BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

PENGEMBANGAN MODEL INOVATIF DALAM ANALISIS MAKNA KARYA SASTRA MELALUI KAJIAN STILISTIKA: Studi Kasus Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STILISTIKA. Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Ali Imron Al-Ma ruf

BAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA

BAB I BAHASA SASTRA SEBAGAI MEDIA EKSPRESI

BAB II LANDASAN TEORI. dikaitkan dengan bahasa sastra (Chapman dalam Nurgiyantoro, 2010: 279).

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. analisis gaya bahasa pengarang dalam novel Derap-Derap Tasbih Karya Hadi S.

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

PEMANFAATAN GAYA BAHASA PADA WACANA SMS LUCU. DI SITUS WEB SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika.

VARIASI GAYA BAHASA REPETISI PADA WACANA KATA MUTIARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. kata dan kalimat yang tersusun secara harmonis, sehingga menggugah rasa ingin

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, gagasan, dan pikirannya terhadap orang lain. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. kategori tak rasional; bahasa sastra diresapi peristiwa sejarah, kenangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa, sastra tidak mungkin ada (Aftarudin, 1983:9-10). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfathana Mazhud, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pengertian, konsepsi bahasa yang tepat (Teeuw, 1981: 1). Artinya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. (termasuk puisi) yang dianalisis, sekarang semakin berkembang dengan berbagai

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketika menyuguhkan suatu karya sastra, dia akan memilih kata-kata yang

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB II LANDASAN TEORI. meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KOMPETENSI MENGAPRESIASI SASTRA MELALUI SIARAN PEMBINAAN BAHASA INDONESIA DI RADIO REPUBLIK INDONESIA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan bahasa di dalam karya sastra terkait dengan sejumlah ragam

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Lotman (dalam Supriyanto, 2009: 1) menyatakan bahwa bahasa

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PANTUN JENAKA

ANALISIS STILISTIKA DAN NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

BAB I PENDAHULUAN. Lirik lagu termasuk salah satu genre sastra berupa puisi. Lirik lagu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa sebagai salah

DIKSI DAN GAYA BAHASA LAGU MARS PERGURUAN TINGGI SEBAGAI WUJUD KARAKTER BANGSA INDONESIA (SEMANTIK STILISTIKA)

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

Transkripsi:

BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA A. Style Gaya Bahasa Kata style (bahasa Inggris) berasal dari kata Latin stilus yang berarti alat (berujung tajam) yang dipakai untuk menulis di atas lempengan lilin (Shipley, 1979: 314; Leech & Short, 1984: 13). Kata stilus kemudian dieja menjadi stylus oleh penulispenulis selanjutnya karena ada kesamaan makna dengan bahasa Yunani stulos (a pilar, bahasa Inggris) yang berarti alat tulis yang terbuat dari logam, kecil, dan berbentuk batang memiliki ujung yang tajam. Alat tersebut digunakan juga untuk menulis di atas kertas berlapis lilin (Scott, 1980: 280). Pada perkembangan dalam bahasa Latin kemudian, stylus memiliki arti khusus yang mendeskripsikan tentang penulisan; kritik terhadap kualitas sebuah tulisan. Dalam buku ini, sesuai dengan kontek kajiannya yakni karya sastra yang bermediumkan bahasa, style diartikan sebagai 'gaya bahasa'. Gaya bahasa adalah cara pemakaian bahasa dalam karangan, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan (Abrams, 1981: 190-191). Menurut Leech & Short (1984: 10), style menyaran pada cara pemakaian bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan tertentu. Gaya bahasa bagi Ratna (2007: 232) adalah keseluruhan cara pemakaian (bahasa) oleh pengarang dalam karyanya. Hakikat style adalah teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang diungkapkan. Dalam penciptaan karya sastra pun, gaya bahasa mengikuti konsep di atas. Ia menjadi gaya bahasa sastra karena memang ditulis dalam konteks kesusasteraan, ditujukan untuk memperoleh efek estetik dan 'membungkus' gagasan tertentu. Adanya konteks, bentuk, dan tujuan tertentu itulah yang menentukan gaya suatu karya. Oleh karena itu, gaya bahasa selalu berkaitan dengan selera pribadi pengarang dan kepekaannya terhadap masalah di lingkungannya. Gaya bahasa, demikian Carlyle, bukan hanya baju, melainkan kulit pengarang itu sendiri, bahkan bagi Buffon, gaya bahasa adalah orangnya sendiri (dalam Hudson, 1972: 34). Chomsky menggunakan istilah deep structure (struktur batin) dan surface structure (struktur lahir), yang identik pula dengan isi dan bentuk dalam gaya bahasa

7 (Fowler, 1977: 6). Struktur lahir adalah performansi kebahasaan dalam wujudnya yang konkret, dan itulah gaya bahasa. Adapun struktur batin merupakan gagasan yang ingin dikemukakan oleh pengarang melalui gaya bahasanya itu. Pemilihan struktur lahir merupakan teknik pengungkapan struktur batin. Struktur batin yang sama dapat diungkapkan dalam berbagai bentuk struktur lahir. Jadi, bentuk struktur lahir tergantung pada kreativitas dan kepribadian pengarang yang dipengaruhi oleh ideologi dan lingkungan sosial budayanya. Gaya bahasa merupakan keistimewaan atau kekhususan (idiosyncracy) seorang penulis atau kata Buffon gaya bahasa itu adalah orangnya sendiri (Lodge, 1973: 49). Dengan demikian, pengarang yang akrab dengan alam dan masyarakat pedesaan seperti Ahmad Tohari, misalnya, gaya bahasa dalam karya-karyanya tentu berbeda dengan Ayu Utami yang metropolis. Demikian pula Andrea Hirata yang akrab dengan lingkungan sosial budaya masyarakat pantai di Pulau Buton tentu tidak sama gaya bahasanya dengan Djenar Mahesa Ayu yang akrab dengan budaya ibukota yang megapolitan, liberal, dan pluralistik. Bagi Keraf (1991: 113), gaya bahasa merupakan cara pengungkapan pikiran melalui bahasa khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pengarang. Mengkaji gaya bahasa memungkinkan dapat menilai pribadi, karakter, dan kemampuan pengarang yang menggunakan bahasa itu. Senada dengan Keraf, Suyadi San (2005: 11), berpendapat bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulisnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa style gaya bahasa adalah cara mengungkapkan gagasan dan perasaan dengan bahasa khas sesuai dengan kreativitas, kepribadian, dan karakter pengarang untuk mencapai efek tertentu, yakni efek estetik atau efek kepuitisan dan efek penciptaan makna. Gaya bahasa dalam karya sastra berhubungan erat dengan ideologi dan latar sosiokultural pengarangnya. Gaya bahasa dalam karya sastra dipakai pengarang sebagai sarana retorika dengan mengeksploitasi dan memanipulasi potensi bahasa. Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran (Altenbernd & Lewis, 1970: 22). Sarana retorika tersebut bermacam-macam dan setiap sastrawan memiliki kekhususan dalam memilihnya dalam karya sastranya. Corak sarana retorika tiap karya sastra itu sesuai

8 dengan gaya bersastranya, aliran, ideologi, dan konsepsi estetik pengarangnya. Jadi, dapat dipahami jika sarana retorika sastrawan angkatan 1945 berbeda dengan angkatan 1966, tidak sama pula dengan angkatan 2000, dan seterusnya (Pradopo, 2000: 94). Sarana retorika Kuntowijoyo berbeda dengan Abdulhadi W.M., tidak sama pula dengan Sutardji Calzoum Bachri, dan sebagainya. Style atau gaya dapat diartikan sebagai cara khas yang dipergunakan oleh seseorang untuk mengutarakan atau mengungkapkan diri dengan gaya pribadi. Pengertian style atau gaya dalam arti luas dapat meliputi sekelompok pengarang (misalnya, gaya Angkatan 20, Angkatan 30, Angkatan 45, Angkatan 66, Angkatan 2000, dan sebagainya); meliputi suatu bangsa tertentu (misalnya, gaya penulisan orang Inggris lebih bernada understatement, orang Indonesia, terutama orang Jawa, suka menggunakan kalimat pasif); dapat juga merupakan gaya suatu periode tertentu (misalnya, gaya Barok, gaya Romantik, gaya Renaisanse); atau gaya jenis penulisan tertentu (misalnya, gaya surat, gaya dongeng, gaya absurd, gaya grotesk (grotesque), orasi, dan sebagainya) (Satoto, 1995: 36). B. Stilistika Secara harfiyah, stilistika berasal dari bahasa Inggris: stylistics, yang berarti studi mengenai style 'gaya bahasa' atau 'bahasa bergaya'. Adapun secara istilah, stilistika (stylistics) adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra (Abrams, 1979: 165-167; bandingkan Satoto, 1995: 36). Dapat dikatakan bahwa stilistika adalah proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur bahasa sebagai medium karya sastra yang digunakan sastrawan sehingga terlihat bagaimana perlakuan sastrawan terhadap bahasa dalam rangka menuangkan gagasannya (subject matter). Oleh sebab itu, semua proses yang berhubungan dengan analisis bahasa karya sastra dikerahkan untuk mengungkapkan aspek kebahasaan dalam karya sastra tersebut, seperti diksi, kalimat, penggunaan bahasa kias atau bahasa figuratif (figurative language), bentuk-bentuk wacana, dan sarana retorika yang lain (Cuddon, 1979: 647-648). Ratna (2007: 236) menyatakan, stilistika merupakan ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya. Bagi Simpson (2004: 2), stilistika adalah sebuah metode interpretasi

9 tekstual karya sastra yang dipandang memiliki keunggulan dalam pemberdayaan bahasa. Pengkajian stilistika karya sastra dipandang penting karena berbagai bentuk, pola, dan struktur linguistik dalam karya sastra memiliki fungsi tertentu. Fungsi bahasa tekstual sastra akan menyaran pada interpretasi maknanya. Stilistika dapat dimasukkan sebagai bidang linguistik terapan (applied linguistics). Oleh sebab itu, penelitian gaya bahasa dalam teks non-sastra dan wacana kehidupan sehari-hari pun disebut stilistika meskipun ada yang memfokuskan kajiannya pada karya sastra. Dalam pengertian extended, stilistika adalah cara untuk mengungkapkan teori dan metodologi analisis formal sebuah teks sastra. Adapun secara restricted, stilistika sebagai linguistik terapan biasanya dikaitkan khusus pada bidang pendidikan bahasa (Soediro Satoto, 1995: 36). Leech dan Short (1984: 13) menyatakan bahwa stilistika adalah studi tentang wujud performansi kebahasaan, khususnya yang terdapat dalam karya sastra. Analisis stilistika karya sastra lazimnya untuk menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya). Bagi Chapman (1977: 15), stilistika juga bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal apa bahasa yang digunakan dalam sastra memperlihatkan penyimpangan, dan bagaimana pengarang menggunakan tanda-tanda linguistik untuk mencapai efek khusus. Menurut Junus (1989: xvii), hakikat stilistika adalah studi mengenai pemakaian bahasa dalam karya sastra. Stilistika dipakai sebagai ilmu gabung, yakni linguistik dan ilmu sastra. Paling tidak, studi stilistika dilakukan oleh seorang linguis, tetapi menaruh perhatian terhadap sastra (atau sebaliknya). Dalam aplikasinya, seorang linguis bekerja dengan menggunakan data pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan melihat keistimewaan bahasa sastra. Dengan demikian, stilistika dapat dipahami sebagai aplikasi teori linguistik pada pemakaian bahasa dalam sastra. Seperti dinyatakan Kridalaksana (1988: 157), stilistika (stilistics) adalah: (1) ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan; (2) penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa. Menurut Turner (1977: 7-8), stilistika tidak hanya merupakan studi gaya bahasa dalam kesusastraan saja, melainkan juga studi gaya dalam bahasa pada umumnya meskipun fokus perhatiannya pada bahasa kesusastraan yang paling

10 sadar dan kompleks. Bagi Turner, stilistika adalah bagian linguistik yang memusatkan diri pada variasi penggunaan bahasa. Cumming dan Simons (1986: xvi) menambahkan, stilistika merupakan cabang linguistik dan analisisnya berorientasi kepada linguistik. Pengkajian karya sastra dari segi bahasa tidak dapat dihindarkan dari adanya analisis dan pengamatan terhadap gejala linguistik atau ciri linguistik yang terdapat dalam wacana tersebut untuk mengetahui efek yang ditimbulkannya (Suyadi San, 2005: 3). Karena studi stilistika erat hubungannya dengan pengkajian bahasa dalam karya sastra, studi stilistika berada antara bidang linguistik dan bidang ilmu sastra. Dalam konteks itu, ada tiga anggapan tentang stilistika, yaitu: (1) stilistika adalah subbagian linguistik yang di dalamnya terdapat bagian khusus yang menggarap keistimewaan teks sastra, (2) stilistika adalah subbagian dari studi sastra yang dapat memiliki kesempatan untuk membawanya ke metode-metode linguistik, dan (3) stilistika merupakan disiplin ilmu yang otonom yang dapat menyeret secara bebas ke studi sastra dan linguistik (Enkvist dalam Junus, 1989: 72). Jika stilistika dikatakan sebagai bidang linguistik terapan, hal ini tidak terlepas dari anggapan bahwa stilistika adalah bidang makrolinguistik yang bahan kajiannya adalah pemakaian bahasa dalam karya sastra. Stilistika juga dapat disebut sebagai tempat pertemuan antara makroanalisis bahasa dan makroanalisis sastra. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa stilistika merupakan ilmu yang mengkaji wujud pemakaian bahasa dalam karya sastra yang meliputi seluruh pemberdayaan potensi bahasa, keunikan dan kekhasan bahasa serta gaya bunyi, pilihan kata, kalimat, wacana, citraan, hingga bahasa figuratif. Agar ranah kajian tidak terlalu luas, kajian stilistika lazim dibatasi pada karya sastra tertentu, dengan memperhatikan preferensi penggunaan kata atau struktur bahasa, mengamati antarhubungan pilihan itu untuk mengidentifikasi ciri-ciri stilistika (stylistic features) yang membedakan karya, pengarang, aliran, atau periode tertentu dengan karya, pengarang, aliran, atau periode lainnya. Stilistika sebagai ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa dalam karya sastra yang berorientasi linguistik atau menggunakan parameter linguistik dapat dilihat pada batasan stilistika berikut.

11 Pertama, stilistika merupakan bagian linguistik yang menitikberatkan kajiannya kepada variasi penggunaan bahasa dan kadangkala memberikan perhatian kepada penggunaan bahasa yang kompleks dalam karya sastra (Turner, 1977: 7). Atau, pendekatan linguistik yang digunakan dalam studi teks-teks sastra (Short, 1989: 183). Kedua, stilistika dapat dikatakan sebagai studi yang menghubungkan antara bentuk linguistik dengan fungsi sastra (Leech dan Short, 1984: 4). Ketiga, stilistika adalah ilmu kajian gaya yang digunakan untuk menganalisis karya sastra (Keris Mas, 1990: 3). Menurut Keris Mas, bahasa memang sudah mempunyai gaya. Semua pengucapan yang tidak biasa dipakai oleh masyarakat adalah gaya, seperti halnya bahasa dalam karya sastra yang mempunyai perbedaan dari bahasa keseharian. Keempat, stilistika mengkaji wacana sastra dengan berorientasi linguistik dan merupakan pertalian antara linguistik dan kritik sastra. Secara morfologis, dapat dikatakan bahwa komponen style berhubungan dengan kritik sastra, sedangkan komponen istic berkaitan dengan linguistik (Widdowson, 1979: 3). Karya sastra dipandang sebagai wacana sehingga mempertemukan pandangan linguis yang menganggap karya sastra sebagai teks dan pandangan kritikus sastra yang menganggap karya sastra sebagai pembawa pesan (message) (Widdowson, 1992: 1-7).