a) Ilustrasi gambar merupakan perangkat pelajaran yang sangat menarik minat belajar anak - anak. b) Ilustrasi gambar membantu anak membaca dalam

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK LUKISAN/GAMBAR ANAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Usulan Penelitian B. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

STRUKTUR VISUAL GAMBAR ANAK TK LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG. Yuni Indah Suryani

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

Bab I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori Teori Layout

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah anak-anak sangat suka menggambar atau membuat coretancoretan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Setiap guru

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2 TEMA: PERISTIWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah harapan masa depan. Karenanya, mereka perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mariah Ulfah, 2014

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Berbicara Pengertian Kemampuan Berbicara

Pengembangan Aspek Motorik Melalui Aktivitas Ritmik

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB I PENDAHULUAN. Kaligrafi ialah suatu corak atau bentuk seni menulis secara indah

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Desain Komunikasi Visual. Menurut Jessica Helfand dalam situs

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISISISWA KELAS VI SD ISLAM QURROTA A YUN NGUNUTMELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan melukis realis merupakan bentuk ekspresi jiwa seseorang dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 1

pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI 1. Media Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medius, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Untuk mewujudkan gagasan dalam bentuk karya diperlukan adanya media. Media berperan atau memiliki kedudukan sebagai sarana bagi seseorang untuk mengekspresikan diri (Syaiful Bachri Djamarah, 2006: 120). Kalau media merupakan sumber belajar dalam pembelajaran, maka secara pengertian luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun proses yang menjadikan peserta didik mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Persoalan media merupakan persoalan material formal yang bersifat tekstual dengan determinasinya pada pemilihan bahan, penggunaan alat, pengolahan teknik, pendekatan dan hal-hal yang berkaitan dengan cerapan inderawi, sesuai dengan konteks tujuannya. Penempatan kata media dalam judul penelitian Penggunaan Media Gambar Ilustrasi untuk Melatih Sosialisasi Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas 1 Sekolah Dasar (Penelitian Dilakukan Di SD 1 Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus) mempunyai arti bahwa gambar ilustrasi sebagai alat perantara mengkomunikasikan pengalaman dari nilai dan norma sosialisasi di lingkungan yang dialami siswa kelas 1 SD 1 Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. 2. Gambar Ilustrasi Secara etimologi kata ilustrasi berasal dari bahasa latin Illustrate yang artinya menjelaskan atau menerangkan sesuatu. Dalam arti luas ilustrasi dapat didefinisikan sebagai suatu karya seni rupa yang bertujuan memperjelas sesuatu atau menerangkan sesuatu yang dapat berupa cerita atau naskah, musik atau gambar (Rasjoyo dalam Kristanto, 1994: 63). Dengan demikian, gambar ilustrasi adalah gambar yang bercerita yang memiliki tema sesuai dengan tema isi cerita tersebut. Rohidi (1984: 87) berpendapat bahwa gambar ilustrasi dalam hubungannya dengan seni rupa adalah menggambar ilustrasi sebagai penggambaran sesuatu melalui elemen rupa untuk lebih menerangkan, menjelaskan atau pula memperindah sebuah teks, agar pembacanya dapat ikut merasakan secara langsung melalui mata sendiri, 8

sifat-sifat dan gerak, dan kesan dari cerita yang disajikan. Pernyataan ini sependapat dengan Soedarso (1990:1) yang menyatakan bahwa seni gambar atau seni lukis yang diabdikan untuk kepentingan lain, ialah memberikan penjelasan atau mengiringi suatu pengertian, umpamanya cerita pendek di majalah. Hal tersebut menjadikan gambar ilustrasi sebagai seni gambar yang menjelaskan cerita dari teks dan lisan dalam suatu materi yang akan disampaikan. Pengertian ilustrasi yang lebih sempit dikemukakan oleh Martha Thoma dalam Sofyan (1994: 171) yaitu sebagai berikut: "Lukisan dan ilustrasi berkembang sepanjang alur yang sama dalam sejarah dan dalam banyak hal, keduanya sama. Secara tradisional keduanya mengambil inspirasi dari karya-karya kasusastraan: hanya saja lukisan dibuat untuk menghiasi dinding atau langit-langit, sedang ilustrasi dibuat untuk menghiasi naskah, untuk membantu menjelaskan cerita atau mencatat peristiwa". Ilustrasi merupakan bentuk visual dari teks atau kalimat. Ilustrasi dapat memperjelas teks atau kalimat terutama bagi anak-anak yang belum bisa membaca. Dengan menggambarkan suatu adegan dalam sebuah cerita, maka gambar tersebut dapat menerangkan secara umum karakter atau keseluruhan isi cerita. Selain itu, ilustrasi berfungsi untuk menarik pembaca agar tertarik untuk membaca cerita. Sebuah ilustrasi yang ditampilkan dalam sebuah majalah memiliki fungsi sebagai pendukung estetik dari sebuah tampilan cerita. Selain fungsi tersebut, ilustrasi juga harus dapat mewakili karakteristik dari cerita yang ditampilkan, ada korelasi antara visual dan latar belakang cerita (Nazizah, 2012: 4). Gambar ilustrasi merupakan karya gambar yang menggunakan teknik mengambar untuk menghasilkan suatu gambaran yang bertujuan untuk memproyeksikan dan menerangkan suatu masalah/cerita. Penelitian Penggunaan Gambar Ilustrasi sebagai Media Melatih Sosialisasi pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas 1 SD 1 Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus, memberikan pelayanan media pembelajaran berupa karya gambar ilustrasi untuk dapat berhubungan secara berkelompok (masyarakat). Proses pembelajaran IPS diharapkan mempengaruhi siswa agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga menimbulkan perubahan dalam diri siswa kelas 1 SD 1 Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Proses belajar mengajar ilustrasi merupakan bagian yang paling menarik untuk belajar melalui gambar-gambar (Sudjana,2001:12). Kesimpulan dari ilustrasi gambar adalah sebagai berikut : 9

a) Ilustrasi gambar merupakan perangkat pelajaran yang sangat menarik minat belajar anak - anak. b) Ilustrasi gambar membantu anak membaca dalam penafsiran dan mengingat isi materi teks yang menyertainya. c) Pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau sehalaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas. d) Ilustrasi gambar hendaknya ditata sedemikian rupa. Gambar ilustrasi cocok untuk usia anak yang membutuhkan pembelajaran dengan tahap kemampuan berkomunikasi melalui teks dan verbal dalam proses kepribadian anak menjadi kepercayaan diri. 3. Pembelajaran Menggambar di Sekolah Dasar (SD) Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Menurut Pribadi (2009:10) mendefinisikan pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu. Salah satu pembelajaran sebagai aktivitas belajar pada individu adalah kegiatan seni rupa. Pembelajaran seni rupa di sekolah dasar mengembangkan kemampuan siswa dalam berkarya seni rupa yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan bagi peserta didik di sekolah dasar untuk memahami dan memperoleh kepuasaan dalam menanggapi karya seni rupa ciptaan peserta didik di sekolah dasar maupun karya seni rupa ciptaan orang lain. Menurut Syafii (2009: 8) menjelaskan dengan penekanan pada segi proses maka guru kelas pun, sebagaimana di TK dan SD, dapat melaksanakan pembelajaran seni rupa. Kekurangmampuan guru dapat ditutup dengan penggunaan media pembelajaran yang memadai dan optimalisasi pengelolaan kelas sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Pendidikan seni rupa dalam proses pembelajaran peserta didik menanamkan kerangka nilai estetis melalui pengalaman kreatif dan apresiatif. Peran guru dalam pembelajaran seni rupa sangat penting sebagai pengembang pembelajaran seni rupa yang memiliki keunggulan dan kelemahan dengan disesuaikan sasaran pembelajaran yang tepat bagi siswa. Salah satu langkah mengembangkan pembelajaran seni rupa dengan pendekatan bermain. Ketika proses belajar seni rupa, 10

siswa berupaya terus mengubah pemahaman mereka tentang dunia. Apa yang pikirkan siswa hari ini pasti akan berubah ketika siswa mendapat lebih banyak informasi esok hari. Pengetahuan yang sering menjadi fokus pelajaran di sekolah seharusnya menjadi batu loncatan bagi siswa untuk mengeksplorasi gagasan tentang hubungannya dengan dunia. Salah satu kegiatan pembelajaran seni rupa bagi siswa sekolah dasar adalah memberikan pengalaman aktifitas menggambar. Peran guru dalam pembelajaran seni rupa sangat penting sebagai pengembang model pembelajaran seni rupa yang memiliki keunggulan dan kelemahan dengan disesuaikan sasaran pembelajaran yang tepat bagi siswa. Salah satu langkah mengembangkan pembelajaran seni rupa dengan pendekatan bermain. Aktivitas menggambar bukan merupakan kegiatan proses produksi, melainkan sebagai media bermain yang syarat dengan kegembiraan dan kepuasan. Melalui menggambar di tingkat sekolah dasar dapat mengekspresikan ide, imajinasi dan fantasi serta pengalaman batinnya untuk dikomunikasikan kepada lingkungan di luar dirinya. Kegiatan menggambar di sekolah dasar bersifat sebagai proses untuk mengembangkan dan menumbuhkan percaya diri serta berani mengungkapkan perasaan atau keinginan. Konteks pembelajaran menggambar di sekolah dasar adalah pengembangan kemampuan berpikir kreatif yang berorientasi aspek imajinatif-kreatif. Pengembangan kreativitas seni dalam pembelajaran menggambar bukan pada nilai akhir, tetapi lebih pada proses kreatif (Ismiyanto, 2010: 105). 4. Tipologi Gambar Anak Gaya ungkapan sering dilupakan dalam pelaksanakan pendidikan seni rupa. Apabila kita mencoba mengumpulkan tulisan sejumlah orang, maka dengan mudah kita akan melihat perbedaan gaya ungkapan tulisan mereka. Padahal mereka sama-sama belajar menulis, akan tetapi setelah menulis sudah tidak lagi bagian belajar. Setelah kegiatan menulis menjadi kegiatan spontan, maka. setiap orang menghasilkan gaya tulisan berbeda-beda. Dalam kegiatan menggambarpun sesungguhnya demikian. Kegiatan menggambar kebanyakan dilakukan dengan tidak spontan, bahkan dilakukan dengan ragu-ragu, terutama oleh anak-anak besar yang tidak berbakat seni rupa, maka gaya ungkapannya tidak tampak sama sekali. Hal ini disebabkan oleh goresan-goresan yang membentuk itu dibuat masih dalam proses belajar. Sehubungan dengan ini paling tidak anak-anak tidak mendapat tekanan untuk 11

menuruti kehendak gurunya (menggambar secara visual-realistis, yang sesuai kesukaan gurunya). Gambar anak dapat mencerminkan karakter anak. Apa yang digambarkan merupakan hasil apa yang dilihat kemudian dirasakan. Apa yang digambar bukan hanya yang sedang ia pikirkan, melainkan apa yang dilihat dengan perasaan yang diasosiasikan. Anak dapat meniru alam, mengubah, mengurangi atau menghilangkan sebagian objek yang digambarkannya. Berdasarkan hasil karya gambar yang diciptakan anak, kita sebagai guru akan mengetahui cara ungkapan seni rupa yang berbeda. Perbedaan ini terletak pada hasil karya yang dihasilkan. Ada gambar yang naturalis, ada gambar anak yang bertipe ekspresif, ada gambar yang bertipe dekoratif dan sebagainya. Selain itu perbedaan karakter tipologi gambar anak terletak pada tingkat usia anak. Dalam In Education Through Art, Read (1958: 140) mengklasifikasikan gambar anak-anak menjadi 12, yaitu: Organic, Lyrical, Impresionist, Rhytmical Pattern, Structur Form, Shematic, Haptic, Expresionist, enumeratif, Decorative, Romantic, dan Literari. a). Organic Berkaitan serta bersimpati dengan objek-objek nyata, anak-anak lebih suka objek dalam kelompok daripada yang sendiri. Tipe ini juga mengenal proporsi yang wajar dan hubungan organis yang wajar pula, misalnya pohon yang menjulang di atas tanah, gambar manusia dan hewan bergerak sesuai dengan bentuk aslinya. b). Lyrical Penggambaran objek bersifat realistis, tetapi tidak bergerak seperti organic. Objek yang digambarkan statis dengan warna-warna yang tidak mencolok. Biasanya digambarkan oleh anak perempuan. c). Impresionist Lebih mementingkan detail/kesan suasana yang digambarkan daripada konsep keseluruhan. d). Rhytmical Pattern Gambar memperlihatkan benda-benda yang dilihat, Contohnya gambar anak yang melempar bola, kemudian mengulang gambar tersebut sampai bidang gambar terisi. e). Structur Form Tipe ini jarang ditemui pada gambar anak. Objeknya mengikuti rumus ilmu bangunan yang diperkecil menjadi satu rumusan geometris dimana rumus yang aslinya diambil dari pengamatan 12

f). Shematic Menggambar menggunakan rumus ilmu bangunan tanpa ada hubungan yang jelas dengan susunan organis. Skema dari objek semula disempurnakan menjadi satu disain yang ada hubungan dengan objek secara simbolis. g). Haptic Gambar yang dibuat mewakili image-image hasil rabaan dan sensasi fisik dari dalam. Gambar-gambar yang dibuat didak berdasarkan pengamatan visual suatu objek, tapi bukan skematik. h). Expresionist Berhubungan dengan dunia dalam dirinya. Tidak hanya mengekspresikan sensasi egosentrik tetapi juga objek dunia dari luar seperti hutan, gerombolan orang, dan lain-lain i). Enumeratif Penggambar pada tipe ini dikuasai oleh objek dan tidak dapat menghubungkan dengan sensasi keutuhan sehingga semua bagian-bagian kecil yang dapat dilihatnya pada bidang gambar tanpa ada yang dilebih-lebihkan. j). Decorative Menampilkan bentuk-bentuk dua dimensi dengan pola-pola warna-warni dan mengusahakannya menjadi pola yang menggembirakan. Bentuk-bentuk narural diekspresikan sehingga timbul perasaan senang, melankolis, dan sebagainya. Dengan demikian anak yang menggambar menghasilkan gambar dan memanfaatkan warna untuk menghasilkan pola-pola yang riang. k). Romantic Pada tipe ini tema diambil dari kehidupan yang dipertajam dengan fantasi. Gambar merupakan gabungan antara ingatan dengan image eidetic sehingga menyangkut sesuatu yang baru. l). Literary Tema yang ditampilkan semata-mata khayal yang berasal dari rasa yang disarankan gurunya atau imajinasi sendiri. Tema ini merupakan gabungan antara ingatan dan imajinasi untuk disampaikan kepada orang lain Sementara itu, Victor Lowenfield (1975: 275) membagi karya anak dalam proses berekspresi menghasilkan karya dibagi menjadi tipe visual dan haptic. a). Tipe Visual 13

Tipe visual adalah gambar anak yang menunjukkan kecenderungan bentuk yang lebih visual-realistis (memperlihatkan kemiripan bentuk gambar sesuai obyek yang dilihatnya, atau obyektif). Gambar yang diungkapkan mementingkan kesamaannya karya dengan bentuk yang diahayatinya serta memperhitungkan proporsinya secara tepat. Penguasan ruang telah terasa dengan cara membuat kecil objek gambar bagi benda yang jauh. Begitunpula penguasaan warna, pemakaian warna sesuai dengan warna-warna pada bendanya. Batas-batas tertentu gambar atau lukisan anak yang tergolong tipe visual dapat dipersamakan dengan lukisan karya pelukis naturalistis, yang membuat lukisannya sangat teliti, karena ingin menggambarkan keadaan sebagaimana kelihatannya (dari pengalaman visual). b.) Bertipe Haptik Gambar anak yang memiliki tipe haptik menunjukkan kecenderungan ke arah kebentukan yang lebih visual-emosional atau upaya penggambaran secara subyektif yang berisi tentang ekspresi pribadi dalam merespon lingkungannya. Benda yang digambarkam merupakan reaksi emosional melalui perabaan dan penghayatannya di luar pengamatan visual. Biasanya benda yang dianggap penting digambarkan lebih penting dibuat dengan ukuran lebih besar dibandingkan dengan benda yang kurang penting. Dalam gaya lukisan, gambar anak yang bertipe haptik dapat disamakan dengan lukisan bergaya ekspresionisme. Lukisan ekspresionisme adalah karya lukis yang memperlihatkan ungkapan rasa secara spontan, dan sebagai pernyataan obyektif dari dalam diri pelukisnya (inner states). Lukisan yang bersifat ekspresionistis nampak berkesan sangat subyektif dari kebebasan pribadi masingmasing pelukisnya. 5. Sosialisasi Menurut Hurlock (1998), sosialisasi adalah suatu proses di mana seseorang memperoleh kemampuan sosial untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Kemampuan sosial ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan sosial anak. Sosialisasi adalah suatu proses pembentukan standar individu tentang keterampilan, dorongan sikap dan perilaku agar dapat berjalan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat (Hetherington dan Parke, 1999). Pembentukan standar individu tersebut didapatkan dari orangtua sejak dari lahir sampai dewasa. Sosialisasi merupakan suatu proses sepanjang hidup sejak dari lahir sampai akhir hidup. Dapat disimpulkan bahwa sosialiasi adalah suatu kemampuan individu untuk dapat berinteraksi secara baik dengan lingkungan dan memperoleh nilai-nilai yang sesuai 14

dengan lingkungannya. Unsur-unsur sosialisasi dalam berinteraksi dengan lingkungan, meliputi: keluarga, teman sebaya, lingkungan sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan satuan sosial yang didasarkan pada hubungan darah (genealogis). Nilai dan norma yang disosialisasikan di keluarga adalah nilai norma dasar yang diperlukan oleh seseorang agar nanti dapat berinteraksi dengan orangorang dalam masyarakat yang lebih luas. Lingkungan teman sepermainan lebih banyak sosialisasi yang berlangsung equaliter, seseorang belajar bersikap dan berperilaku terhadap orang-orang yang setara kedudukannya, baik tingkat umur maupun pengalaman hidupnya. Nilai dan norma yang disosialisasikan seseorang belajar mengenai berbagai keterampilan sosial, seperti kerjasama, mengelola konflik, jiwa sosial, kerelaan untuk berkorban, solidaritas, kemampuan untuk mengalah dan keadilan. Di lingkungan pendidikan/sekolah anak mempelajari sesuatu yang baru yang belum dipelajari dalam keluarga maupun kelompok bermain, seperti kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Nilai dan norma di lingkungan sekolah terutama untuk sosialisasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi serta nilai-nilai kebudayaan yang dipandang luhur dan akan dipertahankan kelangsungannya dalam masyarakat melalui pewarisan (transformasi) budaya dari generasi ke generasi berikutnya. Proses terjadinya sosialisasi terdiri dari (1) belajar nilai dan norma. Setiap individu berupaya meningkatkan kemampuan sosial masing-masing. Kemampuan sosial dapat diperoleh dari lingkungannya. Nilai yang terdapat di lingkungannya dijadikan tolak ukur untuk bersosialisasi sesama individu maupun kelompok. Sedangkan norma dalam lingkungan dijadikan aturan yang disepakati oleh masyarakat tertentu sebagai peraturan yang tidak terikat. (2) menjadikan nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri. Nilai dan norma setiap individu maupun kelompok membentuk kepribadian dan karakter yang dijadikan pembeda dengan individu yang lain. (3) membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang telah menjadi miliknya. Dari pembentukan kepribadian dan karakter diharapkan dapat dijadikan kebiasaan dan rutinitas dalam kehidupan sehari-hari. 15