BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena yang terjadi saat ini adalah pengaruh kebudayaan asing mulai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manifestasi kehidupan manusia.secara etimologi, sastra sendiri diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

NILAI PENDIDIKAN NOVEL SANG PEMIMPI DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP

BAB I. pendidikan tidak akan pernah lepas dari kritik dan usaha untuk. perbaikan ke arah yang lebih baik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa konflik dalam novel 5 cm

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Baik keberagaman hayati

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMPAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT SISWA KELAS V SDN II KALIBATUR

BAB I PENDAHULUAN. seperti lirik lagu, novel, dan sebagainya. Novel merupakan karya sastra yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

KEHIDUPAN SUKU ANAK DALAM PASCA MENGIKUTI PROGRAM TRANS SOSIAL DI BUKIT SUBAN KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. tidak lain sebagai alat menanamkan nilai-nilai atau moral dan budi pekerti, agar

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra. karya sastra akan menjadi manusia berbudaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas Adat Terpencil (KAT) sebagai bagian dari penduduk. Indonesia merupakan lapisan paling bawah dalam struktur dan

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya sastra merupakan suatu gambaran dari kehidupan nyata. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu kaya. Begitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena yang terjadi saat ini adalah pengaruh kebudayaan asing mulai mendominasi daripada kebudayaan lokal. Derasnya arus globalisasi di Indonesia telah mengikis kecintaan siswa terhadap kebudayaan lokal maupun nasional. Maharani dalam Simanjuntak (2014:112) mengemukakan, dunia pendidikan Indonesia tampak semakin parah akibat globalisasi ialah, peserta didik semakin dijauhkan dari nilai budaya bangsa, baik budaya lokal maupun nasional. Anakanak dan remaja saat ini tidak terjaga oleh nilai-nilai luhur budaya bangsa. Sebab kita meninggalkannya, melupakannya, dan berpaling kepada nilai dan budaya lain. Agar eksistensi budaya lokal tetap kukuh, maka kepada generasi penerus bangsa perlu ditanamkan rasa cinta terhadap budaya daerah. Salah satu cara yang dapat ditempuh guru di sekolah adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam karya sastra saat proses pembelajaran di sekolah. Nilai-nilai budaya dalam sastra perlu diajarkan tujuannya agar siswa dapat menyerap maknanya. Di samping itu, siswa tidak hanya mengenal sebatas cerita khayalan tetapi memupuk sikap positif terhadap kesusasteraan di Indonesia. Melalui karya sastra, siswa dapat mengetahui budaya lokal maupun budaya nasional. Karya sastra sebagai salah satu produk sebuah kebudayaan dapat dikatakan sebagai cerminan dari masyarakat tempat karya sastra itu lahir. Sebuah penelitian yang membicarakan tentang maju tidaknya atau tinggi rendahnya 1

2 sebuah kebudayaan tidak hanya dilihat dari karya-karya atau tulisan ilmiah yang dihasilkannya. Akan tetapi, penilaian tentang hal tersebut dapat dilakukan melalui karya sastra. Endraswara (2013:78) mengemukakan bahwa sastra merupakan sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan satu tes dilektika antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu sejarah dialektika yang dikembangkan dalam sastra. Hal ini didukung lagi dengan pendapat Rene Wellek dan Austin Warren (1995:2) yang mengatakan sastra merupakan suatu kreatif sebuah karya seni. Karya sastra sebagai karya seni memungkinkan tumbuhnya wawasan pengetahuan pembaca tentang kehidupan manusia yang merupakan bagian kebudayaan dari suatu bangsa. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra pada dasarnya mencerminkan realitas sosial yang memberikan pengaruh besar terhadap masyarakatnya. Karya sastra sebagai cerminan masyarakat, mau tidak mau akan menjadi saksi zaman. Dalam hal ini, pengarang berupaya mendokumentasikan zaman sekaligus alat komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Memoar Sokola Rimba merupakan salah satu contoh karya sastra yang menceritakan tentang kehidupan pengarang bersama orang Rimba di pedalaman Taman Nasional Bukit Dua Belas Jambi. Memoar ini mengandung nilai-nilai kebudayaan yang sangat membangun dan menginspirasi dunia pendidikan tentang anak-anak desa yang masih sangat asli atau tradisional (indigenious people). Memoar ini juga merupakan salah satu saksi zaman yang ditulis dalam bentuk karya sastra yang menceritakan tentang kehidupan dan keberadaan orang Rimba mulai tahun 90-an.

3 Saur Marlina Manurung atau yang lebih dikenal dengan Butet Manurung adalah pengarang sekaligus tokoh utama dalam memoar Sokola Rimba. Beliau merupakan salah seorang aktifis pendidikan yang bekerja di WARSI (Warung Informasi Konservasi), sebuah LSM yang berfokus terhadap isu konservasi hutan Sumatera. Pengalamannya selama berada di rimba awalnya dituliskan dalam catatan harian pribadi. Namun, berdasarkan saran teman-temannya Butet menerbitkan buku catatan harian tersebut menjadi sebuah buku memoar (memoirs) berjumlah 348 halaman. Buku ini juga sudah diterbitkan ke dalam bahasa Inggris The Jungle School pada Januari 2013. Buku yang sangat inspiratif ini juga telah menarik perhatian Mira Lesmana dan Riri Riza untuk mengangkatnya menjadi sebuah film yang telah ditayangkan di Bioskop Nasional Indonesia pada tahun 2014. Penayangan perdana film ini diputar di Washington DC National Museum of Women in the Arts Washington DC. Melalui memoar Sokola Rimba, Butet berhasil meraih Nobel Asia Ramon Magsaysay Award 2014 karena memberikan pendidikan literasi dan advokasi kepada komunitas-komunitas adat terpencil di Indonesia. Beliau mengembangkan sistem kurikulum yang dia kembangkan sendiri berdasarkan eksperimennya sendiri. Dalam tempo 3 minggu, murid-muridnya mampu menguasai pelajaran yang dia sebut sebagai metode baca-tulis. Metode kreatif ini dikembangkan dalam ilmu berhitung, pengetahuan alam, dengan memanfaatkan alam disekitar mereka. Sehingga ilmu yang dia berikan tidak sekedar teoritis, namun aplikatif dan benar-benar terasa kebermanfaatannya bagi anak-anak suku pedalaman.

4 Awalnya, visi utama Butet untuk memperkenalkan pendidikan mendapat penolakan keras dari suku Anak Dalam itu sendiri. Mereka berpendapat bahwa pendidikan bukanlah salah satu dari kebudayaan mereka. Mereka justru menganggap bahwa pendidikan adalah sumber malapetaka. Dewa mereka akan marah apabila pendidikan masuk ke daerah mereka. Hal ini juga yang menjadi kendala besar bagi Butet Manurung dan teman-temannya untuk memperkenalkan pendidikan kepada orang Rimba. Perjuangan Butet memberikan pendidikan bagi anak rimba pun tak sia-sia. Banyak hal yang dia dapatkan dari orang-orang Rimba yang lugu dan polos untuk bisa bertahan hidup di hutan, berburu, mencintai alam, humanisme, dan masih banyak lagi. Kini Sekolah di dalam Rimba tersebut telah menjadi sebuah organisasi bernama Sokola, dan hingga kini terus berkembang sampai ke tempattempat paling terpencil di Indonesia seperti Jambi, Makasar, Flores, Halmahera, Bulukumba, Sekolah Pasca Bencana, Aceh, Yogyakarta, Klaten, dan Kampung Dukuh. (Manurung, 2015:xvi) Keberhasilan Butet menjadi tenaga pendidik dan prestasi yang telah diraihnya merupakan salah satu daya tarik bagi peneliti untuk mengangkat novel memoar Sokola Rimba sebagai bahan penelitian. Cerita-cerita tentang petualangannya bersama orang Rimba yang memberikan pengetahuan tentang kehidupan dan kebudayaan orang Rimba yang sesungguhnya, juga merupakan alasan mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Disamping itu, buku sastra yang membahas tentang keberadaan orang Rimba di Indonesia masih sangat sedikit,

5 padahal buku yang seperti ini sangat baik untuk dijadikan sebagai bahan penelitian karena mengandung nilai-nilai luhur budaya Indonesia. Menurut Simanjuntak (2014:32) kebudayaan masyarakat hukum adat memiliki nasehat-nasehat, petuah-petuah, ajaran-ajaran, bahkan aturan-aturan mengatur cara hidup manusia dalam pergaulan sesama mereka, dengan orang yang dituakan dan diangkat menjadi pemimpin; dalam hubungan dengan hak dan kewajiban, dalam hubungan alam lingkungannya, dalam hubungan dengan waktu, hujan, panas, iklim, dan lain sebagainya. Kontjaraningrat (2009:153) juga menjelaskan, Dalam tiap masyarakat, ada sejumlah nilai budaya satu dengan yang lain berkaitan hingga merupakan sebuah sistem. Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada dalam alam pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan para warga masyarakat yang tadi. Simanjuntak (2014:32) juga mengemukakan bahwa kebudayaan yang dimiliki oleh suku bangsa di Indonesia perlu diteliti secara ilmiah dan mendalam untuk mengetahui nilai-nilai budaya yang dikandungnya, untuk dikembangkan dalam membangun dunia pendidikan. Hal yang dikemukakan oleh Simanjuntak sangat benar adanya karena salah satu tujuan pendidikan adalah meningkatkan kebudayaan itu sendiri. Dengan adanya pendidikan yang mengandung nilai-nilai kebudayaan, maka pengikisan budaya lokal maupun budaya nasional dapat dihindari. Pendidikan itu sendiri akan mentransfer kebudayaan dari generasi ke generasi.

6 Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menemukan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam memoar Sokola Rimba dengan menggunakan teori Edwar Djamaris. Ada pun hubungan nilai budaya menurut Edwar Djamaris (1996: 3) yaitu, (1) hubungan manusia dengan Tuhan, (2) hubungan manusia dengan alam, (3) hubungan manusia dengan masyarakat, (4) hubungan manusia dengan manusia lain, (5) hubungan manusia dengan manusia dirinya sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan cara deskriptif analisis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi sastra dengan kajian teks dan wacana. Adapun judul penelitian ini adalah Nilai-nilai Budaya dalam Memoar Sokola Rimba Karya Butet Manurung dan Kebermanfaatannya sebagai Bahan Bacaan Sastra di SMA. 1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian pada hakekatnya sama dengan batasan masalah. Sugiyono (2013:396) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian ini merupakan batasan masalah. Karena adanya keterbatasan, baik tenaga, dana, dan waktu, dan supaya hasil penelitian lebih terfokus, maka peneliti tidak akan melakukan penelitian terhadap keseluruhan yang ada pada objek atau situasi sosial tertentu, tetapi perlu menentukan fokus. Dwiloka (2012:50) juga menambahkan Fokus penelitian memuat rincian pernyataan cakupan atau topiktopik pokok yang diungkapkan atau digali dalam penelitian. Fokus penelitian

7 adalah pemusatan dari berbagai kemungkinan muncul masalah yang timbul dari latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi fokus penelitian adalah analisis nilai-nilai budaya dalam memoar Sokola Rimba yang mengandung sastra dan kebermanfaatannya sebagai bahan bacaan sastra di SMA. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apa saja nilai-nilai budaya yang terkandung dalam memoar Sokola Rimba karya Butet Manurung yang mengandung sastra? 2. Bagaimana nilai budaya yang terkait dengan sastra dalam memoar Sokola Rimba karya Butet Manurung? 3. Bermanfaatkah memoar Sokola Rimba karya Butet Manurung sebagai bahan bacaan sastra di SMA? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam memoar Sokola Rimba karya Butet Manurung yang mengandung sastra. 2. Untuk menganalisis nilai-nilai budaya yang terkait dengan sastra

8 3. Untuk mengetahui kebermanfaatan memoar Sokola Rimba karya Butet Manurung sebagai bahan bacaan sastra di SMA. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan sastra Indonesia dalam pengkajian memoar dan dapat dijadikan bahan bacaan sastra di SMA. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini dapat memperluas cakrawala pendidik untuk mendidik siswa dengan pendekatan yang kreatif dan aplikatif. 2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bahan pijakan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang mendalam.