KAJIAN SEBARAN AIR PANAS DI KELURAHAN TOBOLOLO DAN KELURAHAN SULAMADAHA KECAMATAN PULAU TERNATE KOTA TERNATE

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

PENENTUAN POSISI SUMBER PROSPEK PANAS BUMI BERDASARKAN DATA ANOMALI MAGNETDI DAERAH AKESAHU, PULAU TIDORE, MALUKU UTARA

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

3. HASIL PENYELIDIKAN

DISTRIBUSI ANOMALI MAGNETIK DAERAH PANAS BUMI BONGONGOAYU, GORONTALO

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

3. HASIL PENYELIDIKAN

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG DI DESA PINCARA KECAMATAN MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

Penyelidikan Geolistrik Schlumberger di Daerah Panas Bumi Jaboi Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sari. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

PENAMPANG ANOMALI GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK DAERAH PANAS BUMI BONGONGOAYU, GORONTALO

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

PEMODELAN 2D RESERVOAR GEOTERMAL MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA KASIMBAR BARAT ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

Journal of Creativity Students

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

PENELITIAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI LOMPIO KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH. Oleh : Imanuel Musa Foeh

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

Penyelidikan Head On di Daerah Panas Bumi Jaboi Wilayah Kota Sabang - Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH)

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

Kata kunci: Bukitbakar, Ulurabau, Solok, geomagnetik, anomali, gamma

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

IDENTIFIKASI RESERVOAR DAERAH PANASBUMI DENGAN METODE GEOMAGNETIK DAERAH BLAWAN KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

Analisis Reservoar Daerah Potensi Panasbumi Gunung Rajabasa Kalianda dengan Metode Tahanan Jenis dan Geotermometer

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB II TINJAUAN GEOLOGI. yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan. dilihat pada Gambar 1.

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

Pendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah

KARAKTERISTIK MATA AIR PANAS DAERAH PANAS BUMI DESA AKESAHU GAMSUNGI KECAMATAN JAILOLO TIMUR KABUPATEN HALMAHERA BARAT PROPINSI MALUKU UTARA

Transkripsi:

63 KAJIAN SEBARAN AIR PANAS DI KELURAHAN TOBOLOLO DAN KELURAHAN SULAMADAHA KECAMATAN PULAU TERNATE KOTA TERNATE Abdul Haris Rajab 1, Rohima Wahyu Ningrum 2, Jumaris 3 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Khairun Ternate 2 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Khairun Ternate, Email: rohima_wn@yahoo.co.id 3 Dosen Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Universitas Khairun Ternate Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi panas bumi dan sebaran air panas di sekitar Kelurahan Tobololo dan Kelurahan Sulamadaha, Pulau Ternate bagian utara. Hasil pengukuran magnetik di lapangan haruslah dihitung terlebih dahulu agar bisa mendapatkan anomali magnetik yaitu medan magnet total dikurangi dengan magnet variasi harian, serta dikurangi dengan medan magnet utama bumi(nilai IGRF). Nilai IGRF 40137.7, Nilai medan magnet total yang terbaca pada fluxgate magnetometer sangat bervariasi antara 44907.9 nt s/d 73351.8 nt,total koreksi yang didapat setelah medan magnet total dikurangi magnet variasi harian dan dikurangi nilai IGRF. Nilai anomali magnetik yang didapat setelah nilai magnet total dikurangi dengan nilai total koreksi yaitu berkisar antara 4791.7 nt s/d 33235.9 nt. Sebaran suhu airtanah dengan lokasi pengukuran memanjang lebih dari 5 km dan lebar 1 km dari bibir pantai hingga ke arah ketinggian dimana sumur gali atau sumur bor masih ditemukan. Suhu airtanah berkisar 26 o C 35.5 o C. Suhu air tertinggi hanya terdapat di dua titk mata air, yakni di Desa Tobololo dan Desa Sulamadaha. Ini menunjukkan perbedaan suhu hampir pada semua air sumur. Kata Kunci: air panas, gunung api, magnetik.

64 PENDAHULUAN Maluku Utara terletak di jalur ring of fire dimana jalur ini adalah jalur keberadaan gunung api. Jalur gunung api menjadi sumber terbentuknya atau berpotensi memiliki energi panas bumi. Energi panasbumi adalah energi sumberdaya alam berupa air panas atau uap yang terbentuk dalam reservoir di dalam bumi melalui pemanasan air bawah permukaan oleh batuan beku panas (Tim Pertamina, 2007). Prospek energi panas bumi sangat menjanjikan sebagai energi alternatif terbarukan, dan penelitian mengenai potensi energi panas bumi masih terus dilakukan sampai sekarang. Maluku utara terdapat beberapa gunung api baik yang masih aktif maupun yang tidak aktif (istirahat), yaitu: Gunung Gamalama, Gunung Dukono, Gunung Gamkonora, Gunung Ibu, Gunung Kie Matubu, dan Gunung Kie Besi. Energi panas yang terkandung dalam air panas menjadi fenomena alam sejak dahulu kala hingga sekarang namun seiring berjalannya waktu, pengetahuan dan tekhnologi telah banyak membantu manusia untuk lebih jauh mengetahui secara mendalam. Panas bumi tersebut mengalami perpindahan energi dan masuk ke dalam tubuh air yang menyebabkan terjadinya perubahan temperature air. Fenomena ini telah banyak terjadi di sekitar kita dan tentunya hal ini akan menjadi sasaran objek yang menarik untuk dikaji lebih dalam yakni dengan melakukan penelitian. Kenampakan panas bumi juga terdapat di bawah kaki Gamalama yakni di Kelurahan Tobololo dan Kelurahan Sulamadaha Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate. Daerah yang terletak di Kelurahan Tobololo dan Kelurahan Sulamadaha, Kelurahan Tobololo adalah sebuah daerah tempat pariwisata berupa pantai pesisir yang terletak di Pulau Ternate bagian utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi panas bumi dan sejauh mana sebaran air panas di sekitar daerah penelitian berdasarkan anomali magnetik. METODE PENELITIAN Secara administratif Kelurahan Tobololo dan Kelurahan Sulamadaha berada di kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Dilihat dari Letak Geografis Kelurahan Tobololo dan kelurahan Sulamadaha berbatasan dengan kelurahan Bula di sebelah timur, berbatasan dengan keluraha Takome di sebelah barat sedangkan sebelah utara terdapat wilayah laut kota Ternate, dan sebelah selatan terdapat perkebunan masyarakat desa tersebut.

65 Lokasi Penelitian Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.penelitian deskriptif berkenaan dengan pengumpulan data untuk mendeskripsikan suatu fenomena alam.di dalam penelitian analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjelaskan hasil penelitian berupa angka secara naratif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu metode geofisika yaitu metode magnetik yang sering digunakan untuk survei pendahuluan pada eksplorasi minyak bumi, gas bumi dan penyelidikan batuan mineral serta untuk mengetahui lapisan batuan. Metode magnetik bekerja sesuai dengan sifat-sifat magnetik batuan yang terdapat di bawah permukaan bumi.pada perkembangannya, metode magnetik banyak digunakan di berbagai bidang geofisika lainnya termasuk untuk penelitian mengenai gunungapi dan struktur bawah permukaan bumi. Untuk melakukan pengambilan data dan sampel di lapangan maka alat alat yang digunakan adalah : A. Untuk survei lapangan : - Flux Gate Magnetometer - GPS Garmin untuk mengetahui kordinat posisi yang nantinya diplot dalam peta - Rol meter untuk pengukuran ke dalaman muka air tanah dan jarak sumur dari garis pantai - Jam tangan untuk pencatatan waktu - Kamera dan handycam untuk dokumentasi lapangan B. Untuk dasar pemetaan : - Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000 - Peta Geologi Lembar Ternate skala 1 : 25.000 - Peta Topografi skala 1: 25.000 - Peta Penggunaan Lahan skala 1: 25.000 C. Perangkat lunak: - Software pemetaan Global Mapper 12 - Surfer 11 - Software Argis 9

66 PETA: 1. Peta rupa bumi 2. Peta geologi Telaah Pustaka INTERPRETASI: 1. Batuan 2. Kontur 3. Struktur Cek Lapangan Pengukuran Geomagnet Sumber Air Panas Pengukuran Suhu Air dan Lingkungan 1. Pengolahan Data 2. Interpretasi - Kontur Anomali Magnetik - Kontur Sebaran Panas - Analisis Sumber Air Panas Gambar 2. Diagram Alir Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran magnetik di lapangan haruslah dihitung terlebih dahulu agar bisa mendapatkan anomali magnetik yaitu medan magnet total dikurangi dengan magnet variasi harian, serta dikurangi dengan medan magnet utama bumi(nilai IGRF). Nilai IGRF 40137.7, Nilai medan magnet total yang terbaca pada fluxgate magnetometer sangat bervariasi antara 44907.9 nts/d 73351.8 nt,total koreksi yang didapat setelah medan magnet total dikurangi magnet variasi harian dan nilai IGRF yaitu berkisar antara -21.06 nt s/d - 22.27 nt. Nilai anomali magnetik yang didapat setelah nilai magnet total dikurangi dengan nilai total koreksiyaitu berkisar antara 4791.7 nt s/d 33235.9 nt. Nilai anomali di atas kemudian dibuat dalam bentuk kontur anomali magnetik dan dioverlay pada peta. Nilai anomali pada peta memperlihatkan nilai anomali kemagnetan batuan yang bervariasi dilihat dari warnanya dan dapat diklasifikasi dalam 3 kelompok warna, yaitu: anomali rendah (warna biru muda, kurang dari -2500 nt); anomali sedang (warna biru muda hijau, antara -2500 s/d 15000 nt); dan anomali tinggi (warna kuning merah tua, lebih dari 15000 nt). Anomali magnetik tinggi pada skala warna

67 kuning tuasampai merah dengan nilai lebih dari 15000 nt ditafsirkan sebagai gambaran dari batuan beku atau batuan vulkanik seperti batuan lava andesit yang diperkirakan mempunyai hubungan erat dengan batuan intrusi yang bersifat magnetik sedang sampai tinggi. Berdasarkan tiga kelompok anomali magnet daerah penelitian didominasi oleh nilai anomali magnetik rendah yang tersebar di baratdaya, baratlaut dan di tengah daerah penelitian. Sedangkan anomali magnetik tinggi tersebar di tengah dan timurlaut daerah penelitian dan anomali magnetik sedang terdapat hanya di bagian tenggara dan barat pada daerah penelitian. Nilai anomali magnet positif diinterpretasikan berhubungan dengan batuan bawah permukaan yang memiliki kerentanan nilai magnet tinggi (Idral, 2005 dan Mustang dkk., 2005) atau batuan yang belum mengalami ubahan.anomali magnet positif pada penampang anomali geomagnet diperkirakan sebagai batuan diorit yang masih utuh (belum mengalami ubahan). Batuan diorit adalah batuan intermediet yang memiliki nilai susseptibilitas yang relatif tinggi (Idral, 2005). Telford (1990) memberik an nilai 600 120.000 (SI) untuk batuan diorit. Nilai anomali magnet negatif diinterpretasikan sebagai batuan bawah permukaan yang bersifat nonmagnetik ( Idral dkk., 2009 ) atau batuan yang telah mengalami ubahan ( Mustangdkk., 200 5 ). Anomali magnet negatif pada pada anomali magnetik diperkirakan sebagai batuan granit dan diorit yang telah mengalami ubahan dan aluvial yang bersifat non magnetik. Granit dan aluvial menurut Idral (2005) memiliki respon magnet yang sangat rendah. Dari empat lintasan yang kami ukur menunjukkan bahwa anomali magnet negatif mendominasi bagian barat laut lintasan. Sedangkan bagian tenggara lintasan didominasi oleh anomali magnet positif. Bagian barat laut lintasan ditempati oleh batuan intrusi masih utuh dan belum mengalami perubahan sifat fisika.anomali magnet negatif yang mendominasi bagian barat laut lintasan diperkirakan sebagai batuan granit dan diorit yang atau batuan yang mengalami ubahan. Bagian tenggara lintasan ditempati oleh aluvial. Aluvial yang bersifat nonmagnetik diperkirakan sebagai lapisan permukaan. Respon magnet tinggi pada peta anomali magnetik diperkirakan sebagai batuan yang tidak tersingkap ke permukaan. Anomali positif ini diperkirakan berasal dari batuan batuan yang tidak tersingkap ke permukaan. Nilai kemagnetan yang bervariasi dan tidak beraturan antara anomali magnet positif dan negatif secara geologi,menurut Idral (2005), mengindikasikan adanya zona struktur yang komplek di sekitar titik ukur. Nilai kemagnetan yang bervariasi dan tidak beraturan seperti tampak pada peta diperkirakan berkaitan dengan zona kontak litologi ataupun zona sesar. Kontur anomali positif dan negatif yang terjadi pada beberapa titik ukur yang berkisar antara 4791.7 nt s/d 33235.9 nt. nt, Indikasi struktur geologi dan perbedaan litologi daerah Tobololo dan Sulamadaha pada peta anomali magnetik diperoleh melalui kontur nilai anomali positif dan negatif. Kontur anomali positif dan negatif pada peta anomali magnetik daerah Tobololo dan Sulamadaha >4791.7 nt. Struktur geologi pada daerah air panas berfungsi sebagai faktor pengontrol fluida daerah panas bumi

68 Gambar 3. PetaKontur Anomali dan Titik Pengambilan Data. Pola warna dan garis yang ditunjukkan dalam peta anomali terlihat adanya Anomali tinggi dan rendah, yang membentuk kutub-kutub magnetik negatif dan positif yang berpola menutup dan terbuka terdapat di bagian pantai yang diinterpretasikan sebagai batuan dengan susseptibilitas sedang sampai tinggi berupa batuanlava andesit-basaltik, bahkan ada yang tersingkap kepermukaan (outcrop). Anomali magnetik dengan nilai sedang sampai rendah menempati wilayah pantai bahkan hampir semua wilayah pantai lokasi penelitian didominasi oleh anomali tersebut. Hal ini terjadi karena diduga batuan yang terdapat pada daerah tersebut telah mengalami pelapukan kuat atau dipengaruhi oleh sumber panas di sekitarnya, baik itu batuan sedimen ataupun batuan beku. Hasil pengolahan magnetik ini dapat dibuktikan dengan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung (P3G Bandung), yang menunjukkan ada kemungkinan terjadinya pensesaran pada pulau Ternate yang mengalirkan air panas ke Tobololo dan Sulamadaha kearah pantai.menurut Idral (2005) serta Idral dan Sumardi (2009) mengindikasikan adanya struktur geologi atau sesar di sekitar titik ukur.pensesaran ini kemudian akan mengalirkanair melalui celah tersebut dan melewati titik panas yang ada pada sesar, sehingga air yang mengalir akan

69 mengalami perubahan suhu sebelum sampai ke Tobololo dan Sulamadaha.Perbedaan harga susseptibilitas yang ditunjukkan pada masing-masing batuan bukan disebabkan oleh perbedaan litologi akan tetapi lebih disebabkan oleh perubahan sifat fisika yang terjadi akibat pensesaran. Dari kontur peta magnetik (Gambar 4.1) menunjukkan adanya perbedam nilai yangdimungkinkan adanya suatu anomali, pola ini didukung oleh kontur anomali magnetik hasil pengolahan yang menunjukkan kesesuaian dengan posisi sesar dari benda penyebab anomali yaitu di sebelah baratdaya daerah penelitian atau disekitar sumber airpanas Tobololo dan Sulamadaha. Pola kelurusan yang ditunjukkan oleh data P3G Bandung menunjukkan jumlah sesar yang begitu banyak sehingga memungkinkan potensi panas akan keluar dari tempat tersebut. Data magnetik memperlihatkan bahwa adanya benda penyebabanomali yaitu batuan yang memiliki susseptibilitas yang rendah sebagai tanda bahwa batuan daerah sekitar telah mengalami demagnetisasi batuan. Data magnetik ini mengindikasikan anomali yang tampak hanya kisaran paling rendah 4791.7nT dan tidak mencapai nilai di bawah 0 atau minus. Pada penelitian yang dilakukan di tempat lain seperti pada penelitian lainnya bahwa rata-rata anomali yang ditemukan sangatlah rendah bahkan mencapai angka -200 nt. Sehingga bisa diduga bahwa penyimpangan (anomali) pada batuan di lokasi sekitarnya masi tergolong anomali kecil. Informasi geologi yang diperoleh menunjukkan bahwa posisi dari daerah penyebab anomali medanmagnetik tersebut merupakan daerah yang telah tertutupi oleh endapan lahar tua yang memungkinkan batuan telah mengalami perubahan nilai magnetik. Bila mengacu ke informasi geologi daerah penelitian, benda penyebab anomali magnetikini merupakan suatu sesar dan kontak litologi Jadiair panas yang ada di Tobololo dan Sulamadaha ini dikontrol oleh adanya sesar. Dan dimungkinkan air panas yangmuncul dipermukaan berasal dari reservoar panasbumi gunungapi Gamalama yang meresap melalui sesar dan kemudian mengalir lagi ke tempat yang lebih rendah. Data dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung (P3G Bandung) menjelaskan bahwa terdapat kelurusan (lineament) gunung api berarah timurlaut-baratdaya (NE-SW). Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Bronto (1982), menjelaskan tentang keberadaan tiga danau di Pulau Ternate yang posisinya sejajar dengan puncak gunung Gamalama. Ini menunjukkan adanya celah yang memotong pada arah U 15 o S 15 o T. Celah ini sejajar dengan rangkaian kepulauan busur di bagian barat Halmahera. Sesar yang ditemui merupakan sesar turun yang terjadi pada endapan lahar tua dan batas batuan karena merupakan sesar turun maka zona sesar ini kemudian menjadi zona lemah yang mudah untukditerobos, dalam hal ini yaitu air yang berasal dari reservoar panasbumi sehingga di permukaan ditemukan sumber air panas. 1.1 Zonasi dan Sebaran Air Tanah Pulau Ternate Bagian Utara Pengukuran suhu dan tinggi muka airtanah dilakukan bersamaan di sepanjang pesisir pantai lokasi penelitian hingga

70 wilayah terjauh menuju daratan/ketinggian dimana sumur gali atau sumur bor masih ditemukan. Pada saat pengambilan data juga dilakukan pengambilan kordinat untuk menentukan kepentingan penentuan lokasi. Suhu air pada setiap sumur galian sangat bervariasi disebabkan oleh pengaruh-pengaruh tertentu. Kaki gunung api memiliki topografi dan geografi yang khas maka air tanahnya mempunyai karakteristik tersendiri. Kaki gunung api yang tinggi mengakibatkan curah hujan tinggi, fragmen-fragmen gunung api memiliki ruang-ruang yang banyak sehingga mudah menyalurkan airtanah serta memiliki mata air di ujung terras, dan pada dasar aliran lava banyakretakan dan ruang maka air tanah dengan mudah melalui dasar sepanjang lembah tersebut.keadaan airtanah dipengaruhi oleh bentuk geologi dan pada suhu air di sulamadaha dan tobololo.namun bentuk lahan dan topografi tidak berpengaruh pada suhu hanya saja berpengaruh pada suhu lingkungan, diketahui bahwa suhu lingkungan pada lokasi penelitian mempengaruhi pada permukaannya saja.hasil pengukuran ini kemudian di sajikan dalam kontur sebaran suhu air sumur, seperti gambar berikut ini: Gambar 4. Peta Zonasi dan sebaran air tanah

71 Peta zonasi di atas menggambarkan keadaan sebaran suhu airtanah dengan lokasi pengukuran memanjang lebih dari 5 km dan lebar 1 km dari bibir pantai hingga ke arah ketinggian dimana sumur gali atau sumur bor masih ditemukan.suhu airtanah berkisar 26 o C 35.5 o C. Ada 3 klasifikasi suhu, untuk kategori dingin 0 o C-28 o C, kategori sedang atau hangat 29 o C-40 o C, dan suhu panas yakni 40 o c-100 o c. Sebaran suhu ini tidak merata dan terjadi secara diskontinyu. Suhu air tertinggi hanya terdapat di dua titk mata air, yakni di Desa Tobololo dan Desa Sulamadaha. Ini menunjukkan perbedaan suhu hampir pada semua air sumur. Beberapa kilometer sebelum Desa Tobololo suhu air normal dan berangsur-angsur naik.setelah melewati Desa Tobololo, suhu air berangsur-angsur turun dan kembali naik lagi ketika memasuki Desa Sulamadaha. Klosur-klosur kelurusan yang diindikasikan sebagai pensesaran yang menjadi penyebab adanya sistem aliran up flow fluida panas yang masuk ke sistem alir airtanah. Diperkirakan sumber panas atau zona reservoar, hanyalah cabangan dari magma induk, yang merambatkan panas secara konduktif ke batuan dasar (bed rock). Batuan penudung berupa sedimen dan endapan volkanik diatasnya bertindak sebagai lapisan akuifer yang akan meneruskan konduksi panas ke sistem alir airtanah secara konveksi. Keberadaan bidang sesar tentulah menjadi media untuk mengalirkan energi panas (up flow) ke dalam tubuh akuifer. Peta zonasi dibuat berdasarkan data pengamatan sumur gali penduduk dan sumur bor dalam wilayah peneltian. Secara umum sumur gali penduduk berada di daerah paling rendah di kaki gunung.kedalaman muka airtanah mengikuti bentuk topografi gunung.makin jauh meninggalkan pesisir pantai makin dalam muka airtanah. Begitu juga pada sumur bor yang berada di ketinggian atau yang sudah berada di daerah tubuh gunung. Dengan mencermati Gambar 4.3, Ini berarti zona reservoir panas tidak berada jauh dari sumber mata air. Artinya, titik sumber panas (heat source) diduga berada di persimpangan kelurusan yang mencabangkan arah alir airtanah, dimana airtanah diarahkan oleh kelurusan sesar menuju pantai, sehingga air panas hanya keluar pada ujung kelurusan (spot tertentu saja). Tempat lain yang airnya bersuhu normal, secara umum tidak terhubung dengan zona reservoir air panas.secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktifitas biologi sehingga akan membentuk O 2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu air secara alamiah biasanya disebabkan oleh aktifitas penebangan vegetasi disekitar sumber air tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang masuk ke dalam tubuh air tersebut dan mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau tidak langsung. Namun pada penelitian ini perubahan kenaikan suhu air yang terjadi di lokasi penelitian lebih disebabkan oleh sumber panas yang berasal dari perut bumi. Diketahui bahwa ada air sumur yang memiliki suhu di atas 30 o Cdan yang lainnya di bawah 30 o c dari data yang di peroleh di lapangan. Data B1 27 o C dan B2 28 o C dan B3 30 o C. dilihat dari variasi suhu ini menunjukkan adanya factor-faktor yang mempengaruhinya. Data B3 secara tidak langsung dipengaruhi oleh temperature

72 dari dalam bumi. Sedangkan B1 dan B2 dipengaruhi oleh suhu yang ada di lingkungan sekitarnya. Data pada K1-K7 mempunyai suhu rata-rata antara 27 o C-28 o C sehingga bisa diketahui bahwa suhu ini masuk kategori suhu normal air. Data S1-S16 dengan ratarata suhu 26 o C-27 o C, bisa diduga bahwa di daerah ini tidak dipengaruhi oleh panas dari dalam bumi dan hanya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Demikian halnya pada data T1-T12 dengan suhu berkisar antara 26 o C-27 o C, ini menunjukkan hanya dipengaruhi oleh suhu alam sekitar dan masi dikategorikan sebagai suhu air yang normal. Berbeda halnya dengan data SU1- SU7 yang memiliki suhu yang sangat berbeda dengan kebanyakan air sumur. Suhu untuk SU1 dan SU2 adalah 30 o C dan suhu untuk SU3 34 o C, SU4 32 o C dan SU5 30 o C serta SU6 29 o C. Dilihat dari suhu tersebut maka bisa diduga perubahan suhu tersebut bukan karena factor lingkungan sekitar akan tetapi lebih dimungkinkan pada pengaruh dari dalam perut bumi. Sebagaimana hasil penelitian pada anomali magnetik yang memperkuat dugaan tersebut. Hasil suhu tersebut juga tidak jauh berbeda dengan data TO. Khusus untuk T4 dengan suhu tertinggi di antara semua data sumur yaitu 35 o C. Data yang lain pada TO1 28 o C, TO2 27 o C, TO3 29 o C, TO5 33 o C, TO6 26 o C, Tobololo 7 30 o C, dan Tobololo 8-Tobololo 9 31 o C. Suhu pada daerah ini sangat berbeda antara air sumur satu dengan yang lain, ada beberapa air sumur yang masih dipengaruhi oleh panas dari dalam bumi yaitu pada TO3, TO5, TO7, TO8 dan TO9 dengn suhu ratarata di atas 29 o C sehingga suhu sumur yang ada pada TO1, TO2 dan TO6 tidak terpengaruh faktor dari dalam bumi hanya saja dipengaruhi faktor alam sekitar. Suhu yang terkhir adalah TA1- TA17 dengan suhu rata-rata 26 o C dan hanya satu sumur saja yang memiliki suhu 27 o C yakni data TA3. Semua suhu tersebut hanya dipengaruhi oleh suhu alam sekitar dan tentu tidak dipengaruhi oleh panas dari dalam bumi. Sehingga potensi pada daerah TO dan SU termasuk kategori panas bumi rendah karena dilihat dari suhu yang ditunjukkan oleh air sumur yang masih di bawah 36 o C. Sebagaimana ciri-ciri panas bumi yang diklasifikasikan oleh Abdurahman Oman yaitu temperature rendah 10 0 C-92 0 C, temperature sedang 92 0 C-150 0 C, temperature tinggi 150 0 C. Sesuai dengan penerapannya di lapangan khususnya suhu di bawah 92 0 C telah digunakan di beberapa Negara maju dengan tekhnologi yang termutakhir saat ini sehingga pemanfaatannya sangat maksimal. Di beberapa Negara berkembang, pemanfaatan panas bumi menggunakan tekhnologi yang sederhana pada suhu di atas 92 0 C. Hal ini dikarenakan tekhnologi yang sederhana tidak dapat mengelolah panas bumi dengan temperatur di bawah 92 0 C. SIMPULAN & SARAN Simpulan Dari hasil data yang telah dianalisis dan pembahaasan yang telah diuraukan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebaran air panas di bagian utara Pulau Ternate menunjukkan terdapat dua titik mata air panas tersebar yang tidak merata. Suhu air sebelum desa Tobolo umumnya normal, kemudian berangsur-angsur naik hingga

73 mencapai suhu 35 o C. Tobololo dan Sulamaha hannya memiliki sedikit potensi panas bumi dilihat dari anomali yang didapat yaitu 4791.7 nt. 2. Sebaran air panas di Tobololo dan Sulamadahasecara umum darihasil pengukuran suhu airmasih tergolong panas bumi dengan akuifer temperatur rendah. Saran 1. Saran kami kepada pemerintah kota Ternate agarmenjadikan daerah Tobololo dan Sulamadah sebagai pusat kajian geologi karena daerah ini memiliki strukrur geologi yang komplek. 2. Saran kepada masyarakat Tobololo dan Sulamadaha agar lebih menjaga kebersihan sekitar sumur-sumur agar terlihat lebih indah dan tidak tercemar oleh sampah-sampah. DAFTAR PUSTAKA BAPPEDA. 2014. Laporan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah. (RTRW) Kota Ternate 2011-2031 Bronto, S.Hadisantoso RD, dan Lockwood, JP, 1982.Peta Geologi Gunungapi Gamalma, Ternate Maluku Utara, Direktorat Volkanikologi, Bandung. Broto, S., Putranto, T.T., 2011, Aplikasi Metode Geomagnet Dalam Eksplorasi Panas Bumi. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Undip. Dobrin, M.B. and Savit, C.H., 1988. Introduction to Geophysical Prospecting, New York: McGraw-Hill Book Company. Idral, A. 2005.Hasil Penyelidikan Geomagnit Daerah Panas Bumi Suwawa Kab. Bone Bolango Propinsi Gorontalo. Makalah disajikan dalam Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral 2005, Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi. Idral, A. & Sumardi, E. 2009. Hasil Penyelidikan Geomagnetik Daerah Panas Bumi Bittuang Kabupaten Tana Toraja-Propinsi Sulawesi Selatan. Makalah disajikan dalam Kolokium Badan Geologi 2009, Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi. Indratmoko, P., M. Nurwidyanto, I., Yulianto T, 2009. Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Panas Bumi Parang Tritis Kabupaten Bantul DIY Dengan Metode Magnetik Jurusan Fisika FMIPA UNDIP Semarang. Katili, J.A., 1973. Volcanism and Plate Tectonics in the Indonesia Island Arcs, Tectonographysics, 165-188. Nuha, Dafiqiy ya lu ulin.2012.pemodelan Struktur Bawah Permukaan Daerah Sumber Air Panas Songgoriti Kota Batu Berdasarkan Data Geomagnetik. Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang. Mustang, A. Sumardi, E. & Budiraharja. 2005. Survei Geomagnet di Daerah Jaboi, Kota Sabang, Daerah Istimewa Aceh. Makalah disajikan dalam Kolokium Badan Geologi 2005, Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi.

74 Oman, A,2010. Negeri 1001 Bencana. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung (P3G Bandung). Sharma,P.V., 1997. Environmental and Engineering Geophysics, Cambridge University Press, United Kingdom. Telford, Geldart and Sheriff. 1990. Applied Geophysics. Cambridge University Press Telford, W.M., L.P. Geldart, and R.E. Sheriff, 1998.Applied Geophysics, 2nd ed.,cambridge University Press, New York. Telford, W.M., Geldart, L.P. & Sheriff, R.E. (1990 ). Applied Geophysics. Cambridge : Cambridge University Press Telford, W.M. 1976. Applied Geophysic. Cambridge University Press: Cambridge. Tim pertamina. 2007. Peluang pemanfaatan potensi energi geothermal ulubelu lampung. Makalah workshop geofisika universitas lampung. Bandar lampungs Untung, M. 2001. Dasar-Dasar Magnet Dan Gaya Berat Serta Beberapa Penerapannya. Himpunan Ahli geofisika Indonesia (H.A.G.I). Jakarta.