EFEKTIFITAS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA MENGATASI MASALAH KESEHATAN DI KELUARGA. Agrina 1, Reni Zulfitri

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RUMBAI

BALITA DAN IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga tentang Hipertensi

PENGARUH KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA TERHADAP STATUS GIZI LANSIA DI KELURAHAN MERANTI PANDAK PEKANBARU

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN JENIS PENYAKIT TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA

PENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. lansia yaitu kelompok usia tahun yang disebut masa virilitas, 55-64

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

Abstrak. Anih Kurnia, M.Kep., Ners Program Studi D III Keperawatan STIKes BTH Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG DEMAM BERDARAH MELALUI PENDIDIKAN KESEHATAN LANGSUNG. Agrina 1, Arneliwati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Buku Kesesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Rancamanyar Baleendah Kabupaten Bandung

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

DEWI SUSANTI ( S)

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KADER KESEHATAN DI DESA GUNUNG SARI DAN DESA SINDANG SARI KECAMATAN CIANJUR.

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya prevalensi penyakit kronis tidak menular, di antaranya adalah hipertensi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PHBS DENGAN PENERAPAN PHBS DI TATANAN RUMAH TANGGA

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I LATAR BELAKANG

PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN DI DAERAH YAYASAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA AL- KAUTSAR PALU

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

Esty Indarwati. : Tingkat pengetahuan Ibu, cakupan pemberian vitamin A

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

Tri Puspa Kusumaningsih, Novia Ayunita. Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa Purworejo Jl.Soekarno Hatta, Borokulon, Banyuurip, Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

Lilis Suryani 1), Carudin 2) Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Singaperbangsa Karawang emal:

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

Transkripsi:

Efektifitas Asuhan Keperawatan Keluarga Terhadap Tingkat Kemandirian Keluarga Mengatasi EFEKTIFITAS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA MENGATASI MASALAH KESEHATAN DI KELUARGA Agrina 1, Reni Zulfitri 1 Dosen Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian asuhan keperawatan keluarga terhadap kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan di keluarga di wilayah kerja Puskesmas Rumbai Pekanbaru. Desain yang digunakan adalah kuasi eksprimen one group pretest-posttest design. Jumlah sampel sebanyak 50 keluarga yang memenuhi kriteria inklusi, dengan teknik pengambilan sampel puposive sampling. Analisa data pada penelitian ini bersifat univariat dan bivariat (uji T dependen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan keluarga terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga (p value = 0,000). Penting sekali perawat Puskesmas melakukan asuhan keperawatan pada keluarga dalam bentuk kunjungan rumah guna membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan yang ada di keluarga sehingga status kesehatan keluarga dapat meningkat. Kata kunci: asuhan, keperawatan, keluarga, kemandirian, masalah kesehatan PENDAHULUAN Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, yang merupakan entry point dalam upaya mencapai kesehatan masyarakat secara optimal. Tercapainya kesehatan keluarga, akan mewujudkan tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dengan demikian, kesehatan keluarga merupakan kunci utama pembangunan kesehatan masyarakat. Friedman (2003) mengatakan bahwa keluarga merupakan salah satu aspek penting dalam keperawatan. Hal ini disebabkan karena keluarga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan di dalamnya. Selain itu, keluargalah yang tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keluargalah yang menjadi faktor penentu sehat-sakitnya anggota keluarga, yang akan berdampak pada munculnya berbagai masalah kesehatan anggota keluarga. 81

Vol 7, No 2, Oktober 2012: 81-89 Masalah kesehatan yang muncul di keluarga tentunya sangat tergantung kepada bagaimana keluarga menjalankan fungsi perawatan kesehatan keluarga. Penelitian sebelumnya oleh Zulfitri R, Agrina, dan Herlina (2011) di Kelurahan Umban Sari Wilayah kerja Puskesmas Rumbai memperlihatkan bahwa 51% keluarga mampu melaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga, sedangkan 49% keluarga tidak mampu melaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagian keluarga telah mampu melaksanakan fungsi perawatan kesehatan keluarga mulai dari keluarga mengenal masalah, keluarga mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang sakit, melakukan perawatan anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan rumah, dan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa hampir sebagian keluarga (49%) belum mampu melaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga. Kondisi ini tentunya dapat memperparah masalah kesehatan yang sedang dialami anggota keluarga yang sakit. Sebagai contoh penyakit hipertensi pada anggota keluarga, yang apabila keluarga tidak mampu menjalankan fungsi perawatan kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang sakit tersebut tentunya penyakit hipertensi akan terus berlanjut dan semakin berat. Purnomo.H (2009) mengatakan bahwa hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik. Misbach (2005) menyampaikan bahwa di Indonesia, stroke menyerang 36% lansia, khusus untuk stroke haemoragik disebabkan oleh penyakit hipertensi yang tidak terkontrol. Menurut WHO (2001), jumlah kematian karena penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol adalah mencapai 42,9%.Sehingga dapat diketahui bahwa tingginya angka komplikasi adalah akibat dari penanganan hipertensi yang tidak efektif atau tidak terkontrol di rumah. Hal ini terkait erat dengan pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan di dalam keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi. Masalah kesehatan di keluarga lainnya yang juga banyak ditemukan, seperti: gizi kurang, infeksi saluran nafas atas (ISPA), gastristis, dan lain-lain. Berdasarkan data Depkes RI (2009), di Indonesia diketahui 157.000 bayi meninggal dunia per tahun, atau 430 bayi meninggal per hari, dan angka kematian balita di Indonesia juga masih cukup tinggi, yaitu mencapai 46 dari 1.000 balita setiap tahunnya. Bila dirinci, 82

83 Efektifitas Asuhan Keperawatan Keluarga Terhadap Tingkat Kemandirian Keluarga Mengatasi kematian balita ini mencapai 206.580 balita per tahun, dan 569 balita per hari. Tingginya angka kematian pada bayi dan balita, selain sering disebabkan karena kondisi kesehatan anak secara kongenital dan faktor lingkungan yang tidak sehat, juga sangat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan kemampuan keluarga melaksanakan fungsi perawatan kesehatan keluarga di rumah. Dalam upaya meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan fungsi perawatan kesehatan keluarga di rumah, maka penting bagi keluarga untuk memahami dan melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga. Friedman (2003) menyampaikan bahwa lima tugas kesehatan keluarga meliputi: pertama, keluarga diharapkan mampu mengenal berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota keluarga. Kedua, keluarga mampu memutuskan tindakan keperawatan yang tepat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota keluarga. Ketiga, keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat sehari-hari di rumah. Keempat, keluarga dapat menciptakan dan memodifikasi lingkungan rumah yang dapat mendukung dan meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarga. Kelima adalah keluarga diharapkan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengontrol kesehatan dan mengobati masalah kesehatan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keluarga. Lima tugas kesehatan keluarga tersebut baru dapat dilaksanakan dengan baik dan benar apabila keluarga mendapatkan upaya pembinaan dan bimbingan dalam menjalankan lima fungsi perawatan kesehatan keluarga. Upaya pembinaan dan bimbingan kepada keluarga agar tercapai kemandirian keluarga dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan di keluarga dapat dilakukan melalui penerapan asuhan keperawatan keluarga. Menurut Depkes RI (2006), ada beberapa criteria kemandirian keluarga berrdasarkan tingkat kemandirian, diantaranya: menrima petugas kesehatan, menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga, keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya dengan benar, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran, melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran, melakukan tindakan pencegahan secara aktif, dan melakukan tindakan promotif secara aktif. Hasil penelitian Suhartini R (2006) menunjukkan adanya pengaruh secara signifikan faktor kesehatan terhadap kemandirian orang lanjut usia, berdasarkan hasil uji

Vol 7, No 2, Oktober 2012: 81-89 regresi logistik diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Kesimpulannya bahwa perlu adanya upaya agar tercapainya kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan di keluarga. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui wilayah kerja Puskesmas Rumbai pada umumnya berada di wilayah Pesisir yang merupakan wilayah perairan, dengan status sosial ekonomi yang bervariasi, sebagian besar sosial ekonomi adalah menengah kebawah, namun masih banyak ditemukan keluarga dengan status sosial ekonomi menengah keatas terutama keluarga yang berada di daerah Kelurahan Limbungan Baru. Hasil wawancara dengan kepala Puskesmas Rumbai, diketahui bahwa Kelurahan Meranti Pandak, seringkali terkena banjir setiap tahunnya, sehingga berisiko tinggi untuk terjadi berbagai masalah kesehatan akibat lingkungan yang tidak sehat, seperti: Diare, DBD, ISPA, Dermatitis, dll. Sedangkan di kelurahan Limbungan Baru berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan mahasiswa praktik profesi keperawatan komunitas, keluarga, dan gerontik pada bulan November 2011 didapatkan data masalah kesehatan yang banyak dialami oleh keluarga adalah masalah infeksi pernafasan atas (ISPA, gizi kurang, hipertensi, rematik, dan gastritis) Data lain yang didapatkan dari hasil wawancara dengan penanggung jawab program kesehatan lansia di Puskesmas Rumbai, adalah tingginya angka masalah kesehatan atau penyakit kronis degeneratif pada lansia, seperti: Hipertensi, Diabetes Melitus, dan Rematik. Tingkat keparahan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan keluarga mengontrol dan merawat anggota keluarga yang sakit di rumah. Hal ini menunjukkan bahwa belum adanya kemandirian keluarga dalam menjalan fungsi perawatan kesehatan di keluarga. Berdasarkan hasil survey langsung ke pemukiman penduduk di Kelurahan Limbungan baru ditemukan mayoritas keluarga berada pada tingkat kemandirian I (pertama). Rata-rata keluarga hanya mampu mengenal sebagian kecil masalah kesehatan anggota keluarganya dan menerima petugas kesehatan (perawat), sedangkan untuk melakukan upaya pencegahan dan upaya promosi kesehatan belum dilakukan keluarga. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian efektifitas pemberian asuhan keperawatan (Askep) keluarga terhadap kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan di keluarga. 84

Efektifitas Asuhan Keperawatan Keluarga Terhadap Tingkat Kemandirian Keluarga Mengatasi METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksprimen one group pretest-posttest design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian asuhan keperawatan keluarga terhadap kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga. Sampel dalam penelitian adalah sebanyak 50 keluarga yang memenuhi kriteria inklusi, diantaranya: bersedia menjadi responden, keluarga dengan tipe keluarga inti (Nuclear family) dan tipe keluarga besar (Extended family),serta ada masalah kesehatan di keluarga. Teknik atau cara pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling di wilayah kerja Puskesmas Rumbai dan Karya Wanita. Penelitian ini dilakukan di RW 18 Kelurahan Meranti Pandak, RW 7 dan RW 10 Kelurahan Limbungan Baru. Alat pengumpul data yang digunakan dalam bentuk kuesioner dan panduan observasi yang telah dinyatakan valid dan reliabel, dimana mengacu pada Depkes RI. Item observasi terdiri dari menerima petugas, menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran, melakukan tindakan pencegahan secara aktif, melakukan tindakan peningkatan kesehatan (promotif) secara aktif. Data diambil 2 kali yaitu sebelum dan sesudah dilakukan Akep keluarga. Analisa data pada penelitian ini bersifat univariat dan bivariat (uji T dependen). Analisa univariat dalam bentuk distribusi frekuensi (%) dan analisa bivariat guna melihat kemandirian keluarga mengatasi masalah kesehatan di keluarga sebelum dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan keluarga (p < 0,005). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Kemandirian Keluarga Sebelum Dilakukan Askep Keluarga dibawah ini 85 merupakan hasil penelitian tentang tingkat kemandirian keluarga sebelum dilakukan Askep Keluarga Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Keluarga Sebelum Dilakukan Askep Keluarga No Tingkat Kemandirian (KM) Jumlah Persentase 1 KM 1 10 20 2 KM 2 18 36 3 KM 3 21 42 4 KM 4 1 2 Jumlah 50 100

Vol 7, No 2, Oktober 2012: 81-89 Tabel 1 menunjukkan bahwa sebelum dilakukan asuhan keperawatan pada keluarga mayoritas tingkat kemandirian keluarga adalah tingkat kemandirian 3, yaitu sebanyak 21 keluarga (42%). Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang berbagai masalah kesehatan atau penyakit yang dialami oleh semua anggoota keluarga. Selain itu juga masih kurangnya pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga untuk mencegah dan mengatasi berbagai masalah kesehatan di dalam keluarga. Rendahnya pengetahuan keluarga tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya: tingkat pendidikan kepala keluarga yang masih rendah, status sosial ekonomi keluarga yang bervariasi, serta keterbatasan tenaga petugas kesehatan dari Puskesmas untuk membina keluarga diwilayah kerjanya. Menurut Notoatmodjo (2007), banyak faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan, diantaranya adalah: faktor internal (pengetahuan, status sosial ekonomi), dan faktor eksternal (dukungan sosial khususnya dari petugas kesehatan). B. Tingkat Kemandirian keluarga setelah dilakukan askep keluarga. Dibawah ini merupakan hasil penelitian tentang tingkat kemandirian keluarga setelah dilakukan Askep Keluarga Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Keluarga Setelah Dilakukan Askep Keluarga No Tingkat Kemandirian (KM) Jumlah Persentase 1 KM 1 0 0 2 KM 2 1 2 3 KM 3 14 28 4 KM 4 35 70 Jumlah 50 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa setelah dilakukannya asuhan keperawatan keluarga secara efektif mayoritas tingkat kemandirian keluarga adalah tingkat kemandirian 4, yaitu sebanyak 35 keluarga (70%). Hal ini disebabkan karena telah terbinanya keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan berbagai masalah kesehatan di rumah melalui penerapan asuhan keperawatan keluarga secara profesional. Dimana dengan dilakukannya asuhan keperawatan keluarga yang profesional, sistematis, kontinu dan berkesinambungan, dapat membantu dalam meningkatkan pengetahuan keluarga dalam menjalankan 5 tugas kesehatan keluarga mulai dari kemampuan keluarga dalam mengenal berbagai masalah kesehatan pada seluruh anggota keluarga, memutuskan tindakan 86

Efektifitas Asuhan Keperawatan Keluarga Terhadap Tingkat Kemandirian Keluarga Mengatasi keperawatan yang tepat, melakukan perawatan yang tepat jika ada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung kesehatan, dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada (Friedman, 2003). Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan tingkat kemandirian keluarga dalam mencegah dan mengatasi berbagai masalah kesehatan keluarga. Menurut Depkes RI (2006), ada beberapa kriteria kemandirian keluarga berrdasarkan tingkat kemandirian (tingkat kemandirian I IV), diantaranya: menerima petugas kesehatan, menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga, keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya dengan benar, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran, melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran, melakukan tindakan pencegahan secara aktif, dan melakukan tindakan promotif secara aktif. C. Pengaruh asuhan keperawatan keluarga terhadap tingkat kemandirian keluarga Dibawah ini merupakan hasil penelitian tentang rata-rata kemandirian keluarga sebelum dan setelah dilakukan Askep Keluarga Tabel 3. Distribusi rata-rata Kemandirian Keluarga sebelum dan sesudah Dilakukan Askep Keluarga Variabel Mean SD SE P Value N - Kemandirian Keluarga sebelum Askep Keluarga 2,26 0,803 0,114 - Kemandirian Keluarga sesudah Askep Keluarga 3,68 0,513 0,073 0,000 50 Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian Askep keluarga terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga (p value= 0,000). Menurut Friedman (2003), fungsi perawatan kesehatan keluarga bisa tercapai dilihat dari kemampuan keluarga memahami dan melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga. Hal ini sangat tergantung dari peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga, sehingga diharapkan keluarga mendapatkan upaya pembinaan dan bimbingan dalam menjalankan lima fungsi perawatan kesehatan keluarga. Upaya pembinaan dan bimbingan kepada keluarga sangat mempengaruhi tercapainya kemandirian keluarga dalam mengatasi berbagai 87

Vol 7, No 2, Oktober 2012: 81-89 masalah kesehatan di keluarga. Hal ini disebabkan karena Askep keluarga merupakan rangkaian kegiatan transfer ilmu dan kemampuan keluarga mengatasi masalah kesehatan yang ada dengan menggunakan berbagai strategi guna terjadinya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Strategi atau metode yang digunakan meliputi pendidikan kesehatan menggunakan verbal, psikomotor (praktik) dan afektif untuk melihat sejauh mana kepatuhan keluarga melakukan kegiatan mengatasi masalah kesehatan yang ada di keluarga. Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa strategi perubahan perilaku adalah dengan memberikan informasi tentang cara menghindari penyakit dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya dengan pengetahuan tersebut dapat menimbulkan kesadaran di antara masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Penelitian Basuki (2006) memperlihatkan bahwa metode pendidikan kesehatan mempunyai hubungan yang bermakna dalam peningkatan pengetahuan. Penelitian Basuki ini sesuai dengan hasil pada penelitian ini, dimana rata-rata kemandirian keluarga mengatasi masalah kesehatan sesudah diberikan Askep keluarga (2,26 menjadi 3,68). Rata-rata kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan di keluarga berada pada tingkat kemandirian ke 4 setelah dilakukan Askep keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Parellangi (2012) yang menyatakan adanya pengaruh pelayanan home care terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan pasca Stroke pada kelompok perlakuan didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05). SIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan asuhan keperawatan pada keluarga mayoritas tingkat kemandirian keluarga adalah tingkat kemandirian 3, yaitu sebanyak 21 keluarga (42%), setelah dilakukannya asuhan keperawatan keluarga secara efektif mayoritas tingkat kemandirian keluarga adalah tingkat kemandirian 4, yaitu sebanyak 35 keluarga (70%). Dari hasil analisa bivariat menggunakan uji T dependent menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian Askep keluarga terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, dengan p value= 0,000. Perlu dilakukan Askep keluarga guna membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan tang ada di dalam keluarga. 88

Efektifitas Asuhan Keperawatan Keluarga Terhadap Tingkat Kemandirian Keluarga Mengatasi DAFTAR PUSTAKA Basuki, 2006. Efektifitas metoda penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan tentang hygiene pada murid SD KecamatanSeberida Kabupaten Indragiri Hulu Tesis, Medan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara Dinkes Jakarta. 2004. Pelatihan asuhan keperawatan keluarga. PPNI-Dinkes Jakarta Depkes RI 2008. Riskesdas 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Kesehatan RI. Jakarta DepKes Jakarta. 2008. Pedoman kegiatan perawat kesehatan masyarakat di Puskesmas. Jakarta Friedman, M.M, Bowden, V.R, and Jones, E.G. 2003. Family nursing :research theory, practice. 5 th edition. Prentice Hall, New Jersey. Friedman, M.M. 2003. Family nursing : research, theory & practice, 4 th ed. USA : Appleton and Lange. Misbach. 2005. Stroke, risiko utama hipertensi. http://www.indomedia.com. Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Salemba medika: Jakarta Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta --------------------. 2007. Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Rineka cipta: Jakarta Netty, H. 2000. Asuhan Keperawatan Keluarga. FIK UI Parellangi. 2012. Pengaruh pelayanan home care terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan pasca stroke di kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. http://media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_c_5140.pdf Purnomo, H., 2009, Pencegahan dan pengobatanppenyakit yang paling mematikan, Buana Pustaka, Yogyakarta Suhartini R. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian orang lanjut usia (studi kasus di kelurahan Jambangan). http://damandiri.or.id/detail.php?id=340 tkpk-riau.org 2009. Jumlah penduduk miskin. Diakses dari situs http://tkpkriau.org/content/view/32/63/ pada tanggal 29 Januari 2010 WHO. 2001. Pengendalian hipertensi. ITB: Bandung Zulfitri.R, Agrina, Herlina. (2011). Gambaran pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Rumbai. Penelitian Laboratorium tahun 2012. 89