BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta

BAB I PENDAHULUAN. enzim bersifat tahan lingkungan yang mampu melakukan aktifitas pada

SELEKSI, KARAKTERISASI, DAN IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI TERMOFILIK PASCA ERUPSI MERAPI SEBAGAI PENGHASIL ENZIM PROTEASE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beragam mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kondisi ekstrim, seperti

ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ENZIM AMILASE DARI ISOLAT BAKTERI TERMOFILIK AMILOLITIK PASCA ERUPSI MERAPI PADA BERBAGAI VARIASI SUHU DAN ph SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat sebagai katalisator yaitu zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan menjadi energi melalui tahapan metabolisme, dimana semua proses

I. PENDAHULUAN. Industri pertanian seperti PT.GGP (Green Giant Pinaeple) Lampung. menggunakan nanas sebagai komoditas utama dalam produksi.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif,

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair tahu adalah air buangan dari proses produksi tahu. Menurut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

4 Hasil dan Pembahasan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI TERMOFILIK PENGHASIL PROTEASE DARI SUMBER AIR PANAS TANJUNG SAKTI LAHAT SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. senyawa yang lebih sederhana seperti peptida dan asam amino. Enzim protease

I. PENDAHULUAN. Lampung adalah produsen tapioka utama di Indonesia. Keberadaan industri

Pendahuluan Fermentasi telah lama dikenal manusia dan kini beberapa diantaranya berkembang ke arah industri spt roti, minuman beralkohol, yoghurt, kej

BAB I PENDAHULUAN. Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. besar. Total penjualan protease di dunia mencapai 50-60%. Indonesia merupakan

Isolasi, Karakterisasi dan Uji Potensi Bakteri Penghasil Enzim Termostabil Air Panas Kerinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

PENGENALAN ENZIM DAN ENZIM INDUSTRIAL

Anna Rakhmawati 2014

BAB II KAJIAN TEORI. dan hipertermofil. Bakteri psikrofil hidup pada kisaran suhu C dan.

mendidihkan menggunakan hot plate, dan menghomogenkan menggunakan magnetic stirrer. Mensterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121 ºC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. industri dan pengobatan (Moon dan Parulekar, 1993). merupakan satu dari tiga kelompok enzim terbesar dari industri enzim dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove

Uji Kosser Sitrat Hidrolisis Lemak Uji Oksidase dan Katalase Hidrolisis Gelatin Motilitas Hidrolisis Kasein Uji H2S Uji Indol Reduksi Nitrat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Enzim adalah senyawa protein yang dihasilkan oleh berbagai jenis

KEANEKARAGAMAN DAN AKTIVITAS MIKROBA DI KAWASAN CAGAR BIOSFER GIAM SIAK KECIL-BUKIT BATU: SEBAGAI INDIKATOR TERHADAP TEKANAN PENGGUNAAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan

Media Kultur. Pendahuluan

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

Macam macam mikroba pada biogas

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

Lampiran 1 Komposisi media pertumbuhan bakteri

BIOTEKNOLOGI BERASAL 2 KATA YAITU BIOS = HIDUP, TEKNOLOGI DAN LOGOS = ILMU ILMU YANG MEMPELAJARI MENGENAI BAGAIMANA CARA MEMANFAATKAN MAKHLUK HIDUP

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan diperkirakan mencapai 10 15% per

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENGANTAR. Lipase merupakan enzim yang berperan sebagai katalis dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat morfologinya dengan bantuan mikroskop. Bakteri merupakan organisme

I. PENDAHULUAN. Ikan Patin jenis Pangasius hypopthalmus merupakan ikan air tawar yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, mikroorganisme berperan dalam industri

LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

POTENSI BAKTERI SELULOLITIK DALAM DEKOMPOSISI JERAMI PADI

II. METODELOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

Bioteknologi berasal 2 kata yaitu Bios = hidup, Teknologi dan Logos = ilmu Ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana cara memanfaatkan makhluk hidup

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Mikroba dalam Pengawetan Makanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki Indah Permata Sari,2014

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat

BAB I PANDAHULUAN. Adanya cahaya, akan mempengaruhi suhu di bumi. Suhu banyak diaplikasikan

BAB I PENGANTAR. dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk. maupun non pangan (Darwis dan Sukara, 1990).

OLEH : ARDIAN PRASETYA ( ) Dosen Pembimbing Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si., M.Si Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh

Isolasi Bertahap Bakteri Pendegradasi Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit di PT. Erasakti Wira Forestama Muaro Jambi

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

4 Hasil dan Pembahasan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat pada susu

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAMTERlSWSl PWOTEWSE [BAR! FERMENTAS! CAfJPURAN

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI AEROB PENDEGRADASI SELULOSA DARI SERASAH DAUN Avicennia

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang teknologi fermentasi, rekayasa genetika, dan teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin meningkat. Enzim protease merupakan salah satu enzim yang penting dalam aplikasi bioteknologi dan industri. Enzim protease berperan dalam degradasi protein. Enzim ini dapat dihasilkan oleh mikroorganisme secara ekstraseluler, serta mempunyai peranan yang penting dalam metabolisme sel dan keteraturan proses dalam sel (Ward, 1983 dalam Sugiyono, 2008: 157). Penggunaan enzim protease sangat efektif dan menguntungkan. Dalam industri pangan, enzim protease dimanfaatkan untuk pengolahan susu, roti, biskuit, proses pematangan keju, pengempukan daging, dan pembuatan produk dari kedelai. Selain itu, enzim protease juga digunakan pada beberapa aplikasi industri seperti deterjen, farmasi, produk-produk kulit, produk-produk makanan, dan proses pengolahan limbah industri. Enzim protease yang banyak dicari oleh kalangan industri adalah yang berkualitas tinggi, terutama tahan dan stabil pada kondisi suhu tinggi karena proses-proses kimia dalam bidang industri banyak yang berlangsung pada suhu relatif tinggi di atas 40 o C (Dessy, 2008: 22). Kebutuhan enzim protease sangat tinggi, tetapi pemenuhan kebutuhan terhadap enzim protease hampir 100% masih bergantung pada produk impor. 1

Upaya pencarian sumber enzim protease perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri. Enzim protease dapat dihasilkan oleh tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Pemilihan mikroorganisme sebagai sumber enzim mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan yang diisolasi dari tanaman ataupun hewan. Keuntungan tersebut antara lain sel mikroorganisme relatif lebih mudah ditumbuhkan, kecepatan pertumbuhan relatif lebih cepat, skala produksi sel lebih mudah ditingkatkan bila dikehendaki produksi yang lebih besar, biaya produksinya relatif rendah, kondisi selama produksi tidak tergantung oleh adanya pergantian musim, dan waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi lebih pendek. Pencarian mikroorganisme sebagai penghasil enzim protease perlu dilakukan. Mikroorganisme termofilik adalah salah satu sumber enzim dengan sifat-sifat unik sehingga menarik kalangan industri untuk mengaplikasikannya. Sebagian besar enzim protease yang tahan dan stabil terhadap suhu tinggi dihasilkan oleh mikroorganisme termofilik. Mikroorganisme termofilik mampu hidup pada lingkungan suhu tinggi dan tumbuh secara optimal di atas suhu 45 o C, dengan struktur protein penyusun enzim yang tetap stabil atau tidak terdenaturasi oleh panas. Mikroorganisme termofilik ini dapat diisolasi dari berbagai tempat seperti sumber-sumber geotermal, daerah vulkanoik, pemandian mata air panas di darat maupun mata air panas di laut dalam, dan juga dari proses pembuatan kompos (Dessy, 2008: 20). Banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari dan mendapatkan informasi tentang bakteri termofilik penghasil enzim protease. Hingga saat ini 2

lebih dari 70 genus dan 140 spesies termofilik telah diisolasi dari berbagai lingkungan suhu tinggi. Salah satu bakteri yang diduga banyak sebagai penghasil enzim protease adalah genus Bacillus. Beberapa bakteri termofilik penghasil enzim protease yang telah diisolasi dan dikarakterisasi antara lain Bacillus thermoproteolyticus, Bacillus caldolyticus, Bacillus stearothermophilus, Bacillus caldovelox DSM 411, dan Bacillus subtilis (Sugiyono, 2008: 157). Salah satu sumber potensial bakteri termofilik adalah di daerah sekitar Merapi yang terkena erupsi pada tahun 2010. Penelitian pasca erupsi Merapi 2010 mengenai isolasi bakteri termofilik telah dilakukan oleh peneliti dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Penelitian tersebut dititikberatkan pada mikroorganisme pelarut fosfat, penambat nitrogen, penghasil hormon tumbuh, peningkatan resistensi terhadap penyakit, dan mikroorganisme penghancur senyawa rekalsitran yang diaplikasikan dalam bidang pertanian. Kali Gendol sebagai salah satu sungai yang dialiri material-material panas setelah terjadi letusan Gunung Merapi tahun 2010, merupakan salah satu tempat yang berpotensi untuk ditemukannya bakteri termofilik. Hal ini karena pasca erupsi Merapi terjadi peningkatan temperatur di Kali Gendol tersebut. Penelitian telah dilakukan oleh Anna Rakhmawati dan Evy Yulianti pada tahun 2011 dan berhasil mengisolasi bakteri termofilik pasca erupsi Merapi. Hasil penelitian tersebut, bakteri termofilik diisolasi dari 3 sampel air dan 9 sampel pasir Kali Gendol Atas dengan metode dilution dan enrichment. Pada suhu inkubasi 55 o C diperoleh 480 isolat. Pada suhu inkubasi 70 o C diperoleh 253 isolat, dan hasil skrining aktivitas enzim ekstraseluler diperoleh sebanyak 9 isolat bakteri 3

termofilik menghasilkan enzim amilase, 4 isolat menghasilkan enzim protease, dan 1 isolat menghasilkan enzim selulase. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Anna Rakhmawati dan Evy Yulianti pada tahun 2011, masih terdapat 480 isolat bakteri termofilik yang mampu tumbuh pada suhu inkubasi 55 o C yang belum diidentifikasi mengenai kemampuannya menghasilkan enzim ekstraseluler. Dalam penelitian ini akan melanjutkan penelitian tersebut, bakteri yang diidentifikasi dikhususkan pada isolat bakteri yang bersumber dari sampel pasir sebanyak 96 isolat. Pemilihan isolat bakteri yang hanya berasal dari sampel pasir ini dilakukan karena pada penelitian sebelumnya, pada suhu inkubasi 70 o C bakteri yang diisolasi dari sampel pasir lebih banyak menghasilkan enzim ekstraseluler dibandingkan bakteri yang diisolasi dari sampel air. Penelitian dimulai dengan tahap seleksi bakteri termofilik penghasil enzim protease, dilanjutkan karakterisasi fenotipik, dan identifikasi isolat bakteri termofilik penghasil enzim protease tersebut untuk mengetahui genus serta penentuan indeks similaritas untuk mengetahui hubungan kekerabatan antar isolat bakteri termofilik pasca erupsi Merapi yang merupakan penghasil enzim protease. B. Identifikasi Masalah 1. Kebutuhan enzim protease sangat tinggi, ketersediaan dan produksinya masih sangat terbatas, dan pemenuhan kebutuhan terhadap enzim protease hampir 100% masih bergantung pada produk impor sehingga harganya relatif mahal. 4

2. Banyak daerah bersuhu tinggi seperti sumber-sumber geotermal, daerah vulkanoik, pemandian mata air panas di darat maupun mata air panas di laut dalam, dan juga dari proses pembuatan kompos, namun eksplorasi terhadap bakteri termofilik masih sangat terbatas. 3. Bakteri termofilik yang diisolasi dari Kali Gendol Atas pasca erupsi Merapi 2010 belum seluruhnya dilakukan seleksi, karakterisasi, serta identifikasi tentang kemampuannya menghasilkan enzim ekstraseluler, salah satunya kemampuan menghasilkan enzim protease. C. Batasan Masalah Penelitian ini hanya dibatasi untuk menyeleksi isolat bakteri termofilik yang dapat menghasilkan enzim protease, kemudian dilanjutkan dengan karakterisasi fenotipik, dan identifikasi bakteri tersebut sampai tingkat genus berdasarkan Bergey s Manual of Determinative Bacteriology, serta penentuan hubungan kekerabatan antar isolat bakteri berdasarkan indeks similaritas yang ditunjukkan dengan konstruksi dendogram. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, dapat dirumuskan permasalahan antara lain: 1. Apakah ada isolat bakteri termofilik dari Kali Gendol Atas pasca erupsi Merapi 2010 yang mampu menghasilkan enzim protease? 5

2. Bagaimana karakter fenotipik bakteri termofilik penghasil enzim protease yang berhasil diseleksi dari isolat bakteri termofilik Kali Gendol Atas pasca erupsi Merapi 2010? 3. Apa genus bakteri termofilik penghasil enzim protease yang berhasil diseleksi dari isolat bakteri termofilik Kali Gendol Atas pasca erupsi Merapi 2010? 4. Bagaimana hubungan kekerabatan antar isolat bakteri termofilik penghasil enzim protease yang berhasil diseleksi dari isolat bakteri termofilik Kali Gendol Atas pasca erupsi Merapi 2010? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui keberadaan isolat bakteri termofilik dari Kali Gendol Atas pasca erupsi Merapi 2010 yang mampu menghasilkan enzim protease. 2. Mengetahui karakter fenotipik bakteri termofilik penghasil enzim protease yang berhasil diseleksi dari isolat bakteri termofilik Kali Gendol Atas pasca erupsi Merapi 2010. 3. Mengetahui genus bakteri termofilik penghasil enzim protease yang berhasil diseleksi dari isolat bakteri termofilik Kali Gendol Atas pasca erupsi Merapi 2010. 4. Mengetahui hubungan kekerabatan antar isolat bakteri termofilik penghasil enzim protease yang berhasil diseleksi dari isolat bakteri termofilik Kali Gendol Atas pasca erupsi Merapi 2010. 6

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Memperoleh isolat bakteri termofilik yang berpotensi sebagai penghasil enzim protease. b. Memberikan data dan informasi ilmiah mengenai karakter-karakter fenotipik bakteri termofilik penghasil enzim protease. c. Memberikan informasi tentang genus bakteri termofilik pasca erupsi Merapi sebagai penghasil enzim protease. d. Mengembangkan dan menerapkan ilmu Mikrobiologi dan Ekologi Mikroba dalam identifikasi bakteri termofilik penghasil enzim protease. 2. Bagi Masyarakat Akademis a. Membuka peluang untuk penelitian selanjutnya, tentang potensi enzim dari bakteri termofilik atau untuk mengetahui karakter enzim protease yang dihasilkan melalui karakterisasi enzim. b. Memperkaya informasi sumber daya alam yang mempunyai potensi untuk ditemukannya bakteri penghasil enzim protease dan memberikan kontribusi bagi penelitian lebih lanjut dari pemanfaatan enzim protease. c. Memberikan sumbangan informasi yang cukup luas dalam bidang biodiversitas mikroba Indonesia serta membuka peluang bagi eksplorasi enzim-enzim berikutnya. 7

G. Batasan Operasional 1. Bakteri termofilik adalah bakteri yang mampu hidup pada lingkungan suhu tinggi, salah satunya adalah daerah Kali Gendol Atas pasca erupsi Merapi 2010. Bakteri ini memiliki struktur protein penyusun enzim yang tetap stabil atau tidak terdenaturasi oleh panas. 2. Protease adalah enzim yang berperan dalam degradasi protein. Enzim ini akan mengkatalis reaksi-reaksi hidrolisis protein, yaitu reaksi yang melibatkan unsur air pada ikatan spesifik substrat sehingga enzim ini termasuk dalam kelas utama enzim golongan hidrolase. Protease merupakan enzim yang sangat kompleks, mempunyai sifat fisiko-kimia dan sifat-sifat katalitik yang sangat bervariasi. 3. Isolat bakteri termofilik adalah isolat bakteri yang berhasil diisolasi pada penelitian Anna Rakhmawati dan Evy Yulianti, yaitu isolat bakteri yang tumbuh pada suhu inkubasi 55 o C yang diisolasi dari sampel pasir Kali Gendol Atas pasca erupsi Merapi 2010. 4. Seleksi bakteri termofilik penghasil enzim protease adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh isolat bakteri termofilik yang mampu menghasilkan enzim protease. 5. Karakterisasi adalah mendeskripsikan sifat-sifat yang tampak (karakter fenotipik) atau ciri isolat bakteri termofilik penghasil enzim protease yang meliputi morfologi koloni, morfologi sel, dan uji biokimia. Pengamatan morfologi koloni dari tiap isolat meliputi warna, bentuk pada agar plate dan agar tegak, ukuran, tepi, elevasi, penampilan, dan tekstur koloni 8

bakteri. Karakterisasi morfologi sel meliputi bentuk, susunan sel, sifat gram, dan endospora. Sedangkan karakter biokimia dilakukan uji antara lain uji katalase, uji kebutuhan oksigen, uji produksi H 2 S, uji motilitas, uji sitrat, uji fermentasi karbohidrat (glukosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa), dan uji hidrolisis pati. 6. Identifikasi merupakan upaya memasukkan dalam suatu taksa yang lebih dekat, atau proses penentuan suatu organisme yang belum dikenal merupakan anggota kelompok yang sudah diketahui sebelumnya atau bukan. Identifikasi dilakukan dengan metode profile matching. Pada metode profile matching, data karakter morfologi koloni, morfologi sel, dan uji biokimia dicocokkan dengan karakter genus acuan Thermus yang ditelusuri melalui Bergey s Manual of Determinative Bacteriology. 9