Bab 3 Mengapa Lesson Study?

dokumen-dokumen yang mirip
Strategi Peningkatan Kemampuan Profesional Guru melalui Lesson Study

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MIPA UNTUK ANAK CERDAS ISTIMEWA DAN BERBAKAT ISTIMEWA (CI-BI) MELALUI IMPLEMENTASI LESSON STUDY DI SMA 1 SUMEDANG

Peningkatan Kualitas Pembelajaran MIPA Pada Pendidikan Layanan Khusus Melalui Lesson Study di SMAN 1 Sumedang. Bab 1. Pendahuluan

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

plan, do, dan see. Adapun sasaran utamanya adalah proses kerjasama

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK MELALUI LESSON STUDY

OPTIMALISASI PEMBINAAN LESSON STUDY BERDASARKAN KESULITAN YANG DIHADAPI GURU KELOMPOK MGMP SMPN 5 SUMEDANG

PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU MATEMATIKA DAN SAINS MELALUI LESSON STUDY

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU FISIKA MELALUI LESSON STUDY. Ida Kaniawati

LESSON STUDY MENUMBUHKAN MASYARAKAT PEMBELAJAR PESERTA MGMP MATEMATIKA DI WILAYAH JATINANGOR DAN CIMANGGUNG. Oleh : Entit Puspita 1

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU FISIKA MELALUI LESSON STUDY. Ida Kaniawati

Mengembangkan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study

POTRET KEGIATAN LESSON STUDY BIDANG KIMIA YANG DILAKSANAKAN DI KABUPATEN SUMEDANG

B. Pengalaman Lesson Study di Yogyakarta

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MATA PELAJARAN IPA BERBASIS MGMP SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY.

MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU MELALUI LESSON STUDY

Ada berapa tahapan pada kegiatan lesson study? Tahapan dalam lesson study adalah perencanaan, implementasi, dan refleksi.

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI DI DALAM KELAS MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY DI SMPN 1 JATINANGOR

KONSEP DAN PRINSIP-PRINSIP LESSON STUDY

Eko Sri Wahyuni Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak, Indonesia

LILIASARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA UPI

DIRECT INSTRUCTION SEBAGAI METODE UNTUK MENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI PEMANTULAN CAHAYA PADA OPEN CLASS LESSON STUDY DI SMPN MODEL TERPADU BOJONEGORO

456 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan SAINS Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 16 Maret 2014

LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA PEMBELAJARAN YANG DILAKUKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA TOPIK GERAK LURUS BERATURAN BERBASIS LESSON STUDY DI SMPN 3 TANJUNGSARI

PROFILE ABILITY OF TEACHER IN REFLECTION ACTIVITY AT LESSON STUDY PROGRAMME

Dr. Fransisca Sudargo, M.Pd

SISTEM PEMBINAAN PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN IPA MELALUI LESSON STUDY

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA MELALUI LESSON STUDY PADA MATA KULIAH MORFOLOGI TUMBUHAN

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan OPEN-ENDED Melalui Kegiatan LESSON STUDY di SMPN 1 Lembang Kabupaten Bandung

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRIMA UNTUK MENGOPTIMALKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA NEGERI 2 GORONTALO PADA MATAPELAJARAN BIOLOGI

Pengalaman Lesson Study di Tanjungsari Kabupaten Sumedang Mimin Nurjhani K *) & Widi Purwianingsih* *)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

Bab 3 Strategi Pengembangan Kemampuan Berpikir Matematik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.3, No.1, Mei 2016

PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MENGGUNAKAN BAHAN LIMBAH BERBASIS LESSON STUDY DI KELAS IX SMPN 1 KROMENGAN

MENUJU GURU YANG PROFESIONAL MELALUI LESSON STUDY A. LATAR BELAKANG

KEGIATAN LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN Oleh : Drs. Mulyo Wiharto, MM

ABSTRAK DAN RINGKASAN MAKALAH KONASPI VI SUBTEMA DAN TOPIK: E. INOVASI PENDIDIKAN: INOVASI PEMBELAJARAN DAN ASESMEN JUDUL:

BAB 1 PENDAHULUAN. pada buku paket sering menjadi acuan utama pengajaran guru, sebagian

LAPORAN KEMAJUAN KEGIATAN LESSON STUDY DI DARMARAJA SUMEDANG

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MATEMATIKA MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY

LESSON STUDY: BELAJAR DARI, TENTANG, DAN UNTUK PEMBELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI LESSON STUDY PADA PENJUMLAHAN PECAHAN DI KELAS IV SDN LAMSAYEUN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI FISIKA MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY DI SMP 17 KOTA JAMBI. Maison, Asrial, Syaiful M

IMPLEMENTASI KEGIATAN LESSON STUDY MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI PADA PROGRAM LATIHAN PROFESI (PLP) DI SMAN 14 BANDUNG

IMPLEMENTASI LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH (LSBS) DI SMP NEGERI 1 KALIANGET

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

PROFIL KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA-FISIKA SMP DAN MTs DI WILAYAH PASEH KABUPATEN SUMEDANG MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY BERBASIS MGMP

LESSON STUDI SEBAGAI INOVASI UNTUK PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN. Oleh : Dindin Abdul Muiz Lidinillah

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di. Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Menerapkan Strategi Pembelajaran Melalui Lesson Study Di Sekolah Dasar

STUDY TENTANG PELAKSANAA LESSON STUDI DI SMA BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG SEMESTER GENAP Hayuni Retno Widarti Kimia FMIPA UM ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

Ciri Penelitian Tindakan Kelas. 1. Bersifat Praktis 2. Ada unsur kolaborasi 3. Guru berperan ganda: peneliti, praktisi

KEGIATAN LESSON STUDY BIOLOGI DI SMPN 1 JATINANGOR Oleh : Siti Sriyati 1) dan Tuti Hasanah 2)

Kata kunci: lesson study, Aktivitas belajar, Morfologi Tumbuhan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMANTAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA GURU-GURU SMP LAB UNESA MELALUI LESSON STUDY

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 8 No. 1 Juni 2006 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

PENERAPAN COOPERATIVE GI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IX-B SMP NEGERI 3 SANGGAU PENGALAMAN LESSON STUDY PADA KEGIATAN ON GOING TEQIP 2013

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA MENGEKSPLOR MATA KULIAH SISTEMATIK TUMBUHAN RENDAH MELALUI LESSON STUDY. Abstrak

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

Oleh: Asep Sutiadi 1 1 Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

Menemukan Rumus Luas Lingkaran dengan Konteks Bundaran Air Mancur Palembang. Novita Sari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU IPA MELALUI LESSON STUDY BERBASIS MGMP KAWASAN SURABAYA SELATAN

MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAN DI JURUSAN KIMIA FMIPA UNESA MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS TIM PPM JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

Lesson Study: Suatu Alternatif Cara Peningkatan Keprofesionalan dan Kesejawatan Guru Oleh: Paidi (Staf Pengajar FMIPA UNY)

BAB II KAJIAN TEORETIS

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

PENDEKATAN OPEN-ENDED (MASALAH, PERTANYAAN DAN EVALUASI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Agustinus Sroyer FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUKAN MACRO MEDIA FLASH 8 PADA MATA PELAJARAN IPA BERBASIS LESSON STUDY DI SMP

LSBS Di SMAN 9 BANDUNG. Oleh: Tati Hermawati

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN-SARAN. 1. Kondisi Awal Pembelajaran Sains Biologi di SMP

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI APLIKASI TRIGONOMETRI.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

HASIL MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PILOTING DAN LESSON STUDY PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SEKOLAH MENENGAH KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat

Transkripsi:

Bab 3 Mengapa Lesson Study? A. Bagaimana Pengetahuan Berkembang? Dalam suatu pertemuan, sejumlah guru melakukan diskusi tentang masalah pembelajaran matematika SMP. Salah seorang guru mengemukakan pengalamannya tentang sulitnya mengajarkan pemecahan masalah atau masalah matematika tidak rutin. Sebagai ilustrasi dia mengajukan contoh masalah tidak rutin seperti di bawah ini. Pada gambar di bawah ini, AB adalah penampang sebuah layar bioskop, sedangkan titik P adalahposisi tempat duduk penonton. 1. Ukurlah besar sudut AP1B, AP2B, dan AP3B. Sudut manakahyang paling besar? 2. Tentukan posisi titik P pada garis hirisontal sehingga diperolehsudut APB yang terbesar (sudut pandang dari posisi tempatduduk P terhadap layar AB yang terbesar). Dia menyatakan bahwa masalah ini diajukan pada saat siswa sudah mempelajari konsep-konsep yang berkaitan dengan lingkaran. Dari proses pembelajaran yang dilakukannya, ternyata siswa tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut secara tuntas. Hal ini antara 31

lain disebabkan karena banyak siswa yang tidak menyadari bahwa masalah yang diajukan berkaitan erat dengan konsep lingkaran yang sudah dipelajari sebelumnya. Berdasarkan masalah yang diajukan guru tersebut, selanjutnya dilakukan diskusi tentang bagaimana cara membantu siswa melakukan proses berpikir secara lebih efektif pada saat mereka dihadapkan pada suatu masalah yang bersifat tidak rutin seperti di atas. Dari diskusi yang berkembang, akhirnya muncul berbagai pendapat yang antara lain menyatakan bahwa untuk membantu proses berpikir siswa agar mengarah pada proses solusi yang diharapkan, guru dapat melakukannya melalui teknik scaffolding. Teknik ini pada dasarnya adalah pemberian bantuan yang bersifat mengarahkan dalam bentuk pertanyaan, hints, atau ilustrasi masalah lain yang lebih sederhana. Melalui teknik tersebut siswa diharapkan melanjutkan proses berpikirnya kearah yang diharapkan. Pada kenyataannya, diskusi yang berkembang bisa memunculkan berbagai pendapat yang sangat beragam. Keberagaman pendapat ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi peserta karena pengetahuan masing-masing fihak menjadi lebih meningkat. Dari ilustrasi di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa pengetahuan guru dapat berkembang secara produktif melalui pertukaran pemahaman tentang masalah yang diajukan. Setiap peserta diskusi mengajukan pendapatnya sesuai dengan sudut pandang dan pengalamannya masing-masing. Dengan terjadinya diskusi serta tukar pandangan secara kritis terhadap masalah yang sama, maka pada akhirnya diperoleh suatu kesimpulan yang disepakati bersama sebagai suatu pengetahuan baru yang dapat diterima secara umum. Dalam kaitannya dengan proses berkembangnya pengetahuan pada diri seseorang, Nonaka (2005) mengajukan suatu model interaksi antara dua tipe pengetahuan yakni tipe tacit knowledge dan explicit 32

knowledge. Tacit knowledge adalah pengetahuan bersifat subyektif dan experiential yang belum dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata, kalimat, bilangan, atau formula secara definitif. Dengan demikian, tacit knowledge sangatlah relatif dan terkait erat dengan konteks yang dikenal individu pemiliknya atau pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Sementara itu explicit knowledge adalah pengetahuan bersifat obyektif dan rasional yang dapat diekspresikan dalam kata-kata, kalimat, bilangan, atau formula secara definitif sehingga dapat dinyatakan sebagai pengetahuan yang bebas konteks. Dalam proses berkembangnya pengetahuan pada diri seseorang, kedua tipe pengetahuan tersebut saling terkait erat satu dengan lainnya. Sebagai contoh, pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui pengamatan (tacit knowledge) sangatlah dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya (explicit knowledge) yang sudah dimiliki. Seorang anak yang dihadapkan pada bangun geometri tertentu, misalnya sebuah daerah persegi panjang yang terbuat dari kertas karton, maka manakala anak tersebut diminta untuk mendeskripsikan bangun geometri tersebut, tentulah desrkripsi yang diajukan akan berkaitan dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah dimiliki. Contoh lain misalnya seorang anak yang baru pertama kali melihat binatang tertentu akan mencoba mendeskripsikannya dengan menggunakan sifat-sifat binatang yang pernah dikenalnya. Dengan demikian, pengetahuan definitif dapat menjadi kerangka acuan untuk membentuk pengetahuan baru, sedangkan pengetahaun baru yang belum definitif dapat menjadi dasar bagi terbentuknya pengetahuan definitif baru. Tacit knowledge yang terbentuk berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman individual, dapat berkembang menjadi explicit knowledge melalui interaksi antar individu. Jika sejumlah individu terlibat dalam sebuah pengamatan proses pembelajaran, maka akan 33

terbentuk tacit knowledge berbeda-beda sesuai kerangka acuan yang dimiliki masing-masing. Proses pertukaran tacit knowledge dalam suatu diskusi akan mendorong terbentuknya pengetahuan baru yang sangat produktif khususnya jika individu yang terlibat dalam diskusi tersebut memiliki latar belakang pengetahuan berbeda-beda. B. Bagaimana Pengetahuan Berkembang Melalui Lesson Study? Interaksi yang dikembangkan dalam suatu kegiatan seperti diskusi, ternyata dapat secara konstruktif menunjang proses berkembangnya pengetahuan pada diri seseorang. Lesson Study sebagai suatu kegiatan yang diawali dengan pengembangan perencanaan secara bersama, proses pembelajaran terbuka dengan melibatkan sejumlah observer, dan refleksi atau diskusi pasca pembelajaran, merupakan suatu kegiatan yang sangat potensial untuk menciptakan proses interaksi antar berbagai fihak yaitu guru, dosen, Kepala Sekolah, Pejabat Dinas Pendidikan, dll. Melalui interaksi yang dapat terjadi dalam berbagai tahapan kegiatan, maka sangat dimungkinkan terjadinya sharing pengetahuan serta tacit knowledge yang diperoleh melalui pengamatan terhadap pembelajaran. Dengan berkembangnya pengetahuan secara konstruktif, maka selain masingmasing fihak yang terkait memperoleh input dan umpan balik, sebagai tindak lanjutnya tidak mustahil memunculkan berbagai inovasi pembelajaran. Persiapan lesson study dapat melibatkan banyak fihak misalnya kelompok guru sebidang dalam satu sekolah, kelompok guru lintas bidang dalam satu sekolah, kelompok guru sebidang dalam MGMP, kelompok guru dan dosen sebidang dalam satu wilayah, dll. Dengan demikian, rencana pembelajaran yang disusun bersama diharapkan 34

kualitasnya lebih baik jika dibandingkan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara individual. Keterlibatan berbagai unsur dalam pengembangan sebuah rencana pembelajaran, memungkinkan terjadinya sharing pendapat, pengalaman, dan pengetahuan secara konstruktif sehingga produk akhir yang diperoleh menjadi lebih baik. Persiapan lesson study antara lain meliputi kegiatan identifikasi masalah pembelajaran; analisis masalah pembelajaran tersebut dari sisi materi ajar, teaching material, serta alternatif strategi pembelajaran yang mungkin diterapkan; dan penyusunan rencana pembelajaran. Pada tahap ini guru-gugu berkolaborasi melakukan analisis terhadap pembelajaran yang biasa dilakukan untuk topik tertentu, mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan cara mengatasi kelemahan atau masalah yang ada, memilih alternatif terbaik yang akan diujicobakan, menyiapkan bahan ajar dan teaching material, serta menyusun alternatif strategi pembelajaran untuk topik yang dipilih. Karena fokus diskusi meliputi materi ajar, teaching material, dan strategi pembelajarannya, maka pada kegiatan tersebut setiap guru atau fihak lain yang terlibat dalam diskusi dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan serta pengalamannya masing-masing. Dengan demikian, sharing pengalaman dan pengetahuan akan terjadi secara konstruktif sehingga wawasan masing-masing fihak menjadi semakin berkembang. Berkembangnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajaran dapat juga terjadi pada saat impelementasi pembelajaran yakni melalui kegiatan observasi. Melalui kegiatan tersebut setiap observer dapat melakukan pengamatan secara mendalam tentang respons serta prilaku belajar siswa terhadap rencana pembelajaran yang sudah dipersiapkan secara bersama-sama. Latar belakang pengetahuan observer yang beragam tentu saja akan menyebabkan bervariasinya hasil pengamatan yang diperoleh. Beragamnya hasil pengamatan dan 35

temuan masing-masing observer menjadi sangat menarik pada saat dilakukan refleksi pasca pembelajaran. Temuan hasil observasi yang beragam tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran pengetahuan secara lebih produktif sehingga masing-masing fihak pada akhirnya akan mampu memperoleh pengetahuan tentang pembelajaran yang terjadi secara lebih komprehensif. C. Apa Kelebihan Lesson Study? Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa lesson study telah menjadi salah satu alternatif yang dipilih guru-guru di Jepang untuk meningkatkan kualitas keprofesionalan guru yang berdampak pada peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Walaupun saat ini lesson study belum menjadi tradisi dalam komunitas pendidikan di Indonesia, akan tetapi sejak tahun 2005 kegiatan tersebut telah mulai diperkenalkan di Bandung, Yogyakarta, dan Malang melalui kegiatan kemitraan antara UPI, UNY, dan UM dengan MGMP MIPA di wilayah masing-masing. Upaya untuk meningkatkan kualitas guru atau kualitas proses pendidikan pada umumnya, telah banyak dilakukan pemerintah melalui berbagai kegiatan penataran baik yang bersifat regional maupun nasional. Akan tetapi, hasil-hasil penataran tersebut seringkali tidak bisa secara langsung diterapkan di lapangan karena berbagai alasan antara lain tidak tersedianya infrastruktur pendukung yang memungkinkan hasil penataran tersebut bisa diimplementasikan. Selain itu, proses diseminasi atau penyebarluasan hasil penataran kepada fihak lain seringkali hanya terbatas pada orang-orang terdekat saja bahkan mungkin tidak dilakukan samasekali. Hal tersebut tentu saja sangat tidak menguntungkan mengingat biaya yang telah dikeluarkan pemerintah bukan jumlah yang sedikit. Dengan demikian, upaya untuk 36

mengembangkan alternatif in-service training guru yang dapat memperkuat pola-pola penataran yang ada perlu dilakukan sehingga proses peningkatan keprofesionalan guru dapat dilakukan secara lebih efektif. Lesson Study sebagai strategi peningkatan keprofesionalan guru di Jepang saat ini telah menyebar ke berbagai Negara termasuk Negara maju seperti Amerika Serikat. Hal ini terjadi terutama sejak diterbitkannya buku The Teaching Gap tahun 1999 yang memuat uraian tentang gambaran proses pembelajaran di tiga Negara termasuk Jepang. Selain memuat perbandingan proses pembelajaran di Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat, buku tersebut juga mengulas tentang tradisi guru-guru di Jepang untuk belajar dari proses pembelajaran aktual yang kemudian dikenal dengan sebutan lesson study. Hal tersebut ternyata telah menarik perhatian para pendidik di Negaranegara lain sehingga saat ini lesson study dapat dikatakan telah menjadi milik dunia. Jika Negara maju seperti Amerika Serikat begitu tertarik dengan lesson study sehingga mereka mencoba mengadopsinya dalam sistem pendidikan Negara tersebut, maka sudah barang tentu strategi lesson study memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan model inservice training guru yang lainnya. Untuk itu, sebelum kita mencoba mengimplementasikan strategi tersebut ada baiknya untuk memahami dulu aspek-aspek penting yang menjadi kekuatan utama dalam strategi lesson study. Pada masa awal pengenalan lesson study di Amerika Serikat, tidak sedikit para pendidik yang memiliki pandangan keliru atau pandangan yang sempit terhadap makna lesson study. Pandangan tersebut digambarkan oleh Lewis, Perry, dan Hurd (2003) melalui diagram di bawah ini (Gambar 3.1). 37

Gambaran umum lesson study Perencanaan, pembelajaran, observasi, dan revisi pembelajaran Tujuan utama Kualitas model pembelajaran yang dikembangkan meningkat Perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran Gambar 3.1 Miskonsepsi Umum tentang Lesson Study Berdasarkan diagram ini dapat disimpulkan bahwa guru-guru di Amerika Serikat pada awalnya memahami lesson study hanya terbatas sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengembangan rencana pembelajaran secara kolaboratif, implementasi rencana pembelajaran oleh salah seorang guru, observasi proses pembelajaran, dan melakukan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi atau masukan-masukan yang diperoleh pada diskusi pasca pembelajaran. Saat ini pemahaman guru di Amerika Serikat tentang lesson study tidak hanya terbatas pada pengertian sebagaimana diungkapkan di atas, melainkan jauh lebih luas sebagaimana digambarkan oleh Lewis, Perry, dan Hurd (2003) melalui diagram di bawah ini (Gambar 3.2). 38

Gambaran Umum Lesson Study Mempertimbangkan tujuan pembelajaran dan perkembangan siswa, dan merencanakan lesson study berdasarkan tujuan tersebut Observasi lesson study yang berfokus pada pengumpulan data tentang aktivitas belajar siswa dan perkembangannya Menggunakan data hasil observasi untuk melakukan refleksi tentang pembelajaran secara mendalam dan lebih luas Jika diperlukan, melakukan perencanaan ulang dengan topik yang sama untuk melakukan lesson study pada kelas berbeda Tujuan Utama Meningkatnya pengetahuan tentang materi ajar Meningkatnya pengetahuan tentang pembelajaran Meningkatnya kemampuan mengobservasi aktivitas belajar Semakin kuatnya hubungan kolegalitas Semakin kuatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan jangka panjang yang harus dicapai Semakin meningkatnya motivasi untuk selalu berkembang Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran Perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran Gambar 3.2 Gambaran Umum tentang Lesson Study Berdasarkan diagram di atas, diperoleh gambaran bahwa kegiatan lesson study ternyata dapat mendatangkan banyak manfaat yaitu meliputi meningkatnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajarannya, meningkatnya pengetahuan guru tentang cara mengobservasi aktivitas belajar siswa, menguatnya hubungan kolegalitas baik antar guru maupun dengan observer selain guru, menguatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran jangka panjang, meningkatnya motivasi guru untuk senantiasa berkembang, dan meningkatnya kualitas rencana pembelajaran (termasuk komponen-komponennya seperti bahan ajar, teaching materials (hands on), dan strategi pembelajaran. 39

Lesson Study diawali dengan diskusi tentang materi ajar disesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Pada kegiatan ini guru mendiskusikan konsep-konsep esensial serta kompetensi atau keterampilan yang perlu dipelajari siswa; membandingkan proses pembelajaran yang biasa mereka lakukan; serta mempertimbangkan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, apa yang perlu dipelajari selanjutnya, dan bagaimana perkiraan respon siswa terhadap pembelajaran yang direncanakan. Pada saat guru terlibat dalam kegiatan ini, biasanya akan muncul sejumlah pertanyaan dalam kaitannya dengan materi ajar, teaching materials (hands on), dan strategi pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ada kalanya bisa dijawab secara tuntas melalui diskusi antar guru atau tidak tertutup kemungkinan ada pertanyaan yang perlu pendalaman lebih lanjut melalui sumber-sumber lain yang relevan. Sebagai contoh, ketika beberapa orang guru Matematika SMP merencanakan lesson study, mereka sepakat memilih topik luas lingkaran sebagai bahan ajarnya. Berdasarkan pengalaman, pada umumnya topik ini disajikan melalui diskusi kelas. Pada strategi pembelajaran seperti ini, guru biasanya mengawali pembelajaran dengan demonstrasi penurunan rumus luas daerah lingkaran melalui pendekatan luas bangun geometri tertentu seperti persegi panjang atau jajar genjang. Para guru peserta diskusi bersepakat untuk mencoba strategi pembelajaran baru yang berorientasi pada proses belajar siswa yang lebih aktif. Salah seorang guru mengajukan usul untuk mencoba strategi pembelajaran yang bersifat eksploratif yakni, siswa secara berkelompok diberi kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai alternatif bangun geometri yang bisa digunakan untuk memperoleh rumus luas daerah lingkaran. Sebagai konsekuensi dari strategi yang dipilih, maka selanjutnya diskusi guru berfokus pada pengembangan 40

alternatif skenario pembelajaran yang mungkin dilaksanakan serta berbagai kemungkinan respon siswa yang perlu diantisipasi. Diskusi seperti ini, jika dilakukan secara sungguh-sungguh, sangatlah potensial untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru tentang materi ajar maupun strategi pembelajarannya. Meningkatnya pengetahuan tentang materi ajar dan pembelajaran juga bisa diperoleh melalui kegiatan observasi. Sebagai contoh, dalam sebuah pembelajaran tentang luas daerah lingkaran setiap kelompok siswa dituntut untuk menemukan luas daerah lingkaran dengan menggunakan pendekatan luas daerah bangun geometri lain yang sudah diketahui. Dari hasil pengamatan diperoleh gambaran bahwa setiap kelompok ternyata menggunakan pendekatan berbedabeda. Secara umum, terdapat tiga pendekatan berbeda yakni melalui luas daerah persegi panjang, luas daerah jajar genjang, dan luas daerah segitiga (Lihat Gambar 3.3). Dari pendekatan yang digunakan siswa, pendekatan luas daerah segitiga ternyata merupakan hal baru bagi sebagian besar guru. Dengan demikian, guru-guru yang menjadi observer pada saat itu dapat memperoleh pengetahuan baru dari hasil pekerjaan siswa. Kegiatan eksploratif yang dilakukan siswa sebenarnya sangatlah potensial untuk meningkatkan pengetahuan siswa maupun guru. Dengan melakukan kegiatan seperti itu, siswa terkondisikan untuk terlibat dalam proses berpikir tingkat tinggi yang tidak mustahil dapat memunculkan gagasan inovatif yang orisinil atau pertanyaan yang mendorong terjadinya konflik kognitif lebih lanjut yang seringkali memerlukan jawaban ilmiah tidak sederhana. 41

Gambar 3.3 Menentukan Rumus Luas Lingkaran Dalam pembelajaran tentang metode pemisahan campuran di SMP, siswa secara berkelompok melakukan percobaan pemisahan campuran dengan metoda yang berbeda-beda yaitu teknik sublimasi, rekristalisasi, destilasi, dan penyaringan sederhana. Setelah selesai melakukan percobaan, setiap kelompok diberi kesempatan untuk melaporkan hasilnya yang meliputi penjelasan tentang persiapan, hasil pengamatan, dan kesimpulan. Diskusi yang dilakukan siswa ternyata sangat menarik terutama karena munculnya berbagai pertanyaan yang menunjukkan bahwa siswa terlibat dalam proses berpikir tingkat tinggi. Berikut adalah contoh-contoh pertanyaan yang diajukan siswa pada diskusi kelas: (1) Mengapa titik didih air lebih tinggi daripada titik didih aseton?, (2) Mengapa aseton jika dipanaskan berubah menjadi gas dan selanjutnya menjadi cair kembali ketika didinginkan, sementara uap kamper tidak mencair ketika didinginkan? Dua contoh pertanyaan tersebut selain mengindikasikan keterlibatan siswa dalam proses berpikir tingkat tinggi juga sekaligus menjadi tantangan bagi guru dan observer karena kedua pertanyaan tersebut jelas memerlukan jawaban ilmiah yang tidak sederhana. Tantangan seperti ini pada gilirannya akan mampu menjadi dorongan atau pemicu bagi guru untuk terus meningkatkan pengetahuannya sehingga proses pembelajaran berikutnya diharapkan bisa lebih meningkat kualitasnya. 42

Bervariasinya latar belakang pengetahuan observer yang hadir dalam suatu kegiatan lesson study, merupakan kelebihan tersendiri karena fokus perhatian serta pemahaman tentang proses yang terjadi oleh masing-masing observer juga akan sangat beragam. Keberagaman ini dapat memperkaya pengetahuan masing-masing fihak terutama pada saat terjadinya proses refleksi. Dalam kegiatan tersebut setiap fihak dapat mengajukan temuan hasil pengamatan, pendapat atau pandangan, dan saran-saran konstruktif yang sangat berguna untuk meningkatkan pengetahuan masing-masing observer. Sebagai contoh, pada pembelajaran biologi di SMP siswa secara berkelompok melakukan pengamatan tentang sistem peredaran darah pada ikan dengan menggunakan mikroskop. Setiap kelompok terdiri atas lima atau enam orang siswa dengan satu mikroskop (Gambar 3.5). Dari ilustrasi pada Gambar 3.5, terlihat bahwa proses kerjasama kelompok pada saat melakukan pengamatan sangat sulit dilakukan karena posisi tempat duduk yang tidak memungkinkan. Selain itu, pada saat guru memberikan penjelasan melalui demonstrasi di depan kelas, tidak semua siswa dapat melihat secara jelas apa yang dilakukan guru. Kedua hal tersebut merupakan contoh hasil pengamatan yang terungkap pada saat dilakukan refleksi. Dari diskusi yang berkaitan dengan masalah ini, diperoleh beberapa masukan antara lain sebagai berikut: Pada saat guru melakukan demonstrasi di depan kelas, siswa yang duduk di belakang sebaiknya diberi kesempatan untuk secara bebas mengambil tempat yang lebih dekat dengan guru sehingga dapat memperhatikan penjelasan guru secara jelas. Saran ini diajukan mahasiswa dari Jepang yang kebetulan ikut serta sebagai observer. Pada saat siswa bekerja dalam kelompok, guru sebaiknya memperhatikan apakah setiap siswa terlibat secara aktif atau tidak. Dalam kasus yang ditemukan di atas, posisi tempat duduk yang 43

memanjang sangat tidak memungkinkan bagi siswa untuk bekerja secara efektif dalam kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, guru disarankan melakukan intervensi misalnya dengan meminta siswa mengambil posisi secara melingkar atau bentuk persegi. Dengan cara seperti itu diharapkan setiap siswa memiliki akses yang sama terhadap aktivitas yang dikerjakan secara bersama. Posisi meja laboratorium juga diusulkan untuk diubah saling berhadapan dua-dua, sehingga ruang gerak siswa menjadi lebih luas. Hal ini didasarkan pada hasil pengamatan bahwa salah satu kemungkinan yang menjadi penyebab sulitnya siswa melakukan aktivitas secara berkelompok, karena posisi tempat duduk yang tidak memungkinkan. Gambar 3.5 Kegiatan Pembelajaran Biologi (Kerja Kelompok, Intervensi Guru, Presentasi) Hadirnya observer dari berbagai kalangan memungkinkan diperolehnya informasi tentang pembelajaran atau aktivitas belajar siswa di kelas yang beraneka ragam baik ditinjau dari substansi yang diamati maupun dari kedalaman atau ketelitiannya. Informasi hasil pengamatan tersebut yang diungkap dalam kegiatan refleksi pada akhirnya akan terakumulasi sehingga masing-masing fihak akan mampu memperoleh informasi yang lebih komprehensif. Sebagai contoh, dalam suatu kegiatan refleksi seorang observer mengungkapkan ketertarikannya pada cara guru mengawali pembelajaran yakni dengan cara menyajikan ilustrasi kejadian sehari-hari di rumah yang pernah 44

dialami guru. Cerita guru tersebut begitu menariknya sehingga seluruh siswa terlihat sangat senang dalam mengawali proses belajarnya. Menurut observer tersebut, awal pembelajaran seperti ini sangat potensial untuk membangkitkan minat belajar siswa sehingga mereka mampu terlibat secara aktif dalam proses belajar selanjutnya. Observer lain mencoba menyoroti kelompok tertentu yang kurang memperoleh perhatian dari guru pada saat berlangsungnya kerja kelompok. Sebagian anggota kelompok tersebut ada yang terlihat kebingungan untuk melaksanakan tugas kelompoknya. Berdasarkan hasil analisis observer tersebut, kebingungan siswa kemungkinan besar disebabkan kurang dipahaminya penjelasan awal yang diberikan guru sehubungan dengan tugas kelompok yang harus dilakukan. Dari kejadian ini disimpulkan bahwa posing problem pada awal pembelajaran atau kerja kelompok harus betul-betul dipahami seluruh siswa. Untuk itu, sebelum siswa memulai kerja kelompoknya guru sebaiknya memberi kesempatan dulu kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan sehubungan dengan tugas yang diberikan. Pemahaman tentang prilaku siswa dalam proses belajar merupakan hal yang sangat penting terutama bagi guru. Jika seorang guru melalui observasinya mampu mengidentifikasi dengan baik tingkat pemahaman yang berhasil dicapai siswa, kesulitan yang mereka hadapi, serta potensi individual atau kelompok yang ditunjukkan selama proses belajar terjadi, maka guru tersebut kemungkinan besar akan mampu mengembangkan intervensi yang lebih tepat sesuai dengan kebutuhan serta tingkat kemampuan berpikir siswa. Dengan demikian, kegiatan observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran terjadi memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuankemampuan tersebut. Pada saat menjadi pengajar, mungkin seorang guru tidak sempat meneliti prilaku belajar siswa secara mendalam. Akan 45

tetapi sebagai observer, seorang guru dapat mempelajari secara teliti dan mendalam bagaimana seorang siswa mengalami kesulitan untuk memulai tugas yang diberikan, bagaimana seorang siswa mengalami kesulitan untuk mengemukakan idenya, bagaimana terjadinya interaksi dalam kelompok, bagaimana peran seorang siswa dalam diskusi kelompok, bagaimana sebuah kelompok tidak berhasil mengembangkan interaksi yang konstruktif, bagaimana terjadinya sharing pendapat di antara siswa dalam kelompok atau antar kelompok, dan masih banyak lagi prilaku lainnya yang dapat diungkap melalui kegiatan observasi. Kemampuan mengidentifikasi serta memahami prilaku belajar siswa yang diperoleh melalui pengalaman kegiatan observasi pada gilirannya akan berkontribusi pada kemampuan mengembangkan strategi pembelajaran secara lebih baik. Dengan demikian, peningkatan kemampuan mengajar melalui lesson study tidak hanya terjadi pada guru yang menjadi model, akan tetapi juga bagi guru lain yang menjadi observer. Kerjasama yang dilakukan para guru dalam mengembangkan perencanaan, implementasi pembelajaran, dan refleksi dapat meningkatkan proses interaksi konstruktif yang sangat potensial untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Interaksi yang terjadi antar guru serta fihak lain yang terkait, termasuk dosen dari Perguruan Tinggi, jika dilakukan secara berkelanjutan dapat membangun suatu ikatan kesejawatan dalam bentuk sebuah komunitas belajar. Melalui aktivitasaktivitas yang berkembang dalam lesson study yang meliputi plan, do, dan see, setiap anggota komunitas dapat saling memberi dan menerima sehingga masing-masing fihak memperoleh keuntungan yang menunjang peningkatan pengetahuan yang antara lain meliputi materi ajar, alat bantu belajar dalam bentuk hands on, serta strategi pembelajaran. 46