DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

konstruksi lapisan perkerasan dimaksudkan agar tegangan yang terjadi sebagai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB III LANDASAN TEORI

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PENGARUH SAMPAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN TAMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE- BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 TUGAS AKHIR

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

2.4 Daur Ulang Lapis Keras Aspal (Asphalt Pavement Recycling) 6

M. M. ADITYA SESUNAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2010

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR PANTAI TERHADAP SIFAT MARSHALL DALAM CAMPURAN BETON ASPAL

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

KARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN BAHAN TAMBAHAN LIMBAH PLASTIK PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA)

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BABII TINJAUAN PUSTAKA. . Aspal adalah bahan padat atau semi padat yang merupakan senyawa

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,

BAB III LANDASAN TEORI

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

Stabilitas pada pengujian Marshall adalah kemampuan maksimum suatu benda uji

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB II Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN PERSEMBAHAN " iv. KATA PENGANTAR '" vi Daftar Isi *"* Daftar Tabel Daftar Gambar

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

PENGGUNAAN LIMBAH PELEBURAN TIMAH (TIN SLAG) SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET- WEARING COURSE UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Secara umum

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Kajian Nilai Marshall Campuran Beton Aspal (AC) dengan Menggunakan Retona Blend 55 Sebagai Bahan Aditif

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2007

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

PENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan suatu perkerasan yang tidak stabil.

Transkripsi:

DAFTAR ISI HALAMAN JIJDUL, EEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR,-,-, DAFTAR ISI v DAFTAR LAMPIRAN vn) DAFTAR TABEL jx DAFTAR GAMBAR x DAFTAR 1STILAH XI NTISARI x, BAB I PENDAHULUAN 1 1 1 Latar Belakang I 1.2 Tujuan Penelitian 3 1.3 Batasan Masalah 4 1.4 Manfaat Penelitian 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 2.1 Bahan Penyusun Campuran Perkerasan 6 2.1.1 Aspal 6 2.1.2 Agregat 7 2.1.3 Filler 8 2.1.4 Retona B6060 8 2.2 Hot RolledAsphat(HRA) 9 2.3 Hasil Penelitian Sebelumnya 10 BAB III LANDASAN TEORI ]2 3.1 Lapis Perkerasan 12 3.2 Hot RolledAsphalt (HRA) 13 3.2.1 Pengertian timum 13

3.2.2 Fungsi HRA 13 3.2.3 Bahan Penyusun HRA 14 3.2.3.1 Agregat 14 3.2.3.2 Aspal AC 60/70 15 3.2.4 Retona 16 3.3 Karakteristik Marshall 17 3.3.1 Kepadatan (density) 17 3 3 2 Ketahanan (Stabilitas) 18 3.3.3 Kelelahan (Flow) 18 3.3.4 void in totalmix(vitm) 19 3.3.5 voidfilled with asphalt (VFWA) 19 3.3.6 Void In Mineral Agregat (VMA) 20 3.3.7 Marshal quotient (MO) 20 3.4 Immertion test 22 BAB IV METODE PENELITIAN 23 4.1 Bahan Penelitian 23 4.2 Lokasi penelitian 23 4.3 Peralatan Penelitian 23 4.4 Prosedur Penelitian 25 4.4.1 Campuran Benda Uji 25 4.4.2 Campuran Aspal Tanpa Retona 25 4.4.3 Campuran Aspal Dengan Retona 26 4.4.4 Pengujian Marshall Standart 28 4.4.5 Pengujian Rendaman Marshall (Immersion Test) 28 4.5 Alur Penelitian 28 BABV HIPOTESIS 30 BABVI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 31 6.1 Hasil Pemeriksaan Bahan 31 6.2 Hasil Pemeriksaan Campuran HRA 34 6,2.1 Hasil Pemeriksaan Campuran HRA Tanpa Retona untuk Menentukan Nilai KAO 34 VI

6.2.1.1 Pengaruh Penambahan Kadar Aspal dengan Nilai Density 35 6.2.1.2 Pengaruh Penambahan Kadar Aspal dengan Nilai VITM 36 6.2.1.3 Pengaruh penambahan Kadar Aspal dengan Nilai VFWA 37 6.2.1.4 Pengaruh Penambahan Kadar Aspal dengan Nilai VMA 39 6.2.1.5 Pengaruh Penambahan Kadar Aspal dengan Nilai Stabilitas 40 6.2.1.6 Pengaruh Penambahan Kadar Aspal dengan Nilai Flow 41 6.2.1.7 Pengaruh penambahan Kadar Aspal dengan Nilai MQ 42 6.2.2 Hasil Pemeriksaan Campuran HRA dan Retona B6060... 44 6.2.2.1 Pengaruh Penambahan Proporsi Retona dengan Nilai Density 46 6.2.2.2 Pengaruh Penambahan Proporsi Retona dengan Nilai VMA 47 6.2.2.3 Pengaruh Penambahan Proporsi Retona dengan Nilai VITM 48 6.2.2.4 Pengaruh Penambahan Proporsi Retona dengan Nilai VFWA 50 6.2.2.5 Pengaruh Penambahan Proporsi Retona dengan Nilai Flow 51 6.2.2.6 Pengaruh Penambahan Proporsi Retona dengan Nilai Stabilitas 52 6.2.2.7 Pengaruh Penambahan Proporsi Retona dengan NilaiMQ 54 VII

6.2.3 Hasil Pengujian Peredaman (Immersion Test) Campuran HRA 55 6.2.3.1 Pengaruh Penambahan Proporsi Retona dengan Index OfRetained Strength 55 BAB VII KESIMPIJLAN DAN SARAN 59 7.1 Kesimpulan. 7.2 Saran DAFTAR PUSTAKA 60 LAMPIRAN vni

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: 1.1 Pemeriksaan Keausan Agregat (Ahrasi Test) 1.2 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Terhadap Aspal 1.3 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar 1.4 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus 1.5 Sand Equivalent Data Lampiran 2 : 2.1 Pemeriksaan Penetrasi Aspal 2.2 Pemeriksaan Titik Lembek Aspal 2.3 Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal 2.4 Pemeriksaan Kelarutan Dalam CCL4 (SOLUBILTIY) 2.5 Pemeriksan Daktilitas (Ductility)/ Residue 2.6 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal Lampiran 3 : 3.1 Pemeriksaan Penetrasi Campuran Aspal dan Retona (5%) 3.2 Pemeriksaan Penetrasi Campuran Aspal dan Retona (10%) 3.3 Pemeriksaan Penetrasi Campuran Aspal dan Retona (15%) 3.4 Pemeriksaan Titik Lembek Campuran Aspal dan Retona (5%) 3.5 Pemeriksaan Titik Lembek Campuran Aspal dan Retona (10%) 3.6 Pemeriksaan Titik Lembek Campuran Aspal dan Retona (15%) 3.7 Ektraksi Retona B6060 IX

Lampiran 4 : 4.1 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus pada Kadar Aspal 5 % 4.2 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus pada Kadar Aspal 5.5 % 4.3 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus pada Kadar Aspal 6 % 4.4 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus pada Kadar Aspal 6.5 % 4.5 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus pada Kadar Aspal 7 % 4 6 Analisa Saringan Agregat Kasar Dan Halus Pada Kadar Aspal Optimum 5.91% Lampiran 5 : 5.1 Hasil Pemeriksaan Marshall Test KAO 5.2 Hasil Pemeriksaan Marshall Test KAO + Retona 5.3 Hasil Pemeriksaan Marshall Test Campuran HRA dengan Bahan Ikat Aspal 0%dan Retona 100% 5.4 Hasil Pemeriksaan Marshall Test campuran dengan Bahan Ikat Aspal 50% dan Retona 50%. 5.5 Hasil Pemeriksaan Test Immersion 0.5 Jam Campuran HRA Dengan Bahan Ikat Aspal dan Retona 0% 5.6 Hasil Pemeriksaan Test Immersion 24 Jam Campuran HRA dengan Bahan Ikat Aspal dan Retona 0% 5.7 Hasil Pemeriksaan Test Immersion 0.5 Jam Campuran HRA dengan Bahan Ikat Aspal dan Retona 11.5% 5.8 Hasil Pemeriksaan Test Immersion 24 Jam Campuran HRA dengan Bahan Ikat Aspal dan Retona 11.5%.

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Persyaratan agregat kasar 14 Tabel 3.2 Persyaratan Agregat Halus 15 Tabel 3.3 Persyaratan Gradasi Agregat Capuran HRA 15 Tabel 3.4 Persyaratan AC 60/70 16 Tabel 3.5 Karakteristik Retona B6060 16 Tabel 3.6 Spesifikasi Marshall Properties Untuk Kepedatan Lalu Lintas T'nggi 21 Tabe 4,1 Spesifikasi gradasi Filler Retona Dan Agregat Dengan Menggunakan Permisalan KAO 6% 27 Tabel 4.2 Filler Agregat Dengan Permisalan KAO 6 % 28 Tabel 6.1 Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar 31 Tabel 6.2 Hasil Pemeriksaan Agregat Halus 32 Tabel 6.3 Hasil Pemeriksaan Penetrasi Aspal AC60/70 32 Tabel 6.4 Hasil Pemeriksaan Aspal Penetrasi 60/70 Dengan Penambahan Retona 33 Tabel 6.5 Hasil Uji Marshall Untuk Campuran HRA Tanpa Retona 35 Tabel 6.6 Spesifikasi Marshall Properties Untuk Lalu Lintas Tinggi 43 Tabel 6.7 Kadar Aspal Optimum 44 XI

Tabel 6.8 Persentase Kandungan Filler,Bahan Ikat Retona Dan Aspal 60/70 Pada KAO 44 Tabel 6.9 Hasil Uji Marshall Untuk Campuran HRA dan Retona Pada KAO... 45 Tabel 6.10 Hasil Uji Perendaman Campuran Aspal dan Retona 0,5 jam 55 Tabel 6.11 Hasil Uji Perendaman Campuran Aspal Dan Retona 24 Jam 55 Tabel 6,12 Index Of Retained Strength dengan penambahan proporsi Retona... 56 xn

DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian Laboratorium 29 Gambar 6.1 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Density 36 Gambar 6.2 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan VITM 37 Gambar 6.3 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan VFWA 38 Gambar 6.4 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan VMA 39 Gambar 6.5 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas 40 Gambar 6.6 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Flow 41 Gambar 6.7 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Marshall Quotient 43 Gambar 6.8 Grafik hubungan antara proporsi Retona dengan nilai Density.. 46 Gambar 6.9 Grafik hubungan antara proporsi Retona dengan nilai VMA... 47 Gambar 6.10 Grafik hubungan antara proporsi Retona dengan nilai VITM.. 49 Gambar 6.11 Grafik hubungan antara proporsi Retona dengan nilai VFWA... 50 Gambar 6.12 Grafik hubungan antara proporsi Retona dengan nilai Flow... 51 Gambar6.13 Grafik hubungan antara proporsi Retona dengan nilai Stabilitas 53 Gambar 6.13 Grafik hubungan antara proporsi Retona dengan nilai MQ 54 Gambar 6.14 Grafik hubungan antara proporsi Retona dengan nilai Index Of Retained Strength 57 xm

DAFTAR ISTILAH AC (Asphalt Cement) Agregat Aromatik Aspal Asphalt Treated Base Bleeding Composite pavement Deformasi Density Durability Ektraksi Fatique Resistance Filler Film aspal Flexibelity Flexible pavement Flow Gradasi Gradasi menerus HRA Hydrocraker Immersion test Aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang Formasi kulit bumi yang keras dan padat, batu Kandungan mineral oil sebagai pelarut asphaltenese pada aspal alam Material perekat yang bersifat viscous liquid yang tersusun dari campuran hidrokarbon Lapis dasar perkerasan atas yangbergradasi rapat Kegemukan, naiknya aspal kepermukaan lapisan Perkerasan komposit, perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur. Perubahan bentuk dari perkerasan setelah menerima beban Kepadatan, berat campuran yang diukur tiap satuan volume Keawetan, daya tahan lapisan perkerasan menahan keausan dari pengaruh cuaca, air dan suhu atau akibat gesekan kendaraan Pekerjaan menguraikan kembali bahan pembentuk perkerasan Ketahanan Kelelahan, ketahanan perkerasan terhadap kelelahan akibat beban yang berulang-ulang dari beban lalulintas tanpa mengalami retak Bahan pengisi, kumpulan mineral agregat yang lolos saringan No,200 atau 0,075 mm Tebal lapisan aspal yang menyelimuti agregat Kelenturan, kemampuan lapisan mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu-lintas yang berulang tanpa timbulnya keretakan dan perubahan volume Perkerasan lentur, perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat Kelelehan, didapat dari uji marshall Susunan butir agregat sesuai ukuran Susunan butiran agregat yang terdistribusi merata dalam satu rentang ukuran butiran Hot Rolled Asphalt, lapis aspal beton bergradasi seragam Suatu proses pengilangan minyak bumi Tes rendaman untuk menentukan rasio nilai stabilitas xiv

Impermeahilty Index ofretained Strenght KAO Kohesi Laston Marshall test Marshall Quotient Prematureageing Ravelling Retona Rigidpavement Rutting Skid Resistance Stability Stripping VFWA Viskositas VITM VMA Workability Wellgraded Sifat kedap air dan udara Indeks perendaman, rasio stabilitas terhadap rendaman standar 0,5 jam Kadar Aspal Optimum, kadar aspal tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi semua sifat lapis perkerasan Kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi pengikatan Lapis aspal beton, beton aspal bergradasi meneras Tes untuk mengetahui nilai stabilitas dan kelelehan dari suatu perkerasan Perbandingan antara nilai stabilitas dengan kelelehan plastis Penuaan dini pada perkerasan sebelum akhir umur rencana Pelepasan butiran, ditahan oleh kuat tank atau adesi dari aspal Aspal alam dari batu buton yang diperoleh dengan cara ektraksi perkerasan kaku, perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Alur, terjadi pada lintasan jalan sejajar dengan as jalan Tahanan gesek, tingkat kekesatan yang diberikan oleh perkerasan, sehingga kendaraan yang melaluinya tidak mengalami selip Stabilitas, kemampuan lapis perkerasan untuk menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk Pengelupasan lapis permukaan, ditahan oleh sifat adesi dari aspal Volume pori di antara butir agregat di dalam perkerasan yang terisi oleh aspal. Kekentalan dari aspal Volume rongga yang terdapat dalam total campuran Volume rongga yang terdapat diantara butir agregat dalam campuram perkerasan termasuk rongga yang terisi aspal efektif Kemudahan pekerjaan meliputi kemudahan saat pencampuran, penghamparan dan pemadatan di lokasi pekerjaan Agregat bergradasi baik, campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang berimbang xv