KARAKTERISTIK ORANG TERSANGKA RABIES DI KLINIK BESTARI MEDAN TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

TATA CARA PEMBERIAN VAKSIN ANTI RABIES DAN SERUM ANTI RABIES

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

ISSN situasi. diindonesia

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEMILIK ANJING DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ONGKAW KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan, Dukungan Petugas Kesehatan, Tindakan Pencegahan Rabies

PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT RABIES. Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA WABAH RABIES DI WILAYAH KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2012

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING DENGAN UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PEMILIK ANJING DENGAN PEMELIHARAAN ANJING DALAM UPAYA MENCEGAH RABIES DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

Karena itu mereka sudah sejak awalnya berpendapat bahwa penyakit di daerah panas ini ganjil. Penyakit Tropik Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urin

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders) sebagaimana telah didiskusikan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DI RAWAT JALAN DI KLINIK ALIFA DIABETIC CENTRE MEDAN TAHUN SKRIPSI.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ditemukan peningkatan kasus penyakit zoonosis di

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

PEMETAAN KORBAN GIGITAN ANJING RABIES DI KABUPATEN TANA TORAJA TAHUN MAPPING OF VICTIM DOG BITE RABIES IN TANA TORAJA

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009

Transkripsi:

KARAKTERISTIK ORANG TERSANGKA RABIES DI KLINIK BESTARI MEDAN TAHUN 2011 Mainan Mutiara 1, Hiswani 2, Jemadi 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Abstract Rabies ( hydrophobia ) is a disease caused by Lyssa zoonosa virus ( rabies virus ) and is transmitted to human through the bite of rabid animal patients. In 2008 it was reported that the case of a dog suspected of having rabies that rabies humans as much as 20.926 cases, 104 positive rabies and all of them died ( CFR 100% ). In 2010, the number of cases of rabies in Indonesia with GPHR 78.203 rabies positive cases as many as 206 people and all of them died ( CFR 100% ). Clinic Bestari in Medan in 2011 there were 365 cases of bites HPR in Medan, number of bite cases indicated/ VAR as many as 178 cases and 3 death from rabies (CFR 1.69%). To determine the characteristics of the suspected Rabies Clinic Bestari in Medan in 2011 conducted a descriptive study using a case series design. Population of 178 people suspected rabies and sampled 178 people. Results showed that the highest proportion of people suspected rabies by the age of 2-9 years 28.7%, ie gender male 52.8%, where the bite of the legs 32.6%, which is in the bite exposure type 75.8%, where is the Medan District Tuntungan 22.5%, while the June 14.6%, HPR type of dog that is 92.7%, which is a complete vaccination status of 82.6%. There is a differences in the proportion of age with suspected Rabies sex with p =0.029 ( <0.05 ), There were age differences in the proportion of type exposure with p = 0.003 (<0.05 ), There were no differences in the proportion of age with type HPR p value = 0.092 ( >0.05 ), There were no differences in the proportion of vaccine status type exposure with p = 0.0492 ( >0.05 ), statistical analysis of the status of the vaccine according to the location of the bite and age according to the location of the bite can not be done with chi square test because there are 2 cells ( 33.3% ) who expected count <5. Department of Health is expected to increase efforts to educate the public about rabies and report immediately if the bite, licking at the paws or by HPR. Peer to clinics to increase the data recording and reporting of suspected rabies ( VAR, administration, ATS or SAR ). Keywords : Rabies, The Suspected Pendahuluan Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 1 Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya Masyarakat, Bangsa dan Negara Indonesia, 1 yang ditandai dengan penduduk yang hidup dalam lingkungan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri, maju dan sejahtera. 2 Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut maka dilakukan upayaupaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah, diantaranya adalah program pemberantasan penyakit zoonosis. 2 Pemberantasan penyakit zoonosis sampai saat ini yang menjadi prioritas meliputi Rabies,PES, Taeniasis/Cystecercocis dan Anthrax. Penyakit- penyakit tersebut tergolong kedalam new emerging disease dan re- emerging disease dan mengakibatkan keresahan masyarakat, karena dapat menimbulkan kematian. 3 Pencegahan dan penanggulangan rabies telah dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama 3 Direktorat Jenderal (PUOD/Depdagri, PPM-PLP/Depkes dan Peternakan/Deptan). Salah satu landasan hukum yang dipergunakan oleh Pemerintah Indonesia dalam pemberantasan dan penanggulangan rabies yaitu Undang-Undang No.4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. 4 Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit zoonosis yang di sebabkan oleh Lyssa-virus (virus rabies) dan ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan penderita rabies. Penyakit ini dikenal sejak diketahui dan dilaporkan adanya seekor kerbau menderita rabies oleh Esser pada tahun 1884, kemudian pada tahun 1894 pertama kali dilaporkan rabies pada manusia oleh E.V.de Haan. 34 Hewan penular Rabies adalah anjing (99,4%), kucing (0,29%) dan kera (0,31%). 5 Dirjend P2PL menyampaikan, berdasarkan data dari WHO (2010) bahwa rata-rata di Asia ada 50.000 kasus dengan hampir 60% kematian akibat rabies pertahun. Kasus di negara Asia terbanyak ditemukan di India (20.000-30.000 kasus pertahun), Vietnam (rata-rata 9.000 kasus pertahun), China (rata-rata 2.500 kasus pertahun), Filipina (200-300 kasus pertahun) dan Indonesia (rata-rata 125 kasus pertahun). Di Indonesia rabies sebagian besar disebabkan gigitan anjing (98%) sementara sebagian kecil diebabkan oleh gigitan kera dan kucing (2%). 6 Menurut data Kementerian Kesehatan (KEMKES) RI, di Indonesia kasus gigitan anjing dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sekali seekor anjing yang tertular Lyssavirus, virus penyebab rabies, memasuki suatu pulau / daerah, penyakit itu tak lama lagi akan menyebar. Tahun 2008 dilaporkan bahwa kasus anjing yang diduga menderita rabies yang menggigit manusia sebanyak 20.926 kasus, yang positif Rabies 104 orang dan semuanya meninggal (CFR 100%). Tahun 2010, jumlah kasus Rabies dari seluruh Provinsi di Indonesia dengan jumlah Gigitan Hewan Penderita Rabies yaitu 78.203 kasus dengan jumlah penderita positif Rabies sebanyak 206 orang dan semuanya meninggal (CFR 100%). 7 Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumut, tahun 2007 kasus gigitan anjing sebanyak 1.936 orang dengan 1.456 orang mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR), jumlah penderita positif rabies pada manusia sebanyak 5 orang dan semuanya meninggal (CFR 100%). Pada tahun 2008 kasus gigitan anjing sebanyak 2.634 orang dengan 2.040 orang diantaranya mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR), jumlah penderita rabies pada manusia sebanyak 7 orang dan semuanya meninggal (CFR 100%). 7 Pada tahun 2010 di Provinsi Sumetera Utara, jumlah gigitan hewan penderita rabies sebanyak 3714 kasus gigitan dengan jumlah positif rabies yaitu 35 orang dan semuanya meninggal (CFR 100%). 7 Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Kota Medan, sepanjang tahun 2008 terdapat 441 kasus gigitan hewan rabies yang menimpa warga Medan. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2007 sebanyak 352 gigitan dan tahun 2006 yang berjumlah 314 gigitan. Berdasarkan data ini, distribusi penderita gigitan hewan rabies berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2008 adalah lakilaki lebih banyak daripada perempuan, yaitu 247 orang laki-laki dan 194 perempuan. Berdasarkan kelompok umur, kasus gigitan paling banyak adalah pada kelompok umur 15 45 tahun yaitu sebanyak 186 kasus gigitan, sedangkan pada kelompok umur 5 14 tahun sebanyak 127 kasus gigitan, disusul kelompok umur > 45 tahun sebanyak 81 kasus gigitan dan kelompok umur 0 4 tahun sebanyak 47 kasus gigitan. 6 Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Klinik Bestari Medan tahun 2011 diketahui bahwa terdapat 365 kasus gigitan hewan penular rabies yang menimpa warga Medan, Jumlah kasus gigitan 2

berindikasi/ VAR sebanyak 178 kasus dan 3 kematian akibat rabies, dimana 3 orang yang menderita rabies tersebut tidak meninggal di Klinik Bestari Medan, akan tetapi di Rumah penderita, di Puskesmas dan di perjalanan menuju Rumah Sakit terdekat dengan tempat tinggal penderita. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik orang tersangka rabies di klinik bestari medan tahun 2011. 8 Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya karakteristik orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan tahun 2011. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum: Mengetahui karakteristik orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan tahun 2011. Tujuan khusus: a. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik orang tersangka rabies berdasarkan orang (umur, jenis kelamin, letak gigitan, type exposure dan status pemberian VAR) di Klinik Bestari Medan Tahun 2011. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik orang tersangka rabies berdasarkan tempat (Klinik Bestari) meliputi kecamatan, kelurahan dan wilayah kerja puskesmas di Klinik Bestari Medan Tahun 2011. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik orang tersangka rabies berdasarkan waktu (bulan) di Klinik Bestari Medan Tahun 2011. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik orang tersangka rabies berdasarkan reservoir (jenis hewan penular rabies) di Klinik Bestari Medan Tahun 2011. e. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan jenis kelamin orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan Tahun 2011. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan Letak gigitan orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan Tahun 2011. g. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan Type Exposure orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan Tahun 2011. h. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan jenis hewan penular Rabies pada orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan Tahun 2011. Manfaat penelitian: a. Sebagai bahan masukan bagi Klinik Bestari Medan dan Instansi terkait setempat dalam meningkatkan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit Rabies. b. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang Rabies serta sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang membutuhkan data penelitian Rabies. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan menggunakan desain case series. Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Bestari Medan. Penelitian dilakukan sejak bulan Oktober 2012 sampai dengan Agustus 2013. Populasi penelitian adalah data seluruh orang yang menjadi tersangka Rabies yang mendapat VAR dan tercatat di Klinik Bestari Medan tahun 2011 yaitu sebanyak 178 kasus. Besar sampel sama dengan besar populasi (total sampling). Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data univariat dianalisa secara deskriptif dan data bivariat dianalisa dengan uji chi-square.. 3

HASIL PENELITIAN Adapun distribusi proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Umur Umur ( Tahun ) 2-9 10-17 18-25 26-33 34-41 42-49 50-57 58-65 51 45 40 14 11 8 5 4 28,7 25,2 22,5 7,9 6,2 4,5 2,8 2,2 Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa berdasarkan umur, proporsi terbanyak orang tersangka Rabies adalah kelompok umur 2-9 tahun sebanyak 51 orang (28,7%) dan proporsi terendah adalah kelompok umur 58-65 tahun sebanyak 4 orang (2,2%). Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) bahwa Rabies biasanya terjadi pada umur anak-anak (<15 tahun) dan jarang dijumpai pada kelompok umur dewasa ( 15 tahun). 9 Rabies berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Orang Laki-Laki Perempuan 94 84 52,8 47,2 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa proporsi terbanyak pada orang tersangka Rabies berdasarkan jenis kelamin laki-laki yaitu 94 orang (52,8%) dan proporsi paling sedikit adalah perempuan yaitu 84 orang (47,2%). Menurut Tri (2007) kasus Rabies terjadi pada orang di sepanjang tahun, hampir 2/3 diantaranya dilaporkan pada lakilaki 45% diantaranya adalah anak-anak dibawah umur 14 tahun. 10 Hal ini juga disebabkan karena laki-laki lebih banyak 4 beraktivitas (mengganggu) hewan penular Rabies dibandingkan perempuan. 11 Rabies berdasarkan letak gigitan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Letak Gigitan Letak Gigitan Kepala Muka Dada Perut Bokong Tangan Kaki Orang 1 0,6 4 2,2 19 10,7 12 6,7 32 18,0 52 29,2 58 32,6 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa proporsi terbanyak berdasarkan letak gigitan pada orang tersangka Rabies adalah bagian kaki yaitu 58 orang (32,6%) dan proporsi paling letak gigitan paling sedikit adalah bagian kepala yaitu 1 orang (0,6%). Menurut Subronto (2006), bagian tubuh manusia yang di gigit meliputi kaki (57%), tangan (28%), kepala (5%) dan lain-lain (10%). 12 Rabies berdasarkan type exposure dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Type Exposure Type Exposure Orang Di gigit Di cakar 135 43 75,8 24,2 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa berdasarkan type exposure, proporsi orang tersangka Rabies terbanyak adalah di gigit sebanyak 135 orang (75,8%) dan tidak ada orang tersangka Rabies yang di jilat (0,0%). Hal ini dimungkinkan karena mayoritas jenis hewan penular Rabies seperti anjing dan kucing memiliki kebiasaan yang dapat menggigit, mencakar atau menjilat sesuatu baik itu makhluk hidup maupun benda mati. Pada penelitian ini, ditemukan

92,7% jenis hewan penular Rabies yaitu anjing dan 7,3% adalah kucing. Rabies berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5. Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Kecamatan Kecamatan Medan Amplas Medan Area Medan Barat Medan Baru Medan Belawan Medan Deli Medan Denai Medan Helvetia Medan Johor Medan Kota Medan labuhan Medan Maimun Medan Marelan Medan Perjuangan Medan Petisah Medan Polonia Medan Selayang Medan Sunggal Medan tembung Medan Timur Medan Tuntungan Orang 4 2,2 4 2,2 4 2,2 6 3,4 19 10,7 14 7,9 1 0,6 10 5,6 8 4,5 1 0,6 27 15,2 13 7,3 6 3,4 9 5,1 40 22,5 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa berdasarkan kecamatan, orang tersangka Rabies tertinggi adalah kecamatan Medan Tuntungan sebanyak 40 orang (22,5%) dan terendah adalah kecamatan Medan Maimun dan Medan Polonia masingmasing sebanyak 1 orang (0,6%). Hal ini menunjukkan bahwa orang tersangka Rabies tersebar di setiap Kecamatan di Kota Medan (21 Kecamatan). Tingginya orang tersangka Rabies di Kecamatan Medan Tuntungan dikarenakan kebiasaan masyarakatnya memelihara anjing untuk menjaga rumah dan menjaga kebun. Rabies berdasarkan waktu (bulan) dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 6. Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Waktu (Bulan) Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Orang 14 7,9 7 3,9 20 11,2 10 5,6 15 8,4 26 14,6 10 5,6 18 10,1 13 7,3 14 7,9 14 7,9 17 9,6 Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa berdasarkan bulan, orang tersangka Rabies tertinggi adalah pada bulan Juni sebanyak 26 orang (14,6%) dan terendah adalah pada bulan Pebruari sebanyak 7 orang (3,9%). Menurut Tri (2007), perubahan iklim atau cuaca di suatu daerah tidak banyak pengaruh nya terhadap kejadian dan distribusi Rabies. 10 Pada umumnya dalam setiap tahun anjing mengalami musim kawin dalam 2 periode waktu yaitu setiap 6 bulan sekali. Dimana pada saat terjadi perkawinan tersebut anjing aktivitas anjing betina meningkat dan saling menggigit (berkelahi). Sehingga pada waktu yang tepat, anjing betina akan mau menerima pejantan untuk mengawininya, betina akan subur untuk waktu sekitar 5 sampai 7 hari. Ovulasi adalah istilah untuk dilepaskannya sel telur dari uterus, berlangsung selama periode ini. Jika waktunya tepat, akan terjadi proses pembuahan (fertilisasi) antara sel telur oleh sperma, dan jika bagus, akan siap lahir individu baru. 13 Menurut Junaidi (2006) secara umum dikenal bahwa ada dua musim kawin setiap tahun pada anjing yaitu pada bualan Juni dan bulan Desember. Penelitian yang lain menunjukkan puncak aktifitas estrus pada bulan Mei, Juli dan Oktober. 14 5

Rabies berdasarkan jenis hewan penular rabies dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 7. Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Jenis Hewan penular Rabies Jenis Hewan penular rabies Orang Anjing 165 92,7 Kucing 13 7,3 Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan jenis hewan penular Rabies tertinggi adalah Anjing yaitu 165 orang (92,7%). Dalam Laporan sementara kajian lapangan oleh National Institute of Communicable Diseases dinyatakan bahwa setiap tahun terjadi sekitar 12,2 juta kasus gigitan hewan dan lebih dari 95% adalah gigitan Anjing. 10 Rabies berdasarkan status pemberian vaksin dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 8. Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Status Pemberian Vaksin Status Pemberian Vaksin Orang Lengkap 147 82,6 Tidak Lengkap 31 17,4 Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan status pemberian vaksin Rabies tertinggi adalah lengkap yaitu 147 orang (82,6%) dan terendah adalah tidak lengkap yaitu 31 orang (17,4%). Menurut Tri (2007), kasus gigitan anjing pada manusia diobati dengan pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan dalam pertimbangan tertentu diberikan Serum Anti Rabies (SAR). 10 Pemberian VAR saat ini yang dilakukan pada program Pemberantasan Rabies pada manusia secara nasional adalah dengan cara intramuskular diberikan empat kali dengan dosis masing-masing 0,5 ml, jumlah dua cc, cara pemberiannya yaitu pada hari pertama berkunjung ke Puskesmas / Rumah Sakit diberikan dua kali ( 0,5 ml ) di lengan kiri sebelah atas ( deltoid kiri ) dan dilengan kanan sebelah atas ( deltoid kanan ), selanjutnya pada hari ke tujuh diberikan satu kali ( 0,5 ml ) kanan atau kiri, sedangkan pada hari ke duapuluh satu diberikan lagi satu kali pada deltoid kanan atau kiri. Pemberian secara intradermal jadwal pemberian vaksin anti rabies sama, hanya dosisnya lebih sedikit ( yaitu 0,2 ml ) per kali pemberian. Pemberian vaksinasi anti rabies dengan vaksin purified vero rabies oleh kasus gigitan hewan tersangka rabies akan sangat terlindung dari penyakit rabies yang bersifat fatal. 15 Analisis Statistik Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 9. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Umur <15 15 Jumlah Tahun Tahun 50 53,2 44 46,8 94 100 31 36,9 53 63,1 84 100 Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa dari 94 orang tersangka Rabies lakilaki, proporsi kelompok umur terbanyak adalah < 15 Tahun yaitu 50 orang (53,2%) dan proporsi paling sedikit adalah kelompok umur 15 Tahun yaitu 44 orang (46,8%). Sementara itu, dari 84 orang tersangka Rabies perempuan, proporsi yang paling banyak adalah kelompok umur 15 Tahun yaitu 53 orang (63,1%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun yaitu 31 orang (36,9%). Menurut Tri (2007) kasus Rabies terjadi pada orang di sepanjang tahun, hampir 2/3 diantaranya dilaporkan pada laki-laki 45% diantaranya adalah anak-anak dibawah umur 14 tahun. 10 Hasil analisa statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p (=0,029)<0,05 yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan jenis kelamin. 6

Umur Berdasarkan Letak Gigitan Tabel 10.Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Letak Gigitan Letak Gigitan Kepala dan Muka Dada, Perut dan Bokong Tangan dan Kaki Umur <15 15 Jumlah Tahun Tahun 3 60,0 2 40,0 5 100 35 43 39,1 45,5 28 67 60,9 54,5 63 110 100 100 Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa dari 5 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di kepala dan muka, proporsi terbanyak adalah kelompok umur < 15 Tahun yaitu 3 orang (60,0%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 15 tahun yaitu 2 orang (40,0%). Dari 63 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di dada, perut dan bokong, proporsi terbanyak adalah kelompok umur < 15 Tahun yaitu 35 orang (39,1%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 15 tahun yaitu 28 orang (60,9%). Dari 110 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di tangan dan kaki, proporsi terbanyak adalah kelompok umur 15 Tahun yaitu 67 orang (54,5%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun yaitu 43 orang (45,5%). Analisa statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki expected count yang besarnya kurang dari 5. Umur Berdasarkan Type Exposure Tabel 11.Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Type Exposure Type Exposure Di gigit Di cakar Umur <15 15 Jumlah Tahun Tahun 53 39,3 82 60,7 135 100 28 65,1 15 34,9 43 100 Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa dari 135 orang tersangka Rabies yang type exposurenya di gigit, proporsi terbanyak adalah kelompok umur 15 Tahun yaitu 82 7 orang (60,7%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun yaitu 53 orang (39,3%). Selanjutnya, dari 43 orang tersangka Rabies yang type exposurenya di cakar, proporsi kelompok umur yang terbanyak adalah < 15 Tahun yaitu 28 orang (65,1%) dan terendah adalah kelompok umur 15 tahun yaitu 15 orang (34,9%). Penularan penyakit Rabies dari hewan penderita Rabies yang menggigit, mencakar atau menjilat pada kulit yang lecet, selaput lendir mulut, selaput lendir mata, anus dan genital terhadap hewan lainnya atau ke manusia, penularan selesai sampai di manusia saja dan tidak terjadi penularan lagi antara manusia (dead end). 16 Hasil analisa statistik dengan uji Chisquare diperoleh nilai p (=0,003)<0,05 yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan type exposure. Umur Berdasarkan Jenis Hewan Penular Rabies Tabel 12.Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Hewan penular Rabies Jenis Hewan Umur <15 15 Jumlah penular Tahun Tahun Rabies Anjing 78 47,3 87 52,7 165 100 Kucing 3 23,1 10 76,9 13 100 Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa dari 165 orang tersangka Rabies yang jenis hewan penular Rabiesnya Anjing, proporsi kelompok umur terbanyak adalah 15 Tahun yaitu 87 orang (52,7%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun yaitu 78 orang (47,3%). Selanjutnya, dari 13 orang tersangka Rabies yang jenis hewan penular Rabiesnya Kucing, proporsi kelompok umur yang terbanyak adalah 15 Tahun sebanyak 10 orang (76,9%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun sebanyak 3 orang (23,1%). Anjing adalah sumber utama yang paling tidak terkendali yang menularkan rabies pada manusia. Anak-anak paling beresiko terhadap infeksi rabies. Karena anakanak lebih mungkin untuk di gigit anjing, dan juga lebih mungkin berefek parah di area

tubuh mereka yang beresiko tinggi jika terkena gigitan. Exposure parah dari rabies membuat pencegahan dimasa depan menjadi sulit, kecuali jika akses ke perawatan medis yang tepat tersedia. 17 Menurut Subronto (2006), gigitan oleh anjing menempati persentase tertinggi (99,4%), diikuti kucing (0,29%) dan hewan lain,kera serta hewan piaraan atau liar lainnya (0,31%). 9 Hasil analisa statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p (=0,092)>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan jenis hewan penular Rabies. Status Pemberian Vaksin Berdasarkan Type Exposure Tabel 13.Distribusi Proporsi Status Pemberian Vaksin Berdasarkan Type Exposure Type Exposure Di gigit Di cakar Status Pemberian Vaksin Jumlah Tidak Lengkap Lengkap 110 81,5 25 18,5 135 100 37 86,0 6 14,0 43 100 Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa dari 135 orang tersangka Rabies yang type exposurenya di gigit, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 110 orang (81,5%) dan paling sedikit adalah tidak lengkap yaitu 25 orang (18,5%). Selanjutnya, dari 43 orang tersangka Rabies yang type exposurenya di cakar, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 37 orang (86,0%) dan paling sedikit adalah tidak lengkap yaitu 6 orang (14,0%). Menurut Soedarto (2004), didaerah endemik kontak dengan hewan-hewan liar sedapatnya di hindari, setiap luka gigitan hewan liar harus dibersihkan dan di desinfeksi dengan segera. Pemberian immunoglobulin yang spesifik harus segera diberikan sesudah terjadi gigitan oleh hewan. 18 Menurut Tri (2007), kasus gigitan anjing pada manusia diobati dengan pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan dalam pertimbangan tertentu diberikan Serum Anti Rabies (SAR). 10 Hasil analisa statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai 8 p (=0,492)>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara status pemberian vaksin berdasarkan type exposure. Status Pemberian Vaksin Berdasarkan Letak Gigitan Tabel 14.Distribusi Proporsi Status Pemberian Vaksin Berdasarkan Letak Gigitan Letak Gigitan Kepala dan Muka Dada, Perutdan Bokong Tangan dan Kaki Status Pemberian Vaksin Jumlah Tidak Lengkap Lengkap 5 100 0 0 5 100 57 85 90,5 77,3 6 25 9,5 22,7 63 110 100 100 Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa dari 5 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di kepala dan muka, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 5 orang (100,0%) dan tidak ada pemberian vaksin yang tidak lengkap. Dari 63 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di dada, perut dan bokong, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 57 orang (90,5%) dan paling sedikit adalah tidak lengkap yaitu 6 orang (9,5%). Selanjutnya, dari 110 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di tangan dan kaki, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 88 orang (77,3%) dan paling sedikit adalah tidak lengkap yaitu 25 orang (22,7%). Pengobatan pasca pajanan berupa pengobatan luka dan pemberian imunoglobulin, serla imunisasi. Penanganan luka merupakan bagian penting dari tata Iaksana pasca gigitan yakni mencuci luka dengan sabun, detergen, dan air yang banyak sekurang-kurangnya 10 menit. Luka dapat diberikan povidone-iodine dan alkohol 40%- 70%- Bila luka cukup besar perlu dipasang keteter untuk irigasi dan jahitan hanya jahitan situasi. Pemberian anti tetanus serum dan

antibiotika untuk pengobatan infeksi dari luka perlu diberikan. 19 Analisa statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki expected count yang besarnya kurang dari 5. KESIMPULAN a. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut umur adalah kelompok umur 2-9 tahun yaitu sebanyak 51 orang (28,7%). b. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 94 orang (52,8%). c. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut letak gigitan adalah pada bagian kaki sebanyak 58 orang (32,6%). d. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut type exposure adalah di gigit sebanyak 135 orang (75,8%). e. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut tempat (kecamatan) adalah kecamatan medan tuntungan sebanyak 40 orang (22,5%). f. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut waktu (bulan) adalah bulan juni sebanyak 26 orang (14,6%). g. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut jenis hewan penular Rabies adalah Anjing sebanyak 165 orang (92,7%). h. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut status pemberian vaksin yaitu lengkap sebanyak 147 orang (82,6%). i. Ada perbedaan proporsi umur berdasarkan jenis kelamin tersangka penderita Rabies dengan nilai p = 0,029<0,05. j. Analisa statistik proporsi umur menurut letak gigitan dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki expected count yang besarnya kurang dari 5. k. Ada perbedaan proporsi umur berdasarkan type exposure pada tersangka penderita Rabies dengan nilai p = 0,003<0,05. l. Tidak terdapat perbedaan proporsi umur berdasarkan jenis hewan penular Rabies pada tersangka penderita Rabies dengan nilai p = 0,092>0,05. m.tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara status pemberian vaksin berdasarkan type exposure dengan nilai p (=0,492)>0,05. n. Analisa statistik proporsi status pemberian vaksin menurut letak gigitan dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki expected count yang besarnya kurang dari 5. SARAN a. Diharapkan Dinas Kesehatan agar meningkatkan upaya penyuluhan kepada masyarakat tentang Rabies dan menganjurkan masyarakat agar segera melapor apabila di gigit, di cakar atau di jilat oleh hewan penular Rabies. b. Diharapkan kepada klinik bestari untuk melengkapi pencatatan data orang tersangka Rabies (pemberian VAR, ATS maupun SAR) serta meningkatkan pelaporan tentang Rabies. DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta 2. Depkes RI. 2005. Profil Kesehatan Tahun 2006. Jakarta 3. Depkes RI. 2001. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2002. Jakarta 4. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan Rabies Di Indonesia. Jakarta 5. Zein, U. 2010. Artikel Rabies ( Rabies Pembawa Maut). http://umarzein.blogspot.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2012 9

6. Dirjen P2PL. 2010. Hari Rabies Sedunia 2010 diperingati di Bandung. http://sehatnegriku.com. Diakses tanggal 14 Januari 2013 7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. www.depkes.go.id. Diakses tanggal 14 Januari 2013 8. Dinas Kesehatan Kota Medan (Klinik bestari Medan). 2011. Laporan Bulanan Klinik Bestari Medan. Medan. 9. Depkes RI. 2008. Pembagian Kelompok Umur. Jakarta 10. Tri, B. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Rabies Penyakit Menular Pada Hewan dan Manusia. Kanisius. Jakarta 11. Evalina, I. 2007. Karakteristik Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007. FKM USU. Medan. 12. Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba Pada Anjing dan Kucing. Gajah Mada University Press. Yogyakarta 13. Aryo. 2013. Reproduksi Anjing. http://anjingdankucing.com. Diakses tanggal 14 Januari 2013 14. Junaidi, A. 2006. Reproduksi dan Obstetri Pada Anjing. Gajah Mada University Press. Jakarta 15. Persakmibali. 2010. Pemberian Vaksinasi Anti Rabies Terhadap Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Secara Intradermal dan Intramuskular Di Sumatera Barat dan DKI Jakarta. http://www.persakmibali.com. Diakses tanggal 14 Januari 2013 16. Dharmajono. 2001. Anjing Permasalahan dan Pemecahan. PT. Penebar Swadaya Depaok. Jakarta 17. Sulaksono, S. 2013. Gejala, penularan dan pengobatan Rabies. http://.www.gejala penularan dan pengobatan rabies.com. Diakses Diakses tanggal 14 Januari 2013 18. Soedarto. 2004. Sinopsis Virologi Kedokteran. Airlangga University Press. Surabaya 19. Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI. 2013. Penyakit Rabies. http://www.immunindo.com. Diakses Diakses tanggal 14 Januari 2013 Pukul 09:20 WIB 10