PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GATT DALAM PERLINDUNGAN MEREK TERKENAL DI INDONESIA. Oleh : Eddhie Praptono, SH.MH. (Ketua sentra HKI UPS)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade

BAB I PENDAHULUAN. sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. pelaku usaha atau produsen untuk menggunakan unsur-unsur seperti nama, logo

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENGURAI BENANG KUSUT PEMBAJAKAN HAK CIPTA MELALUI 5 (LIMA) LANGKAH STRATEGIS DI BIDANG HKI. Oleh : Eddhie Praptono,SH.MH.

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Merk merupakan bagian dari Hak Milik Intelektual. yang dalam dunia perdagangan di negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk. penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Perlindungan Hukum bagi Pemilik Nama Domain. yang Beritikad Baik dalam Kaitannya dengan Perlindungan Hak Merek

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum. Karena salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum adalah memberikan

PENTINGNYA PERLINDUNGAN MEREK

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha dalam perdagangan barang dan jasa pada zaman modern

I. PENDAHULUAN. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai isu internasional, HKI (Hak Kekayaan Intelektual) berkembang

BAB III KASUS KEMIRIPAN MEREK PADA PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN

IDENTITAS MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang

AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN LEGAL MEMORANDUM

Volume 12 Nomor 2 September 2015

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. penemuan-penemuan di bidang teknologi. Indonesia sebagai negara berkembang

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TIDAK BERITIKAD BAIK DALAM TEORI DAN PRAKTEK DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Sejak dasawarsa delapan puluhan (era 1980-an), hak kekayaan intelektual atau

BAB I PENDAHULUAN. cepat dimana fasilitas tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Dengan

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, suatu produk barang atau jasa yang dibuat pelaku usaha

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI). 1

BAB I PENDAHULUAN. Ada dua terjemahan resmi atas istilah Intellectual Property Rights (IPR),

PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. perusahaan harus memiliki nilai keunikan tersendiri dimata konsumennya.

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 Online di

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin. mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran.

BAB I PENDAHULUAN. para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem yang ada di dalam hukum merupakan upaya untuk menjaga

PELAKSANAAN UNDANG -UNDANG MEREK PADA UKM (USAHA KECIL MENENGAH) KEC. CEPER KAB. KLATEN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM DARI TINDAK PEMALSUAN MEREK

KAJIAN PEMBATALAN MEREK PUTUSAN NOMOR 08/HAKI/M/2007/ PN.NIAGA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia yang pada tahun 2020 memasuki era pasar bebas. Salah satu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bahwa tinjauan yuridis atas sengketa kasus ini ditinjau dari Undang-undang Nomor 5 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan persaingan bisnis antar para pelaku usaha, tentu saja tiap-tiap pihak

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dikonsumsi atau digunakannya. Banyak faktor yang digunakan

PENGUATAN UMKM MELALUI KEKAYAAN INTELEKTUAL DI ERA PERSAINGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian baru dalam forum Nasional maupun Internasional.

kata kunci: Hak Kekayaan Intelektual ; Merek

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan teori dan analisis terhadap Putusan Pengadilan Dalam Perkara

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dunia perdagangan tidak dapat dilepaskan dan. pembangunan di bidang ekonomi yang pelaksanaannya dititikberatkan pada

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran yang ada, termasuk dalam bidang hak atas kekayaan intelektual.

BAB I PENDAHULUAN. seorang wiraswasta. Dengan program Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era sekarang ini, kebutuhan adanya perlindungan hukum atas merk

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh

Perkembangan ekonomi global sekarang ini menuntut tiap-tiap negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya perdagangan internasional dan adanya gerakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang perlu digali, dipelihara dilestarikan, dan dilindungi secara

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kemajuan masyarakat. Oleh karena itu, dalam era globalisasi. perdagangan, pembangunan hukum di Indonesia diharapkan mampu

BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara.

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman dituntut untuk melakukan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1967, merek merupakan karya intelektual yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. merek dalam bentuk persamaan pada pokoknya semakin menjamur di. karena mereknya didompleng, juga dapat menimbulkan kekeliruan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. atas Kekayaan Intelektual (HAKI) juga berkembang pesat. Suatu barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan para kompetitornya dengan menerapkan strategi atau metode pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. Hak merek merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual yang timbul

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA

Bab V. Kesimpulan dan Saran. Hasil penelitian menunjukan putusan Mahkamah Agung yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memberatkan bagi perusahaan yang akan menjual produknya di negaranya. Sesuai

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

SISTEM KONSTITUTIF DALAM UU NO 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK BAGI UMKM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlindungan Dan Pengaturan Tentang Hak Merek Di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pula hasrat dan keinginan masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pembelian merupakan kesimpulan terbaik konsumen untuk melakukan

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu perusahaan semakin meningkat. Perkembangan teknologi

Transkripsi:

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GATT DALAM PERLINDUNGAN MEREK TERKENAL DI INDONESIA Oleh : Eddhie Praptono, SH.MH. (Ketua sentra HKI UPS) A. PENDAHULUAN Salah satu ciri khas dari globalisasi adalah borderless country yaitu hilangnya batas-batas antar negara tetapi bukan dalam pengertian batas wilayah (yurisdiksi) melainkan hilangnya bentuk-bentuk pembatasan terhadap arus masuk dan arus keluar barang dan jasa dalam suatu negara yang menandai dimulainya suatu era perdagangan bebas. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan perdagangan barang dan jasa antar negara, diperlukan suatu pengaturan yang bersifat internasional yang memberikan jaminan dan perlindungan atas kepastian hukum di bidang merek. Sebagaimana diketahui, merek adalah tanda yang dilekatkan pada suatu produk berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang mempunyai daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan barang dan jasa. Merek mempunyai peran yang penting khususnya dalam lalu lintas perdagangan barang dan jasa. Peran Merek, selain sebagai tanda yang dikenal oleh konsumen juga dapat menjadi jaminan bagi kualitas barang/jasa yang dihasilkan.begitu banyak produk yang ditawarkan untuk jenis yang sama dari produsen yang berbeda menyebabkan konsumen bingung untuk memilih produk yang sesuai dengan keinginannya. Untuk kepentingan inilah merek diperlukan agar dapat memberi daya pembeda antara produk satu dengan lainnya yang sejenis. 1

Dalam arus perdagangan barang dan jasa, suatu merek baik barang maupun jasa, dapat dikenal berdasarkan reputasinya apakah termasuk merek biasa (normal mark), merek terkenal (well-known mark) dan merek termasyur (famous mark). Dalam pandangan terhadap nilai suatu produk baik itu berupa barang/jasa, ketiga kategori merek tersebut jelas berbeda. Merek biasa umumnya tidak mempunyai pancaran daya tarik untuk menjadi pilihan utama masyarakat konsumen, sebaliknya merek terkenal atau bahkan merek yang sudah termasyur maka pancaran simbolnya akan memikat dan akrab serta mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen yang memujanya. Merek terkenal dan merek termasyur mempunyai reputasi yang sangat tinggi maka secara otomatis merek tersebut juga mempunyai potensi nilai dan kekuatan pemasaran yang tinggi karena merek tersebut merupakan pilihan konsumen. Oleh karena itu tidak mengherankan bila pemilik merek terkenal memasang nilai tinggi pada setiap produk yang dihasilkannya karena merek terkenal menjadi suatu aset kekayaan yang setiap saat dapat mendatangkan keuntungan yang besar bagi pemiliknya. Hal inilah yang menyebabkan merek terkenal mempunyai potensi besar untuk menjadi sasaran bagi pengusaha atau pedagang untuk memalsukan atau meniru merek terkenal tersebut. Tindakan pemalsuan terhadap merek terkenal merupakan tindakan yang disengaja dan dilakukan dengan sadar membonceng keterkenalan merek pihak lain dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan secara tidak jujur. Akibat dari tindakan pendomplengan seperti ini akan menimbulkan kerugian bagi pemilik merek terkenal tidak hanya kerugian materi tetapi juga moril karena suatu merek bisa menjadi terkenal dengan melalui suatu usaha yang keras dan biaya yang besar. Selain itu pendomplengan juga dapat menimbulkan kebingungan dan kesesatan bagi masyarakat pengguna merek terkenal. 2

Di Indonesia juga banyak terdapat merek-merek terkenal yang dipasarkan baik itu berupa produk barang maupun jasa. Satu hal yang harus diakui adalah bahwa masyarakat Indonesia masih merupakan masyarakat yang awam bahkan menganggap biasa hal tiru meniru. Permasalahan peniruan dan pendomplengan merek terkenal banyak terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah kurangnya penghargaan masyarakat terhadap hasil karya orang lain, rendahnya daya beli masyarakat sampai pada budaya hukum masyarakat yang menganggap bahwa meniru adalah hal biasa dan tidak merugikan orang lain. Hal-hal semacam ini jelas perlu diluruskan, mengingat sebagai negara yang mengandalkan barang dan jasa, Indonesia telah menyatakan tunduk dan ikut serta dalam menjalankan aspek-aspek dagang internasional yang telah disepakati negara-negara di dunia. Sebenarnya Indonesia telah memiliki instrumen perlindungan merek yaitu UU No. 15 Tahun 2001 yang juga mengatur mengenai berbagai hal terkait dengan kepemilikan dan perlindungan merek di Indonesia. Akan tetapi, sayangnya UU No. 15 Tahun 2001 ini tidak mengatur secara spesifik mengenai perlindungan hukum terhadap merek terkenal yang ada dan beredar di Indonesia. Oleh karena itu, sebagai negara anggota WTO maka penerapan prinsip-prinsip GATT mutlak diperlukan dalam upaya memberikan perlindungan terhadap merek-merek terkenal yang beredar di Indonesia. Berkaitan dengan uraian di atas maka permasalahan yang muncul adalah : 1. Apakah tujuan dari pemberian perlindungan hukum terhadap merek terkenal? 2. Instrumen apakah yang paling tepat digunakan oleh negara (Indonesia) dalam upaya memberikan perlindungan hukum terhadap merek terkenal yang beredar di Indonesia? 3

B. PEMBAHASAN 1. Tujuan Pemberian Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal Secara umum tujuan pemberian perlindungan hukum terhadap merek terkenal mempunyai cakupan yang cukup luas yaitu ; 1. Bertujuan untuk melindungi pemilik merek terkenal dari segala macam bentuk pemalsuan atau pun peniruan yang sama secara keseluruhan atau sama pada pokoknya; 2. Untuk melindungi kepentingan konsumen dari penipuan barang palsu yang bermutu rendah, atau pun dari kebingungan konsumen karena tidak ada kepastian yang jelas tentang keistimewaan dan kekhasan dari suatu barang/jasa; 3. Menjauhkan konsumen dari persaingan curang; 4. Melindungi sistem perekonomian pasar bebas, karena diharapkan dengan adanya sistem pasar bebas dianggap mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun internasional; 5. Agar pasar bebas dapat berjalan dengan normal maka harus terhindar dari tindakan-tindakan anti kompetitif atau persaingan curang. Tindakan pemalsuan atau peniruan merupakan tindakan yang dikategorikan sebagai tindakan curang dan persaingan tidak sehat. Pemberian perlindungan terhadap merek terkenal dapat dikatakan sebagai suatu hak istimewa (previlege right) bagi pemilik merek terkenal untuk mendapatkan perlindungan hukum dari pemilik merek biasa.jika dikaji lebih jauh, ketentuan ini memang sangat merugikan negara berkembang, akan tetapi bagaimanapun juga ketentuan-ketentuan tersebut telah menjadi kesepakatan internasional yang telah tertuang dalam persetujuan TRIP s sehingga baik negara maju maupun negara berkembang tetap mempunyai kewajiban yang sama untuk melaksanakan prinsip mengenai perlindungan terhadap merek terkenal. 4

2. Penerapan Prinsip-prinsip GATT Sebagai Instrumen Yang Tepat Dalam Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal Yang Beredar Di Indonesia Penerapan perlindungan terhadap hak atas merek terkenal oleh Indonesia sebagai negara anggota WTO tidak terlepas dari prinsip-prinsip GATT yang berlaku, yaitu : a. Prinsip National Treatment; Berdasarkan prinsip ini maka pemilik hak atas kekayaan intelektual asing harus diberi perlindungan yang sama dengan warga negara yang bersangkutan. Prinsip National Treatment ini dalam persetujuan TRIP s tertuang dalam Pasal 3 dimana dalam penerapan prinsip ini dikaitkan dengan pemberian terhadap merek terkenal bahwa semua negara peserta diwajibbkan memberikan perlindungan terhadap pemilik merek terkenal asing sama dengan memberikan perlindungan pemilik merek terkenal dari warga negara yang bersangkutan. Perlindungan yang dimaskud disini adalah hal-hal yang mempengaruhi keberadaan, perolehan, lingkup, pelaksanaan dan penegakkan hak atas kekayaan intelektual (HKI) secara keseluruhan serta hal-hal yang dapat mempengaruhi penggunaan HKI termasuk didalamnya hak atas merek terkenal. b. Prinsip Most Favoured Nation (MFN); Prinsip ini juga disebut sebagai prinsip Non Diskriminasi artinya antara pemilik HKI asing dari suatu negara memperoleh perlindungan yang sama dibandingkan dengan pemilik HKI dari negara peserta yang lain (pihak asing lain) atau dengan kata lain tidak boleh ada perlakuan kepada pihak asing yang berasal dari suatu negara lebih baik dari pada perlakuan terhadap pihak asing dari negara lain. Prinsip MFN ini tertuang dalam Pasal 4 TRIP s bahwa dengan mempertimbangkan perlindungan kekayaan intelektual, setiap keuntungan, kemurahan, keistimewaan dan kekebalan yang diberikan oleh suatu negara anggota 5

kepada warga negara lain harus diberikan langsung tanpa syarat kepada warga negara dari seluruh anggota peserta. Berdasarkan prinsip MFN ini, maka dalam rangka penerapan perlindungan terhadap pemilik merek terkenal maka semua keuntungan, kemanfaatan, atau perlakuan istimewa yang diberikan kepada pemilik merek terkenal dari warga negara lain seketika tanpa syarat diberikan pula kepada pemilik merek terkenal dari warga negara seluruh anggota WTO, atau dengan kata lains emua perlakuan yang diberikan oleh negara anggota kepada pemilik merek terkenal asing harus sama tanpa perbedaan atau non diskriminatif. c. Prinsip Transparancy; Dalam prinsip ini semua negara anggota berkewajiban untuk lebih terbuka dalam ketentuan perundang-undangan dan pelaksanaan aturan nasional dalam bidang perlindungan atas hak kekayaan intelektual (HKI). Ketentuan ini terdapat dalam Pasal 63 Ayat (1) TRIP s bahwa peraturan dan perundang-undangan serta putusan yudisial akhir yang diberlakukan di negara anggota sehubungan dengan permasalahan pokok pada persetujuan (kegunaan, cakupan, akuisisi, pemberlakuan dan pencegahan penyalahgunaan atas hak kekayaan intelektual) harus diumumkan atau bilamana pelaksanaan pengumuman tersebut tidak dapat dibuat secara umum, dalam bahasa nasional, dalam cara yang memungkinkan pemerintah dan pemegang HKI dapat bekerja sama. Perjanjian mengenai masalah pokok dalam persetujuan ini yang berlaku antara pemerintah dan badan pemerintah dari anggota dan pemerintah atau badan pemerintah dari anggota atau badan dari anggota lainnya. Berdasarkan prinsip tranparansi ini,maka negara-negara anggota harus terbuka dalam ketentuan perundang-undagannya mengenai perlindungan merek terkenal sebagai upaya mencegah penyalahgunaan 6

hak atas kekayaan intelektual termasuk hak atas merek terkenal demikia pula dalam menegakkan peraturan perundang-undangannya. Pelaksanaan perlindungan terhadap merek terkenal khususnya terhadap merek terkenal asing, jika tidak dilaksanakan dengan hati-hati atau pemilik merek terkenal asing tidak merasa mendapatkan perlindungan hukum yang layak sehingga merasa dirugikan maka negara yang bersangkutan akan dihadapkan pada tuntutan melalui forum internasional dari negara asal pemilik merek terkenal. Tuntutan tersebut dapat melalui Disputes Settrlement Body (DSB) atau Dewan Penyelesaian Sengketa dibawah WTO. Prosedur penyelesaian sengketa dibawah WTO diatur dalam Rule of Procedure yang disebut Integrated Disputes Settrlement (IDS) ini memerlukan prosedur yang sangat lama dan hampir dapat dipastikan akan menelan biaya yang sangat mahal sehingga harapan kedepan adalah agar Indonesia jangan sampai mengalami hal ini akibat kecerobohan dan kebiasaan meniru. C. PENUTUP a. Kesimpulan 1) Tujuan pemberian perlindungan hukum terhadap merek terkenal mempunyai cakupan yang cukup luas yaitu ; 1. Bertujuan untuk melindungi pemilik merek terkenal dari segala macam bentuk pemalsuan atau pun peniruan yang sama secara keseluruhan atau sama pada pokoknya; 2. Untuk melindungi kepentingan konsumen dari penipuan barang palsu yang bermutu rendah, atau pun dari kebingungan konsumen karena tidak ada kepastian yang jelas tentang keistimewaan dan kekhasan dari suatu barang/jasa; 3. Menjauhkan konsumen dari persaingan curang; 7

4. Melindungi sistem perekonomian pasar bebas, karena diharapkan dengan adanya sistem pasar bebas dianggap mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun internasional; 5. Agar pasar bebas dapat berjalan dengan normal maka harus terhindar dari tindakan-tindakan anti kompetitif atau persaingan curang. Tindakan pemalsuan atau peniruan merupakan tindakan yang dikategorikan sebagai tindakan curang dan persaingan tidak sehat. 2). Penerapan perlindungan terhadap hak atas merek terkenal oleh Indonesia sebagai negara anggota WTO tidak terlepas dari prinsipprinsip GATT yang berlaku, yaitu : a. Prinsip National Treatment; b. Prinsip Most Favoured Nation (MFN); c. Prinsip Transparancy; b. Saran Harus ada upaya kedepan untuk perbaikan sistem perlindungan hukum terhadap merek terkenal di Indonesia mengingat perangkat hukum yang ada belum memadai akibat belum diakomodirnya aturan mengenai perlindungan merek terkenal dalam UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek. 8

DAFTAR PUSTAKA Roisyah, Kholis. 2002. Kajian Tentang Perlindungan Hukum Internasional terhadap Merek Terkenal. Majalah Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Vol. XXXI No.4 Oktober-Desember 2002. Semarang. Susilowati, Etty. 2006. Bunga Rampai : Hak Kekayaan Intelektual. Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro. Semarang. Usman, Rachmadi. 2003. Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual : Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia. Bandung : Alumni. Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek 9