BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB II LANDASAN TEORI

Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4)

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Akuntansi Mudharabah ED PSAK 105 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Slamet Wiyono (2005 : 57) Revenue Sharing berasal dari

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA. Ahmed, Salman. (2011). Analysis Of Mudharabah and A New Approach to Equity

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah

BAB II LANDASAN TEORI

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang

AKUNTANSI BANK SYARIAH

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi Mudharabah Pada BMT Itqan Bandung

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

AKUNTANSI MUDHARABAH (psak 105)

BAB 1V PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan

Pengertian Akad Mudharabah Jenis Akad Mudharabah Dasar Syariah Prinsip Pembagian Hasil Usaha Perlakuan Akuntansi (PSAK 105) Ilustrasi Kasus Akad

Analisis Tata Kelola Penyaluran Dana Berbasis Bagi Hasil pada Lembaga Keuangan Syariah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Koperasi

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH DI KJKS BMT HUDATAMA SEMARANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap Profitabilitas (ROA) Bank

dan persyaratan kepada mudharib atas pembiayaan yang diberikan.pembiayaan mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

Afifudin, SE., M.SA., Ak. atau (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah

PRODUK PERHIMPUNAN DANA

PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO. SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat. Modul ke: Fakultas FEB

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

5. Tujuan laporan keuangan syariah untuk tujuan umum adalah :

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB II LANDASAN TEORI

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

BAB II LANDASAN TEORI. Sunnah Nabi. Konsekuensinya, apapun nilai yang dibutuhkan dalam analisis dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 18, No 2,Oktober 2011 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito

Transkripsi:

5 BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi dan Bank Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Akuntansi syariah adalah teori yang menjalankan bagaimana mangalokasikan sumber-sumber yang ada secara adil bukan pelajaran bagaimana akuntansi itu ada. Menurut Thosikabu Hayashi (Merza Gamal:2007). dalam akuntansi islam ada meta rule yang berasal dari luar konsp akuntansi yang dipatuhi, yaitu hukum syariah yang berasal dari Tuhanyang bukan ciptaan manusia, dan akuntansi islam sesuai dengan kecendrungan manusia yaitu hanif yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab social, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan mempertanggungjawabkan tindakannya dihadapan Tuhan yang memiliki akuntans sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat tidakan manusia bukan saja pada bidan ekonomi, tetapi juga masalah social dan pelaksanaan syariah lainnya. 2. Pengertian Bank Syariah Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembiayaan serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip Islam menurut Muhammad (2002:1) 5

6 Menurut IAI dalam PSAK (2007:59.1) mengemukakan pengertian bank syariah sebagai berikut: Bank syariah adalah bank yang berasaskan kemitraan, keadilan, transparasi, dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Bank islam yaitu bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran sesuai dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998 Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi islam dengan karakteristik, yakni: a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya b. Tidak mengenal konsep waktu dari uang c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif e. Tidak memperkenankan menggunakan dua harga dalam satu barang f. Tidak memeperkenankan dua taransaksi dalam satu akad Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan. Bank syariah

7 dapat menjalankan kegiatan usaha dalam memperoleh imbalan atas jasa perbankan lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Dalam penghimpunan dana, bank syariah menggunakan prinsip wadiah, mudharabah, dan prinsip lain yang sesuai dengan syariah. Sedangkan dalam penyalur dana, bank syariah menggunakan: a. Prinsip musyarakah dan atau mudharabah untuk investasi atau pembiayaan b. Prinsip murabahah,salam, atau istishna untuk jual beli c. Prinsip ijarah dan atau ijarah muntahiyah bittanlik untuk sewa menyewa d. Prinsip-prinsip lain yang sesuai dengan syariah B. Pengertian Bagi Hasil Dalam bank syariah, konsep bagi hasil (IBI, 2003:265) adalah sebagai berikut: (Wiyono, Slamet, 2005:59) 1. Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan bank yang bertindak sebagai pengelola dana. 2. Pengelola/bank syariah mengelola dana tersebut di atas dalam sistem pool of fund, selanjutnya bank akan menginvestasikan dana tersebut ke dalam proyek/usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah.

8 3. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja sama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut. Dalam praktiknya, mekanisme perhitungan bagi hasil dapat didasarkan pada dua cara yaitu sebagai berikut : (Wiyono, Slamet, 2005:56) a. Profit sharing (bagi laba) Adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. b. Revenue sharing (bagi pendapatan) Adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue (pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. 1. Rumus Perhitungan Bagi Hasil Dalam menghitung bagi hasil dari setiap transaksi perbankan syariah, kita harus menghitung dana yang diterima dari pihak ketiga, sehingga pendistribusian hasil dari transaksi tersebut terlihat jelas sesuai dengan prinsip syariah dan tidak mengandung unsur riba. Oleh karena itu, perlu dibuat tabel perhitungan distribusi pendapatan sebagai berikut :

9 Jenis Simpanan Tabel 2.1 Perhitungan Distribusi Pendapatan Dana pihak ke - 3 Saldo Ratarata Distribusi NASABAH harian Bagi hasil Nisbah Bonus/Bagi hasil Return A B C D % ( B x C ) (D/A x365/hari x 100) Giro Wadiah A 1 B 1 Bonus D 1 Tab. Mudharabah A 2 B 2 C 2 % D 2 Deposito Mudharabah 1 bulan A 3 B 3 C 3 % D 3 3 bulan A 4 B 4 C 4 % D 4 6 bulan A 5 B 5 C 5 % D 5 12 bulan A 6 B 6 C 6 % D 6 Rumus perhitungan SRRH : SRRH = TD JH Dimana : SRRH = Saldo Rata rata Harian TD = Total Dana dalam periode berjalan JH = Jumlah Hari dalm periode berjalan Setelah SRRH dihitung maka selanjutnya menghitung Distribusi Pendapatan dengan rumus sebagai berikut :

10 SR DP = TR Dimana : X TP DP = Distribusi Pendapatan SR = Saldo rata rata tertimbang per klasifikasi dana TR = Total rata rata tertimbang per klasifikasi dana TP = Total pendapatan yang diterima periode berjalan oleh bank syariah 2. Cara Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Nisbah merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan diterima oleh tiap tiap pihak yang melakukan akad kerja sama usaha, yaitu pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) yang tertuang dalam akad/perjanjian dan telah ditandatangani pada awal sebelum dilaksanakan kerja sama usaha (Wiyono, Slamet, 2005:62). Contoh 1 : Dari contoh tersebut diatas apabila dalam akad diperjanjikan bahwa nisbah simpanan mudharabah adalah 40:60 maka bagi hasil yang didistribusikan kepada penabung/investor/nasabah adalah 60% dari distribusi pendapatan untuk klasifikasi simpanan mudharabah, sedangkan untuk bagian bank/pengelola dana adalah sebesar 40%. Sehingga akan diperoleh bagi hasil untuk masing masing pihak adalah:

11 Untuk penabung/investor/nasabah : 60% X Rp. 20.000.000 = Rp. 12.000.000 Untuk bank/pengelola dana : 40% X Rp. 20.000.000 = Rp. 8.000.000 C. Pengertian dan Karakteristik Mudharabah Menurut Bank Syariah Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka. Mudharabah terdiri dari tiga jenis, yaitu mudharabah muthlaqoh (investasi tidak terikat), mudharabah muqayyadah (investasi terikat) dan Mudharabah musytarakah. Adapun karakteristik Mudharabah menurut PSAK No. 105 adalah: a. Bank sebagai mudharib (pengelola dana) dibahas dalam pos investasi tidak terikat. b. Bank sebagai agen investasi (chanelling) dalam mudharabah muqayyadah dibahas dalam laporan perubahan investasi di off balance sheet, sedangkan bank sebagai pihak yang ikut menanggung resiko (axecuting) dalam mudharabah muqayyadah dibahas dalam pos kewajiban investasi terikat.

12 c. Pembiayaan mudharabah dapat diberikan dalam bentuk kas dan atau non kas yang dilakukan secara bertahap atau sekaligus. d. Pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan besramaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya akad mudharabah. e. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) maupun bagi pendapatan (revenue sharing). f. Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tidak dipersyaratkan adanya jaminan, namun agar tidak terjadi moral hazard berupaya penyimpangan oleh pengelola dana, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana tebukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. g. Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh bank secara berkala sesuai dengan kesepakatan.

13 D. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) 1. Pengertian akad Mudharabah Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/9/PBI/2003 (2003:3) pengertian mudharabah yaitu: Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Sedangkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 105 Paragraf 4, memberikan pengertian dari mudharabah yaitu : Akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak sebagai pengelola, dan keuntungan dibagi antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Menurut Heri Sudarsono dan Hendi Yogi P (2004:92) pengertian mudharabah ialah: Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola modal tersebut. Keuntungan dibagi diantara pihak pemilik dan pihak pengelola sesuai kesepakatan. Sedangkan kerugian finansial hanya ditanggunag oleh pemilik modal sepanjang kerugian tersebut tidak disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola, dalam hal ini harus dilakukan investigasi terhadap sebab-sebab kerugian. Apabila kerugian diakibatkan

14 karena kecurangan atau kelalaian pengelola, maka pengelola harus bertangguang jawab atas kerugian tersebut. 2. Rukun dan Syarat Mudharabah Ada beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan mudharabah yaitu menurut Zulfi Chairi (2000:12) a. Adanya shahibul maal (pemilik dana) b. Adanya mudharib (pengelola dana) c. Adanya amal usaha (usaha atau pekerjaan) d. Adanya hasil (bagi hasil atau keuntungan) e. Adanya ijab qabul (perjanjian atau akad) Syarat objek mudharabah adalah : a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya (mata uang) b. Modal harus tunai c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul) d. Nisbah keuntungan Nisbah adalah rukun yang khas dalam rukun mudharabah, yang didtak ada dalam akad jaul beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah.

15 3. Jenis-Jenis Mudharabah Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 105 Paragraf 4 secara umum, mudharabah terbagi menjadi tiga jenis: a. Mudharabah Muthlaqah Mudharabah Muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikab kebebasan kepada pengelola dana dan pengolaan investasinya. b. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi. c. Mudharabah Musytarakah Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. Pengambilan pembiayaan mudharabah dapat dilakukan bersama dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirnya mudharabah. Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tudak ada jaminan, namun agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana pihak ketiga. Jaminan ini tidak dapat dicairkan pengelola dana terbikti melakukan pelaanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

16 4. Karakteristik Mudharabah Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak ada jaminan, namun agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. Pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat mudharabah diakhiri. Jika dari pengelolaan dana mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad. Jika dari pengelolaan dana mudharabah menimbulkan kerugian, maka kerugian finansial menjadi tanggung jawab pemilik dana. 5. Dasar hukum mudharabah a. PSAK No. 101 Penyajan Laporan Keuangan Syariah Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) untuk entitas syariah yang selanjutnya disebut laporan keuangan, agar

17 dapat dibandingkan dengan laporan keuangan entitas syariah periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas syariah lainnya. b. PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi mudharabah. diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib). 6. Teknik mudharabah Dalam Perbankan Teknik mudharabah dalam perbankan sebagai berikut: a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal, harus diserahkan tunai, dapat berupa uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati bersama b. Hasil pengelolaan dana modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan dua cara: 1) Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing) Adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue (pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha belum dikurangi beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut

18 2) Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing) Adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dana dikurangi beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana. d. Bank berhak melakukan pengawasan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah. e. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat dikenakan sanksi administrasi. 7. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan: a. Apabila pembiayaan mudharabah diakui terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. b. Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.

19 Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 105 paragraf 22, yaitu: Pengakuan penghasilan mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. Berdasarkan Pernyataa Standar Akuntansi Keuangan No. 105 paragraf 11, yaitu: Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba. Dalam prinsip bagi hasil usaha berdasarkan bagi hasil, dasar pembagian hasil adalah laba bruto (gross profit ) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba bersih yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan pengelolaan modal mudharabah. Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurangan pembiayaan mudharabah. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan pengelolaan dana dibebankan pada pengelola dana. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana pada saat mudharabah selesai atau dihentikan sebelum masa berakhir diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada pengelola dana.

20 8. Pengukuran Investasi Mudharabah Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemillik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyertaan aset non kas kepada pengelola dana. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut: a. Investasi mudharabah dalam, bentuk non kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan. b. Investasi mudharabah dalam bentuk non kas diukur sebesar nilai wajar aset non kas pada saat penyerahan : 1) Jika nilai wajar lebih tinggi dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah. 2) Jika nilai wajar lebih rendah dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. c. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai, disebabkan investasi mudharabah rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. d. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.

21 e. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk aset non kas dan aset non kas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil. f. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang. 9. Penghasilan usaha a. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. b. Kerugian yang terjadi dalam satu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan bentuk penyisihan kerugian investasi. c. Pada saat akad mudharabah selisih antara: 1) Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi, dan 2) Pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

22 d. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. e. Kerugian akibat kelalaian kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah. f. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang.