Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

n.a n.a

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

BAB II TINJAUAN UMUM

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

IV. GAMBARAN UMUM. panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification)

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

BADAN PUSAT STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011


BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PENGARUH ALOKASI DANA PERIMBANGAN TERHADAP KETIMPANGAN EKONOMI REGIONAL DI PROVINSI JAMBI

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1).

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

PERKEMBANGAN PDRB Triw I-2009 KALSEL

Transkripsi:

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN PENDAHULUAN Menurut Bank Dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam bidang pertambangan. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa Indonesia sebagai negara produsen timah terbesar ke-2 di dunia, tembaga terbesar k-4, nikel terbesar ke-5, emas terbesar ke-7, serta produksi batubara terbesar ke-8 di dunia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, pada tahun 2004 komoditas tambang batubara memiliki sumber daya yang paling banyak untuk dieksplorasi dibandingkan dengan komoditas mineral tambang lainnya yaitu sebesar 50 miliar ton, dengan cadangan 5 miliar ton dan tingkat produksi sebesar 160 juta ton. Sedangkan potensi dari produksi mineral lainnya seperti emas dan timah pada tahun 2004 memiliki cadangan berturut-turut sebesar 2.570,27 ribu ton dan 399,84 ribu ton. Keadaan tersebut menunjukkan Indonesia memiliki potensi pendapatan batubara yang sangat besar, dan memberikan peluang yang cukup besar bagi para investor baik asing maupun domistik untuk berinvestasi di sektor tambang batubara. Secara geologis, wilayah Indonesia memiliki potensi endapan-endapaan batubara yang sangat luas. Namun batubara yang bernilai ekonomis untuk dikembangkan hanya terkonsentrasi pada cekungan-cekungan tersier tertentu di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kandungan sumber daya batubara di Pulau Sumatera dan Kalimantan memiliki jumlah yang sangat besar, dengan persentase masing-masing sebesar 46,68% dan 52,67% dari jumlah sumber daya batubara di Indonesia, sedangkan sisanya sebesar 0,65% terdapat di Pulau Jawa, Sulawesi dan Papua (Suherman, Triswan, dkk, 2006). Propinsi Jambi sebagai salah produsen batubara di Sumatera juga memiliki potensi ekonomis yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari data Jambi Dalam Angka Tahun 2010, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 1. Produk Pertambangan menurut jenis barang tahun 2005-2010 Kondisi lain yang menunjukkan besarnya potensi ekonomis batubara adalah bahwa Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun 2011 meningkat sebesar 8,5% dibanding tahun 2010. Peningkatan ini didukung oleh semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 23,1%. Pertumbuhan terkecil terjadi pada sektor Jasa-jasa dengan laju sebesar 3,8%. Sejalan dengan hal tersebut, bahwa laju pertumbuhan ekonomi Porvinsi Jambi tahun 2011 yang sebesar 8,5% tersebut didukung oleh sumber pertumbuhan utama pada sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 2,8%, diikuti oleh sektor Pertanian sebesar 1,8%.

Tabel 2. Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2011 dan Laju Pertumbuhan PDRB tahun 2011 Sektor Pertambangan dan Penggalian pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 23,1%, jauh diatas laju pertumbuhan tahun 2010 yang hanya sebesar 14,5%. Sementara itu, pertumbuhan subsektor pertambangan tanpa migas tumbuh 29,8%. Masih tingginya laju pertumbuhan subsektor ini antara lain karena masih tingginya produksi batubara di beberapa kabupaten seperti Bungo, Tebo, Sarolangun, dan Batang Hari. Batubara merupakan salah satu produk pertambangan yang terbesar di daerah Provinsi Jambi. Potensi batubara tersebar di beberapa kabupaten di Propinsi Jambi sekitar hampir 1,5 miliar yaitu: Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Bungo serta Kabupaten Muaro Jambi. Adapun, menurut Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jambi, jumlah bagi hasil dari batubara untuk Provinsi Jambi pada tahun 2010 sebesar Rp55 miliar (Investor Daily Indonesia, 2012) Potensi dan pertumbuhan pertambangan batubara pada saat ini terjadi karena meningkatkan demand kebutuhan batu bara di luar negeri. Hal ini dipicu oleh melonjaknya harga batubara itu sendiri serta semakin banyaknya pembangunan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di luar negeri yang menggunakan bahan bakar batubara. Potensi dan pertumbuhan permintaan batubara tersebut akan memberikan dampak positif bagi Povinsi Jambi sebagai salah satu eksportir batubara dari Indonesia.

Kontribusi batu bara yang signifikan dalam pembangunan di Provinsi Jambi, ternyata memiliki dampak yang negatif. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pertambangan batubara secara tidak langsung juga telah memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Hal ini terlihat dari dampak kerusakan lingkungan disekitar area tambang yang berupa kerusakan permukaan tanah, sumber daya air, serta udara disekitar tambang. Selain itu, pendistribusian batubara dari area tambang ke pelabuhan laut telah memberikan kerusakan pada ruas jalan dan pencemaran udara di sekitar jalur distribusi batubara tersebut. Oleh sebab itu, apabila dampak negatif ini tidak dikelola dengan baik maka keberlangsungan pertambangan batubara tersebut akan terganggu, karena akan adanya penolakan oleh masyarakat, yang dalam jangka panjang akan mempengaruhi perekonomian Provinsi Jambi. Batubara merupakan komoditi yang berorientasi ekspor dan tidak memberikan nilai tambah bagi negara, melainkan hanya menghasilkan devisa. Apabila pemerintah mampu mengurangi ekspor batubara dan mengutamakan untuk kebutuhan dalam negeri, tentu dapat menghasilkan nilai tambah yang jauh lebih besar. Kebutuhan dalam negeri tersebut dapat berupa sumber energi PLTU sebagai industri listrik yang selanjutnya listrik tersebut dapat dijual ke negara lain. Begitu pula industri semen dalam negeri dapat memanfaatkan batubara dimana hasilnya dapat diekspor ke negara lain. Industri teksitil dapat memanfaatkan batu bara sebagai bahan bakar batubara sehingga dapat menekan biaya produksi, dan meningkatkan daya saing di tingkat internasional. Sedangkan untuk skala kecil, batubara dengan rekayasa teknologi dapat menghasilkan briket batubara sebagai sumber bahan bakar. Dengan demikian pengurangan ekspor batubara pada umumnya dapat meningkatkan kinerja industri dalam negeri. Dari sudut pandangan ekonomi, produksi batubara memberikan manfaat besar untuk pembangunan perekonomian di Provinsi Jambi. Manfaat tersebut berasal dari besarnya nilai investasi yang diperoleh, biaya atas ijin yang diberikan, royalti dan pajak pendapatan yang harus disetor investor, serta memperluas lapangan pekerjaan. Akan tetapi dari dimensi sosial, kegiatan pertambangan batubara ternyata tidak memberikan manfaat yang optimal kepada masyarakat di sekitar kawasan tambang. Dengan demikian, konflik usaha sering terjadi antara pengelola tambang dengan penduduk lokal. Sedangkan dari dimensi lingkungan, kegiatan dan pedistribusian batubara memberikan kerusakan lingkungan, seperti kerusakan sumber daya air dan udara. Sektor pertambangan dalam pembangunan yang berkelanjutan harus merupakan integrasi dari sisi ekonomi, sosial dan lingkungan. Namun dalam

kenyataannya, sektor tambang batubara belum memberikan dampak yang positif dari aspek sosial dan lingkungan, karena masih seringnya ditemukan permasalahan yang menyangkut kesejahteraan sosial masayarakat dan kerusakan lingkungan sebagai dampak aktivitas tambang batubara tersebut. Oleh sebab itu, pertambangan batubara di Jambi memerlukan tatakelola yang komprehensif sehingga dapat memberikan manfaat optimal bagi semua pihak. Pertama, dari sisi pola pikir. Setiap pihak yang berkepentingan dengan kegiatan pertambangan sepatutnya mempunyai pemahaman bahwa kegiatan pertambangan selayaknya memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat dan daerah. Sementara itu, peran pemerintah terbatas sebagai pembuat aturan dalam kegiatan pertambangan dan bukan sebagai pemain. Dengan demikian kebijakan yang dibuat akan memberikan keadilan dan manfaat bagi semua pihak, baik pemerintah, pengelola tambang maupun masyarakat. Di sisi lain, pihak pengelola tambang sudah selayaknya memiliki pemahaman bahwa kegiatan pertambangan ini harus memberikan positive multiplier efect bagi masyarakat, pemerintah daerah maupun pusat. Sedangkan bagi masyakat sudah selayaknya memiliki pemahaman bahwa mereka wajib mendukung semua kegiatan pembangunan yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat, bangsa dan negara. Untuk itu, upaya pendidikan dan pelatihan perlu diberikan kepada masingmasing pihak tersebut. Pendidikan dan pelatihan bermanfaat dalam memberikan pemahaman dan pengembangan pola pikir dalam program pengembangan kegiatan pertambangan yang bermanfaat dan berkelanjutan. Upaya ini bertujuan untuk menjaga keberlangsungan usaha pertambangan ini dapat akan terus berjalan (sustainability) serta mencegah adanya penolakan dari masyarakat. Selama ini, kegiatan pertambangan baru berpengaruh pada lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran dengan skala kecil, seperti pedagang rokok dan kebutuhan sehari-hari, penginapan dan losmen serta warung atau rumah makan. Dari sisi lingkungan, usaha pertambangan harus meminimalisasi dampak lingkungan dari proses ekplorasi dan penyulingan hingga reklamsi melalui manajemen lingkungan yang efektif. Salah satu upaya pihak pengelola tambang untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk masyarakat adalah melalui program corporate social responsibility (CSR). Adapun program CSR bagi masyarakat sekitar tambang dapat berupa: (i) memberikan program beasiswa pendidikan dan pelatihan, (ii) membangun

fasilitas sosial seperti sekolah, rumah sakit atau puskesmas, dan jalan, (iii) membentuk usaha-usah kecil dan menengah yang mandiri. Kedua, dari sisi sistem atau aturan main. Pemerintah sebagai wasit dalam kegiatan pertambangan ini sepatutnya membuat aturan main yang transparan, memberikan manfaat lebih banyak bagi banyak pihak ketimbang sebagian golongan, memberikan reward and punishment system yang jelas. Dengan demikian, sistem dan regulasi tersebut dapat diterima oleh semua pihak, baik pengelola tambang maupun masyarakat. Ketiga, dari sisi komitmen dan konsisten. Pada tahapan ini, semua pihak seyogyanya mempunyai komitmen dan konsiten dalam menjalankan aturan main yang telah disepakati bersama. KESIMPULAN Suppy-demand batubara di Provinsi Jambi yang terus meningkat mengharuskan pemerintah daerah mempunyai model tatakelola yang komprehensif dalam pengelolaan industri batubara ini yang mengintegrasikan sisi ekonomi, sosial dan lingkungan. Referensi Berita Resmi Statistik Provinsi Jambi No. 11 /02/215/Th.VI, 6 Februari 2012 Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral. 2004 Jambi Dalam Angka 2010 Suherman, Ijang; Suseno Triswan, dkk (2006). Kajian Batubara Nasional. tekmira. Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Website Pemerintah Provinsi Jambi Oleh: Dr. Tona Aurora Lubis, Universitas Jambi