PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN MODEL PROFILE MATCHING UNTUK PENENTUAN MUSTAHIK

PEMANFAATAN AHP SEBAGAI MODEL KEPUTUSAN PENENTUAN DESA POSDAYA

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja

Titis Handayani Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang. Abstract

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

ANALISIS PENGUKURAN DAN EVALUASI PRODUKTIVITAS DENGAN METODE OMAX DI BAGIAN PRODUKSI PABRIK GULA GEMPOLKEREP MOJOKERTO. Oleh: Sudiyarto dan Waskito

KOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN AHP SEBAGAI MODEL DECISION SUPPORT SYSTEM PENENTUAN DESA POSDAYA. Rina Fiati, Tutik Khotimah

BAB III METODE PENELITIAN

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN PRIORITAS PEMILIHAN KOST DENGAN MODEL BAYESIAN

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN DESA SIAGA DI PUSKESMAS KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS

1 BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Kelayakan Desa Mandiri Menggunakan FMADM

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

P11 AHP. A. Sidiq P.

Aan Jaelani. Kata Kunci :Analytical Hierarchy Prosess (AHP), Pemilihan siswa berprestasi, sistem pengambilan keputusan.

SISTEM INFORMASI PEMILIHAN JURUSAN di SMA N 1 JEKULO KUDUS MENGGUNAKAN METODE AHP NASKAH PUBLIKASI. diajukan oleh Wayan Triana

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ABSTRAK. Kata kunci: pengukuran kinerja, stakeholder, kpi

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJUALAN PADA PERUSAHAAN SPARE PARTS SAMARINDA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX

Sistem Pendukung Keputusan Metode AHP Dalam Penentuan Seseorang Beresiko Terkena Penyakit Ginjal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

PENGEMBANGAN APLIKASI ANDROID PADA PSIKOTEST BAKAT DAN MINAT ANAK. Anastasya Latubessy 1*, Rina Fiati 1. Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI

AHP UNTUK PEMODELAN SPK PEMILIHANSEKOLAH TINGGI KOMPUTER

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCES UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN RASKIN (STUDI KASUS : KECAMATAN MEDAN DELI)

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pegawai Dalam Pengambilan Keputusan Pemilihan Pegawai Berprestasi

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HIERARCY PROCESS

JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA KSP MITRA RAKYAT BERSAMA NGANJUK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

RANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PENERIMA BANTUAN PROGRAM PEMERINTAH

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

Analisis Pengukuran Kinerja Departemen Pengadaan dengan Metode Objective Matrix (OMAX)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

SELEKSI PEMILIHAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS DINKES KABUPATEN BANTUL

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN TAHU DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 1 NO. 1 MARET 2010


ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (SPK) PENENTUAN KELAYAKAN CALON LEGISLATIF DPRD DARI PARTAI GOLKAR KABUPATEN PRINGSEWU

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PENERIMAAN BEASISWA DI SMAN2 METRO)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN REKOMENDASI PENGANGKATAN KARYAWAN PESERTA TRAINING MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

BAB I PENDAHULUAN. situasi yang menggambarkan bangkitnya kembali perekonomian yang telah

MODEL RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PENINGKATAN JABATAN DAN PERENCANAAN KARIR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMA 1 BOJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN SEKOLAH DASAR ISLAM MENGGUNAKAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

BAB II Tinjauan Pustaka

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARYAWAN TERBAIK PADA BANK BRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PROGRAM STUDI S1 DI LPKIA MENGGUNAKAN METODE AHP

Analisis Produktivitas dengan Metode Objective Matrix (OMAX) di PT. X

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Proses Perekrutan Karyawan Studi Kasus PT.Sumber AlfariaTrijaya Dengan Metode AHP.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

BAB II LANDASAN TEORI

P6 Arsitektur SPK. SQ

Aplikasi Metode Analitical Hierarchy Proces (AHP) Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh Abulwafa Muhammad, S.Kom, M.

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

SISTEM PEMILIHAN PEJABAT STRUKTURAL DENGAN METODE AHP

ANALISIS PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI DI PABRIK GULA TOELANGAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA X SIDOARJO DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

IMPLEMENTASI SISTEM REKOMENDASIAN PENERIMAAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN FMADM

ANALISIS PRODUKTIVITAS PADA BAGIAN PRODUKSI KEJU MOZZARELLA MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX

Kata Kunci : AHP (Analytical Hierarchy Process), SPK, seleksi, bobot, calon karyawan.

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

TEKNOSI, Vol. 02, No. 02, Agustus

Transkripsi:

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN Rina Fiati 1) 1) Teknik Informatika UMK Jl Gondang Manis Bae Kudus Email : rfiati003@yahoo.com Abstrak Produktivitas adalah elemen yang paling penting untuk membuat suatu organisasi tetap eksis. Dalam setiap organisasi,kegiatan pemeriksaan kinerja adalah kegiatan yang perlu dilakukan. Pencapaian hasil suatu organisasi dapat dilihat dari kinerja yang dihasilkan. Karena hal ini yang menjadikan organisasi baik swasta maupun pemrintahan semakin berkembang. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengukuran kinerja agar peningkatan produktivitas dapat terkendali dan sesuai dengan target organisasi. Tujuan dari penelitian adalah untuk membuat sistem pengambilan keputusan berbasis teknologi informasi yang dapat membantu para pimpinan dalam mengambil keputusan dalam meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat pada kantor kelurahan. Metode yang digunakan adalah metode Objective Matrix (Omax) AHP. Hasil yang diperoleh dari evaluasi terlihat bahwa kriteria kinerja pada produktivitas karyawan mengalami fluktuasi pada beberapa bulan terakhir pengukuran, sedangkan layanan dan jam kerja cukup stabil pada periode-periode akhir pengukuran dengan nilai tertinggi sebesar 840, dan meningkat sebanyak 61,54 % dari Indeks pelayanan.. Kata kunci : SPK, OMAX, AHP, Kinerja, Produktivitas 1. Pendahuluan Salah satu masalah yang dihadapi perusahaan adalah turunnya produktivitas yang dipengaruhi oleh kinerja dari karyawan. Permasalahan yang terjadi karena pengaruh layanan yang diberikan dan kinerja karyawan yang meliputi tanggung jawab kerja yang tidak sesuai, ketidak disiplinan karyawan, dan kerjasama tim yang kurang. Produktivitas pelayanan masyarakat pada kantor kelurahan mengalami penurunan. Oleh karena itu untuk mengevaluasi penurunan produktivitas maka perlu dilakukan pengukuran kinerja agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui faktorfaktor apa yang menyebabkan penurunan produktivitas dan usulan rencana apa yang harus dilakukan agar produktivitas perusahaan untuk masa yang akan datang meningkat. Setiap organisasi baik swasta maupun pemerintahan, perlu dilakukan kegiatan pemeriksaan kinerja. Hal ini untuk memantau terlaksananya suatu program kegiatan agar lebih baik. Evaluasi kinerja merupakan penilaian periodik terhadap efektifitas suatu organisasi dipandang dari tujuan dan kriteria organisasi tersebut. Kinerja mempunyai keterkaitan dengan pengukuran produktifitas guna menunjang proses keberhasilan suatu kegiatan evaluasi kegiatan. Tujuan penelitian adalah untuk membangun sistem pengambilan keputusan berbasis teknologi informasi untuk membantu para pimpinan dalam mengambil keputusan di dalam meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat pada kantor kelurahan. Untuk menilai apakah suatu kelurahan dapat di kategorikan berhasil dalam pelayanan pada masyarakat di dasarkan pada faktor kinerja tersebut, maka perlu dilakukan penilaian dari beberapa indikator dan dibangun sebuah sistem pendukung keputusan yang akan membantu manager dalam pengambilan keputusan penilaian kinerja. Computer Based Information System (Sistem Informasi Berbasis Komputer) yang salah satunya adalah Sistem Pendukung Keputusan (Decission Support System) adalah suatu sistem informasi komputer yang interaktif dan dapat memberikan alternatif solusi bagi pembuat keputusan [1] Model penilaian kinerja yang digunakan adalah metode Objective Matrix (Omax). Didalam metode ini langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu menentukan kriteria, perhitungan rasio, perhitungan interpolasi nilai matriks, penetapan sasaran, penetapan bobot rasio yang akan di hitung menggunakan metode AHP ( Analytical Hierarki Proces) [2]. Pembentukan matriks dengan model Omax. Kelebihan model OMAX dalam pengukuran produktivitas perusahaan yaitu relatif sederhana dan mudah dipahami, mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan keahlian khusus, datanya mudah diperoleh, lebih fleksibel, tergantung pada masalah yang dihadapi [3]. Model pengukuran ini mempunyai ciri yaitu kriteria performansi kelompok kerja digabungkan ke dalam suatu matrik. Setiap kriteria memiliki sasaran dan bobot sesuai tingkat kepentingan terhadap tujuan produktivitas. Metode OMAX dapat mengkombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk mengukur seluruh aspek kinerja yang dipertimbangkan dalam suatu unit kerja, indikator kinerja untuk setiap input dan output serta 2.2-157

memasukkan pertimbangan pihak manajemen dalam penentuan skor sehingga lebih fleksibel. Score performance dari metode OMAX ( Objective matrix) berkisar pada skala 0-10. [4] 2. Pembahasan Sistem Pendukung Keputusan Turban (2005) mendefinisikan SPK sebagai sistem informasi berbasis komputer yang adaptif, interaktif, fleksibel, yang secara khusus dikembangkan untuk mendukung solusi dari pemasalahan manajemen yang tidak terstruktur untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Sistem Pendukung Keputusan (Decission Support System) adalah sistem informasi berbasis komputer yang menyediakan dukungan informasi yang interaktif bagi manajer dan praktisi bisnis selama proses pengambilan keputusan. Sistem Pendukung Keputusan menggunakan (1) model analitis, (2) database, (3) penilaian dan pandangan pembuat keputusan dan (4) proses pemodelan berbasis komputer yang interaktif untuk mendukung pembuatan keputusan bisnis yang semi terstruktur (O Brien, 2005),[1]. Tujuan dari SPK ini adalah untuk membantu dan memudahkan para pimpinan/pemerintahan dalam hal ini penilaian kinerja pelayanan masyarakat pada kantor kelurahan, dengan lebih efisien dan efektif. Hasil yang diperoleh dari sistem merupakan /sebagai bahan pertimbangan / gambaran dalam mengambil keputusan. Sedangkan keputusan akhir tetap pada pimpinan selaku decision maker. Berikut adalah arsitektur SPK pada penilaian kinerja pelayanan kantor kelurahan. Data Internal: 1. Data pegawai/karyawan 2. Data Jam kerja 3. Data Pelayanan E K S T R A K S I BASIS DATA SPK Sistem Managemen Basis Data Dialog Layar Terminal: Komputer User BASIS MODEL SPK Sistem Managemen Model Model OMAX Model AHP Gambar 1. Arsitektur SPK Kinerja Pelayanan pada kantor kelurahan Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengambil sampel 5 bulan dan tiga kriteria kinerja meliputi : pelayanan, pegawai dan jam kerja. Pemodelan OMAX-AHP. Langkah langkah yang harus dilakukan dalam penyelesaian pemodelan OMAX antara lain [5] : a. Defining, langkah ini dilakukan pendefinisian dari kriteria produktivitas yang ingin diteliti. Kriteria ini sebaiknya independen dan mudah diukur. Ada dua pengukuran dan pengambilan data yang harus ditetapkan yaitu; kriteria produktifitas adalah kriteria yang menjadi tolak ukur produktifitas pada bagian dari pekerjaan tersbut. Sedangkan performansi adalah nilai tiap produktifitas berdasarkan pengukuran selama periode yang ditetapkan. Dalam Penelitian ini kriteria dan rasio yang digunakan adalah kuantitas yaitu output /jam kerja ; kuantitas adalah jumlah pelayanan yang disediakan ; waktu yaitu total waktu tunggu / ttal waktu yang tersedia ; dan utilisasi adalah tenaga kerja actual / tenaga kerja standar. b. Quantifying adalah badan dari matriks yang berisi tentang tingkat pencapaian dari kriteria produktivitas. Skala penilaian meliputi ; level 10 merupakan tingkat pencapaian realitias optimal yang mungkin dicapai. Level 3 merupakan tingkat performansi pada waktu awal pengukuran. Level 0 merupakan tingkat terburuk yang mungkin terjadi. Diantara level 0 samapai dengan level 10 terdapat level 1-9 yang mempunyai kisaran pencapaian dari nilai terjelek sampai nilaio optimal. Level 1 dan 2 diperoleh dari interpolasi nilai level 1 dan 3; level 4-9 diperoleh dari interpolasi nilai level 3 dan 10. c. Monitoring pada dasarnya matriks adalah perhitungan dari performance indicator (indikasi unjuk kerja), hasil dari perhitungan ini terletak dibagian paling bawah dari matriks, Pengamatan terdiri : Score (Skor) Nilai level dimana nilai pengukuran produktivitas berada. Misalnya, jika output / jam sama dengan 100 terletak pada level 5, maka skor untuk pengukuran itu adalah 5. Jika terdapat pengukuran yang tidak tepat sesuai dengan angka pada matriks, maka harus dilakukan pembulatan kebawah. Weight (Bobot) Besarnya bobot dari setiap kriteria mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat produktivitas yang diukur, maka dari itu perlu dicatat prosentase kepentingan total produktivitas. Bobot ini yang nantinya akan diukur menggunakan metode AHP. Value (Nilai) Nilai yang dihasilkan dari perkalian skor pada criteria tertentu dengan bobot criteria tersebut. Performance indicators meliputi, Current yaitu jumlah nilai semua kriteria Previous yaitu jumlah pengukuran sebelumnya Indeks produktifitas yaitu perbandingan antara periode yang diukur dengan periode sebelumnya. Dihitung : Dimana ; IP adalah indeks produktifitas Current yaitu nilai criteria saat pengukuran Previous adalah nilai kriteria periode sebelumnya. 2.2-158

Sebelum dilakukan pengukuran terhadap tiap kriteria maka dilakukan pengumpulan data-data yang akan digunakan untuk mengukur kinerja. Tabel 1. Data Kinerja Tingkat produktivitas = Jumlah Pengunjung Jumlah Jam kerja karyawan (Orang) Pada tabel 1, dijelaskan bahwa ; Σ Hari kerja = seluruh hari dalam bulan Σ Jam kerja = jumlah jam kerja karyawan/pegawai tetap dalam 1 hari. Σ Pengunjung ( tamu masyarakat) = data diperoleh dari pihak perusahaan. Σ Pelayanan`= jumlah pelayanan yang diminta pengunjung (tamu masyarakat) Sebelum dilakukan pengukuran terhadap tiap kriteria produktivitas, maka dilakukan pengumpulan data-data yang akan digunakan untuk mengukur produktivitas. Langkah Pertama yaitu dengan menggukur : 1. Pelayanan. Tingkat pelayanan didapat dari rasio antara jumlah pengunjung (masyarakat) dengan jumlah pelayanan. Tingkat produktivitas = Jumlah Pengunjung Jumlah Pelayanan Data tentang jumlah pelayanan selama periode 1 (Bulan Januari) sampai dengan periode 5 (Bulan Mei): Tabel 2. Penghitungan pelayanan Periade Pengunjung Pelayan Produktivitas bulan Januari 397 240 1.65 Februari 392 137 2. 86 Maret 390 214 1. 82 April 398 205 1. 94 Mei 383 179 2.13 Dari data diatas, dapat kita lihat bahwa perkembangan produktivitas pelayanan kelurahan mengalami fluktuasi. terutama pada saat bulan Februari, nilai produktivitasnya cukup meningkat apabila kita bandingkan dengan bulabulan yang lainnya. Sedangkan nilai produktivitas terendah terjadi pada bulan januari. 2. Jam Kerja. Tingkat jam kerja diperoleh dari rasio antara jumlah pengunjung (tamu masyarakat) dengan jumlah hari kerja. Data tentang jumlah hari kerja yang digunakan selama periode 1 (Bulan januari) sampai dengan periode 5 (bulan Mei). Tabel 3. Penghitungan jam kerja Periade Pengunjung Jam Kerja Produktivitas bulan Karyawan Januari 397 7058,4 0,056245 Februari 392 6434,4 0,060923 Maret 390 4762,4 0,081891 April 398 6226,4 0,063921 Mei 383 6418,4 0,059672 Dimana: Σ Jam Orang = (Σ karyawan X Σ hari kerja Σ hari libur) x jam kerja Hari libur = Σ absen 1 bulan / jumlah hari 1 bulan Dari data diatas, dapat diketahui bahwa hanya sedikit fluktuasi yang terjadi pada kriteria produktivitas jam kerja. Fluktuasi ini antara lain terjadi pada saat nilai produktivitas mencapai nilai tertinggi pada bulan maret, dan pada saat nilai produktivitas mencapai nilai terendah yaitu pada bulan Januari. 3. Karyawan/Pegawai Tingkat produktivitas tenaga kerja diperoleh dari rasio antara jumlah absensi karyawan dengan jumlah karyawan. Jumlah absensi Tingkat karyawan = (jam) Jumlah jam kerja Data tentang jumlah tenaga kerja yang digunakan selama periode 1 (bulan januari) sampai dengan periode 5 (bulan Mei). Tabel 4. Penghitungan karyawan/pegawai Periade absensi Jam Kerja Produktivitas bulan (jam) tersedia 1 24 2.08 0.115 2 16 2.08 0.76 3 22 2.08 0.105 4 17 2.08 0. 81 5 8 2.08 0.38 Dimana : Σ Absensi (jam) = Σ Absensi (orang) x Σ Jam kerja Σ Jam Kerja Tersedia = Σ Hari kerja x Σ Jam kerja Dari data diatas, dapat kita lihat bahwa perkembangan produktivitas pegawai kurang stabil mulai periaode 1 sampai periaode 5. Sebab pada periode 1, nilai produktivitas mencapai nilai tertinggi. Sedangkan nilai produktivitas terendah terjadi pada periaode 5. Pada penghitungan model OMAX sasaran jangka panjang ditentukan oleh lembaga dalam hal ini kantor keluruhan. Sebab instansi tersebut yang mempunyai target dan kondisi pekerjaan untuk kemajuan yang lebih baik. Adapun dasar penetapan sasaran jangka panjang 2.2-159

antara lain ; prosentase tersebar diberikan pada kriteria yang lebih mudah pengendaliannya; prosentase terkecil diberikan pada kriteria yang memilki faktor kendala yang sulit dikendalikan. Sedangkan prosentase yang akan digunakan dalam mencapai target, hendaknya tidak terlalu besar supaya tidak menjadi beban instansi tersebut [3]. Penetapan sasaran jangka panjang, skala interval, dan skala tingkat tiap kriteria dengan prosentase sebagai berikut : 1. Pelayanan, yang menjadi sasarannya adalah kenaikan output sebesar 35 %. 2. jam kerja, sasarannya adalah peningkatan jam kerja sebesar 25 %. 3. Karyawan, sasarannya adalah penurunan jumlah absensi tenaga kerja sebesar 60 %. Selanjutnya akan di hitung dalam tahap ini adalah : pelayanan, jam kerja dan karyawan. 1. Pelayanan. Tabel 5. Penghitungan pelayanan Pengisian Kolom Skor Skor Skala Tingkat Pencapaian awal = 1.65 Akan dinaikan 35 % 100% + 35 % = 135 % 135% x 1.65 = 2.2275 Skala interval: Skala jangka panjangpencapaian awal / 6= 2.2275-1.65 / 6 = 0.096 10 2.322 9 2.226 8 2.13 7 2.034 6 1.938 5 1.842 4 1.746 3 1.65 2 1.864 1 1.768 0 1.672 2. Jam Kerja Tabel 6. Penghitungan jam kerja Pengisian Kolom Skor Skor Skala Tingkat Pencapaian awal = 0,0562 Akan dinaikan 25 % 100% + 25 % = 125 % 125% x 0,056245 = 0.0703 Skala interval: Skala jangka panjangpencapaian awal / 6= 0.0703-0,0562 / 6 = 0.0609 10 0.4825 9 0.4216 8 0.3607 7 0.2998 6 0.2389 5 0.178 4 0.1171 3 0,0562 2 0.0047 1 0.0656 0 0.1265 Tabel 7. Penghitungan karyawan Pengisian Kolom Skor Skor Skala Tingkat Pencapaian awal = 0.115 Akan dinaikan 60 % 100% - 60 % = 40 % 40% x 0.115 = 0.046 Skala interval: Skala jangka panjangpencapaian awal / 6= 0.046-0.115/ 6 = 0.0268 10 0.071 9 0.0442 8-0.017 7 0.0094 6 0.0362 5 0.0622 4 0.0882 3 0,115 2 0.1418 1 0.1686 0 0.1954 Langkah selanjutnya melakukan perbandingan antara kriteria dengan metode AHP. Penilaian kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1991 ), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat [2]. Tabel 8. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas dari kepentingan pada skala absolut Definisi Penjelasan Kedua aktifitas 1 Sama pentingnya menyumbangkan sama pada tujuan Pengalaman dan Agak lebih pentingkeputusan 3 yang satu atas menunjukkan lainnya kesehatanukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain Pengalaman dan 5 cukup penting keputusan menunjukkan kesehatanukaan atas satu aktifitas lebih dari yang Pengalaman lain dan 7 sangat penting keputusan menunjukkan kesehatanukaan yang kuat atas satu aktifitas lebih dari yang lain 9 Bukti menyukai satu kepentingan yang aktifitas ekstrim atas yang lain sangat kuat 2,4,6,8 nilai tengah diantara Bila kompromi dua nilai keputusan dibutuhkan yang berdekatan 3. Karyawan 2.2-160

Berbalikan Rasio jika aktifitas i mempunyai nilai yang lebih tinggi dari aktifitas j maka j mempunyai nilai berbalikan ketika dibandingkan dengan i rasio yang didapat langsung dari pengukuran 1.864 0.0542 0.124 2 1.768 0.0522 0.133 1 1.672 0.0502 0.142 0 3 3 3 score 58.20% 30.90% 10.90% weight Hasil pengujian dengan sistem diperoleh penetapan bobot dan penghitungan OMAX yang digunakan sebagai evaluasi kinerja pelayanan pada kantor kelurahan,seperti pada gambar 1 Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty pada kasus ini dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Kriteria No Kriteria A B C 1 A 1 2 5 2 B 0.5 1 3 3 C 0.2 0.33 1 Kemudian menentukan bobot pada tiap kriteria, nilai bobot ini berkisar antara 0 1. dan total bobot untuk setiap kolom adalah 1. Cara menghitung bobot adalah angka pada setiap kotak dibagi dengan penjumlahan semua angka dalam kolom yang sama. Contoh bobot dari (kriteria 1, kriteria 1) = 1/ (1+1/2+1/5) = 0.589, (kriteria 2, kriteria 1) = 2 / (1+2+1/3) = 0.601. Evaluasi Perbandingan Berpasangan Kriteria. Tabel 9. Nilai perbandingan berpasangan kriteria No Kriteria A B C 1 A 0.589 0.601 0.556 2 B 0.294 0.300 0.333 3 C 0.117 0.099 0.111 Selanjutnya adalah mencari nilai bobot untuk masingmasing kriteria. caranya adalah dengan melakukan penjumlahan setiap nilai bobot prioritas pada setiap baris tabel dibagi dengan jumlah kriteria sehingga diperoleh bobot masing-masing kriteria adalah: kriteria 1 = (0.589+0. 601+ 0.556)/3=0.582 (58.2%); kriteria 2 = (0.294+0.300+0.333)/ 3 = 0.309 (30.9%); kriteria 2 = (0.117+0.099+0.111)/ 3 = 0.109 (10.9%). Sehingga jumlah total bobot semua kriteria = 1 (100%) sesuai kaidah dimana jumlah total harus bernilai 100. Tabel 10. Penghitungan OMAX A B C Produktivity Criteria 1.65 0,0562 0.115 Performance 2.322 0.0702 0.052 10 2.226 0.0682 0.061 9 2.13 0.0662 0.07 8 2.034 0.0642 0.079 7 1.938 0.0622 0.088 6 1.842 0.0602 0.097 5 1.746 0.0582 0.106 4 1.65 0,0562 0,115 3 Gambar 1. Hasil pengujian SPK Kinerja Pelayanan pada kantor kelurahan 3. Kesimpulan Berdasarkan pada pengujian disimpulkan bahwa sistem evaluasi kinerja dapat digunakan sebagai pengukuran dan mengntrol kinerja pelayanan pada kantor kelurahan. Perencanaan perbaikan kinerja dilakukan agar kinerja pelayanan, jam kerja dan karyawan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan hasil perbaikan digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kinerja pada perusahaan. Hasil dari penghitungan diperoleh pelayanan dan karyawan dengan nilai tertinggi sebesar 840, dan meningkat sebanyak 61,54 %. Hal ini menunjukkan pengukuran nilai produktifitas kinerja cukup stabil. Daftar Pustaka [1] Turban, E., and Aronson, J.E., 2005, Decission Support System and Intelligent System, 7 th Edition, Prentice Hall, Inc., New Jersey. [2] Saaty, T.L., 1991, Decision Making For Leaders The Analytical Hierarchy Process For Decison. University of Pitsburgh. [3] Singgih, Moses L.,2009. Model Produktivitas Objective Matrix (OMAX), Analisis Produktivitas, http://www.ie.its.ac.id/download/publikasi.pdf. diakses tanggal 3 maret 2013 [4] Avinda, D.,dkk. Strategi Peningkatan Produktivitas di laintai produksi menggunakan metode objective matrix (OMAX), Jurnal Online Reka Integra ISSN : 2338-5081, No.04 Vol.01 April 2014, Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung 2.2-161

[5] Ngemba, Hajra Rasmita, 2011. SPK terhadap Produktivitas Hotel Menggunakan metode OMAX ( Studi kasus : Hotel Le Beringin Salatiga), Skripsi Fakultas Teknologi Industri UKSW : Salatiga. Biodata Penulis Rina Fiati, memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T) Program Studi Teknik Informatika IST Akprind tahun 1999. Pada tahun 2009 memperoleh gelar Magister Ilmu Komputer (M.Cs) dari Program Ilmu Komputer UGM. Saat ini sebagai staf Pengajar UMK Kudus. 2.2-162