BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGANSIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN USIA DINI DI DESA CIWARENG KECAMATAN BABAKAN CIKAO KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

Kata kunci: Pengetahuan, Peran Orang Tua Dalam Mencegah Terjadinya Resiko Kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang penting, jika tidak ditanggulangi bisa menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia menikah ideal untuk perempuan adalah tahun dan tahun untuk

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERNIKAHAN WANITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, yaitu usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 2002). Integrasi dalam masyarakat dewasa tersebut mempunyai berbagai dampak yang berhubungan dengan masa puber serta adanya perubahan intelektual yang mencolok. Perubahan tersebut dapat memungkinkan remaja untuk beradaptasi dalam menjalin hubungan sosial dengan orang dewasa. Tanpa adanya informasi dan pengetahuan yang cukup mengenai reproduksi dan seksual yang benar menjadikan seks sebagai ajang coba-coba yang berujung beberapa risiko diantaranya kehamilan (Manuaba, 2008). Persepsi yang berkembang di kalangan remaja bahwa kehamilan remaja bukanlah merupakan hal yang tabu. Hal tersebut didukung dengan adanya peningkatan kehamilan pada remaja yang jumlahnya semakin bertambah. Keadaan tersebut disebabkan oleh faktor ketidaktahuan remaja tentang dampak yang ditimbulkan akibat kehamilan di usia remaja. Secara umum, remaja laki-laki lebih banyak yang menyatakan pernah melakukan seks pranikah dibandingkan dengan perempuan. Dibandingkan tahun 2007, persentase pada tahun 2012 cenderung meningkat kecuali pada remaja perempuan usia 15-19 tahun. 1

2 Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan bahwa sebanyak 16 juta kelahiran terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun atau 11% dari seluruh kelahiran di dunia yang mayoritas (95%) terjadi di negara sedang berkembang. Di Amerika Latin dan Karibia, 29% wanita muda menikah saat mereka berusia 18 tahun. Prevalensi tertinggi kasus pernikahan usia dini tercatat di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO, 2012). Data Kemenkes RI (2013), menunjukkan angka fertilitas kelompok usia 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate, ASFR 15-19) menunjukkan penurunan yang tidak signifikan dalam 5 tahun terakhir, masih jauh dari target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2014 yaitu 30 kelahiran per 1000 perempuan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2013, yang mendata perempuan usia 10-54 tahun yang sedang hamil, masih didapatkan kehamilan usia yang sangat muda (<15 tahun), meskipun dengan proporsi yang sangat kecil (0,02%), terutama di perdesaan (0,03%). Sedangkan proporsi kehamilan pada usia 15-19 tahun adalah 1,97%, di perdesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, Propinsi Jawa Timur menunjukkan angka persalinan pada remaja usia 15-19 tahun pada tahun 2014 berjumlah 634 remaja, diantaranya yang menduduki posisi 5 besar adalah di Kecamatan Pulung yaitu 116 orang (18,30%), Ngrayun 48 orang (7,6%), Sawo 47 orang (7,4%), Badegan 38 orang (5,9%), dan Slahung 36 orang (5,7%) (Dinkes Ponorogo, 2014). Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan di SMAN 1 Pulung setiap tahunnya terdapat kasus kehamilan

3 pada siswinya, sehingga peneliti mengambil tempat penelitian di SMAN 1 Pulung. Peningkatan persentase kehamilan pada remaja disebabkan karena pasangan remaja yang mempunyai rasa ingin tau yang tinggi dan penasaran, terjadi begitu saja tanpa disadari perasaan yang bersalah, dan dipaksa oleh pasangannya. Hal ini mencerminkan kurangnya pemahaman remaja tentang keterampilan hidup sehat, risiko hubungan seksual dan kemampuan untuk menolak hubungan yang tidak mereka inginkan. Banyak remaja yang melakukan pernikahan terpaksa, yang terkadang berakibat pada perceraian dan aborsi tidak aman (Zikri, 2010). Dampak kehamilan remaja meliputi seluruh aspek kehidupan remaja seperti mempengaruhi aspek kesehatan, fisik, psikologis dan sosial. Keselamatan dan kesehatan remaja dan anak yang dikandungannya berada dalam risiko sendiri yang disebabkan karena otot-otot rahim masih lemah, belum berkembang sempurna, dan secara mental juga belum dewasa, sedangkan dampak pada bayinya antara lain bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), cacat bawaan sampai dengan kematian bayi. Derasnya arus informasi mendorong remaja mempunyai perilaku seks yang bebas. Oleh karena itu remaja memerlukan pengertian, perhatian, bimbingan dan dukungan agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi dewasa yang sehat baik jasmani maupun mental psikososial terutama dari orang tua, karena orang tua merupakan tonggak terbentuknya akhlak pada remaja. Selain itu pemerintah diharapkan mensosialisasikan dampak kehamilan remaja, serta diharapkan bagi pengusaha tempat penginapan untuk

4 tidak mengijinkan remaja dibawah umur dan belum menikah untuk mendatangi tempat penginapan. Hal tersebut dilakukan untuk menekan angka kehamilan pada remaja. Oleh karena itu sekolah perlu memberikan pendidikan kesehatan (Seks Education) berupa penyuluhan yang meliputi kesehatan reproduksi remaja, Keluarga Berencana (alat kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh agama (Depkes RI, 2005), sedangkan untuk remaja yang sudah menikah perlu di berikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi berupa saran untuk menunda kehamilan terlebih dahulu sampai usia mereka dikatakan matang untuk menghadapi kehamilan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penulis berencana untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kehamilan Remaja. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penilitian ini adalah Bagaimana pengetahuan remaja putri tentang kehamilan remaja di SMAN 1 Pulung, Kabupaten Ponorogo? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang kehamilan remaja di SMAN 1 Pulung Ponorogo.

5 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat teoritis 1. Bagi IPTEK Diharapkan untuk dasar perkembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut yang berkaitan dengan pengetahuan remaja putri tentang kehamilan remaja. 2. Bagi institusi Bagi Institusi khususnya Prodi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo diharapkan hasil penelitian dijadikan sebagai pengembangan ilmu dan pengetahuan. 3. Bagi peneliti Penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk menerapkan materi yang telah didapat di Institusi untuk dilaksanakan ke lapangan pada saat penelitian. 1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi Responden Meningkatkan pemahaman tentang kehamilan remaja terhadap kesehatan, terutama bagi orang tua agar memberikan pendidikan seks sejak usia dini. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas ruang lingkupnya yang berkaitan dengan pengetahuan remaja putri tentang kehamilan remaja.

6 3. Bagi Sekolah Menjadikan penelitian ini sebagai media atau bahan untuk melakukan penyuluhan kepada siswanya tentang kehamilan remaja. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Yuniarti, Sri, Tri Setiowati, Siti Aisyah (2011) dengan judul penelitian Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri tentang Kehamilan Usia Dini di desa Ciwareng Kecamatan Babakan Cikao Kabupaten Purwakarta Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Analitik, kemudian dilakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor terpapar (pengetahuan) maupun faktor efek (sikap terhadap kehamilan dini), dengan menggunakan pendekatan cross sectional karena penelitian variable independen (faktor resiko) dan variable dependen (efek) dalam waktu yang bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri usia 14 19 tahun di Desa Ciwareng Kecamatan Babakan Cikao Kabupaten Purwakarta. Sebagai estimasi jumlah remaja putri pada bulan Maret tahun 2011 sebanyak 341 orang, orang. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan tekhnik proportional random sampling dengan jumlah sampel 78 orang responden. Adapun persamaan penelitian diatas dengan peneliti adalah metode penelitiannya deskriptif, sedangkan perbedaannya adalah pada variabel peneliti. Peneliti diatas menggunakan variabel hubungan pengetahuan dengan sikap remaja putri tentang kehamilan usia dini, sedangkan peneliti

7 menggunakan variabel gambaran pengetahuan remaja tentang dampak kehamilan usia dini. 2. Khomsatun,Yuli Trisnawati dan Ika Pantiawati (2012) dengan penelitian berjudul Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Pernikahan Dini tentang Kehamilan dengan Kecemasan menghadapi Kehamilan di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Desain penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan sampel dalam penelitiaan ini menggunakan teknik total sampling yaitu sejumlah 35 remaja yang menikah dini dan yang belum hamil. Data yang sudah terolah, akan dianalisis dalam bentuk analisis univariat dan bivariat. Pengetahuan remaja putri menikah dini tentang kehamilan di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang Tahun 2011 sebagian besar sedang sebanyak 18 orang (51,4%). Kecemasan remaja dalam menghadapi kehamilan di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang Tahun 2011 sebagian besar ringan sebanyak 20 orang (57,1%). Ada hubungan antara pengetahuan remaja putri menikah dini tentang kehamilan dengan kecemasan menghadapi kehamilan di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang Tahun 2011 (p = 0,038). Persamaan penelitian ini dengan yang diteliti oleh peneliti adalah pengambilan data primernya yaitu dengan kuesioner, sedangkan perbedannya adalah teknik pengambilan sampelnya. Penelitian diatas menggunakan teknik total sampling sedangkan peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

8 3. Latifah, Lutfiatul dan Dewi. Anggraini Mekar (2012) dengan judul penelitian Hubungan Kehamilan pada Usia Remaja dengan Kejadian Prematuritas, Berat Badan lahir Rendah dan asfikia. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan pendekatan cohort retrospektif. Menurut Notoadmojo (2002). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu usia remaja yang melakukan persalinan di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto sepanjang tahun 2009 yaitu sebanyak 62 orang akan tetapi yang berhasil diidentifikasi hanya 60 orang. Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan obyek penelitian. Persamaan penelitian diatas dengan yang diteliti oleh peneliti adalah respondennya, yaitu remaja putri, sedangkan perbedaannya yaitu pada metode penelitian. Penelitian diatas menggunakan metode survei dengan pendekatan cohort retrospektif, sedangkan peneliti menggunakan metode deskriptif.