Gambar 6.1. Sketsa aplikasi warna pada dinding dan lantai.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG PERTUNJUKAN KESENIAN TRADISIONAL DI SENGGIGI LOMBOK BARAT

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PELATIHAN DAN PERSIAPAN UMROH DAN HAJI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

GELANGGANG OLAHRAGA TIPE A, SEMARANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ACTION FIGURE CENTRE

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA

bangunan dapat mengkomunikasikan karakter simbolik dari Toyota.

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut:

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT INFORMASI DAN PELAYANAN TERPADU ANAK USIA DINI DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ART CENTRE FAKULTAS ILMU BUDAYA UNDIP

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

Gelanggang Seni Remaja di Yogyakarta

MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PELATIHAN OLAHRAGA BOLA VOLI DI SEMARANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN PUSAT PENDIDIKAN ANAK BERBASIS SENSOMOTORIK DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL WISATA DI KALIURANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK DI YOGYAKARTA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BATIK INDONESIA

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang

BAB VI. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS REKREASI di PERKEBUNAN STROBERI KALIURANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN MUSEUM VULKANOLOGI MERAPI di YOGYAKARTA

Bab IV Analisa Perancangan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG JOGJA POST DAN TV DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI FOTO

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

KONSEP DESAIN MARKAS KOMANDO DAN PELATIHAN TIM SAR PANTAI PARANGTRITIS. 6.1 Konsep Transformasi Karakter SAR Pantai Pada Bangunan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BUDGET HOTEL

Fasilitas Rehabilitasi Psikotik di Surabaya

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI ANALISIS DAN KONSEP NON PERMASALAHAN

BAB 5 KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Ruang Kapasitas Unit Ruang

TEMA RANCANGAN TRANSFORMASI BENTUK. Gedung Orkestra Surabaya

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

5.1 Konsep Perencanaan Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

SIRKUIT INTERNASIONAL SENTUL

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

Transkripsi:

BAB VI KONSEP PERENCANAAN GEDUNG PAMERAN SENI RUPA DI YOGYAKARTA 6.1. Konsep Nilai Berdasarkan pada Psikologi Arsitektur, terdapat dua aspek penting yaitu konsep nilai dan kebutuhan ruang. Konsep nilai yang diterapkan adalah ruang dan bangunan mencerminkan karakter kenyamanan. Penerapannya adalah pada proporsi, warna, tekstur, bahan, bentuk dan wujud. Penerapannya adalah sebagai berikut : Warna Warna-warna yang digunakan baik pada ruang maupun bangunan adalah warna-warna yang mempunyai nilai psikologis dengan karakter positif sesuai dengan karakter kegiatan yang diinginkan. Pada bagian plafond akan lebih banyak digunakan warna hijau, oranye dan kuning. Pada bagian dinding akan lebih banyak digunakan warna merah, biru, oranye dan kuning. Pada bagian lantai akan lebih banyak digunakan warna biru, hijau, oranye dan kuning. Gambar 6.1. Sketsa aplikasi warna pada dinding dan lantai. Sapta Nugraha 99 01 09854 95

Gedung Pameran Seni Rupa di Yogyakarta Bukaan Semakin besar bukaan maka akan menimbulkan kesan kebebasan, terbuka, bermasyarakat, lega, dan lapang. Maka digunakan tingkat bukaan yang maksimal. Gambar 6.2. Sketsa bukaan pada ruang Bentuk dan Wujud Permainan wujud dan bentuk pada fasad bangunan yang menciptakan persepsi Santai, tenang, lebar, membesar, meluas, melapang, santai rileks,dan tenang Gambar 6.3. Rencana bentuk dan wujud bangunan. Sapta Nugraha 99 01 09854 96

6.2. Konsep Utilitas Sistem Elektrikal Sistem tenaga listrik pada bangunan mengandalkan sumber tenaga utama dari PLN dan sebagai cadangan adalah generator set. room Genset PLN Trafo Trafo SWITCH BOARD sekring sekring room room room Diagram 6.1. Instalasi sumber tenaga listrik Sumber : Soesilo Boedi Leksono, Diktat Kuliah Struktur Konstruksi 4, Tidak Diterbitkan, Yogyakarta, 2002. Sistem Komunikasi Untuk menunjang kelancaran komunikasi pada bangunan, dibutuhkan sarana komunikasi, sebagai berikut : PABX (Private Automatic Branch Exchange), alat komunikasi internal (tidak dikenakan biaya) maupun eksternal (pemakaian Perumtel). MAIN DISTRIBUTION FRAME RSC CTB TELKOM OPERATOR CENTRAL RELAY RSC CTB BATTERAY CABINET RSC CTB Diagram 6.2. Sistem jaringan PABX Sumber : Soesilo Boedi Leksono, Diktat Kuliah Struktur Konstruksi 4, Tidak Diterbitkan, Yogyakarta, 2002. Sapta Nugraha 99 01 09854 97

Telex Facsimile,sebagai alat penerima dan pengirim dokumen. CABINET RISER TELKOM ALAT TELEX OPERATOR CABINET RISER Diagram 6.3. Sistem jaringan Telex Sumber : Soesilo Boedi Leksono, Diktat Kuliah Struktur Konstruksi 4, Tidak Diterbitkan, Yogyakarta, 2002. Intercom, alat komunikasi internal yang sifatnya terpisah dari PABX namun fungsinya menunjang PBAX. Audio System, sestim informasi internal yang didistribusikan ke seluruh ruang bangunan. Sistem Fire Protection Upaya perlindungan atau pencegahan terhadap bangunan dari kebakaran, digunakan sistem penanggulangan berupa : Detector (fire alarm, fire detection, smoke & heat venting). Alat pemadam (sprinkler, water supply, chemical extinguiser). Sistem lain (hydrant pillar, unit PK). Sapta Nugraha 99 01 09854 98

Sistem Sanitasi Jaringan pembuangan air tetap : Air hujan, dialirkan melalui selokan menuju riol kota. Air kotor, dialirkan ke septictank dan kemudian ke sumur peresapan. Floor & wastafel drain Bak kontrol Closet & urinoir Bak kontrol septictank Bak kontrol Sumur peresapan Air hujan Bak kontrol Penyimpan air hujan Kotoran dapur Bak kontrol Diagram 6.4. Sistem sanitasi Sumber : Analisis Sistem Penangkal Petir Berfungsi menghindarkan bangunan dari sambaran petir, dengan cara menyalurkan / mengalirkan muatan arus listrik positif (+) ke arus negatif (-) atau arde di bawah permukaan tanah, melalui jaringan kawat tembaga. Sistem Air Bersih Sistem penyediaan air bersih menggunakan sumber PDAM dan sumur. Water Tower Pompa Water Tank Pompa Sumur Distribusi ke Seluruh Bangunan Diagram 6.5. Sistem jaringan air bersih Sumber : Analisis Sapta Nugraha 99 01 09854 99

Sistem Pembuangan Sampah Sistem pembuangan sampah yang berasal dari dalam dan luar bangunan yang telah terwadahi pada bak sampah akan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) oleh Dinas Kebersihan Kota. Bak sampah Truk Sampah Diagram 6.6. Jaringan pembuangan sampah Sumber : Analisis TPA 6.3. Konsep Struktur Bahan struktur harus memenuhi persyaratan kekuatan, keawetan dan persyaratan teknis lainnya, namun tetap dapat memberikan keleluasaan dalam perancangan bangunan sebagai wujud bangunan yang mengolah bentuk-bentuk yang bebas dan dinamis. Berkaitan dengan fungsi struktur dan kaitannya dengan citra dan estetika bangunan, maka ada beberapa kriteria utama yang dijadikan acuan dalam memilih bahan struktur yang akan dipakai antara lain: 1. Sistem yang dipilih harus mendukung pola kegiatan yang diwadahinya. 2. Penggunaan material logam,kaca, dan bahan-bahan baru. 3. Memenuhi persyaratan kekuatan dan berbagai persyaratan teknis lainnya. 6.4. Konsep Sirkulasi Ruang Pamer Sebagai dasar petokan tata ruang, yaitu: 1. Pola Sirkulasi Diperlukan ruang penerima sebagai media transisi yang mengarahkan pengunjung pada ruang pameran. Kejelasan pola sirkulasi antar kelompok kegiatan harus diikuti dengan pengaturan tata letak ruang pamer yang menekankan pada kemudahan pencapaian bagi pengunjung. Sapta Nugraha 99 01 09854 100

2. Konsep Sirkulasi Sirkulasi memungkinkan pengunjung menikmati obyek pameran secara beurutan. Sirkulasi meemungkinkan pengunjung melihat secara langsung ke bagian yang diinginkan, dengan melalui jalur sirkulasi yang di tentukan. Sirkulasi memberikan ruang-ruang relaksasi bangi pengunjung dengan tetap dapat menikmati obyek. Berdasarkan pertimbangan diatas maka ditentukan system sirkulasi pada ruang pamer sebagai berikut: 6.4.1. Sirkulasi Obyek 2 Dimensi Linear searah dinding yang merupakan perwujudan garis lurus yang berkarakter halus, tenang dan stabil. Sirkulasi ini memberikan kenyamanan pada pengunjung yang berkarakter tenang, diam dan mengamati dengan gerakan maju mundur yang stabil. 6.4.2. Sirkulasi Obyek 3 Dimensi Menggunakan sirkulasi melingkar. Sirkulasi 3 dimensi berbeda dengan sirkulasi 2 dimensi, karena karya 3 dimensi dapat dilihat dari beberapa sisi. Ketika pengunjung menikmati karya 3 dimensi, mereka akan mengelilingi obyek dan membentuk sirkulasi melingkar. Sirkulasi melingkar bersifat lunak dan luwes. 6.5. Konsep Tata Ruang Pamer Untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung, maka direncanakan suatu penataan ruang pamer yang baik. Factor-faktor penentu kenyamanan ruang pamer, meliputi : Sirkulasi pengunjung Penataan karya seni Pencahayaan Interior Sapta Nugraha 99 01 09854 101

Penghawaan Penataan ruang direncana untuk mempertimbangkan pengkaji karya seni rupa 2 dan 3 dimensi sehingga memberikan kenyamanan dan memudahkan pengunjung dalam mengikuti dan memahami karya seni yg dipamerkan. Pencahayaan yang mencukupi (buatan maupun alami) Penambahan lampu pada kerya yang besar yang membutuhkan cahaya yang lebih detail untuk memudahakan pengamatan, Penghawaan menggunakan AC karena ruang pameran membutuhkan kondisi penghaewaan yang stabil untuk menjaga kondisi karya seni yang dipamerkan. Penggunaan warna ruangan yang halus sesuai sifat ruangan yang tenang. 6.6. Konsep Kenyamanan Ruang Pameran a. Pencahayaan secara umum memakai pencahayaan alami dan buatan. Penggunaan dua sumber cahaya ini untuk memenuhi aspek kenyamanan dalam ruang yang terkait dengan syarat penyajian karya seni yang dipamerkan. System pencahayaan yang dipakai : Pencahayaan Alami Untuk ruang pameran dan ruang yang perlu dilindungi dari cahaya matahari secara langsung, perlu penanganan khusus seperti vegetasi, member shading dan sirip pada buakaan. Pencahayaan Buatan Secara umum menggunakan lampu pijar dan TL. Untuk penerangan ruang pameran menggunakan 2 jenis lampu yaitu: downlight lamp reflector yang diletakan di plafond an spot lamp untuk obyek lukisan yang besar. Lampu yang digunakan berkekuatan 40 watt dengan warna cahaya yang lembut dan disesuaikan dengan warna ruang pameran. Sapta Nugraha 99 01 09854 102

b. Penghawaan Penghawaan alami digunakan seoptimal mungkin terutama pada ruang-ruang yang tidak membutuhkan kondisi tertentu. Penghawaan alami dapat dilakukan melalui bidang bukaan seperti pintu dan jendela. Penghawaan buatan terutama digunakan pada ruang-ruang yang membutuhkan kondisi tertentu dan stabil seperti ruang pamer dan ruang penyimpanan koleksi. Penghawaan buatan menggunakan AC split sebagai alat untuk mengkondisikan udara dalam ruang. c. Sistem keamanan benda koleksi Untuk keamanan benda koleksi, disini dipakai system : Pemberian bidang alas koleksi untuk karya seni 3 dimensi Peletakan kamera cctv Adanya security 6.7. Konsep Kenyamanan Pandang 6.7.1. Kenyamanan Pandang Obyek 3dimensi Kenyamanan pandang untuk obyek 3 dimensi adalah relative, yaitu tergantung tiap individuyang menyaksikan pameran seni rupa. Hal ini dikarenakan obyek 3 dimensi memiliki beberapa sisi yang membutuhkan pengamatan lebih mendetail, sehingga menyebabkan para pengamat untuk tidak hanya mengamatinya dari satu sisiataupun dari satu jarak pandang saja. 6.7.2. Kenyamanan Pandang Obyek 2dimensi Berbeda dengan obyek 3 dimensi, obyek 2 dimensi memiliki jarak-jarak tertentu dalam pengamatan sebuah karya untuk mendapatkan sudut pandang yang pas.dan jarak pandang berbeda-beda sesuai dengan besaran obyek Sapta Nugraha 99 01 09854 103

6.8. Konsep Bentuk Masa Bangunan Diambil dari karakter kegiatan seni rupa ( suasana tenang, konsentrasi memusat, dinamis dan pergerakan yang lambat ). Tenang (konsentrasi memusat) Komposisi radial Dinamis (tidak tetap / tidak kaku) Penggabungan bentuk dasar + + = Pengurangan bentuk dasar Pergerakan lambat (santai) Bentuk di peroleh dari transformasi komposisi bergelombang Sapta Nugraha 99 01 09854 104

DAFTAR PUSTAKA De Chiara, Joseph, John Hancock callender, Time Saver Standards for Building Types, Megraw Hill Inc, Singapore, 1991. DK. Ching, Francis, diterjemahkan oleh Ir. Paulus Hanoto Ajie, Arsitektur. Bentuk,Ruang dan Susunannya, Erlangga, 1996. Neufert, Ernst diterjemahkan oleh Dr. Ing Sunarto Tjahjadi, Data Arsitek Edisi Pertama, Erlangga, Jakarta, 1996. Neufert, Ernst diterjemahkan oleh Dr. Ing Sunarto Tjahjadi, Data Arsitek Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 2002. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2001. White, Erdward, T, Tata Atur, pengantar merancang arsitektur, ITB, Bandung, 1986. Team pelaksana & penyusun RIK dan RBWK, Rencana Induk Kota, Pemda Dati II Yogyakarta. W. J. S. Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988. www.wikipedia.com www.pemda-diy.go.id http://id.wikipedia.org/wiki/daerah_istimewa_yogyakarta http://www.googlearth.com/ Sapta Nugraha 99 01 09854

www.gudegnet.com www.yogyes.com Sapta Nugraha 99 01 09854