S - 4 IDENTIFIKASI DATA RATA-RATA CURAH HUJAN PER-JAM DI BEBERAPA LOKASI

dokumen-dokumen yang mirip
INTERPOLASI ORDINARY KRIGING DALAM ESTIMASI CURAH HUJAN DI KOTA SEMARANG

GEOSTATISTIK MINERAL MATTER BATUBARA PADA TAMBANG AIR LAYA

BAB IV ANALISIS DATA. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data eksplorasi

Bab III Studi Kasus III.1 Decline Rate

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014.

Metode Ordinary Kriging Blok pada Penaksiran Ketebalan Cadangan Batubara (Studi Kasus : Data Ketebalan Batubara pada Lapangan Eksplorasi X)

SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE

Kajian Pemilihan Model Semivariogram Terbaik Pada Data Spatial (Studi Kasus : Data Ketebalan Batubara Pada Lapangan Eksplorasi X)

PENAKSIRAN KANDUNGAN CADANGAN BAUKSIT DI DAERAH MEMPAWAH MENGGUNAKAN ORDINARY KRIGING DENGAN SEMIVARIOGRAM ANISOTROPIK PUTU JAYA ADNYANA WIDHITA

II TINJAUAN PUSTAKA. Geostatistik adalah metode statistik yang digunakan untuk melihat hubungan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Eksplorasi PGA adalah langkah pertama dalam menghitung kriging. PGA

Kuliah : Rekayasa Hidrologi II TA : Genap 2015/2016 Dosen : 1. Novrianti.,MT. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi II 1

PEMODELAN KUALITAS AIR DI KAWASAN PEGUNUNGAN KENDENG DENGAN PENDEKATAN ORDINARY KRIGING DAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)

S 10 Studi Simulasi Tentang Penerapan Grafik Pengendali Berdasarkan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)

Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Udayana

ORDINARY KRIGING DALAM ESTIMASI CURAH HUJAN DI KOTA SEMARANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

Estimasi Produksi Minyak dan Gas Bumi di Kalimantan Utara Menggunakan Metode Cokriging

PREDIKSI DAN INTERPOLASI MELALUI ORDINARY KRIGING: STUDI KASUS KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE. Oleh : DEWI SETYA KUSUMAWARDANI

E-Jurnal Matematika Vol. 4 (1), Januari 2015, pp ISSN:

TINJAUAN PUSTAKA. Hujan dan Curah Hujan

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

METODE ORDINARY KRIGING DENGAN SEMIVARIOGRAM LINIER PADA DUA LOKASI TERSAMPEL (Studi Kasus: Prediksi Data Inflasi Pada Lokasi Tak Tersampel)

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya September 2017, Samarinda, Indonesia ISBN:

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Penentuan Stasiun Hujan di Pulau Sabu. Evaluation of the Rainfall-Station Determinations in Sabu Island

Pengaruh Aggregasi Terhadap Parameter Long Memory Time Series (Studi Kasus : Data Saham LQ 45)

BAB IV SIMULASI MODEL

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 1-10 Online di:

(M.7) PEMETAAN ESTIMASI ANGKA PENGANGGURAN DENGAN COKRIGING (STUDI KASUS KOTA GORONTALO TAHUN 2011)

TEORI DASAR DERET WAKTU M A T O P I K D A L A M S T A T I S T I K A II 22 J A N U A R I 2015 U T R I W E N I M U K H A I Y A R

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

Seminar Hasil Tugas Akhir (Rabu, 16 Juli 2014)

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

I. PENDAHULUAN. Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM)

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan

Statistika. Analisis Data Time Series. 13-Sep-16. h2p://is5arto.staff.ugm.ac.id

ANALISIS RASIONALISASI JARINGAN POS HUJAN UNTUK KALIBRASI HIDROGRAF PADA DAS BABAK KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Eksplorasi Software R untuk Fitting Semivariogram Spherical Menggunakan Pemrograman Linear dan Uji Analisis Sensitivitas

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung terbagi menjadi 3 Wilayah Sungai (WS), yaitu : (1) WS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODA RATA-RATA BATCH PADA SIMULASI SISTEM ANTRIAN M/M/1

PROSIDING TPT XXV PERHAPI 2016 MASALAH PENCOCOKAN MODEL VARIOGRAM PADA PENAKSIRAN KADAR MEMAKAI METODE GEOSTATISTIKA

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

MODEL SEMIVARIOGRAM KOPULA DAN REDUKSI KOMPUTASI PADA ALGORITMA SEQUENTIAL KRIGING TESIS. RIAN FEBRIAN UMBARA NIM : Program Studi Matematika

PEMODELAN DAN SIMULASI TINGGI GENANGAN BANJIR DI KECAMATAN GUBENG KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

S - 19 UJI NORMALITAS BERDASARKAN METODE ANDERSON- DARLING, CRAMER-VON MISES DAN LILLIEFORS MENGGUNAKAN METODE BOOTSTRAP

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

ANALISIS SPASIAL DENGAN SEMIVARIOGRAM MODEL BOLA (Studi Kasus : Nilai Ujian Nasional Sekolah Menengah Kejuruan di Bandar Lampung) TESIS TRI WIBAWANTO

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah

ESTIMASI SEBARAN SUSEPTIBILITAS BATUAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN GEOSTATISTIK DI KECAMATAN LORE PEORE

KAJIAN MODEL LONG- AND SHORT- TERM RUNOFF (LST) DAN IMPLEMENTASINYA UNTUK MENGHITUNG DEBIT BANJIR

EVALUASI DAN PERENCANAAN KERAPATAN JARINGAN POS HUJAN DENGAN METODE KRIGING DAN ANALISA BOBOT (SCORE) DI KABUPATEN SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III PEMBAHASAN. Metode kriging digunakan oleh G. Matheron pada tahun 1960-an, untuk

KAJIAN RASIONALISASI JARINGAN STASIUN HUJAN PADA WS PARIGI-POSO SULAWESI TENGAH DENGAN METODE KAGAN RODDA DAN KRIGING.

Bab II. Tinjauan Pustaka

PENDUGAAN DATA TIDAK LENGKAP CURAH HUJAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN KRIGING & RATA-RATA BERGERAK (MOVING AVERAGE)

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya air hujan adalah jalannya bentuk presipitasi berbentuk cairan yang

TINJAUAN PUSTAKA. awan. Kumpulan embun ini bergabung menjadi titik -titik air dan kemudian jatuh

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Implementasi Spasial Kriging Dengan Faktor Dependency Seasonal Time Series Aniq A Rohmawati

ANALISIS DAN EVALUASI KAPASITAS PENAMPANG SUNGAI SAMPEAN BONDOWOSO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS 4.1

PEMILIHAN PERAGAM SPASIAL MENGGUNAKAN MODEL LINEAR CAMPURAN. Mohammad Masjkur 1. Abstrak

PEMODELAN HARGA TANAH KOTA BATAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE UNIVERSAL KRIGING

PROSEDUR PENAKSIRAN PARAMETER MODEL MULTILEVEL MENGGUNAKAN TWO STAGE LEAST SQUARE DAN ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE

Studi Simulasi Grafik Pengendali Non Parametrik Berdasarkan Fungsi Distribusi Empirik

MODEL HIBRIDA RUNTUN WAKTU FUZZY TERBOBOT-DERET FOURIER UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DATA GEOSTATISTIK MENGGUNAKAN METODE ORDINARY KRIGING

Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya

MODEL SAR, EKSPANSI SAR DAN PLOT MORAN UNTUK PEMETAAN HASIL AKREDITASI SEKOLAH DI PROVINSI JAWA BARAT *)

PENERAPAN METODE ORDINARY KRIGING PADA PENDUGAAN KADAR NO 2 DI UDARA

METODE ORDINARY KRIGING PADA GEOSTATISTIKA

METODE ROBUST KRIGING UNTUK MENGESTIMASI DATA SPASIAL BERPENCILAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. variabel untuk mengestimasi nilainya di masa yang akan datang. Peramalan Merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Second-Order Confirmatory Factor Analysis pada Kemiskinan di Kabupaten Jombang

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

AUTOKORELASI PADA BAGAN KENDALI

BAB II METODOLOGI. Tabel 1 Data hasil IHMB di PT. Inhutani I UMH Labanan. Jumlah plot Plot model Plot validasi

Bab 3 Metode Perancangan Model

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Gambar 3. 1 Wilayah Sungai Cimanuk (Sumber : Laporan Akhir Supervisi Bendungan Jatigede)

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori (CFA) Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Terboboti (Weighted Least Square) Untuk Data Ordinal

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS

PERENCANAAN EMBUNG KEDUNG BUNDER KABUPATEN PROBOLINGGO AHMAD NAUFAL HIDAYAT

ANALISIS KELAYAKAN MODEL NAM (NEDBOR AFSTROMNINGS MODEL) UNTUK PREDIKSI KETERSEDIAAN AIR PADA DAS HO

Model-model Variogram

DIAGNOSTIK SISAAN DENGAN AUTOCORRELOGRAM PADA MODEL REGRESI LOGISTIK. (Studi Kasus pada Pendugaan Desa Miskin di Jawa Barat) 1

Transkripsi:

S - 4 IDENTIFIKASI DATA RATA-RATA CURAH HUJAN PER-JAM DI BEBERAPA LOKASI Astutik, S., Solimun, Widandi, Program Studi Statistika, Jurusan Matematika FMIPA, Universitas Brawiaya, Malang, Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawiaya, Malang suci_sp@ub.ac.id, solimun@ub.ac.id, widandi@ub.ac.id Abstrak Tuuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi data curah huan per-am berdasarkan informasi lokasi. Identifikasi untuk mengetahui apakah data curah huan telah memenuhi asumsi isotropik, homogen dan stasioner. Apabila satu atau lebih asumsi ini tidak terpenuhi maka hasil analisis yang diterapkan kurang tepat. Pemeriksaan asumsi dilakukan melalui pendekatan korelasi arak antar lokasi (semivariogram). Hasil penelitian menunukkan bahwa terdapat korelasi curah huan yang signifikan antar lokasi (Nilai P < 0.000). Kata kunci: data lokasi, isotropik, homogen, stasioner, semivariogram A. PENDAHULUAN Curah huan merupakan ketinggian air huan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah huan (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Curah huan merupakan input utama dalam proses hidrologi suatu kawasan. Karena besar curah huan inilah yang dialihragamkan (transformation) menadi aliran air sungai (stream flow), baik melalui aliran permukaan (surface run off), aliran antara (interflow, subsurface flow) maupun sebagai aliran air tanah (ground water flow). Curah huan yang melibatkan informasi spasial disebut sebagai data spasial. Curah huan periode per-am bermanfaat pada pemodelan simulasi hidrologi untuk prediksi banir di suatu daerah tertentu. Identifikasi data spasial diperlukan untuk mengetahui karakteristik data [5] sebelum dilakukan suatu analisis spasial tertentu. Hal ini untuk mengetahui bagaimana korelasi spasial yang ada dalam data spasial. Semivariogram merupakan salah satu fungsi yang nyata untuk menunukkan korelasi spasial yang diukur di lokasi sampel. Semivariogram dipresentasikan sebagai sebuah grafik yang menunukkan varians dalam mengukur arak antara semua pasangan lokasi sampel. Sebagaiman grafik, itu meenolong untuk membangun model matematika yang menggambarkan hubungan keragaman ukuran dengan lokasi. Pemodelan hubungan antar lokasi sampel untuk menunukkan keragaman ukuran dengan arak pemisah yang disebut sebagai semivariogram. Semivariogram diterapkan untuk aplikasi yang melibatkan nilai ukuran di suatu lokasi baru. Pemodelan Semivariogram direferesi uga sebagai pemodelan variogram. Dalam pemodelan variogram, data spasial diasumsikan sebagai proses acak (proses stokastik) Z( s) : s D dengan D adalah himpunan bagian dalam R d dengan d bilangan positif. Kovarian nilai antara dua titik sembarang s i dan s ditentukan sebagai Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik" pada tanggal 9 November 0 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

C( si, s ) E(( Z( si ) ( si ))( Z( s ) ( s ))) () dengan nilai korelasi C( si, s ) ( si, s ) ( s ) ( s ) () i sedangkan C(s i,s i ) = σ (s i ), i, =,,,, n dengan C(s i,s ) : Kovarian nilai antara dua titik ρ(s i,s ) : Korelasi nilai antara dua titik Z(s i ) : Nilai pengukuran pada titik ke-i μ(s i ) : Nilai harapan pengukuran pada titik ke-i (E(Z(s i )) σ (s i ) : Ragam nilai pengukuran pada titik ke-i Suatu proses dikatakan stasioner ika μ(s i ) = μ dan σ (s i ) = σ. Dengan kata lain nilai tengah dan varian tidak bergantung pada lokasi dan konstan di semua titik. Sebagai akibatnya C(s i, s ) = C(s i - s ) = C( ρ(s i, s ) = ρ(s i - s ) = ρ( di mana h adalah vektor arak antara titik i dan. C( disebut sebagai fungsi kovarian atau kovariogram. Sedangkan ρ( disebut sebagai fungsi korelasi atau korelogram. Keragaman nilai antara dua lokasi dengan arak tertentu ditentukan sebagai Var (Z(s + - Z(s)) = γ( fungsi γ( disebut sebagai variogram, sedangkan fungsi γ( disebut sebagai semivariogram. Berdasarkan kestasioneran, dapat dibentuk hubungan antara kovariogram, korelogram dan semivariogram sebagai berikut : C( ( () ( C( (4) (Bailey and Gatrel, 995) Penelitian ini bertuuan untuk untuk mengidentifikasi korelasi spasial data curah huan periode per-am di beberapa lokasi di wilayah DAS Sampean Baru melalui pendekatan semivariogram. Ada tiga semivariogram baku yang digunakan untuk mendekati data rata-rata curah huan, yaitu semivariogram exponential, Gaussian dan Spherical. Yogyakarta, 9 November 0 MS - 4

B. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rata-rata curah huan per-am di DAS Sampean Baru pada Bulan Januari tahun 006 dan 007. Data disaikan dalam Tabel. Analisis data dilakukan dengan software R. Tabel. Data Rata-rata Curah Huan Per-am di DAS Sampean Baru Lokasi Koordinat X Koordinat Y Rata-rata curah huan (mm) 80768 9009,69 86994 9909 8,06 84 95764 7,56 4 8054 9645 5,456 5 89466 9594 9,74 6 877 95094 9, 7 80400 900,49 8 8066 98 0,677 Langkah-langkah penelitian:. Mendeskripsikan data penelitian. Membentuk semivariogram empiris berdasarkan persamaan (5). ˆ( [ Z ( si ) Z( s )] (5) N( dengan Z(s i ), Z(s ) : Nilai pengukuran pada titik ke-i dan ke- N( : Himpunan pasangan data pada s i dan s yang mempunyai selisih arak yang sama, h T(, sedangkan T( merupakan daerah toleransi di sekitar h N( : Banyak pasangan arak di dalam himpunan N(. Membentuk model semivariogram baku yaitu spherical, exponential dan Gaussian. Model spherical didefinisikan dalam bentuk persamaan (6) sebagai berikut : N ( h h untuk h < r ( h ) r r (6) selainnya Bentuk semivariogram spherical diperlihatkan pada Gambar dengan r =,0 dan σ = 4,0. γ( h Yogyakarta, 9 November 0 MS - 5

Gambar. Model spherical dengan r =,0 dan σ = 4,0 Model exponential didefinisikan dalam bentuk persamaan (7) sebagai berikut h ( e r (7) Bentuk semivariogram exponential diperlihatkan pada Gambar dengan r =,0 dan σ = 4,0 γ( h Gambar. Model exponential dengan r =,0 dan σ = 4,0 Model Gaussian didefinisikan dalam bentuk persamaan (8) sebagai berikut h r ( e (8) Bentuk semivariogram Gaussian diperlihatkan pada Gambar dengan r =,0 dan σ = 4,0. γ( h Gambar. Model Gaussian dengan r =,0 dan σ = 4,0 Isotropik dan Anisotropik Pada perhitungan semivariogram empirik, ika nilai varian hanya bergantung pada panang dari vektor arak h maka dikatakan semivariogram tersebut merupakan semivariogram isotropik. Sedangkan apabila dalam perhitungan uga diperhitungkan arah dari Yogyakarta, 9 November 0 MS - 6

vektor h maka dikatakan semivariogram tersebut merupakan semivariogram anisotropik (Budrikaite dan Ducinskas, 005). 4. Memilih semivariogram yang paling sesuai dengan data berdasarkan nilai AIC dan BIC. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil semivariogram baku untuk data curah huan di DAS Sampean Bondowoso disaikan dalam Gambar 4. 4 Semivariogram Semivariogram 5000 0000 5000 0000 Distance 5000 0000 5000 0000 Distance (a) Semivariogram Eksponensial (b) Semivariogram Gaussian 4 Semivariogram (c) 5000 0000 5000 0000 Distance Semivariogram Spherical Gambar 4. Semivariogram (a) Eksponensial, (b) Gaussian, dan (c) Spherica Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa semivariogram exponential mendekati plot titik data. Hasil perbandingan ukuran keakuratan antara ketiga semivariogram disaikan di Tabel. Tabel menunukkan bahwa semivariogram exponential memiliki nilai AIC dan BIC terkecil dibandingkan semivariogram Gaussian dan Spherical (Tabel ). Hasil ini uga uga didukung oleh korelasi spasial dengan Moran s I (nilai P < 0.000). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data curah huan per-am di DAS Sampean Bondowoso dapat didekati semivariogram exponential. Tabel. Pembandingan Ukuran Keakuratan Semivariogram Goodness of fit Perbandingan model Variogram Eksponensial Gaussian Spherical AIC 8,048 8,648 8,648 BIC 7,8855 8,064 8,064 Yogyakarta, 9 November 0 MS - 7

D. SIMPULAN DAN SARAN Identifikasi data curah huan yang bergantung lokasi dapat dilakukan dengan melihat korelasi spasial antara lokasi. Semivariogram merupakan salah satu cara untuk menelaskan korelasi spasial antara lokasi. Hasil identifikasi data rata-rata curah huan per-am di DAS Sampean menunukkan bahwa model semivariogram exponential yang paling sesuai untuk menggambarkan korelasi spasial antara lokasi. Hal ini ditunukkan oleh nilai AIC dan BIC yang terkecil dibandingkan model semivariogram Gaussian dan Spherical. Penelitian ini dapat dikembangkan untuk pemeriksaan asumsi kestasioneran, homogenitas, isotropik dan anisotropik data spasial. Di samping itu, penelitian ini hanya melibatkan informasi lokasi tanpa memperhatikan faktor waktu. Pada penelitian selanutnya dapat diterapkan semivariogram yang melibatkan faktor lokasi dan waktu. E. DAFTAR PUSTAKA Bailey, T. and A. Gatrel. 995. Interactive Spatial Data Analysis. Pearson Education Limited. Essex. Budrikaite, L. and K. Ducinskas. 005. Modeling of Geometric Anisotropic Spatial Variance. www.techmat.vtu.lt/~art/k_abs_files_k_abs_f_file_ bw.php?key=598. Tanggal akses 8 Maret 006. Tatalovich, Z. 005. A Comparison of Thiessen Polygon, Kriging and Spline Models of UV Exposure. www.ucgis.org/summer005/studentpapers/ tatalovich.pdf. Tanggal akses 7 Maret 006. Yogyakarta, 9 November 0 MS - 8