Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak komoditas ekspor. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut seca

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

II. PERMASALAHAN DAN INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak yang Iebih besar. Selain itu jumlah bagian dagingnya lebih banyak d

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

Sistem Integrasi Padi-Sapi Potong di Lahan Sawah

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

KELAYAKAN BUDIDAYA JAGUNG DAN TERNAK SAPI SECARA TERINTEGRASI DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

cara-cara sederhana dapat diubah menjadi pakan ternak (BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN, 2000). BPTP telah meneliti dan mengkaji SITT diant

Abstrak

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

POTENSI INTEGRASI TANAMAN - TERNAK DI SULAWESI TENGGARA

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak (BUNGIN, 2003), dan kuantitatif, data dianalisa secara deskriptif (

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI BENGKULU

USAHATANI SAYURAN-TERNAK SEBAGAI BASIS AGRIBISNIS PEDESAAN DI LAHAN PASANG SURUT BONGKOR KECAMATAN BASARANG

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Tabel 1. Komponen teknologi introduksi pengkajian No. Jenis kegiatan Teknologi Ukuran/dosis penggunaan 1. Perbibitan sapi Kandang : Ukuran sesuai juml

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

LITKAJIBANGRAP. R.Y. Galingging, A. Firmansyah,A. Bhermana, Suparman, dan S. Agustini

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

Formulir PuPS versi 1.1

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

LIMBAHPUN BERMANFAAT INOKULAN RB UNTUK PRODUKSI KOMPOS BERMUTU

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

Apa yang dimaksud dengan PHSL?

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

KONTRIBUSI PENDAPATAN PEMELIHARAAN TERNAK SAPI DALAM SISTEM INTEGRASI JAGUNG DAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB

2. Kabupaten Pontianak

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

LAPORAN AKHIR TAHUN 2010

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

Transkripsi:

INTEGRASI TANAMAN PADI - SAM PERAH DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT AGUS NURAWAN, A. GUNAWAN, HASMI B dan IGP. ALIT D Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jaiva Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung 40391 ABSTRAK Kegiatan integrasi tanaman-ternak (sapi perah) dilakukan di Kabupaten Garut, Jawa Barat dengan pendekatan partisipatif dan melibatkan kelompok tani. Beberapa komponen teknologi yang diaplikasikan meliputi : teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi, pembuatan fermentasi jerami sebagai pakan sapi perah, dan perlakuan penggunaan dekomposer untuk mempercepat proses pelapukan pupuk kotoran sapi. Metodologi yang digunakan hanya membandingkan antara kondisi eksisting petani/peternak dengan introduksi teknologi yang diaplikasikan, kemudian didiseminasikan melalui temu lapang. Hasil pengkajian menunjukkan, bahwa teknologi sistem integrasi tanaman-temak memberikan peningkatan pendapatan baik melalui efisiensi biaya produksi, peningkatan kualitas susu dan pendapatan dari hasil sampingan. Di samping dari integrasi tanaman-temak ini diperoleh siklus yang tertutup dimana ternak dapat memanfaatkan limbah pertanian, dan lahan pertanian dapat memanfaatkan bahan organik yang dihasilkan ternak, sehingga tanah dapat dikonservasi kandungan unsur hara dan strukturnya. Kata kunci : Integrasi, tanaman, temak, sapi perah PENDAHULUAN Sistem integrasi tanaman ternak bila dikelola dengan baik akan memperoleh tambahan pendapatan yang berasal dari peningkatan berat badan atau produksi susu sapi, pupuk organik, dan gabah dari pertanaman padi. Badan Litbang Pertanian telah meluncurkan, bahwa tiga komponen teknologi utama dalam sistem integrasi paditernak yaitu : a. Teknologi budidaya ternak, b. Teknologi budidaya padi, c. Teknologi pengolahan jerami dan kompos. Kegiatan tersebut yang sudah banyak dilakukan adalah pada ternak jenis sapi potong. Akhir-akhir ini jumlah impor ternak hidup, daging beku, susu dan kulit semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga potensi pengembangan ternak ruminansia yang dapat diintegrasikan berbagai jenis tanaman, ikan dan hutan sangat besar apabila potensi tersebut dapat dimanfaatkan akan dapat mengurangi kekurangan pasokan di dalam negeri dan kelebihannya untuk diekspor. Mengingat hampir semua peternak merupakan petani padi sawah, pekebun, peladang dan nelayan maka kombinasi kegiatan usaha peternakan dan usahatani lainnya akan dapat meningkatkan efisiensi usaha sehingga meningkatkan daya saing hasil produksinya (MAKKA, 2004). Permintaan pangan hewani (daging, telur dan susu) dari waktu ke waktu cenderung terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup kesadaran gizi dan perbaikan tingkat pendidikan. Terjadi kecenderungan peningkatan impor susu dari 1997-2003 dan sebagian dari impor tersebut setelah diolah didalam negeri diekspor kembali ke negara lain. Pada tahun 2002, produksi susu dalam negeri hanya dapat mensuplai 39% dari kebutuhan susu dalam negeri sedangkan selebihnya (61%) harus diimpor untuk memenuhi kebutuhan domestik (MAKKA, 2004). Sektor pertanian dewasa ini dan masa mendatang tetap berperan penting dalam pembangunan ekonomi di Jawa Barat. Di Jawa Barat sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 14,40% disamping menyerap tenaga kerja sebesar 30%. Sehingga dengan demikian kebijakan pembangunan ekonomi di daerah ini berpihak kepada pembangunan perekonomian rakyat, terutama di daerah pedesaan guna meningkatkan kesejahteraan para petani. Provinsi Jawa Barat dengan wilayah daratan seluas 4.411,719 ha dan perairan laut seluas 22.008.000 ha serta ketersediaan tenaga kerja yang cukup, merupakan potensi yang besar untuk menghasilkan pangan dan 45

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak komoditas ekspor. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut secara optimal, diperlukan teknologi tepat guna sesuai dengan kondisi lingkungan biofisik dan sosial ekonomi petani. Namun demikian karena beragamnya kondisi lahan, sosial ekonomi dan budaya petani di Jawa Barat, maka teknologi tersebut harus spesifik lokasi yaitu secara teknis sesuai dengan kondisi fisik setempat, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial budaya dapat diterima oleh masyarakat serta ramah lingkungan. Komponen teknologi pemberian pakan utama jerami fermentasi pada sapi peranakan Ongole (PO) dan peranakan Frisien Holstein (PFH) jantan telah menghasilkan pertumbuhan harian masing-masing berkisar antara 0,5-1,2 kg ekor/hari dan 0,75-1,6 kg/ekor/hari dibandingkan dengan cara petani yang rata-rata hanya 0,3 kg/ekor/hari. (BPTP, 2000). Sapi perah di Kabupaten Garut merupakan komoditas unggulan kedua setelah padi Sarinah yang ditetapkan okeh Forum Kemitraan Pengembangan Ekonomi Lokal (FKPEL) yang difasilitasi oleh oleh BAPPEDA Kabupaten Garut. Adapun yang menjadi kendala bagi peternak sapi perah di Kabupaten Garut adalah ketersediaan pakan hijauan ternak di musim kemarau terbatas, sehingga sering terjadi tindak kriminal membabat tanaman milik orang lain untuk dijadikan pakan ternak. MATERI DAN METODE Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Garut pada tahun 2005 yang meliputi 2 Kecamatan yaitu Karangpawitan dan Bayongbong. Melibatkan beberapa Kelompok Tani yaitu Kelompok Tani Mekarjaya, dan Gemah Ripah I. Pengkajian ini dilaksanakan di lahan petani oleh petani dan melibatkan mereka secara partisipatif mulai perencanaan sampai pelaksanaan. Cara pengkajian dengan metode Demonstrasi plot, membandingkan antara perlakuan petani kooperator yang melaksanakan anjuran teknologi dan petani non kooperator yang masih menggunakan teknologi petani (Existing technology). Teknologi yang diaplikasikan meliputi teknologi PTT padi (varietas unggul, benih muda, bagan warna daun dan penerapan konsep PHT), pemberian pakan jerami fermentasi pada sapi perah (Tabel 1), dan pengolahan kotoran sapi menjadi bahan organik dengan dekomposer Orgadec. Tabel 1. Dosis dan frekuensi pemberian jerami fermentasi pada sapi perah Umur sapi (tahun) Frekuensi (x/hari) Untuk melengkapi kandungan gizi pakan sapi penggemukan dilakukan pemberian makan tambahan berupa ampas tahu sebanyak 40 kg/hari. Hal-hal yang diamati adalah : Jumlah susu per hari (1hari), berat jenis susu, produksi padi, produksi pupuk organik (kg) dan analisa usahatani dari kegiatan tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Dosis kg/ekor 1 2 5 2 3 5 3 2 8 4> 2 9 Hasil pengkajian menunjukkan, bahwa pertumbuhan padi baik yang menggunakan PTT maupun kebiasaan petani perbedaannya tidak terlalu mencolok. Petani yang menggunakan PU menghasilkan 8,1 ton/ha GKP, sedangkan eksisting petani 8 ton/ha GKP. Namun dari segi efisiensi, teknologi PTT dapat meningkatkan efisiensi dari biaya saprotan, pupuk, pestisida, benih, penggunaan air (intermiten), tenaga kerja dan juga waktu. Berdasarkan pengamatan, pendapatan dari petani yang melaksanakan teknologi PTT pendapatannya lebih besar. Walaupun perbedaan pendapatan dari usahatani padi antara PTT dengan kebiasaan petani belum begitu nyata, tapi dengan integrasi tanamanternak ini dapat memperoleh hasil tambahan dari pupuk organik (Tabel 2). Hasil pengkajian tahun 2002 di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut analisa usahataninya pada MH 2001-2002 dan MK 2002 diperoleh Gross B/C 1,81 dan 1,88 dengan keuntungan Rp. 5.031.400 dan Rp. 5.305.400, dengan model PTT, sedangkan cara petani menghasilkan keuntungan Rp. 4.859.000. Keuntungan akan lebih besar lagi bila teknologi PTT ini dilengkapi dengan minapadi, khusus di daerah yang pengairannya tersedia sepanjang tahun. (BPTP, 2001). 4 6

Tabel 2. Analisis usahatani antara teknologi PTT clan eksisting petani luas 1 ha Teknologi introduksi No Uraian Volume (HOK/kg/1) Harga (Rp.) Nilai (Rp.) Volume (HOK/Kg) Kebiasaan petani Harga (Rp) Biaya produksi Tenaga kerja : 1. Pengolahan tanah 90 10.000 900.000 90 10.000 900.000 2. Tanam 20 10.000 200.000 20 10.000 200.000 3. Pemeliharaan 30 10.000 300.000 30 10.000 300.000 4. Biaya panen (10%) 810 1.250 1.012.500 800 1.250 1.000.000 1. Saprotan: Benih 10 3.000 30.000 30 3.000 90.000 2. Urea 150 1.100 165.000 250 1.100 275.000 3. SP-36 25 1.400 35.000 75 1.400 105.000 4. KCL 50 1.600 80.000 Total biaya produksi 2.722.000 2.870.000 Pendapatan : PTT padi 8.100 1.250 10.125.000 8.000 1.250 10.000.000 Keuntungan 7.403.000 7.130.000 Nilai (Rp) Produksi susu Hasil produksi susu sapi perah setelah diberikan jerami fermentasi diketiga petani kooperator memperlihatkan produksi yang relatip sama. Bahkan cenderung diatas kebiasaan yang diberikan pakan hijauan. Walaupun pertama kali di berikan ada kecenderungan menurun untuk sapi. Tetapi setelah diberikan dedak/ampas tahu sebanyak 40 kg/ekor trnyata naik rata-rata 13 1/hari/ ekor, sedang sebelumnya hanya diberikan 10 kg ampas tahu/hari/ekor. Ternyata setelah diberikan jerami fermentasi ini susu sapi yang dihasilkan tidak pernah ditolak oleh KUD karena kualitas susu semakin baik yaitu dengan naiknya berat jenis susu mencapai > 1, yang sebelumnya hanya 0,7 sehingga dengan menggunakan jerami fermentasi ini petani memperoleh keuntungan yaitu : 1. Produksi susu cenderung diatas rata-rata dibandingkan yang diberikan dengan pakan hijauan. 2. Kualitas susu lebih baik dari pada yang pakanya dengan hijauan terutama BJ >1 3. Pekerjaan pemeliharaan sapi perah relatip lebih ringan daripada pakan hijauan sabab pegawai tidak disibukan untuk mencari rumput hijau. 4. Kotoran sapi lebih kering dibandingkan dengan pakan ternak hijauan, sehingga bau kotoran tidak terlalu menyengat clan bersih lingkungan. 5. Dimusim kemarau tidak ada rasa khawatir karena kekurangan rumput/pakan karena ada stok pakan. Pemberian pupuk organik Adanya integrasi tanaman-ternak tentu memberikan manfaat berupa pemanfaat pupuk organik yang berasal dari kandang. Hal ini akan memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kandungan unsur hara dan mengaktifkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Perlakuan dengan menggunakan dekomposer dapat mempercepat proses pelapukan pupuk kandang menjadi hanya 3 minggu pupuk kandang menjadi matang. Sehingga dengan segera dapat diaplikasikan ke dalam tanah. Berdasarkan hasil pengamatan keuntungan yang diperoleh dari penjualan pupuk kandang yang sudah diproses adalah sebesar Rp. 124.500/ton pupuk organik. 47

Tabel 3. Keuntungan penggunaan pakan fermentasi jerami dan hijauan per ekor/hari No Uraian Pakan fermentasi Pakan hijauan Vol (HOK/kg/l) Harga (Rp) Nilai (Rp.) Vol (HOK/Kg) Harga (Rp) Nilai (Rp) Biaya produksi 1. Rumput 10 150 1.500 40 175 7.000 2. Ampas tahu 40 100 4.000 40 100 4.000 3. Konsentrat 2 700 1.400 2 700 1.400 4. Tenaga kerja 1.000 3.000 Jumlah 7.900 15.400 Pendapatan 13 1.400 18.200 12 1.400 16.800 Keuntungan/hari 10.300 1.400 Tabel 4. Analisis biaya pembuatan pupuk organik. No Uraian Volume (kg/hok) Harga satuan (Rp) Nilai (Rp.) 1 Kotoran sapi 800 25 20.000 2. Abu sekam 100 100 10.000 3. Dolomit 20 40 8.000 4. Serbuk gergaji 50 50 2.500 5. Starter 1 15.000 15.000 6. Tenaga kerja 4 15.000 60.000 7 Sewa alat dan tempat 10.000 8. Jumlah biaya produksi/ton 125.500 Biaya produksi per kg 125,500 Hasil penjualan 1000 250 250.000 Keuntungan dalam tiap ton 124.500 TEMU LAPANG Dalam pelaksanaan pengkajian sistem usaha tani integrasi tanaman ternak (sapi perah) di Kabupaten Garut setiap komponen teknologi yang diaplikasikan, didiseminasikan kepada para petani dalam bentuk temu lapang. Temu lapang teknologi PTT Temu lapang teknologi PTT padi diadakan dua kali temu lapang pada tanaman padi umur 40 hari, dan waktu panen teknologi yang diperkenalkan adalah : Jumlah benih 70-10 kg benih varietas sarinah. Lama dipersemaian 15-20 hari. Jumlah bibit yang ditanam 1-2 batang. Teknologi jarak tanam jajar legowo 2 :1. Pemupukan N dengan menggunakan pola bagan warna daun (BWD) N yang diberikan 150 kg urea. Pemupukan P dan K berdasarkan dengan unsur hara P dan K. P sejumlah 25 kg SP 36 dan 50 kg KCI. Peserta yang hadir pada temu lapang PTT sebanyak 67 orang terdiri dari 32 orang pada waktu umur padi 40 hari dan 35 orang pada waktu panen. Antusias dan respon petani sangat baik terbukti dari perhatian dan pertanyaan yang di ungkapkan oleh peserta. Temu lapang pembuatan jerami fermentasi Pembuatan jerami fermentasi dilaksanakan sebanyak 6 kali, 3 kali di Kelompok Tani Barokah Jaya Desa Sukarame Kecamatan Banyongbong. dan 3 kali di Kelompok Tani Mekar Jaya Desa Lebak Jaya Kec. Karangpawitan. Kegiatan temu lapang pembuatan jerami fermentasi di Kelompok Tani Barokah Jaya Desa Sukarame Kecamatan Bayongbong dapat dilihat pada Gambar 1. 4 8

Gambar 1. Kegiatan temu lapang pembuatan jerami fermentasi Petani yang hadir dalam pertemuan itu/ temu lapang rata-rata 53 orang dalam setiap pertemuan. Perhatian petani pada teknologi ini sangat baik dan antusias dan mereka Iangsung ingin mencoba dan praktek dalam pembuatan jerami fermentasi. Pemberian jerami fermentasi sebagai pakan ternak sapi perah sangat positip sebab disenangi oleh ternak sapi perah mulai pedet sampai dewasa, meningkatkan kualitas susu, dan menghemat tenaga kerja, serta kondisi kotoran ternak tidak encer tidak berbau. Hal ini terbukti dari semua petani kooperator pakan hijauanya langsung dirubah dengan menggunakan pakan dari jerami fermentasi. Temu lapang pembuatan kompos kotoran sapi Temu lapang dilaksanakan sebanyak 6 kali, 3 kali di Kelompok Tani Barokah Jaya dan 3 kali di Kelompok Tani Mekar Jaya. Kegiatan temu lapang pembuatan kompos kotoran sapi di Kelompok Tani Mekar Jaya Desa Lebak Jaya, Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut, terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Kegiatan temu lapang pembuatan kompos kotoran sapi Petani yang hadir dalam temu lapang pembuatan kompos kotoran sapi sebanyak 58 orang dalam setiap pertemuan umumnya peternak sapi. Perhatian petani sangat baik karena mereka mempunyai pandangan pupuk kotoran sapi kurang baik dan kurang bermanfaat untuk tanaman sehingga banyak terbuang. Dengan adanya temu lapang ini sikap dan pandangan mereka berubah bahwa pupuk sapi ini sangat positip untuk menyuburkan tanah dan bisa meningkatkan produksi. Temu lapang ini akan ditindaklanjuti oleh mereka. 4 9

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak KESIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan pengkajian sistem usaha tani integrasi tanaman ternak telah dilaksanakan di Kabupaten Garut terhadap sapi perah menunjukkan peningkatan terhadap pendapatan petani. Teknologi yang diterapkan dalam pelaksanaan pengkajian ini mendapat respon yang positif dari petani sekitarnya hal ini karena mudah dilaksanakan dan benar-benar meningkatkan pendapatan petani. Komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) telah berkembang di Kecamatan Bayongbong, karena dapat dirasakan oleh petani dapat meningkatkan pendapatannya. Teknologi jerami fermentasi mendapat respon yang sangat baik, karena petani dapat menghemat waktu dalam pemeliharaan sapi dan jerami fermentasi tersebut dapat meningkatkan kualitas susu. Teknologi pembuatan kompos, dapat membantu petani dalam penyediaan pupuk organik sehingga lahan sawah dapat diperbaiki kesuburan dan struktur tanahnya. DAFTAR PUSTAKA BPTP JAWA BARAT. 2000. Laporan Pengkajian Sistem Usahatani Pada Lahan Sawah Irigasi. Lembang. BPTP JAWA BARAT. 2001. Laporan Pengkajian Sistem Usahatani Pada Lahan Sawah Irigasi. Lembang. GUNAWAN, A., Y. SURDIYANTO, H. BANJAR, I. NURHATI dan S. SURIAPERMANA. 2001. Pengkajian Penggemukan Sapi dengan jerami Padi Fermentasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Lembang. MAKKA, D. 2004. Prospek pengembangan sistem integrasi petemakan yang berdaya saing. Pros. Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman- Ternak. Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan BPTP Bali dan CASREN, Denpasar 20-22 Juli 2004. Him 18-31. 5 0