BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III MEKANISME KERJA

Analisis Power Budget Jaringan Komunikasi Serat Optik PT Telkom di STO Jatinegara

Sukiswo Jartel, Sukiswo 1

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015

JARINGAN AKSES. Akses Tembaga. Akses Optik. Akses Radio

JARINGAN AKSES PSTN (Public Switch Telephone Network) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP)

Teknologi Jarlokaf. DLC (Digital Loop Carrier) PON (Passive Optical Network) AON (Active Optical Network) Point to Point. 1 Digital Loop Carrier (DLC)

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH

MODUL VII MATA KULIAH : SALURAN TRANSMISI

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN POWER BUDGET

Endi Dwi Kristianto

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian

ANALISA SIMULASI RANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO BANJARAN KE GRIYA PRIMA ASRI BANDUNG. Yara romana rachman

TEKNOLOGI JARINGAN AKSES

BAB II JARINGAN PSTN. yang lebih dikenal dengan jaringan Public Switch Telephone Network (PSTN). Jaringan ini

BAB II DASAR TEORI. Jaringan local akses optik (JARLOKAF) adalah jaringan. menghubungkan Central Office (CO) pada operator telekomunikasi ke Remote

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE KOMPLEK PERUMAHAN PESONA CIGANITRI

Sistem Jaringan Akses Fiber Optik Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)

2.2 Arsitektur Jarlokaf Berikut adalah macam macam arsitektur jarlokaf yang telah diaplikasikan di lapangan:

Abstrak II. JARINGAN LOKAL AKSES FIBER I. PENDAHULUAN

SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME PERUMAHAN NATAENDAH KOPO DENGAN OPTISYSTEM

FTTX. 1. Latar belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Perkembangan teknologi telekomunikasi global akhir-akhir ini

ANALISIS PERFORMANSI SERAT OPTIK PADA LINK CIJAURA - BOJONGSOANG PERFORMANCE ANALYSIS OF FIBER OPTIC LINK CIJAURA - BOJONGSOANG

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER PERMAI

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER ELOK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PASSIVE SPLITTER PADA JARINGAN PASSIVE OPTICAL NETWORK (PON)

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO DAGO KE PERUMAHAN DAGO ASRI DAN CISTU INDAH BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. jalannya komunikasi maupun transaksi dengan lebih cepat, mudah dan efisien.

BAB II VDSL2 DAN ALGORITMA HEURISTIK

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3)

ANALISA SISTEM PERFORMANSI LAYANAN CUSTOMER SPEEDY DI PERANGKAT OPTIC ACCESS NETWORK (OAN)

Gian Dhaifannahri [1]

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbeda dengan kabel metalik, kabel serat optik ukurannya kecil, + 3 cm,

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT

ANALISIS SOLUSI JARINGAN FTTDP DI LOKASI PERUMAHAN PT. VALE INDONESIA

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE SETRA DUTA BANDUNG

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

Ignatius Yoslan Kurniawan. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

PRODI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKAS 2012 YUYUN SITI ROHMAH, ST.,MT

ANALISA JARINGAN UNTUK LAYANAN BROADBAND BERBASIS TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) ABSTRAK

PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI PRIVATE VILLAGE, CIKONENG

ANALISA DAN PERENCANAAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PADA SURVEY HOMEPASS STO SOLO DI AREA KLATEN SELATAN

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

Analisis Perancangan Jaringan Fiber To The Home Area Jakarta Garden City (Jakarta Timur) dengan Metode Link Power Budget dan Rise Time Budget

BAB II WIDE AREA NETWORK

BAB II DASAR TEORI. adalah dengan menggunakan teknologi serat optik. Teknologi serat optik

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

JARINGAN AKSES BROADBAND

SYNCRONOUS DIGITAL HIERARCHY

BAB 2 DASAR TEORI. luar yang disebut Cladding. Cladding adalah selubung dari inti (core). Indeks

Analisis Redaman Pada Jaringan Ftth (Fiber To The Home) Dengan Teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network) Di PT MNC Kabel Mediacom

BAB III METODE ANALISIS


Jaringan Lokal Akses

ANALISA OPTIMASI JARINGAN FIBER TO THE HOME STUDI KASUS DI PERUMAHAN CIPAGERAN INDAH CIMAHI

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 3 Penjamakan Digital

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

PERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY DI PT. TELKOM

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ALVEN DELANO PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA INDONESIA

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE PERUMAHAN JINGGA

BAB III TAHAPAN AWAL PERENCANAAN JARINGAN

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM

BAB II TEKNOLOGI JARINGAN KABEL OPTIK

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN

PENGANTAR TELEKOMUNIKASI

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN TAMAN KOPO INDAH 5 BANDUNG

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA SARIWANGI ASRI GEGERKALONG BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini internet tidak hanya digunakan sebagai media bertukar

BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE

TREND JARINGAN. Muhammad Riza Hilmi, ST.

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

DESAIN JARINGAN BROADBAND FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PENINGKATAN PERFORMANSI JARINGAN INFORMASI DAN TELEKOMUNIKASI DI UNIVERSITAS RIAU

PERENCANAAN JARINGAN FIBER TO THE HOME(FTTH) DI TAMAN KOPO INDAH 3 BANDUNG (Design of FTTH Network In Taman Kopo Indah 3 Bandung) TUGAS BESAR OPLAN

PERANCANGAN DAN ANALISIS TRANSPORT OAN (OPTICAL ACCESS NETWORK) SIEMENS DI DAERAH SENTRAL DAGO ABSTRAK

Frequency Division Multiplexing

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG

SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2

INTERNET-INTRANET 2. Bambang Pujiarto, S.Kom

Integrated Sevices Digital Network (ISDN)

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN. Bab ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah jaringan Fiber To The

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Desember 2014)

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI JARINGAN AKSES OPTIK DENGAN REMOTE DSLAM UNTUK IMPLEMENTASI LAYANAN SPEEDY DI KANDATEL. Disusun oleh :

BAB II LANDASAN TEORI

Media Transmisi Jaringan

Synchronous Optical Networking SONET

DAFTAR ISI v. ABSTRAK.. i ABSTRACK. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL. x BAB I PENDAHULUAN BAB II TEORI PENUNJANG

Transkripsi:

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1 3.4 Jaringan Akses STO Jatinegara PT TELKOM Indonesia sebagai salah satu penyelenggara telekomunikasi terbesar di Indonesia telah menggunakan sambungan akses serat optik untuk kebutuhan telekomunikasi yang mulai disebar diseluruh Indonesia seperti yang ada pada STO Jatinegara. Penggunaan jaringan akses serat optik ini sangat diperlukan mengingat berbagai kelebihan yang dimiliki oleh jaringan serat optik yang tidak dimiliki oleh kabel koaksial biasa atau kabel tembaga. Jaringan akses serat optik ini dikenal dengan nama JARLOKAF (Jaringan Lokal Akses Fiber). Pada dasarnya JARLOKAF ini hanya berupa suatu jaringan akses saja. Berdasarkan modus aplikasinya, JARLOKAF terbagi menjadi FTTH (fiber to the home), FTTZ (fiber to the zone), FTTC (fiber to the curb), dan FTTB (fiber to the building)[11]. Modus-Modus aplikasi ini dibedakan berdasarkan titik konversi optiknya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan titik konversi optik (TKO) adalah titik dimana perangkat opto-elektronik ditempatkan disisi pelanggan. Perangkat opto-elektronik merupakan perangkat yang menjadi antar muka serat optik dengan sistem yang terhubung dengannya, baik itu disisi sentral maupun disisi pelanggan. Pada pembahasan ini, perangkat opto-elektronik yang dimaksudkan adalah perangkat STM-1 yang digunakan pada jaringan ring SDH FA-2000 SDT1. STO Jatinegara menyediakan berbagai layanan data. Layanan data yang disediakan antara lain ADSL, SHDSL dan HDSL. 3.1.1. FTTZ Pada modus aplikasi FTTZ (fiber to the zone), TKO terletak diluar bangunan didalam kabinet maupun manhole. Apabila dianalogikan dengan konfigurasi jaringan tembaga, maka keberadaan TKO pada modus ini berada pada posisi RK. Dari RK, pelanggan dihubungkan dengan kabel tembaga sekunder sampai ke KP dan disambung dengan kebel tembaga lagi sampai ke pelanggan-pelanggan. Pada

umumnya, jarak sambungan tembaga pelanggan ke TKO adalah sebesar 3-5 km. Lihat Gambar 3.1 dibawah ini. Serat optik Tembaga L E O L T RK/TKO KP Gambar 3.1. Modus aplikasi FTTZ pada JARLOKAF [11] Modus ini cocok diterapkan pada kondisi area pelanggan yang berupa perumahan penduduk dengan tingkat jumlah pelanggan yang relatif sedikit. 3.1.2. FTTC Konsep dari FTTC (fiber to the curb) adalah membawa akses serat optik sampai ke suatu area perumahan yang ruang lingkupnya lebih kecil dibandingkan FTTZ. Peletakan TKO pada FTTC dapat dianalogikan seperti fungsi KP pada jaringan akses tembaga. TKO diletakkan pada suatu titik di area tersebut dan setiap terminal pelanggan pada area tersebut terhubung dengan TKO menggunakan kabel tembaga sepanjang 200 sampai dengan 500 meter. Arsitektur modus aplikasi FTTC adalah seperti yang terlihat pada Gambar 3.2. LE OL T Serat optik Tembaga KP/TKO Gambar 3.2. Modus aplikasi FTTC pada JARLOKAF [11]

3.1.3. FTTB FTTB (fiber to the building) merupakan suatu alternatif modus aplikasi yang disediakan JARLOKAF kepada gedung-gedung yang menginginkan koneksi ke jaringan akses menggunakan serat optik. Pada modus aplikasi FTTB, TKO diletakkan didalam bangunan atau dengan kata lain perangkat optik seperti ONU terletak didalam bangunan tersebut. Pada umumnya FTTB dilaksanakan pada kondisi dimana suatu bangunan besar dan tinggi dengan jumlah satuan sambungan telepon (sst) yang cukup banyak tersambung didalamnya. Peletakan TKO atau ONU tersebut biasanya didalam ruangan gedung. Banyaknya titik yang merupakan TKO pada gedung tersebut dapat bervariasi tergantung dengan jumlah pelanggan, dan kebutuhan pelanggan yang berada pada gedung tersebut. TKO dapat berada di salah satu lantai atau beberapa lantais sekaligus, walaupun tentunya hal ini tidak efektif. Setiap terminal pelanggan didalam bangunan tersebut akan terhubung dengan TKO didalam gedung tersebut dengan menggunakan kabel tembaga indoor. Arsitektur modus aplikasi FTTB dapat dilihat pada Gambar 3.3. Gambar 3.3. Arsitektur modus apliaksi JARLOKAF FTTB [11] 3.1.4. FTTH Pada dasarnya modus aplikasi FTTH (fiber to the home) memiliki prinsip yang sama dengan arsitektur modus aplikasi FTTB. Perbedaannya hanya pada FTTH TKO-nya terletak di dalam rumah pelanggan dimana didalamnya terdapat satu atau lebih satuan sambungan telepon. Setiap terminal yang terhubung dengan saluran serat optik akan terhubung dengan TKO tersebut menggunakan kabel

tembaga. Arsitektur modus aplikasi ini pun tidak berbeda dengan arsitektur modus aplikasi FTTB pada Gambar 3.3. 3.2 Ring SDH STO Jatinegara Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada transmisi sinkron yang telah ditetapkan oleh CCITT (ITU-T). Dalam upaya meningkatkan performansi dan kapasitas jaringan PT. TELKOM telah melakukan pembangunan jaringan Synchronous Digital Hierarchy (SDH) tersebut dengan topologi ring khususnya pada area STO Jatinegara. Jaringan ring ini termasuk dalam kategori ring yang besar dengan jumlah ONU yang banyak. Berikuat adalah spesifikasi keadaan ring Jatinegara saat ini seperti yang tertera pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Data kondisi ring SDH Jatinegara PT TELKOM Jakarta Timur[10] Jumlah ring Standar transmisi Kapasitas OLT Jenis serat optik Jenis arsitektur ring 3 buah ring STM-1 2 x 63 E1 = 2 x 63 x 30 kanal suara = 3780 kanal suara Single mode 3 kabel dua arah dengan 3 kabel proteksi Berikut akan dijelaskan mengenai sistem transmisi PCM 30 yaitu pertama TDM mengkombinasikan 30 saluran telepon yang disampling dengan frekuensi 8 khz dengan menggunakan kode A law, kemudian akan menghasilkan 8-bit word setiap sampling. Selain 30 sinyal telepon (masing masing 8 bit) juga ditambahkan 2 x 8 bit untuk sinyal signaling dan supervisi. Jika setiap 8 bit disebut 1 time slot, maka PCM 30 terdiri atas 32 time slot, dimana 30 time slot adalah untuk sinyal telepon, 2 time slot untuk sinyal tambahan (slot ke 0 untuk supervisi/ frame allignment, slot ke 31 untuk signalling). Jumlah total adalah 8x32 = 256 bit. Karena pembentukannya berlangsung selama 125 s, maka diperoleh jumlah total

2.048.000 selama 1 detik, menghasilkan kecepatan 2048 kbps atau 2,048 Mbps. Saluran yang memiliki kapasitas 2,048 Mbps disebut saluran E1. E1 atau sirkuit E-1 (E-carrier) adalah nama format transmisi digital dengan 30 kanal suara digital berkecepatan 2,048 megabit per detik. E1 merupakan standar yang dipakai di Eropa dan Indonesia. Standar E1 ini ekivalen dengan standar T1 yang dipakai di Amerika, dengan perbedaan T1 menggunakan 24 kanal suara digital dengan kecepatan 1,554 megabit per detik. Saluran ini berbentuk saluran telepon khusus dan digunakan pada awalnya untuk sambungan trunk antar sentral telepon, namun sekarang mulai banyak disewakan oleh perusahaan telekomunikasi untuk jalur komunikasi data. Sistem transmisi PCM 30 banyak digunakan di Eropa, Australia, Amerika Latin, juga termasuk di Indonesia. Selain itu, secara spesifik jenis serat optik yang digunakan pada ring ini adalah jenis single mode dengan loose tube yang terdiri dari 8 tube dimana setiap tube-nya berisi 12 core serat optik. Spesifikasi serat optik tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut : Tabel 3.2. Karakteristik serat optik yang digunakan [11] Panjang Gelombang 1310 nm Atenuasi 0,4 db/km Sedangkan standar loss yang lain yang dipakai oleh PT TELKOM untuk jaringan akses ini adalah Splices loss : 0,24 db Connector loss : 0,5 db Standar tersebut merupakan acuan yang akan digunakan dalam perhitungan dan analisis power budget untuk jaringan akses serat optik yang akan dihitung pada Bab 4. Selain itu standar margin yang baik yang perlu diketahui adalah 38dBm. Berikut adalah data hasil pengukuran pada 4 Link STO jatinegara:

Tabel 3.3 Data hasil pengukuran link STO JATINEGARA REMOTE ONU RBP FCLB No No. Core Status Reflecting point TS1 Jarak (km) Loss (db) 1 3 KSB 3,282 0,182 2 4 KSB 3,656 1,432 3 5 KSB 3,666 1,823 4 6 KSB 3,666 1,233 5 7 KSB 3,666 1,211 6 8 KSB 3,666 1,122 7 9 KSB 3,666 1,176 8 10 KSB 3,666 1,243 9 11 KSB 3,666 1,174 10 12 KSB 3,666 1,159 11 13 KSB 3,758 1,258 12 14 KSB 3,758 1,184 13 15 KSB 3,758 1,395 14 16 KSB 3,758 1,319 15 21 KSB 4,274 1,006 16 22 KSB 4,274 1,037 17 23 KSB 4,274 1,022 18 3 KSB 4,274 0,999 Keterangan Tabel 3.4 Data hasil pengukuran link STO JATINEGARA REMOTE ONU RBB RBD No No. Core Status Reflecting point TS1 Keterangan Jarak (km) Loss (db) 1 25 KSB 2,998 1,173 2 26 KSB 2,998 0,813 3 27 KSB 2,998 0,854 4 28 KSB 2,998 0,853 5 29 KSB 2,998 0,893 6 30 KSB 2,998 0,958 7 33 KSB 3,261 1,091 8 34 KSR - - Tidak terukur 9 41 KSB 2,826 0,763 10 42 KSB 2,826 0,751 11 43 KSB 2,826 0,712 12 44 KSB 2,826 0,712 13 45 KSB 2,724 1,161 14 46 KSB 2,826 0,684 15 47 KSB 2,826 0,886

Tabel 3.5 Data hasil pengukuran link STO JATINEGARA REMOTE ONU RBR RBC No No. Core Status Reflecting point TS1 Keterangan Jarak (km) Loss (db) 1 53 KSB 3,758 1,000 2 54 KSB 3,758 1,003 3 57 KSB 2,978 0,506 4 58 KSB 2,978 0,470 5 59 KSB 2,978 0,479 6 60 KSB 2,978 0,454 7 65 KSR - - Tidak terukur 8 66 KSB 3,727 1,154 9 69 KSB 2,978 0,480 10 70 KSB 2,978 0,572 11 71 KSB 2,978 0,681 12 72 KSB 2,978 1,003 Tabel 3.6 Data hasil pengukuran link STO JATINEGARA REMOTE ONU RBS No No. Core Status Reflecting point TS1 Keterangan Jarak (km) Loss (db) 1 75 KSB 3119 2,286 2 76 KSB 3119 1,299 3 77 KSB 3119 1,091 4 78 KSB 3119 1,237 5 81 KSB 3119 0,826 6 82 KSB 3119 1,093 7 83 KSB 3119 0,904 8 84 KSB 3119 0,847 9 87 KSB 1894 0,778 10 88 KSB 1894 0,637 11 89 KSR - - Tidak terukur 12 90 KSB 1894 0,717 13 91 KSB 1955 0,761 14 92 KSB 1955 0,761 15 93 KSB 1955 0,723 16 94 KSB 1955 0,831 17 95 KSB 1955 0,719 18 96 KSB 3119 0,583

3.3 Perangkat SDH SDT1 Synchronous Digital Hierarchy (SDH) telah menyediakan jaringan transmisi dengan sebuah vendor atau pengelola independen dan struktur sinyal yang canggih. Salah satu perangkat yang menyediakan koneksi SDH adalah Modul FA- 2000 SDT1. Perangkat ini dihasilkan oleh NEC Corporation dan dapat menyediakan koneksi SDH pada STM-1 dengan rate 155 Mbps. Perangkat ini dapat mendukung beberapa topologi jaringan seperti point to point, ring dan lain lain. Operasi, administrasi dan pemeliharaan FA-2000 SDT1 dilakukan oleh sebuah manajemen jaringan yaitu optical transmission network management atau OTMN2000 pada suatu server atau workstation. Pada FA-2000 SDT1 plug-in card, single stage multiplexing terpenuhi dan ini memudahkan dalam meng-upgrade ke layanan baru yang lebih futuristik seperti ATM, ISDN, Fast Ethernet, ADSL dan lain-lain. Selain itu, akses SDT1 telah memenuhi semua permintaan pasar. Ini merupakan teknologi yang telah menjadi sebuah standar yang melebihi akses PDH(Plesiochronous Digital Hierarchy). Gambar 3.4 memperlihatkan perangkat FA-2000 dengan modul SDT1 dan Gambar 3.5 memperlihatkan FA-2000 dengan 2 modul SDT1. Gambar 3.4 FA-2000 dengan modul SDT1[12]

Gambar 3.5 FA-2000 dengan 2 modul SDT1[12] Karakteristik kerja dari SDT1(Untuk lebih detail dapat dilihat pada bagian lampiran) adalah sebagai berikut : Temperatur o Temperatur operasi : -5 s/d 50 o C o Temperatur penyimpanan : -40 s/d 70 o C Optical interface rate adalah 155.52 Mbps Penggunaan jenis kabel dan panjang gelombang adalah o Single Mode : 1300 nm o Multimode : 850 nm Daya smber optik single mode adalah 0 dbm Sensitivitas penerima adalah -38 dbm Konektor Optik FC/PC Selain itu, penggunaan SDT1 juga memberikan berbagai keuntungan dan kemudahan diantaranya adalah : Kapasitas Transpor data yang besar Arsitektur jaringan lebih fleksibel Langsung terhubung ke DS-0 Perbaikan layanan yang lebih baik dan Membutuhkan biaya yang murah