V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARATERISTIK INDUSTRI PRODUK JADI ROTAN 5.1. Letak Geografis Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di Ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau, tanggal 20 September 1996 Nomor KPTS: 151/IX/1996. Luas wilayah Kecamatan Rumbai lebih kurang 251.65 km 2 yang terdiri dari 8 kelurahan, yaitu Kelurahan Meranti Pandak, Sri Menanti, Umban Sari, Limbungan, Lembah Sari, Lembah Damai, Rumbai Bukit dan Keluarahan Muara Fajar. Kecamatan Rumbai terletak lebih kurang 16 meter di atas permukaan laut dan termasuk beriklim sedang. Suhu udara pada musim hujan di Kecamatan Rumbai rata-rata 25 35 derajat Celcius dan musim kemarau 31 35 derajat Celcius. Dampak yang dominan pada musim hujan adalah banjir setiap tahunnya yang sering dihadapi oleh penduduk pada sebagian wilayah, seperti Kelurahan Meranti Pandak, Sri Menanti dan Kelurahan Limbungan, terutama yang berdomisili di pinggiran Sungai Siak. Dari kedelapan kecamatan tersebut, yang menjadi sampel pada penelitian ini berada di Kelurahan Meranti Pandak dan Sri Menanti. Kelurahan Meranti Pandak sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Sekolah (Kelurahan Limbungan), sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Siak, sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Sembilang (Kelurahan Limbungan) dan sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Yos Sudarso. Sementara itu, Kelurahan Sri Menanti berbatasan sebelah Utara dengan Jalan Utama (Kelurahan Umban Sari), sebelah Selatan berbatasan
70 dengan Sungai Siak, sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Yos Sudarso dan Kelurahan Meranti Pandak dan sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tampan Kecamatan Tampan. 5.2. Kondisi Lokasi dan Bangunan Lokasi wilayah industri produk jadi rotan di Kota Pekanbaru sebagian besar berlokasi di sepanjang koridor Jalan Yos Sudarso tepatnya disebelah Utara Sungai Siak dan beberapa berlokasi di kawasan Jalan Sudirman. Lokasi industri produk jadi rotan ini keberadaannya masih belum tertata dengan baik. Kondisi penggunaan lahan di sekitar kawasan Jalan Yos Sudarso, khususnya di sepanjang koridor jalan yang ditempati oleh industri produk jadi rotan secara umum meliputi lahan terbangun dan tidak terbangun. Lahan terbangun digunakan untuk kegiatan perdagangan, yaitu perdagangan hasil kerajinan rotan yang bercampur dengan usaha warung. Penyebaran lahan terbangun di wilayah ini hanya berada di sepanjang Jalan Yos Sudarso. Sedangkan lahan yang tidak terbangun meliputi lahan kosong yang masih belum diusahakan yang terletak di belakang lahan terbangun. Selain di sepanjang Jalan Yos Sudarso, penyebaran lokasi industri produk jadi rotan juga terdapat di Jalan Sudirman, tepatnya di depan Makam Pahlawan Kesuma Dharma dan jumlahnya tidak banyak. Selanjutnya, kondisi bangunan industri produk jadi rotan saat ini masih berupa bangunan non permanen sampai semi permanen. Bangunannya terbuat dari kayu dan beratapkan seng, sehingga kesan yang timbul kurang teratur dan letak bangunannya sebagian besar berada di atas saluran drainase jalan. Bangunan
71 tersebut digunakan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan menjual hasil produksi produk jadi rotan. 5.3. Transportasi Kondisi jaringan jalan di wilayah industri produk jadi rotan yang terletak di koridor Jalan Yos Sudarso saat ini marupakan jalan utama kota dan regional (arteri primer). Jalan ini selain sebagai penghubung Kota Pekanbaru dengan kota lainnya, juga sebagai penghubung antara wilayah kota sebelah Utara Sungai Siak dan Selatan Sungai Siak. Kondisi fisik jaringan Jalan Yos Sudarso saat ini baik, jalan beraspal dan ketinggian pengerasan Jalan Yos Sudarso lebih tinggi dari wilayah sekitarnya. Kondisi ini mempengaruhi bentuk bangunan industri produk jadi rotan yaitu dengan bentuk rumah panggung. Disamping itu, di sepanjang Jalan Yos Sudarso dan Sudirman sudah terpasang jaringan listrik, telepon dan sudah terdapat jaringan drainase dengan kondisi drainase struktur dan alam. Disamping tranportasi darat, letak lokasi industri ini cukup strategis karena dekat dengan pelabuhan, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan perdagangan antar pulau maupun ekspor. 5.4. Karateristik Industri Produk Jadi Rotan 5.4.1. Organisasi Produksi 5.4.1.1. Skala Usaha Menurut UU No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, disebutkan bahwa industri kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumahtangga maupun suatu badan, bertujuan untuk
72 memproduksi barang dan jasa untuk diperniagakan secara komersial, mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta dan nilai penjualan per tahun sebesar Rp 1 milyar atau kurang. Sementara itu, BPS mengelompokkan skala usaha industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, yaitu industri mikro (1 4 orang tenaga kerja), industri kecil (5 19 orang tenaga kerja), industri menengah (20 99 orang tenaga kerja) dan industri besar (lebih dari 100 orang tenaga kerja) (Deperindag, 2002). Berdasarkan kriteria yang dikemukakan sebelumnya dapat dinyatakan bahwa industri produk jadi rotan di Kota Pekanbaru tergolong industri kecil dan mikro (rumahtangga). Industri produk jadi rotan yang ada di wilayah ini memiliki karakteristik sebagai berikut: Pertama, memproduksi barang setengah jadi menjadi barang jadi. Kedua, ketersediaan modal yang terbatas, dimana modal usaha yang digunakan merupakan modal milik sendiri. Ketiga, menggunakan teknologi dan peralatan yang sederhana seperti gunting rotan, kompor solder, kakak tua, gergaji biasa dan rotan, dan alat pembengkok rotan yang terbuat dari kayu. Keempat, informasi pasar sangat terbatas dan produk yang dihasilkan hanya untuk kebutuhan lokal/domestik. Tenaga kerja yang digunakan dalam industri produk jadi rotan berasal dari dalam dan luar keluarga serta menggunakan tenaga kerja yang berusia di atas 15 tahun dan umumnya laki-kaki. Sementara itu tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan terdiri dari isteri pengusaha, anak dan anggota rumahtangga lainnya seperti adik kandung dan saudara lainnya. Pekerja perempuan umumnya melakukan kegiatan finishing atau menjahit sarung jok kursi, sedangkan pekerja laki-laki melakukan pekerjaan menganyam atau membuat rangka.
73 Ada dua jenis pengupahan yang diberlakukan pengusaha, yaitu upah harian dan borongan. Upah harian diberikan kepada pekerja yang melakukan kegiatan finishing, dimana besarnya upah dihitung berdasarkan banyaknya barang yang selesai dikerjakan dan dihitung per unit barang. Sedangkan upah borongan diberikan untuk pekerja yang melakukan kegiatan membuat rangka dan menganyam, dimana besarnya upah dihitung berdasarkan banyaknya jenis barang yang selesai dikerjakan. 5.4.1.2. Pola Usaha Usaha industri produk jadi rotan di Kota Pekanbaru tergolong industri dengan pola usaha lokal. Hal ini disebabkan oleh: Pertama, pengusaha industri produk jadi rotan belum memiliki akses yang baik dengan kontraktor. Kedua, ketersediaan modal yang terbatas, dimana dalam melaksanakan usahanya para pengusaha industri produk jadi rotan hanya mengandalkan model milik sendiri. Ketiga, pemasaran produk jadi rotan dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal/domestik. Pemasaran produk jadi rotan pada umumnya dilakukan dengan cara menjual langsung produk tersebut kepada konsumen. Dengan kata lain konsumen yang datang langsung ke tempat usaha untuk membeli produk yang diinginkan. Sehubungan dengan teknik pemasaran tersebut, perlu diungkapkan bahwa konsumen yang datang berasal dari konsumen lokal dan manca negara, seperti konsumen dari negara Malaysia, Singapura dan Amerika Serikat. Warga negara Malaysia dan Singapura membeli produk jadi rotan dalam jumlah kecil dan hanya untuk keperluan sendiri. Sedangkan warga negara Amerika Serikat yang membeli produk jadi rotan adalah warga yang bekerja dan tinggal di kawasan PT. Caltex
74 Pacific Indonesia yang digunakan untuk keperluan rumahtangganya. Disamping itu, ada sebagian kecil dari pengusaha industri produk jadi rotan yang menyalurkan produknya melalui toko-toko yang siap menjual hasil produk jadi rotan dan mereka juga menerima pesanan langsung dari konsumen atau dari perusahaan-perusahaan, seperti pesanan dari PT. Caltex Pasific Indonesia dan hotel-hotel yang ada di Pekanbaru. Jenis barang yang mereka produksi tergolong dalam dua kelompok, yaitu perabotan rumahtangga (furniture) dan barang-barang anyaman. Produksi furniture, meliputi: seperangkat meja kursi tamu, meja kursi makan, kursi goyang, kursi santai serta berbagai macam rak dan barang-barang hiasan. Sementara itu produksi barang anyaman, meliputi: keranjang pakaian, keranjang sawit dan parsel. Pada umum industri produk jadi rotan ini membuat semua jenis barang/produk. Membuat barang anyaman seperti keranjang parsel biasanya dilakukan pada saat menjelang hari raya Idil Fitri dan Idil Adha, perayaan Natal dan Imlek, sedangkan furniture dibuat setiap bulan hingga satu tahun penuh. 5.4.1.3. Bahan Baku dan Bahan Penolong Jenis rotan yang digunakan sebagai bahan baku pada industri produk jadi rotan pada umumnya adalah rotan manau, danan, tabu-tabu, getah, semambu, core, fitrit, sega, flat oval dan rotan kulit. Rotan jenis manau, danan, tabu-tabu dan getah digunakan untuk bahan dasar rangka karena sifatnya yang kuat dan lentur. Jenis sega dan semambu digunakan untuk jari-jari kursi karena sifatnya kuat, tidak begitu lentur dan mempunyai penampilan warna yang menarik. Jenis core dan fitrit digunakan untuk anyaman, dan jenis oval flat dan kulit rotan digunakan untuk mengikat karena sifatnya yang lebih lentur.
75 Jika dilihat dari bentuk wujudnya, rotan yang digunakan untuk industri produk jadi rotan berupa rotan bulat dan belahan yang sudah mengalami proses Wased dan Sulphurized (W and S). Bentuk rotan bulat yang biasa digunakan oleh pengusaha ada yang berdiameter besar dan kecil. Rotan yang berdiameter besar berukuran dari 20 25 mm sampai 32 35 mm, seperti rotan manau natural, manau poles, danan, getah dan tabu-tabu poles dan yang berdiameter kecil dari 2 3 mm sampai 8-10 mm, seperti rotan sega, core dan fitrik. Disamping rotan bulat digunakan juga rotan belahan seperti jenis rotan flat oval dan kulit rotan yang digunakan untuk mengikat dalam pembuatan meja kursi tamu, meja kursi makan, kursi goyang dan lainnya. Dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku ini, kendala yang sering dihadapi oleh pengusaha adalah ketersediaan bahan baku. Sebagian kecil bahan baku rotan diperoleh dari beberapa daerah di Provinsi Riau, yaitu dari Desa Pantai Raja Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar dan Desa Rantau Berangin Kecamatan Merangin Kabupaten Kampar. Disamping itu, sebagian besar bahan baku rotan dibeli dari pedagang pengumpul rotan di Pekanbaru yang didatangkan dari Sumatera Barat dan Medan. Disamping bahan baku, industri produk jadi rotan juga menggunakan bahan penolong yang diperlukan dalam proses produksi. Bahan penolong meliputi paku, lem, busa, amplas, kain, triplek, cat, pernis dan thinner. Berbagai jenis bahan penolong tersebut mudah di dapat karena tersedia di toko-toko sekitar lokasi industri produk jadi rotan.
76 5.4.1.4. Alat-alat dan Sarana Usaha Alat-alat yang digunakan pada industri produk jadi rotan meliputi: kompor solder, bor listrik, gergaji rotan dan biasa, gunting rotan, parang, martil, kakak tua dan engkol tangan. Selain itu, sebagian kecil ada yang menggunakan kompresor, mesin potong, sekrup (alat tembak untuk memasukkan paku) dan taples. Kegiatan proses produksi dilakukan pada suatu bangunan rumah. Bangunan rumah tersebut dibagi menjadi tempat proses produksi, pemajangan produk jadi rotan dan tempat tinggal. Disamping penggunaan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses produksi, ketersediaan sarana transportasi merupakan faktor pendukung bagi keberhasilan usaha rumahtangga industri produk jadi rotan. Sarana transportasi yang digunakan adalah kendaraan milik pribadi dan kendaraan umum. Kendaraan umum seperti angkutan kota (angkot), truk dan bus kota selalu ada setiap saat, sedangkan kendaraan milik pribadi rumahtangga pengusaha sebagian besar adalah kendaraan roda dua. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar pengusaha menggunakan transportasi umum (angkot) dan truk untuk mengangkut bahan baku dan hasil produksi. 5.4.2. Profil Sampel 5.4.2.1. Profil Rumahtangga Pengusaha Profil rumahtangga pengusaha sampel (untuk selanjutnya disebut rumahtangga pengusaha) dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata umur kepala keluarga pengusaha adalah 39 tahun, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata pengusaha berada pada usia produktif. Rata-rata mereka memulai menekuni usaha industri produk jadi rotan pada
77 umur 33 tahun. Dengan demikian rata-rata mereka telah menjalankan usaha selama 6 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa para pengusaha telah cukup berpengalaman dalam menjalankan usaha industri produk jadi rotan. Tabel 1. Karakteristik Rumahtangga Pengusaha No. Deskripsi Satuan Jumlah 1. Jumlah responden rumahtangga pengusaha Orang 30 2. Umur pengusaha Tahun 39 3. Lama pendidikan pengusaha Tahun 10 4. Lama pendidikan istri pengusaha Tahun 9 5 Pengalaman kerja pengusaha Tahun 6 6. Anggota rumahtangga pengusaha Orang 4 7. Angkatan kerja rumahtangga pengusaha Orang 3 8. Anak sekolah rumahtangga pengusaha Orang 1 9. Asal daerah a. Responden berasal dari Pekanbaru Orang 6 b. Responden berasal dari Luar Pekanbaru Orang 24 Bila dilihat dari pendidikan formal, rata-rata lama pendidikan formal pengusaha dan istri pengusaha, masing-masing 10 tahun dan 9 tahun. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa tingkat pendidikan pengusaha dan istrinya masih rendah, yaitu hanya tamat SLTP. Selanjutnya dapat dinyatakan bahwa ratarata jumlah anggota rumahtangga pengusaha rata-rata 4 orang, meliputi 3 orang yang tergolong dalam angkatan kerja dan 1 orang anak sekolah. Pada umumnya angkatan kerja rumahtangga pengusaha seluruhnya bekerja, baik bekerja di dalam usaha maupun bekerja di luar usaha industri produk jadi rotan. Dari aspek kontribusi terhadap pendapatan rumahtangga baik yang bersumber dari dalam usaha maupun bersumber dari luar usaha industri produk jadi rotan, besarnya proporsi angkatan kerja yang bekerja cukup baik bagi ekonomi rumahtangga pengusaha. Dari aspek pengeluaran konsumsi, perbandingan antara jumlah angkatan kerja yang bekerja dengan jumlah anggota
78 keluarga dan jumlah anak sekolah dapat dinyatakan bahwa pengeluaran konsumsi rumahtangga dapat dipenuhi dengan baik oleh rumahtangga pengusaha, apabila pengeluaran tersebut ditanggulangi bersama. Selanjutnya dapat dinyatakan bahwa sebagian besar rumahtangga pengusaha industri produk jadi rotan berasal dari luar Pekanbaru, yaitu sebanyak 24 rumahtangga. Hanya sebanyak 6 rumahtangga pengusaha yang berasal dari Pekanbaru. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha industri produk jadi rotan didominasi oleh masyarakat dari luar Pekanbaru. 5.4.2.2. Profil Rumahtangga Pekerja Profil rumahtangga pekerja sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa rata-rata umur kepala keluarga pekerja adalah 30 tahun. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kepala rumahtangga pekerja berada pada umur produktif. Tabel 2. Karakteristik Rumahtangga Pekerja No. Deskripsi Satuan Jumlah 1. Jumlah responden rumahtangga pekerja Orang 40 2. Umur pekerja Tahun 30 3. Lama pendidikan pekerja Tahun 9 4. Lama pendidikan istri pekerja Tahun 7 5. Pengalaman kerja pekerja Tahun 10 6. Anggota rumahtangga pekerja Orang 3 7. Angkatan kerja rumahtangga pekerja Orang 2 8. Anak sekolah rumahtangga pekerja Orang 1 9. Asal daerah a. Responden berasal dari Pekanbaru Orang 8 b. Responden berasal dari Luar Pekanbaru Orang 32 Bila ditinjau dari pendidikan formal, rata-rata pendidikan pekerja selama 9 tahun lebih tinggi dari pendidikan isterinya. Dengan demikian secara umum
79 pendidikan keduanya tamat SLTP. Selanjutnya rata-rata pekerja mulai bekerja pada umur 20 tahun, dengan demikian kurang lebih sudah 10 tahun mereka telah bekerja sehingga pekerja telah cukup berpengalaman dalam bidangnya. Jumlah tanggungan keluarga pengusaha rata-rata 4 orang. Angka ini tampaknya wajar, walaupun pada beberapa kepala keluarga yang mempunyai tanggungan 6 sampai 7 tujuh orang. Rata-rata jumlah angkatan kerja keluarga rumahtangga pekerja adalah 2 orang dan mempunyai anak yang sedang sekolah sebanyak 1 orang. Selanjutnya dapat dinyatakan bahwa sebagian besar rumahtangga pekerja industri produk jadi rotan berasal dari luar Pekanbaru, yaitu sebanyak 32 rumahtangga. Hanya sebanyak 8 rumahtangga pekerja yang berasal dari Pekanbaru. Hal ini mengindikasikan bahwa pekerja pada usaha industri produk jadi rotan didominasi oleh masyarakat dari luar Pekanbaru. Hal ini wajar karena sebagian besar pengusaha industri produk jadi rotan banyak yang mempekerjakan karyawannya berasal dari daerahnya. Misal pengusaha yang berasal dari Jawa mempekerjakan karyawannya dari daerah Jawa. Demikian hal pengusaha yang berasal dari Sumatera Barat.