnya. Contoh : tebu, rosella, rami, yute, kenaf, abaca dan linen. 7. Tanaman perkebunan yang diambil rimpangnya (rizhoma). Contoh : jahe, kunyit, kencur, temulawak dan lengkuas. 8. Tanaman perkebunan yang diambil akarnya. Contoh ; akarwangi, kelembak. 9. Tanaman perkebunan yang tidak termasuk klasifikasi diatas. Contoh : kumis kucing, kelerak, siwalan dan lengkuas.

13 2.1.1 Cengkeh Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum) adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas dinegara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di China dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan untuk aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkeh kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang fusarium dengan memberikan 50-100 gram daun cengkeh kering per tanaman. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar, selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri Lanka. Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi Maluku Utara (Deptan, 2008). 2.1.2 Kacang Mete Jambu monyet atau Jambu Mete atau yang memilki nama binomial Anacardium occidentale L termasuk tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brazil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahama, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Sri Lanka, Thailand, Malaysia, Filipina dan Indonesia. Diantara sekian banyak negara produsen, Brazil, Kenya dan India merupakan pemasok utaman jambu mete dunia. Bagian yang lebih terkenal dari jambu mete adalah kacang mede, kacang mete atau kacang mente, bijinya yang biasa dikeringkan dan digoreng untuk dijadikan berbagai macam penganan (Deptan, 2009). 2.1.3 Kakao Kakao merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa. Varietas penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan