BAB II KAJIAN TEORI. A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian. koran Kompas edisi 18 September 2007, bahwa setelah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang

BAB VIII REFLEKSI. A. Ketidakberdayaan Petani Atas Benihnya Sendiri. terkandung didalamnya, ternyata benih juga menjadi benda yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII REFLEKSI TEORITIK. berkaitan. Menurut buku pemberdayaan masyarakat. terdapat dua kunci yang

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN PEMUDA

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN. Sehingga terjalin hubungan yang baik dan setara. Inkulturasi dengan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka Berpikir

BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu.

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)

Kapita Selekta Sosial

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:

PEMBANGUNAN MASYARAKAT (D) R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D. Laboratorium Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat

Parentingdan perpustakaan.keenam, TA ABAH melakukan advokasi atau upaya untuk mendapatkan pengakuan ataupun dukungan dari pemerintah dan elit

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gaharani Saraswati, 2015

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB II KAJIAN TEORI. bisa melakukan segala kegiatannya dengan semangat dan bertenaga.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

Diterbitkan melalui:

BAB VIII REFLEKSI HASIL PENELITIAN DAN PENGORGANISASIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

BAB I PENDAHULUAN. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri adalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kemiskinan dan keterbelakangan. 1. Pendapatan mayoritas penduduk pedesaan yang rendah.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Membahas tentang reputasi tidak akan terlepas dari citra (image), karena citra

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di

BAB IV REFLEKSI TEORITIS. pengorganisasian masyarakat. Dari definisi tersebut, tampak ada tiga tujuan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

Sub Tema: KELUARGA HARAPAN JUDUL ESAI: SOCIAL COMMUNITY BASED SOCIETY EDUCATION DALAM MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Friedmann dalam Wrihatnolo, dan Riant (2007:59) menyatakan bahwa konsep

BAB V PENUTUP. Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami. CSR di Desa Sinorang dapat terpetakan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. kemiskinan, yang salah komponen menurunnya kesejahteran masyarakat. usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.

KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Pemberdayaan Sumber Daya Petani Kopi di Desa. Sekincau Kabupaten Lampung Barat

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

Manual Mutu Pengabdian

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian Pengembangan inovasi unggulan pertanian ini tidak sepenuhnya memberikan dampak positif bagi petani. Sebagaimana dikutip dalal cerita dalam koran Kompas edisi 18 September 2007, bahwa setelah pengembangan jagung yang ditetapkan tahun 2001 di Gorontalo hanya 81.720 ton, tahun berikutnya terus meningkat. Tahun 2006 meningkat menjadi 416.222 ton atau hampir lima kali lipat. Secara kuintatif program pembangunan wilayah yang berbasis pengembangan program produksi jagung ini mampu meningkat drastis. Akan tetapi tetap saja ada kualitas yang hilang, yaitu kemandirian petani untuk mendapatkan benih jagung 22. Dua hal yang penting bagi kelangsungan dinamika masyarakat pedesaan, menurut praktisi pendidikan pertanian Nugroho Wienarto, sebagaimana yang dikutip dalam koran Kompas edisi 18 September 2007, bahwa kreativitas dan kemandirian merupakan dua hal yang penting untuk kelangsungan masyarakat pedesaan. Ini sejalan dengan paradigma pembangunan pertanian yang menghargai petani sebagai subjek yang mengelola dan mengambil keputusan di lahan usaha taninya. Nilai kreativitas masyarakat pedesaan juga akan makin luntur. Sistem ketergantungan benih memiliki koridor hukum yang mampu menjepit 22 Nawa Tunggal. Teknologi Pedesaan (1) Dilema Jagung Enak atau Banyak. Kompas; Edisi 18 September 2007., hal. 14 31 50

masyarakat petani untuk tidak bisa berbuat apa-apa. Hal inilah yang semakin membuat ketahanan pangan suatu wilayah menjadi lemah karena segala asupan pertanian sumber perokonomian mereka menggantungkan produk luar. Jika dari luar tidak berhenti berproduksi, petani pun akan dimungkinkan berhenti melakukan kegiatan taninya. Pola ketergantungan ini mengacu pada teori ketergantungan yang diungkapkan Marx. Marx melihat adanya dua kelas yang memiliki posisi yang berbeda, yang satu menguasai yang lain 23. Dalam masalah ini menggambarkan dua kelas yang berbeda antara petani dengan perusahan benih hibrida. Dimana dalam hal ini petani telah berada dalam kuasa kendali perusahan benih hibrida. Hal ini berkenaan dengan penyediaan benih yang dibutuhkan petani dalam usaha taninya. Terdapat beberapa asumsi yang dikembangkan teori ketergantungan, salah satunya ketergantungan ini diakibatkan faktor luar, semakin dekat hubungan dua kelas ini, maka akan semakin memperburuk situasi ketergantungan dan keterbelakangan kelas yang dikuasai. Kelas yang dikuasai akan menerima banyak kerugian akibat hubungan dengan kelas penguasa tersebut 24. Hal inilah yang dimungkinkan juga akan dialami dengan petani, jika petani tidak menyadari sikap yang semakin tergantung tersebut malah akan semakin membuat keadaan petani sulit, karena tindakannya berada dibawah kendali pihak luar. 23 Nanang, Martono. Sosiologi Perubahan Sosial. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014). Hal., 145 24 Ibid., hal. 146 32 51

B. Pembebasan Melalui Sistem Perubahan sosial menjadi tujuan akhir dalam setiap proses pendampingan yang dilakukan. Perubahan ini bukan berarti hanya berupa perubahan fisik yang tampak di mata yang melihat belaka. Akan tetapi, diperlukan perubahan yang menyentuh sisi non-fisik pula. Seperti bidang ekonomi, pertanian, budaya, pola pikir yang keliru, dan juga moral. Perubahan ini dianggap sangat penting karena akan mendorong masyarakat untuk melangkah lebih mudah lagi dalam mengorganisir komunitasnya sendiri secara mandiri. Untuk mencapai suatu perubahan yang diharapkan harus mampu menekan apa yang menjadi salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam masyarakat. Salah satu yang memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat sebagaimana menurut Parsons, perubahan sosial harus dimulai dengan studi mengenai struktur sosial. Struktur sosial yang dimaksud dapat berupa cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam hubungan-hubungan yang dapat diprediksi melalui pola perilaku berulang antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat 25. Sebagaimana yang terjadi pada petani dusun satu Sudimoro pola ketergantungan terhadap benih hibrida sudah semakin membuat petani kehilangan kreativitas mereka. Sehingga untuk bisa merubah pola ketergantungan tersebut perlu ditekankan pola interaksi masyarakat dalam sistem sosialnya. Jika perubahan telah mulai muncul pada individu-individu 25 Nanang, Martono. Sosiologi Perubahan Sosial. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014). Hal., 58 5233

dalam masyarakat, dan kemudian melakukan interaksi yang berulang antar individu lain, maka lambat laun juga akan mempengaruhi struktur sosial masyarakat melalui interaksi tersebut. Sehingga pandangan Parsons mengacu pada dinamika yang terjadi dalam sistem sosial sebagai bagian dalam sturktur sosial. Menurut Parson agar sistem dapat bekerja dengan baik, setidaknya ada empat fungsi yang harus terintegrasi. Pertama fungsi adaptation, sistem harus mampu beradaptasi dengan cara menanggulangi situasi eksternal yang kompleks, serta dapat menyesuaikan lingkungan untuk kebutuhannya, atau bisa disebut juga dengan fungsi organis tingkah laku. Kedua goal attainment, fungsi yang harus mampu memiliki, mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Ketiga integration, fungsi yang mampu mengatur dan menjaga hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya, serta dapat mengatur dan mengelola ketiga fungsi lainnya. Keempat latent pattern maintenance, fungsi memelihara pola serta memperbaiki motivasi pola-pola individu dan kultural 26. Dalam penerapan keempat fungsi tersebut dalam proses pendampingan yang dilakukan akan melahirkan petani-petani yang melakukan keempat fungsi tersebut. 1. Petani Ahli Mampu Mengambil Keputusan Fungsi ini akan mengacu pada fungsi adaption, dimana seorang petani memiliki kepekaan yang tinggi terhadap segala macam situasi 26 Ibid., hal, 59-60 53 34

lingkungan, sehingga dengan cepat mampu mengambil segala keputusan. Baik masalah dalam ranah individu maupun ranah kelompok. 2. Petani Ahli Mampu Sebagai Peneliti Petani selama ini hanyalah sebagai objek penelitian dari berbagai pihak. Kondisi mereka sebagai objek hanya digunakan untuk pelengkap data. Sehingga tidak ada perubahan dari penelitian tersebut bagi petani sendiri. Dalam proses pendampingan ini petani yang diharapkan adalah petani peneliti yang mampu mengamati secara mendalam kondisi permasalahan yang ada dalam bidang pertanian. Fungsi ini mengacu pada fungsi gol attainment yang memiliki kemampuan untuk mendefinisikan apa yang ada di lingkungannya. 3. Petani Ahli Mampu Mengorganisir Petani ahli adalah petani yang bisa mengondisikan kelompoknya. Dalam kondisi apapun dan kapanpun petani ahli harus menguasainya. Jiwa kepemimpinan yang mampu diterapkan dalam kelompok. Sehingga petani ahli adalah teladan yang baik bagi anggota petani lainnya. Jiwa kepemimpinan tidak semua petani mempunyai, hanya beberapa petani yang mampu menguasai. Fungsi ini mengacu pada fungsi integration, dimana petani mampu menjaga stabilitas kelompok yang ada. 4. Petani Ahli Mampu Menfasilitasi Kelompok 54 35

Petani yang dianggap sebagai petani ahli adalah petani yang mampu menfasilitasi kelompok. Selain kelompok, petani ahli juga harus peka terhadap kondisi masing-masing individu dalam kelompok. Menfasilitasi dalam kelompok ini berarti adalah mampu menjadi fasilitator bagi seluruh petani yang ada dalam kelompok. Menjadi seorang fasilitator artinya harus paham dan mengerti kondisi keinginan yang diharapkan oleh petani. Sehingga peran ini mengacu pada fungsi latent pattern maintenance, petani harus mampu memelihara pola dalam interaksi antar individu. Pembentukkan keempat fungsi tersebut yang kemudian terbagi dalam beberapa peranan petani, merupakan satu upaya yang dilakukan untuk juga membangun pola pengembangan kelembagaan terpadu dalam model komunitas, dan bergerak dengan kekuatan partisipasi profesional bagi semua strata sosial ekonomi. Hal tersebut akan lebih mendorong pertumbuhan dan pemerataan secara bersama-sama. Apabila digunakan model pertumbuhan Smelser yang mengacu pada diferensiasi struktural, maka akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus untuk mencapai tujuan yang diharapkan 27. Masyarakat harus dilihat sebagai subjek dari proses secara keseluruhan. Sehingga proses dari pelaksanaan kegiatan ini selalu meletakkan community development dan community organizers sebagai 27 Suwarsono. Alvin Y. So. Perubahan Sosial dan Pembangunan. (Jakarta : Pustaka LP3ES, 1994). Hlm. 13 5536

landasan. Dalam kerangka inilah kegiatan dalam bentuk pengembangan masyarakat yang berbasis masyarakat mampu mendorong dari metode "doing for the community", menjadi "doing with the community". C. Belajar Bersama Petani Sebagai Upaya Menuju Perubahan Sosial Dalam proses pembangunan, partisipasi masyarakat berfungsi sebagai masukan dan keluaran. Proses partisipasi dapat diklasifikasikan menjadi enam tahapan, yaitu mulai dari penerimaan informasi, pemberian tanggapan terhadap informasi, perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan akhirmya penerimaan kembali atas hasil pembangunan. Partisipasi masyarakat ini diharapkan dapat membawa dampak yang baik bagi masyarakat menuju perubahan kearah yang lebih baik dan mandiri. Program pendampingan masyarakat ini dapat mengantarkan masyarakat menjadi komunitas belajar (learned cummunity), masyarakat menjadi komunitas yang semakin aktif (active society) dalam menolong dirinya sendiri (helping themselves). Dalam proses inilah, usaha strategi pengembangan berbasis masyarakat dalam rangka untuk mengorganisir masyarakat di dalam akar rumput menjadi bagian penting dari menciptakan program yang berkelanjutan. Berbagai unsur kelompok masyarakat didorong dan difasilitasi terus menerus, yang akhirnya munculnya adanya pengurangan angka kemiskinan, peningkatan sumber daya manusia, peluang dan pilihan kerja serta adanya peningkatan kualitas kelembagaan pelayanan itu sendiri. Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga memiliki dasar tujuan yang harus 37 56

dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat. Pertama, pemberian kewenangan, dan kedua pengembangan kapasitas masyarakat. Oleh karena itu, proses yang saling berhubungan itu di titik beratkan kepada pemberian wewenang dan pengembangan kapasitas masyarakat agar terciptanya perubahan sosial yang menyeluruh 28. Konsep pendidikan nonformal bagi pemberdayaan sangat penting perannya. Tujuan dari pendidikan nonformal semacam sekolah lapang bersama petani ini akan banyak menuai partisipasi dari masyarakat atau petani. Selain itu, pendidikan nonformal berguna agar lebih dekat untuk memahami lingkungan, menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, mengidentifikasi dan memutuskan alternatif pilihan, mengevaluasi proses, hasil, dan dampak dari kegiatan. Dengan demikian manajemen strategis berupaya untuk mendayagunakan berbagai peluang baru yang akan mungkin terjadi pada masa yang akan datang untuk memberdayakan masyarakat. 29 Tampilan dari belajar bersama petani adalah mengajak petani untuk belajar memahami kenyataan yang ada pada kehidupan. Petani akan belajar menemukan sendiri ilmu dan prinsip yang terkemas dalam realita kehidupan. Oleh karena itu petani tidak hanya sekedar menerapkan pengalamannya untuk jadi pedoman pembelajaran (Learning by doing). Namun juga akan mampu menciptakan ilmu baru yang akan digunakan untuk menyelamatkan tanah dan aset sumber daya masyarakat. Proses penemuan ilmu (discovery learning) 28 Soetomo. Pemberdayaan Masyarakat. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)., hal. 88 29 Adi, fahrudin, Pemberdayaan Partisipasi & Penguatan Kapasitas Masyarakat, (Bandung : Humaniora, 2011), hal. 76 57 38

yang dinamis sangat diharapkan dalam menyongsong perubahan yang diinginkan. 30 Sehingga dalam target yang muncul adalah tercipta petani ahli yang siap untuk meneliti ancaman dan tantangan masa depan. 30 Mansour Fakih, Dkk, Pendidikan Populer Panduan Pendidikan Metode Kritis Partisipatoris, ( Yogyakarta : Insist Press, 2004), Hal. 177 39 58