Ind P PETUNJUK PELAKSANAAN KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN- LAMPIRAN 1

PEDOMAN KELAS IBU HAMIL

Kegiatan Subdit Kesehatan Usia Reproduksi T.A 2017

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. dari pertemuan sperma dan ovum sebagai rangkaian kejadian dari

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini dengan memantau kesehatan ibu, dengan digunakan indicator

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

LAPORAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA INOVASI INOVASI KOTA PONTIANAK

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC)

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa periode awal kehidupan atau biasa disebut

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG

Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan ibu di masyarakat (Riskesdas.2013:169). sampai bulan November jumlah K1 33, K4 33, Persalinan Nakes 33, dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

KerangkaAcuanKegiatan Program Perencanaan, Persalinan Dan PencegahanKomplikasi( P4K )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN (Permenkes No. 43/ 2016)

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dalam usia reproduksi yaitu usia tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini Indonesia adalah salah satu negara yang masih belum

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara (Saifuddin 2009, h.7).

PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KARAWANG Alamat Jalan Ahmad Yani No. 67 Karawang Tlp. ( 0267 ) Kode Pos 41312

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016

BAB 1 PEDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang alami artinya perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal perkembangan otak dan pertumbuhan fisik yang baik. Untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Prawirohardjo, 2008, p. 89).

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BULAN BAKTI IKATAN SENAT MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA 2014 KESEHATAN IBU DAN ANAK

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. Kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari. sesudah berakhirnya kehamilan tidak bergantung pada tempat, maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

2 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

2 Pemahaman kesehatan reproduksi tersebut termasuk pula adanya hak-hak setiap orang untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, efektif

Transkripsi:

362. 198 2 Ind P PETUNJUK PELAKSANAAN KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN Direktorat Bina Kesehatan Ibu Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015

Katalog Dalam Terbitan (KTD) Kementerian Kesehatan RI 362.198 2 Ind P Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KesehatanIbu dan Anak Petunjuk pelaksanaan komunikasi informasi dan edukasi Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2015 ISBN 978-602-235-771-1 1. Judul I. HEALTH EDUCATION II. REPRODUCTIVE BEHAVIOR III. SEX EDUCATION IV. REPRODUCTIVE HEALTH

KATA PENGANTAR Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan ridhonya, buku Petunjuk Pelaksanaan Komunikasi Informasi dan Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin ini selesai disusun. Buku ini digunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan untuk melaksanakan KIE kesehatan reproduksi dengan menggunakan lembar balik Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Pemberian KIE dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin merupakan bagian upaya pemenuhan hak reproduksi dan upaya meningkatkan derajat kesehatan, serta dapat berkontribusi pada percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Dengan terbitnya buku ini, saya harap KIE kesehatan reproduksi bagi calon pengantin dapat dilaksanakan di puskesmas dan jajarannya melalui koordinasi dengan institusi terkait dan lembaga keagamaan. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan konstribusi dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi. Jakarta, Februari 2015 Direktur Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA iii

iv

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii v I. PENDAHULUAN... 1 II. TUJUAN KIE KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN. 3 A. Tujuan Umum... 3 B. Tujuan Khusus... 3 C. Hasil yang diharapkan... 4 III. SASARAN KIE KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN.. 4 IV. KIE KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN... 4 V. PELAKSANAAN KIE KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN... 6 A. Jenis Pelayanan dan Tempat... 6 B. Fungsi dan Peran (Provinsi, Kabupaten/ kota dan Puskesmas)... 8 C. Fasilitator dan Narasumber... 9 D. Sarana dan Prasarana... 10 E. Tahapan Pelaksanaan... 10 F. Persiapan Pelaksanaan... 12 G. Pelaksanaan kegiatan... 12 H. Monitoring, evaluasi dan pelaporan... 14 VI. KEGIATAN PELAKSANAAN... 15 VII. MONITORING DAN EVALUASI... 15 A. Monitoring... 15 B. Evaluasi... 16 C. Indikator Keberhasilan... 17 v

VIII. PELAPORAN... 18 IX. PENUTUP... 19 LAMPIRAN... 21 vi

PETUNJUK PELAKSANAAN KIE KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN I. PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi. Data SDKI 2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup sementara AKB sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Dalam upaya menurunkan AKI dan AKB, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan seperti masalah akses, kualitas dan disparitas dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung yaitu perdarahan (37%), infeksi (22%) dan Hipertensi dalam kehamilan (14%) (Laporan rutin, 2013). Sedangkan status gizi yang buruk dan penyakit yang diderita ibu merupakan penyebab tidak langsung kematian ibu. Data Riskesdas 2013 menunjukkan secara nasional prevalensi risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil usia 15-49 tahun sebesar 24,2% dan prevalensi anemia pada perempuan dan remaja putri usia 15-24 tahun sebesar 18,4%. Ibu hamil dengan anemia dan KEK berisiko mengalami penyulit dalam persalinan dan berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah. Hal ini tentunya akan dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi. Demikian halnya penyakit seperti HIV-AIDS, TBC, Malaria, Kardiovaskular, dll secara tidak langsung dapat memperburuk kehamilan. Laporan 1

Perkembangan HIV-AIDS Triwulan III Tahun 2014, Subdit AIDS dan PMS memperlihatkan bahwa persentase HIV pada perempuan adalah sebesar 58%. Kemudian sebanyak 1,9% ibu hamil menderita Malaria dan menurut hasil kajian determinan kematian maternal di lima region di Indonesia, sekitar 4,1% kematian ibu disebabkan oleh Tuberculosis dan 1,7% kematian ibu disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Menyadari hal tersebut, agar kelak mempunyai keturunan yang sehat dan ibu melahirkan dengan selamat, maka setiap pasangan perlu perencanaan dalam kehamilan,oleh karena itu, upaya peningkatan derajat kesehatan ibu harus dilaksanakan secara komprehensif. Intervensi program kesehatan ibu,tidak bisa hanya dilakukan di bagian hilir saja yaitu pada ibu hamil, namun juga harus ditarik lebih ke hulu yaitu pada kelompok remaja dan dewasa muda untuk memastikan individu dapat tumbuh dan berkembang secara sehat. Dewasa ini, masalah kesehatan reproduksi pada remaja belum tertangani sepenuhnya. Hal ini terlihat dengan masih tingginya perkawinan usia dini,yaitu sebesar 46,7% (Riskesdas, 2010) dan masih tingginya kelahiran pada usia remaja (ASFR), yaitu sebesar 48 per 1000 wanita (SDKI, 2012). Pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi juga masih rendah dan kejadian kehamilan pada usia remaja masih tinggi yakni 16,7% (Riskesdas, 2010). Melihat kenyataan ini maka selain pada kelompok remaja, pemberian pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual secara komprehensif perlu diberikan kepada usia dewasa muda/calon pengantin yang akan memasuki gerbang pernikahan. 2

Melalui pemberian konseling, informasi dan edukasi (KIE) kesehatan reproduksi,diharapkan calon pengantindapat mempersiapkan diri menjalani kehidupan berkeluarga termasuk merencanakan kehamilan yang sehat sehingga dapat melahirkan generasi penerus yang berkualitas. Dalam rangka pemberian pengetahuan dan informasi kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin, Kementerian Kesehatan telah menyusun Lembar Balik Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. II. TUJUAN PELAKSANAAN KIE KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN A. Tujuan Umum: Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. B. Tujuan Khusus: 1. Petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya dapat memberikan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. 2. Petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya dapat berkoordinasi dengan lembaga keagamaan maupun instansi terkait dalam memberikan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. 3

3. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin termasuk pemberian pelayanan imunisasi Tetanus Toxoid (TT). C. Hasil yang diharapkan: 1. Petugas kesehatan memberikan KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual kepada calon pengantin. 2. Adanya koordinasi antara petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya dengan lembaga keagamaan dan instansi terkait lainnya dalam memberikan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. 3. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan termasuk pemberian pelayanan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bagi calon pengantin. III. SASARAN KIE KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN Semua menikah. pasangan calon pengantin yang akan IV. KIE KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin dilakukan dengan menggunakan alat bantu/media KIE yaitu Lembar Balik Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin. Lembar balik tersebut diperuntukkan bagi 4

petugas kesehatan. Informasi kesehatan reproduksi yang diberikan dalam lembar balik adalah: o persiapan pranikah o kesetaraan gender dalam pernikahan o keluarga berencana o kehamilan, pencegahan komplikasi, persalinan dan pasca salin o Infeksi Saluran Reproduksi, Infeksi Menular Seksual serta HIV dan AIDS, termasuk Pencegahan Penularan HIV-AIDS dari Ibu ke Anak (PPIA) o Informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara o gangguan dalam kehidupan seksual suami istri dan o mitos pada perkawinan. 5

Gambar 1. Lembar Balik Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin V. PELAKSANAAN KIE KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN A. Jenis Pelayanan dan Tempat Pelayanan Pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual yang diberikan kepada pasangan calon pengantin adalah: 1. KIE kesehatan reproduksi dan seksual: penyuluhan, konseling 2. Pemeriksaan kesehatan: pemeriksaan fisik dan penunjang (jika diperlukan) 3. Imunisasi Tetanus Toxoid sesuai skrining status T. 6

Pelaksanaan KIE dapat dilakukan di: a. Puskesmas KIE kesehatan reproduksi dan seksual dilakukan pada saat calon pengantin melakukan kunjungan untuk imunisasi TT. Untuk imunisasi TT, petugas kesehatan lebih dahulu menanyakan status imunisasi TT (skrining status T) kepada calon pengantin perempuan. Apabila calon pengantin sudah mendapat TT long life maka ia tidak wajib diberi imunisasi TT, tetapi apabila belum pernah mendapat imunisasi TT ataupun lupa, petugas wajib memberikan imunisasi TT. b. Bidan Praktik Mandiri, Praktik dokter,dan Praktik Mandiri Perawat yang kompeten. Pemeriksaan kesehatan maupun pemberian KIE kesehatan reproduksi dan seksual serta iminisasi TT dapat dilakukan oleh bidan, dokter dan perawat yang kompeten yang praktik mandiri. c. KUA/Gereja/Vihara/Parisada/Perkumpulan agama/masyarakat KIE kesehatan reproduksi diberikan pada saat bimbingan rohani persiapan pernikahan. Setelah KIE, calon pengantin disarankan ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan imunisasi TT. Pemeriksaan kesehatan, baik fisik maupun penunjang, serta pemberian imunisasi TT 7

dilakukan di puskesmas. Sedangkan pemberian KIE kesehatan reproduksi dan seksual dapat diberikan kepada pasangan atau kelompok pasangan calon pengantin di luar fasilitas kesehatan (mis: Kantor Urusan Agama) B. Fungsi dan Peran Provinsi, Kabupaten/kota dan Puskesmas Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin dikembangkan sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing jenjang administrasi yaitu: Provinsi, Kabupaten/kota dan Puskesmas 1. Tingkat Provinsi a. Menyiapkan tenaga fasilitator/narasumber b. Mendukung pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan seksual (sarana dan prasarana) c. Melakukan monitoring dan evaluasi pada kabupaten/kota. 2. Kabupaten/Kota a. Menyiapkan tenaga fasilitator/narasumber pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin b. Bertanggung jawab atas terlaksananya pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin (dana, sarana dan prasarana) c. Melakukan monitoring dan evaluasi pada puskesmas. 8

3. Puskesmas a. Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab dan koordinator pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin di wilayah kerjanya b. tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin (identifikasi klien, koordinasi dengan stake holder, fasilitasi pertemuan, monitoring, evaluasi dan pelaporan) C. Fasilitator dan Narasumber Fasilitator pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin adalah tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di puskesmas dan jajarannya. Kriteria petugas kesehatan dapat bidan, dokter, dokter gigi, perawat, sarjana kesehatan masyarakat atau petugas kesehatan yang telah mendapat orientasi tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. Dalam pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin, fasilitator dapat meminta bantuan narasumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu. D. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin adalah: Ruangan atau aula 9

Alat tulis menulis (papan tulis, kertas, spidol, balpoin) Lembar Balik Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon pengantin Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon pengantin Buku/media kesehatan ibu dan anak seperti Buku KIA, poster gizi dll. Komputer/laptop dan LCD E. Tahapan Pelaksanaan Beberapa tahapan yang dilakukan untuk melaksanakan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin: 1. Pembentukan fasilitator. Pembentukan fasilitator bertujuan untuk menyiapkan petugas kesehatan pemberi pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. Peserta dapat bidan, dokter, dokter gigi, perawat, SKM atau petugas kesehatan lain yang diberi orientasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual sehingga selanjutnya dapat melakukan orientasi berjenjang pada tingkat provinsi ke tingkat kabupaten/kota dan puskesmas. 2. Orientasi bagi petugas kesehatan Orientasi diberikan kepada petugas kesehatan di puskesmas dan jajarannya agar mampu mengembangkan pelayanan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin di wilayah kerjanya. Untuk mencapai hasil yang 10

optimal, dalam memberikan KIE kepada calon pengatin, materi dapat diberikan oleh beberapa orang petugas kesehatan (tim) sesuai kompetensinya. 3. Sosialisasi pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin kepada tokoh agama, tokoh masyarakat dan stake holder terkait. Sosialisasi pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin kepada tokoh agama, tokoh masyarakat dan stakeholder sangat penting. Melalui kegiatan sosialisasi ini diharapkan semua unsur masyarakat dapat memberikan respon dan dukungan terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin. Materi sosialisasi antara lain: a. Apa itu pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin? b. Tujuan pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. c. Manfaat adanya KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin d. Peran tokoh agama, tokoh masyarakat dan stakeholder (terutama Kementerian Agama) dalam mendukung pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin F. Persiapan Pelaksanaan Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin: 11

1. Melakukan koordinasi dengan KUA/BP4/Gereja/parisada/vihara setempat untuk memastikan adanya peran aktif dan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. 2. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan untuk KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin, misalnya di Puskesmas/Poskesdes/KUA/gereja/ parisada/vihara, dan lain-lain. 3. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan, serta mempelajari materi yang akan disampaikan. G. Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan pertemuan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin dilakukan sesuai kesepakatan antara petugas kesehatan dengan pihak KUA/ Gereja/parisada/vihara. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama dengan lembaga/kelompok keagamaan setempat. Alur Pelaksanaan KIE calon pengantin adalah sebagai berikut: Calon pengantin datang ke KUA/Gereja/parisada/vihara untuk mengurus pernikahannya. Calon pengantin mengisi formulir N1, N2 dan N4 dari kelurahan/desa yang membawahi tempat tinggal calon pengantin. Calon pengantin membawa surat pengantar yang diperoleh dari KUA/Gereja/parisada/vihara ke 12

Puskesmas untuk mendapatkan surat keterangan sehat dan imunisasi TT (melalui skrining status T). Di Puskesmas petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan,kie kesehatan reproduksi dan imunisasi TT bila diperlukan. Calon pengantin kembali ke KUA/ Gereja/ parisada/ vihara dengan membawa surat keterangan sehat dan status imunisasi TT. KUA akan mencatatkan pernikahan pasangan pengantin yang telah menyerahkan formulir N1, N2, N4, surat keterangan sehat dan imunisasi TT. Untuk pasangan calon pengantin diluar agama Islam, pencatatan pernikahan, sesuai dengan aturan masing-masing agama. Pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi bagi calon pengantin dapat dilihat pada bagan berikut: 13

Surat pengantar pemeriksaan kesehatan Pasangan Calon Pengantin Kantor Agama/lembaga agama Pendaftaran, Pencatatan, Pelaporan Puskesmas Pelayanan kesehatan Pemeriksaan kesehatan Pemberian KIE Kesehatan Reproduksi Imunisasi TT Pasangan Pengantin Surat keterangan kesehatan Gambar 2 Alur KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin H. Monitoring, evaluasi dan pelaporan Untuk memantau perkembangan dan hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan. Seluruh pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin dibuatkan pelaporan dan di dokumentasikan. 14

VI. KEGIATAN PELAKSANAAN Skema Kegiatan Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin: Pertemuan Persiapan Sosialisasi kepada Persiapan Pelaksanaan Monitoring Evaluasi VII. MONITORING DAN EVALUASI A. Monitoring Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan pencapaian, serta masalah dalam pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi bagi catin, hasil monitoring dapat dijadikan bahan acuan untuk perbaikan dan pengembangan selanjutnya. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala dan berjenjang mulai dari tingkat 15

desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. Monitoring di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dilakukan minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali. Hal-hal yang perlu dimonitor: 1. Peserta/Klien (keadaan dan minat, kehadiran, keaktifan peserta) 2. Sarana prasarana (tempat, fasilitas KIE) 3. Fasilitator (persiapan, penyampaian materi, penggunaan alat bantu, membangun keaktifan peserta ) 4. Waktu (efektifitas) B. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak, baik positif maupun negatif dari pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan pengembangan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin selanjutnya. Evaluasi oleh pelaksana (petugas kesehatan) dilakukan pada setiap selesai pelayanan. Dinas Kesehatan Kabupaten/kota serta Dinas Kesehatan Provinsi dapat melakukan evaluasi bersama-sama misalnya 1 kali setahun. 16

Indikator Keberhasilan 1. Indikator Input Adanya Petunjuk pelaksanaan KIE lembar balik kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin dan Buku KIA Adanya petugas kesehatan sebagai fasilitator untuk KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin Tersedianya anggaran untuk KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin 2. Indikator Proses Persentase calon pengantin yang mendapatkan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan KIE kesehatan reproduksi dan seksual Persentase fasilitator yang melaksanakan KIE kesehatan reproduksi dan seksual Persentase Puskesmas yang melaksanakan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin 3. Indikator Output Seluruh calon pengantin mendapat KIE Kesehatan reproduksi dan seksual 17

VIII. PELAPORAN Proses pelaksanaan kegiatan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin dilaporkan oleh puskesmas setiap bulan ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Pelaporan pelayanan kesehatan reproduksi bagi catin dijadikan sebagai dokumen, bahan informasi dan pembelajaran bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Isi laporan memuat: Waktu pelaksanaan Jumlah peserta (daftar hadir) Fasilitator dan Narasumber Proses pertemuan Masalah dan hasil capaian pelaksanaan Hasil Evaluasi Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang dari Puskesmas kedinas kesehatan kabupaten/kota kemudian ke dinas kesehatan provinsi untuk selanjutnya ke Kementerian Kesehatan. Pelaporan dibuat dalam bentuk laporan tahunan. 18

IX. PENUTUP Calon pengantin merupakan kelompok sasasan yang perlu mendapatkan intervensi dalam pelayanan kesehatan reproduksi. Pemberian KIE kesehatan reproduksi kepada calon pengantin merupakan salah satu upaya strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui peningkatan pengetahuan calon pengantin agar kelak dapat merencanakan kehamilan yang sehat dan melahirkan generasi penerus yang berkualitas. Puskesmas dan jajarannya diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dengan institusi terkait dan lembaga keagamaan untuk pelaksanaan KIE dan peningkatan akses pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin. Diperlukan dukungan dan komitmen dari pemerintah daerah setempat agar dapat merealisasikan upaya pemenuhan hak-hak reproduksi dalam mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi. 19

20 Lampiran 1: Contoh Surat Kerangan Sehat

Lampiran 2: Pemberian Imunisasi TT Pemberian Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur PEMBERIAN IMUNISASI SELANG WAKTU PEMBERIAN MINIMAL MASA PERLINDUNGAN T1 - - T2 4 minggu setelah T1 3 Tahun T3 6 Bulan setelah T2 5 Tahun T4 1 Tahun setelah T3 10 Tahun T5 1 Tahun setelah T4 25 Tahun 21

22 Contoh Kartu TT Kementerian Kesehatan

Contoh Kartu TT Catin dari KUA di Wilayah DKI Jakarta 23

Lampiran 3: Formulir Kelengkapan Pernikahan Contoh Formulir N1 Lampiran 7 KMA No.298 Tahun 2003 Pasal 5 ayat (1) KANTOR DESA/KELURAHAN: KECAMATAN: KABUPATEN Model N1 SURAT KETERANGAN UNTUK NIKAH Nomor :... Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan dengan sesungguhnya bahwa : 1. Nama lengkap dan alias : 2. Jenis Kelamin :. 3. Tempat dan tanggal lahir :. 4. Warga Negara :. 5. Agama : 6. Pekerjaan : 7. Tempat tinggal : 8. Bin/Binti :... 9. Status perkawinan a. Jika Pria, terangkan jejaka, duda atau beristri dan berapa isterinya. :.. b. Jika wanita, terangkan perawan atau janda :. 10. Nama isteri/suami terdahulu :. Demikianlah, surat keterangan ini dibuat dengan mengingat sumpah jabatan dan untuk digunakan seperlunya..,. 20. Kepala Desa/Lurah....*) *) nama lengkap 24

Contoh Formulir N4 Lampiran 10 KMA No.298 Tahun 2003 - Pasal 8 ayat (1) huruf d - Model N4 KANTOR DESA/KELURAHAN KECAMATAN KABUPATEN/KOTA :.. :. :. SURAT KETERANGAN TENTANG ORANG TUA Nomor :... Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan dengan sesungguhnya bahwa : I. 1. Nama lengkap dan alias :.. 2.Tempat dan tanggal lahir :.. 3. Warga Negara :.. 4. Agama :.. 5. Pekerjaan :.. 6. Tempat tinggal :... II. 1. Nama lengkap dan alias :.. 2.Tempat dan tanggal lahir :.. 3. Warga Negara :.. 4. Agama :.. 5. Pekerjaan :.. 6. Tempat tinggal :... Adalah benar ayah kandung dan ibu kandung dari seorang : 1. Nama lengkap dan alias :.. 2. Jenis Kelamin :.. 3. Tempat dan tanggal lahir :. 4. Warga Negara :. 5. Agama :.. 6. Pekerjaan :.. 7. Tempat tinggal : Demikian surat keterangan ini dibuat dengan mengingat sumpah jabatan dan untuk digunakan seperlunya.,. 20 Kepala Desa/Lurah *) nama lengkap..*) 25

Contoh Formulir N7 Lampiran : Lembar.. 20.. Perihal : Pemberitahuan Kehendak Nikah Lampiran 13 KMA No.298 Tahun 2003 Pasal 6 ayat (2) Kepada Yth. Pegawai Pencatat Nikah pada KUA Kecamatan/Pembantu PPN Model N7 Assalamu alaikum wr.wb. di Dengan ini kami memberitahukan bahwa kami bermaksud akan melangsungkan pernikahan antara dengan pada hari. tanggal jam dengan mas kawin. dibayar tunai/hutang *) bertempat di.. Bersama ini kami lampirkan surat-surat yang diperlukan untuk diperiksa sebagai berikut : 1. Surat Keterangan Untuk Nikah, Model N1 2. Surat Keterangan Asal-Usul, Model N2 3. Suirat Keterangan Mempelai, Model N3 4. Surat Keterangan Tentang Orang Tua, Model N4 5.. 6.. 7.. 8.. Kiranya dapat dihadiri dan dicatat pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Wassalam Diterima tanggal. Yang menerima, PPN/Pembantu PPN*) Yang memberitahukan Calon mempelai/wali/wakil wali.**).**) *) coret yang tidak perlu **) nama terang 26