PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA Oleh Liliek Rihardiana Rosli SARI Penyelidikan geofisika dengan cara magnet telah dilakukan di daerah panas bumi Akesahu. Secara administratif daerah Akesahu termasuk ke dalam wilayah Kematan Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara dan secara koordinat UTM antara 582614 me 58374 me dan 96836 mn 98428 mn. Luas daerah penyelidikan sekitar 11 km x 16 km. Penyelidikan magnet di daerah Akesahu telah dilakukan terhadap 6 (enam) lintasan yaitu A, B, C, D, E, F dan lintasan regional dengan jumlah titik ukur 248. Dari hasil penyelidikan diperoleh harga anomali magnet positif berkisar antara 4. sampai 1261 dan anomali negatif -2. sampai -713. Nilai anomali positif ditafsirkan sebagai batuan bersifat magnetik (lava, andesit), dan nilai anomali negatif ditafsirkan sebagai batuan non magnetik (sedimen dan piroklastik). Diperkirakan nilai anomali magnet negatif ini mempunyai kaitan yang erat dengan keberadaan manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan, yang dicirikan dengan munculnya mata air panas Akesahu. Hasil penafsiran dari penampang magnet dan peta anomali magnet total diperoleh 3 (tiga) kelompok anomali magnet, yaitu : anomali magnet > 5 (tinggi) ditafsirkan sebagai batuan lava dan andesit; anomali magnet berharga antara 5 (sedang) ditafsirkan sebagai lava dan andesit yang telah terlapukan dan anomali magnet < -2 (rendah), ditafsirkan sebagai batuan sedimen dan piroklastik dan diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan munculnya mata air panas di daerah penyelidikan. Dari penyelidikan magnet di daerah Akesahu ditemukan 6 (enam) struktur sesar yang masing-masing berarah hampir Barat Timur, Baratlaut Tenggara dan Timurlaut Baratdaya. Sesar-sesar tersebut ini diperkirakan sebagai pengontrol adanya manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan. PENDAHULUAN Dalam rangka merealisasikan salah satu rencana kerja Proyek Inventarisasi Potensi Panas Bumi pada tahun anggaran 25 telah dilaksanakan penyelidikan geofisika cara magnet di daerah panas bumi Akesahu Pulau Tidore oleh staf Subdit. Panas Bumi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Setelah adanya pemekaran wilayah secara administratif daerah penyelidikan panas bumi Akesahu termasuk ke dalam wilayah Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Luas daerah penyelidikan sekitar 11 km x 16 km yang berada pada koordinat geografis antara 127 21 36" - 127 27 18" Bujur Timur dan 37 14" - 45 54" Lintang Utara atau secara koordinat UTM terletak antara 582614 me - 58374 me dan 96836 mn 984 mn. Berdasarkan pertimbangan keilmu-bumian bahwa di daerah Akesahu ada indikasi aktivitas panas bumi, dan dipilihnya daerah tersebut sebagai daerah penyelidikan panas bumi, sehingga diharapkan akan punya potensi yang prospek terutama untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Maluku utara merupakan daerah yang sangat memerlukan pengembangan sumber daya energi alternatif mengingat tidak terdapatnya sumber daya energi yang baik, kecuali pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Untuk mencapai lokasi memakan waktu sekitar 3 (tiga) hari dari Bandung dengan menggunakan kendaraan udara, laut dan darat dengan rute Bandung Jakarta Manado Ternate Tidore Akesahu/Lokasi. Metoda Penyelidikan Pada daerah penyelidikan ini telah dilakukan penyelidikan geofisika cara magnet yang bertujuan untuk mencari informasi struktur geologi bawah permukaan seperti instrusi, sesar/patahan, sedangkan maksudnya diharapkan akan ada hubungannya dengan sistem manifestasi panas bumi yang terjadi di daerah penyelidikan. Penyelidikan magnet merupakan salah satu bagian dari metoda geofisika yang sudah biasa digunakan dalam penyelidikan panas bumi disamping metode gaya berat dan geolistrik. Metoda magnet ini dilakukan dengan cara mengukur intensitas medan magnet yang terjadi pada batuanbatuan yang ada di sekitarnya akibat adanya proses induksi medan magnet bumi yang sudah ada secara alami di bumi ini. Di dalam Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 31-1
penyelidikan magnet besarnya intensitas magnet suatu batuan ditentukan juga oleh faktor kerentanan (susceptibilitas) magnet k dari batuan tersebut, yaitu kemampuan dari suatu batuan dalam menerima sifat magnet dari medan magnet bumi. Kerentanan magnet k suatu batuan sebanding dengan konsentrasi kelompok mineral magnetit di dalam batuan tersebut. Dengan kata lain batuan yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung mineral magnetit, akan mempunyai intensitas magnet yang kecil, sehingga untuk batuan yang telah mengalami ubahan (alterasi) atau pelapukan, intensitasnya akan rendah. Besarnya intensitas batuan yang termagnetisasi pada suatu titik amat secara rumus dapat dinyatakan sebagai berikut I = k H Dimana I = intensitas medan magnet batuan (nt) H = intensitas madan magnet bumi yang menginduksi batuan dalam (nt) k = kerentanan magnet batuan Cara Kerja Lapangan Secara umum penyelidikan dengan cara magnet ini menggunakan 2 (dua) buah alat magnetometer, satu alat digunakan untuk pengukuran medan magnet di Base Stasion (BS) untuk variasi harian dan satu lagi digunakan untuk pengukuran medan magnet di lapangan. Alat yang digunakan buatan USA, yaitu Unimag dengan no seri 741 dan 743. Pada pengukuran medan magnet variasi harian, dilakukan pembacaan setiap interval waktu 1 (sepuluh) atau 15 (lima belas) menit ditentukan sendiri sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari pengukuran variasi harian adalah untuk digunakan sebagai koreksi terhadap harga pengukuran medan magnet di lapangan, terutama apabila suatu saat terjadi badai magnet (magnetic storm). Menentukan tempat atau lokasi untuk menjadi Base Stasion (BS) harus dicari suatu tempat yang mempunyai harga pembacaan stabil, artinya bila dilakukan beberapa kali pengukuran harganya harus relatif stabil. Caranya adalah tempat Base Stasion ini harus agak jauh dari gangguan benda-benda yang mengandung sifat magnet, seperti rumah-rumah beratap seng, pagar besi, lalu lintas kendaraan dan jaringan listrik. Setiap akan melakukan pengukuran di lapangan terlebih dahulu dilakukan pembacaan di Base Stasion dan berlaku juga setiap selesai pengukuran di lapangan.harus melakukan pembacaan di Base Stasion (BS). Harga intensitas total magnetik titik amat tetap untuk daerah Maluku Utara termasuk daerah panas bumi Akesahu P. Tidore adalah 4 nt (dari peta IGRF). Sedangkan untuk harga intensitas magnet tetap lokal (IGRF/lokal) didapat dari rata-rata titik ikat pengukuran di lapangan. HASIL PENYELIDIKAN Dalam penyelidikan ini telah dilakukan pengukuran magnet pada 6 (enam) lintasan grid dengan panjang lintasan antara 4 km hingga 7.5 km tergantung dari keadaan morfologi di lapangan, dan juga pada beberapa lintasan regional. Jarak titik ukur pada lintasan grid 25 meter, kecuali apabila menemukan daerah yang mempunyai harga anomali yang kontras dengan daerah sekitarnya, maka dilakukan jarak titik ukur yang lebih rapat menjadi 1 meter hingga 5 meter. Sedangkan pada lintasan regional jarak titik ukur sekitar 5 meter sampai 1 meter yang dilakukan secara random (acak). Pada penyelidikan dengan cara magnet di daerah panas bumi Akesahu Pulau Tidore telah diukur sebanyak 248 titik ukur (lihat gambar 2.1 memperlihatkan sebaran titik ukur magnet pada lintasan grid dan regional). Selanjutnya dari hasil penyelidikan magnet dapat ditampilkan tabel kerentanan magnet batuan, penampang anomali magnet dari ke 6 (enam) lintasan ukur magnet secara grid, sedangkan untuk lintasan regional dibuatkan penampang, dianggap karena sudah cukup terwakili dari penampang-penampang dari lintasan grid. Dari hasil penyelidikan, nilai anomali magnet positif yang diperoleh berkisar antara 4. sampai 1261 dan nilai anomali negatif berkisar antara -2. sampai -713. Nilai anomali magnet positif ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat magnetik dan ditempati oleh satuan batuan lava dan andesit, sedangkan anomali magnet negatif ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat non magnetik, yaitu ditempati oleh batuan sedimen, dan piroklastik. Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 31-2
Gambar 2.1 Peta lokasi titik amat geomagnetik Kerentanan Magnet Batuan di Daerah Penyelidikan Kerentanan magnetik batuan merupakan parameter fisis fundamental dalam penyelidikan magnetik, karena merupakan ukuran kemampuan dari suatu batuan untuk menerima magnetisasi dari medan magnet bumi. Untuk mendapat gambaran yang jelas tentang sifat-sifat kemagnetan batuan yang dijumpai di daerah penyelidikan telah dilakukan pengukuran susceptibilitas (kerentanan) magnetik batuan pada 9 (sembilan) contoh batuan yang representatif yang diukur pada beberapa lokasi titik amat (tabel 2.1), nilai tersebut merupakan nilai ratarata pembacaan. Nilai kerentanan magnit batuan di daerah penyelidikan berkisar antara. sampai 2.47 x 1-6 cgs. Di lapangan nilai terendah terdapat pada batuan sedimen vulkanik (tufa dan abu gunung api) dan nilai tertinggi terdapat pada batuan andesit. Batuan yang memberikan nilai kerentanan magnit < 1 menandakan batuan tersebut bersifat non magnetik (sedimen dan piroklastik) dan batuan yang telah mengalami proses demagnetisasi. Sedangkan batuan yang masih segar dan mengandung mineral magnetik seperti lava andesit mempunyai nilai kerentanan magnet k yang relatif tinggi > 1, bila dibandingkan dengan batuan lain yang ada di daerah penyelidikan. Harga kerentanan magnet suatu batuan sebanding dengan besarnya kandungan mineral magnetik yang ada di dalam batuan tersebut. Artinya bahwa apabila di dalam batuan itu kandungan mineral magnetitnya tinggi, maka akan menjadi batuan bersifat magnetik, dan dikatakan bahwa batuan tersebut akan mempunyai nilai kerentanan magnet k yang relatif tinggi > 1 ( tinggi ) dan sebaliknya. Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 31-3
Tabel 2.1 Hasil pengukuran kerentanan (susceptibilitas) magnetik batuan di daerah Akesahu-Tidore, Maluku Utara. No No. Lokasi Nama k Conto X Y batuan Batuan (1-6 cgs) 1 R-1 32866 874 Lava andesit 1.7 2 R-32 328274 79563 Lava Andesit 1.2 3 R-33 328579 7913 Lava andesit 1.5 4 R-51 325218 69782 Lava andesit 1.1 5 R-61 32335 74836 andest 1.5 6 R-64 32478 73789 andesit 2.5 7 RB-2 32453 76713 andesit lapuk.3 8 RB-3 324445 77175 andesitlapuk.6 9 A 67 328152 78966 andesit 1.6 Penampang Anomali Magnet Penampang anomali magnit dilakukan pada 6 (enam) lintasan ukur yang terdiri dari 4(empat) lintasan berada di bagian timur Pulau Tidore, berarah hampir utara-selatan yakni A, B, C, D serta 2 (dua) lintasan yakni E dan F berada di bagian utara berarah barattimur. Penampang anomali magnet tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2a s/d 2.2f. 2.2.1 Penampang Lintasan A Pada lintasan A, (gambar 2.2a), nilai kemagnetan yang berupa tonjolan-tonjolan positif dan negatif terdapat silih berganti (berselingan). Nilai kemagnetan positif berkisar antara 4 sampai 288, nilai positif terendah terdapat pada titik amat A275 dan tertinggi pada titik amat A75. Nilai kemagnitan negatif berkisar antara 2. sampai 233, masing-masing terdapat pada titik amat A 325 dan A 45. Tonjolan anomali positif dan negatif yang berselingan seperti tampak pada gambar 2.2a mengindikasikan struktur dan cukup komplek seperti adanya perselingan antara batuan yang segar belum terlapukan dengan batuan terlapukan atau batuan sedimen vulkanik. Lintasan A di permukaan ditempati oleh batuan piroklastik kaldera Talaga dan aluvium di utara dan piroklastik Kie Matubu di selatan. Kontras anomali positif dan negatif yang cukup besar (>3 ), tampak antara titik amat A15 sampai A75, kondisi demikian mengindikasikan adanya sesar/kontak litologi di daerah tersebut. Hal ini juga didukung oleh data geologi dengan ditemukannya batuan yang berbeda di atas permukaan pada lokasi tersebut. Penampang Lintasan A 4 3 2 1-1 -2-3 Titik amat - mtr Gambar 2.2a. Penampang anomali magnet lintasan A Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 31-4
Penampang Lintasan B Seperti halnya lintasan A, lintasan B juga memperlihatkan kondisi yang sama yakni nilai anomali positif dan negatif yang berselingan. Nilai kemagnitan positif berkisar antara 1 sampai 698, nilai positif terendah terdapat pada titik amat B 5 dan tertinggi pada titik amat B 15. Nilai kemagnitan negatif berkisar antara 54 sampai 672, masing-masing terdapat pada titik amat B 6 dan B 775. Secara geologi nilai anomali positif dan negatif yang berselingan seperti tampak pada gambar 2.2b, mengindikasikan struktur yang komplek seperti diuraikan sebelumnya struktur tsb antara lain berupa perselingan antara batuan batuan yang segar belum terlapukkan dengan batuan terlapukan atau batuan sedimen vulkanik. Di permukaan, lintasan B didominasi oleh batuan piroklastik kaldera Talaga di utara dan piroklastik Kie Matubu di ujung selatan. Kontras nilai kemagnitan positif dan negatif di sekitar titik amat B 1 B 2, B 3 B45 dan B 7 B 8 yang mencapai nilai 5 1 mengindikasikan adanya struktur sesar ataupun kontak litologi di sekitar titik amat tsb di atas. Penampang lintasan B 8 6 4 2-2 -4-6 -8 Titik amat- mtr Gambar 2.2b. Penampang anomali magnet lintasan B Penampang Lintasan C Seperti halnya lintasan A dan B, lintasan C juga memperlihatkan pola anomali yang sama yang dicirikan dengan nilai anomali positif dan negatif yang berselingan. Pada lintasan ini nilai kemagnetan positif berkisar antara 39 sampai 1246, masing-masing terdapat pada titik amat C575 dan C75, sedangkan nilai kemagnetan negatif yang berkisar antara 42 sampai 713. Nilai anomali negatif terendah terdapat pada titik amat C225 dan negatif terkecil pada titik amat C525 (lihat gambar 2.2c). Seperti halnya pada dua lintasan sebelumnya, nilai anomali positif dan negatif yang berselingan seperti tampak pada gambar 2.2c juga mengindikasikan struktur yang komplek pada lintasan sebelumnya yang berkelanjutan sampai lintasan ini (terdapat perselingan antara batuan yang segar belum terlapukan dengan batuan terlapukan atau batuan sedimen vulkanik). Kondisi geologi lintasan C di permukaan ditempati oleh batuan lava andesit pra kaldera Telaga dan batuan piroklastik kaldera Talaga di utara serta piroklastik Kie Matubu di ujung selatan. Kontras nilai kemagnetan positif dan negatif yang lebih besar dari 5 di sekitar titik amat C125 C25, C325 C45, C65 - C7 dan C8 - C85 mengindikasikan adanya struktur sesar ataupun kontak litologi di sekitar titik amat tersebut di atas. Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 31-5
Penampang Lintasan C 15 1 5-5 -1 Titik amat- mtr Gambar 2.2c. Penampang anomali magnet lintasan C Penampang Lintasan D Seperti halnya tiga lintasan sebelumnya, lintasan D, (gambar 2.2d), juga memperlihatkan pola anomali yang relatif sama yang dicirikan dengan pola anomali positif dan negatif yang berselingan. Pada lintasan ini nilai kemagnitan positif berkisar antara 73 dan 1261, masingmasing diperoleh pada titik ukur D525 dan D75, sedangkan nilai kemagnitan negatif bervariasi antara 39 sampai 721 masing-masing tampak pada titik amat D35 sampai pada titik ukur D225. Sama seperti lintasan-lintasan sebelumnya kondisi geologi lintasan D juga mengindikasikan geologi ataupun struktur geologi yang komplek yang berkaitan dengan kontak ataupun struktur sesar. Di permukaan lintasan ini ditutupi oleh batuan lava andesit pra kaldera Talaga di utara dan batuan piroklastik Talaga di bagian tengah serta lava andesit Gulili dan G. Kici di selatan. Perkiraan adanya struktur sesar ataupun kontak litologi dari batuan yang berbeda dicirikan oleh nilai kontras anomali positif dan negatif yang mencapai > 1 di sekitar titik amat D15 D225, D25 D4, D45-D575, D625 - D725 dan D75 - D8 LINTASAN D 15 1 5-5 -1-15 GAMMA TITIK AMAT - METER Gambar 2.2d. Penampang anomali magnet lintasan D Penampang Lintasan E Berbeda dengan penampang sebelumnya yang berarah hampir utara selatan, penampang lintasa E dan F berarah hampir barat timur. Pola anomali magnet pada lintasan ini tampak berbeda dengan pola anomali magnet lintasan lainnya, yaitu tidak didapatkannya nilai kontras anomali magnet. Pada sepanjang lintasan ini mulai dari titik E1 memperlihatkan pola tonjolan secara berselang-seling tinggi rendah yang makin menurun mulai dari titik E1 dengan nilai anomali 11 sampai pada titik E5 dengan nilai anomali 8 tetapi masih Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 31-6
dalam harga positif (lihat gambar 2.2e). Dengan keadaan nilai anomali magnet seperti ini, mengindikasikan pada lintasan ini tidak ditemukan adanya zona struktur sesar atau patahan. Di permukaan daerah ini ditempati oleh batuan lava dan andesit yang diperkirakan telah terlapukan ke arah titik amat E5 sesuai dengan harga anomali positif yang semakin menurun mengecil, diduga, karena semakin mendekati daerah manifestasi air panas Akesahu. LINTASAN E 12 1 8 6 4 2 JARAK TITIK AM AT - M Gambar 2.2e. Penampang anomali magnet lintasan E Penampang Lintasan F Pada lintasan F, tidak berbeda jauh dengan lintasan E, nilai kemagnitan positif hampir mendominasi sepanjang lintasan ini mulai dari titik amat F1 dengan nilai anomali magnet 11 sampai dengan titik amat F425 dengan nilai anomali magnet 1 (lihat gambar 2.2f). Dari titik amat F45 hingga titik amat F5 baru didapat nilai anomali magnet negatif dari -2. hingga -39, yang mencirikan bahwa pengukuran makin mendekati ke daerah mata air panas Akesahu. Kondisi permukaan masih sama seperti pada lintasan E ditempati oleh satuan batuan lava dan andesit yang semakin terlapukan ke arah titik amat F5. LINTASAN F 12 8 4-4 -8 TITIK AMAT - M Gambar 2.2f. Penampang anomali magnet lintasan F Peta Anomali Sisa Magnet Total Pada penyelidikan geomagnetik untuk panas bumi target anomali magnit yang diharapkan adalah anomali rendah karena anomali rendah tsb berkaitan dengan demagnitisasi batuan akibat panas yang dilepaskan dari suatu lapangan panas bumi, sedangkan anomali sedang ataupun tinggi tidak merupakan sasaran dalam penelitian panas bumi. Dengan Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 31-7
demikan aspek anomali rendah lebih diutamakan di dalam pembahasan ini. Nilai anomali magnet total (gambar 2.3), di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok anomali, yakni sebagai berikut : anomali magnet berharga > 5 (tinggi); anomali magnet berharga sampai 5 (sedang ); dan anomali magnet berharga < - 5 (rendah). Kelompok anomali magnet rendah (negatif) penyebarannya berbentuk lensa-lensa tersebar di pantai timur, utara, dan barat-utara. Di bagian timur anomali rendah terdapat sekitar Akesahu; Lintasan D sekitar titik amat D 7, 4 dan 275; Lintasan C sekitar titik amat C 8, 675, 45 dan 225; Lintasan B sekitar titik amat B 75, 6; 5; 4 dan 275; Lintasan A, sekitar titik amat A 6-5 dan 3. Di utara sekitar titik amat R 13 dan E 2, sedangkan di bagian barat sekitar titik amat R22-21 dan K.2. Kelompok anomali rendah ini ditutupi oleh batuan sedimen, pirolastik kaldera Talaga, dan aluvium di utara, dan piroklastik Kie Matubu di selatan, sedangkan kelompok anomali magnet sedang mendominasi sebagian besar daerah penyelidikan lainnya, dan ditutupi oleh batuan lava dan andesit yang lapuk karena telah mengalami proses demagnetisasi. 84 82 R16 R17 R18 R19 R15 R12 R11 R2 R13 E 1 E 2R1 R14 R21 R9 E 3 R8 F 1 R7 R6 F 2 R5 R22 E 4 25 F 3 E 5 R23 F 4 R4 R24 K3 F 5 RA 1 R3 R25 K2 K4 RA2 C 8 K5 RA3 D8 R2 R26 K1 B 8 PETA ANOMALI SISA MAGNET TOTAL DAERAH PANAS BUMI AKESAHU, P.TIDORE PROVINSI MALUKU UTARA 8 78 76 74 R27 R68 R69 R7 R75 R71 R76 R72 25 R1 C 7 D7 B 7 R32 A 7 R33 5 C 6 D6 B 6 R34 A 6 C 5 R35 D5 RB 4 B 5 BS R36 RB3 A 5 C 4 RB2 D4 R37 RB1 B 4 R73 A 4 R38 R74 R74A C 3 D3 B 3 R39 5 75 A 3 R4R77 C 2 75 R61 R62 D2 B 2 R41 R78 1 A 2 R63 R79 R42 125 C 1 R64 R8 B 1 R43 R65 A 1 R81 R66 R44 R67 R82 15 R45 5 25 KETERANGAN A 2 m 1 m 2 m 3 m 4 m Titik pengukuran geomagnet Kontur anomali magnet Struktur Datum horizontal WGS 84 Proyeksi peta UTM zona 52 N 25 5-1 12 125 R83 72 1 R46 Mata air panas 75 R47 5 25 Kontur ketinggian interval 5 meter 7 Jalan raya 68 318 32 322 324 326 328 Gambar 2.3 Penampang anomali magnet total PEMBAHASAN Dari hasil penyelidikan yang dilakukan terhadap 6 (enam) lintasan, yaitu A, B, C, D, E dan F diperoleh harga anomali magnet positif dan negatif yang sangat kontras diperlihatkan hanya pada 4 (empat) lintasan A,B,C, dan D saja, hingga mencapai perbedaan lebih dari 1. Harga anomali positif tinggi ditempati batuan bersifat magnetik, yaitu oleh batuan lava dan andesit sedangkan untuk harga anomali sedng sampai rendah ditempati oleh batuan yang non magnetik yaitu batuan yang telah mengalami demagnetisasi, batuan sedimen dan piroklastik. Harga anomali pada lintasan E dan F relatif sama, yakni pada sepanjang kedua lintasan tersebut hamir hanya memperlihatkan anomali positif, kecuali pada ujung lintasan F mulai dari titik F45 sampai F5, yakni berharga anomali magnet -1 sampai -39, dan ditempati oleh batuan sedimen dan piroklastik. Perubahan harga anomali positif tinggi kepada positif rendah dan menerus ke anomali negatif diduga akibat karena pengkuran pada lintasan E dan F makin menuju mendekati ke arah mata air panas Akesahu, yaitu ke daerah titik ukur Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 31-8
A75 dan B8. Di daerah ujung sampai daerah tengah lintasan E dan F sebagian besar ditempati oleh batuan lava dan andesit yang terlapukan kuat. Interpretasi yang dilakukan ini masih merupakan interpretasi secara kualitatif belum kuantitatif. Dari hasil penafsiran yang mengacu pada bentuk pola kontur anomali magnet total dan penampang anomali magnet terdapat 3 (tiga) kelompok anomali magnet, yaitu anomali magnet > 5 (tinggi) ditafsirkan sebagai lava dan andesit, anomali magnet antara 5 (sedang) ditafsirkan sebagai lava dan andesit terlapukan, anomali magnet < -2. (rendah) ditafsirkan sebagai batuan sedimen dan piroklastik yang diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan manifestasi panas bumi daerah penyelidikan. Dari bentuk pola kontur anomali magnet hasil penyelidikan di daerah panas bumi Akesahu ditemukan 6 (enam) struktur sesar yang masing-masing berarah hampir Barat Timur, Baratlaut Tenggara dan Timurlaut Baratdaya, dan berada terkonsentrasi pada daerah mulai dari titik ukur 4 sampai ke daerah titik ukur di ujung-ujung lintasan A, B, C dan D di sebelah utara. Sesar-sesar tersebut ini diperkirakan sebagai pengontrol terhadap terjadinya manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan. KESIMPULAN Dari hasil penyelidikan magnet dan hasil interpretasi data lapangan di daerah manifestasi panas bumi Akesahu dan sekitarnya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : - Hasil penyelidikan dengan cara magnet yang diterapkan di daerah manifestasi panas bumi Akesahu telah ditemukan 6 (enam) buah struktur sesar dan adanya kelurusankelurusan anomali magnet yang arahnya bervariasi, yakni masing-masing berarah hampir Barat Timur, Baratlaut Tenggara dan Timurlaut Baratdaya. Sesar-sesar tersebut diperkirakan sebagai penyebab terjadinya manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan yang ditandai dengan munculnya mata air panas Akesahu. - Anomali magnet tinggi yang tersebar di beberapa tempat di daerah penyelidikan ditempati oleh batuan bersifat magnetit, seperti batuan lava andesit diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan batuan intrusi yang muncul sebagai singkapan, dan bersifat magnetik sedang sampai tinggi. - Terdapat harga anomali magnet sedang, yang hanya terdapat di sebagian daerah penyelidikan, ditafsirkan sebagai batuan yang non magnetik seperti sedimen dan piroklastik serta batuan yang telah mengalami demagnetisasi yang diperkirakan sudah empunyai kaitan dengan mata air panas di daerah penyelidikan. - Terdapat harga anomali magnet rendah yang terdapat pada sebagian daerah penyelidikan yaitu di daerah kaldera Talaga di utara dan di daerah kaki pegunungan Kie Matubu, ditafsirkan sebagai batuan yang telah mengalami demagnetisasi (lava dan andesit yang telah lapuk), abu gunung api, batuan sedimen, serta piroklastik, diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan keterdapatan munculnya manifestasi panas bumi, mata air panas Akesahu P. Tidore. - Nilai anomali magnet positif pada daerah penyelidikan ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat magnetik yang ditempati oleh batuan lava dan andesit yang masih segar seperti tersebut, mempunyai harga kerentanan magnet > 1, sedangkan untuk nilai anomali magnet negatif ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat non magnetik, yang ditempati oleh batuan sedimen dan piroklastik dan batuan yang mengalami demagnetisasi mempunyai harga kerentanan magnet < 1. Daftar Pustaka o o Breiner.S. 1973, Application Manual for Portable Magnetometers Telford and Sheriff, 199, Applied Geophysics, Cambridge University. Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 31-9