PEMBANGUNAN SOSIAL:TANTANGAN DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PROSPEK SENTRA BISNIS UKM DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS: DIMENSI SOSIAL POLITIK. M. Fadhil Nurdin, PhD

PERUBAHAN POLA-POLA PRODUKSI dan KONSUMSI yang BERKELANJUTAN: DIMENSI SOSIAL POLITIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Abstrak. Kata kunci : Pembelajaran Pendidikan Ilmu Sosial, Keaktifan Belajar, Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

X. ANALISIS KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Selanjutnya UU Nomor 32

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PERTANIAN SUB BIDANG PERTANIAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

Silabus MATA KULIAH KEBIJAKAN PEMERINTAH Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Warmadewa Dosen Pengampu: I Wayan Gede Suacana

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM EKONOMI PANCASILA:

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

KURIKULUM PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN IPS (S2) BERBASIS KKNI 2014

RKPD Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016 Halaman I. 1

Keynote Speech STRATEGI INDONESIA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, INKLUSIF, DAN BERKEADILAN

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

*Fattah Hanurawan *) Program Studi Psikologi Universitas Negeri Malang

PENINGKATAN KUALITAS KERJA MELALUI PENYULUHAN BUDAYA KERJA ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DI DESA TREKO KEC. MUNGKID KAB. MAGELANG

Bab 4. Visi, Misi, Tata Nilai, Tujuan Strategik, Arah Kebijakan dan Strategi Fakultas Ekonomi Unila

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

PROGRAM STUDI S2 TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM SIKAP

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang

EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang

BAB V PENUTUP. 1) Kriteria-kriteria pelanggaran hukum dalam promosi produk digital yang

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kode Dokumen. Versi. Kemahasiswaan. Institut Teknologi. 8 April

Good Governance. Etika Bisnis

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

KETAHANAN NASIONAL. Yanti Trianita S.I.Kom

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

ETIKA SOSIAL.

B. Maksud dan Tujuan Maksud

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Isu adalah permasalahan yang dijumpai dan menjadi suatu opini publik yang

BAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN

VIII. EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

TUJUAN Dalam rangka melaksanakan misi dan pencapaian visi PS MTM Universitas Lampung, maka ditetapkan tujuan Program Studi sebagai berikut:

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

Transkripsi:

PEMBANGUNAN SOSIAL:TANTANGAN DI INDONESIA M. Fadhil Nurdin Pengantar Pembangunan sosial di Indonesia memerlukan pemikiran yang selaras antara konsepsi dengan prakteknya. Kegiatan pembangunan sosial merupakan usaha yang tiada henti, selama masalah bangsa ini masih ada dan memerlukan bantuan penyelesaiannya. Fokusnya adalah untuk membangun manusia dengan tujuan memungkinkan rakyat menikmati kehidupan yang kreatif, sehat dan sejahtera. Pembangunan sosial perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran, tanggungjawab serta kemampuan setiap warga negara untuk ikut serta dalam pembangunan. Strategi dalam pelaksanaannya berasaskan prinsip kerjasama dari unsur pemerintah, organisasi masyarakat dan kelompok masyarakat lokal perlu wujud untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan Sosial Pembangunan sosial dipandang sebagai satu konsep dan pendekatan untuk memprornosikan kesejahteraan manusia. Istilah "Pembangunan Sosial" telah menjadi tema besar dalam pembangunan manusia menjelang Word Summit for Social Development pada Mac 1995 di Copenhagen. Pembangunan sosial sebagai komitmen untuk meletakan "manusia sebagai pusat perhatian pembangunan-dan kerjasama internasional" dengan tujuan untuk memenuhi keperluan sosial sebagai bagian integral untuk stabilitas nasional dan Intemasional yang Lebih besar (Boer & Koekkoek 1994; Midgley 1994, Macarov 1995). Ini menunjukkan bahwa pembangunan sosial bukan hanya memberi barang, pelayanan atau pemulihaa bagi penyandang masalah sosial saja, tetapi ditujukan kepada masyarakat yang lebih luas, untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup manusia, dengan mempromosikan pentingnya kesejahteraan manusia. Pembangunan sosial berusaha menggabungkan berbagai pendekatan (saintifik maupun kemanusiaan yang berorientasi praktis dalam pembangunan terpadu. Upaya membanguh suatu mode! pendekatan, perlu satu strategi pembangunan berkelanjutan, yang dikenal "komitmen dan strategi global'. Kegiatan ini berfungsi untuk membentuk "kerjasama baru" antara pemerintah dengan organisasi bukan pemerintah (LSM) yang mengamalkan satu pandangan bersama mengenai paradigma dan etika sosial baru. Artinya, sama dengan upaya untuk memperbaiki keadaan hidup orang (menjadi tugas utama kebijakan sosial). Semua kegiatan ini akan berkaitan dengan tanggungjawab (moral, sosial, politik, dan ekonomi) untuk mengurangkan kemelaratan dan kemiskinan. Selain itu, setiap pendekatan dan strategi tidak dapat dilaksanakan tanpa menggabungkan dan menerima sumbangan dari disiplin lain secara kreatif dan dinamik. Oleh karena itu, pendekatan dan strategi pembangunan sosial, secara konsepsional dan komprehensif, perlu dilihat dari: ada situasi sosial yang menunjukkan pembangunan sosial menginginkan perubahan ; ada proses pembangunan sosial;

proses pembangunan sosial itu ditujukan untuk mencapai tujuan (Midgley, 1995; Spicker 1995). Dengan demikian, pembangunan sosial perlu pendekatan baru karena semakin luas dan kompleksnya lingkup bidang ini dalam pembangunan. Karena itu, pendekatan, strategi dan pencapaian pembangunan sosial berusaha membangun sintesis baru untuk mencapai tujuan pembangunan yang berorientasikan pada kesejahteraan. Inti dari upaya membangun model pendekatan pembangunan sosial adalah menggunakan evaluasi sebagai sebuah konsep yang diartikan sebagai kajian sistematik yang dirancang dan dilaksanakan untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Secara khusus, evaluasi perlu untuk memperbaiki kualitas dengan meregulasi semua aspek kehidupan manusia. Dalam perkembangannya, evaluasi semakin lebih mementingkan keterbukaan sebagai cara berfikir skeptis (teknis rasional) dalam organisasi yang mempunyai tujuan dan nilai-nilai (bukan hanya mementingkan 'produk hasil kerja'). Pendekatan evaluasi telah menjadi satu strategi pelaksanaan dengan menempatkan manusia sebagai sumber daya, dan mengutamakan pelayanan kemanusiaan secara efisien. Pendekatan evaluasi yang bersifat teknis rasional, dapat digabungkan dengan pendekatan interpretatif telah melahirkan pendekatan yang lebih kritis. Pendekatan evaluasi yang baru ini dianggap lebih baik karena memudahkan mempunyai keterbukaan 'debat' mengenai nilai praktis, baik dalam kebijakan maupun pelaksanaan program pembangunan (Stufflebeam & Shinkfield 1985; Posavac & Carey 1985; Everitt & Hardiker 1996). Dalam konteks dan ruang lingkup pendekatan evaluasi menjadi semakin lebih luas, bukan hanya berkenaan dengan nilai-nilai atau falsapah, undang - undang, kebijakan dan program. Namun dapat berkenaan juga dengan eksistensi aktor (pelaksana), nilai - nilai, dan aspirasi rakyat. Bagaimanapun, kajian yang berkenaan dengan nilai sangat penting, karena akan memberikan satu gambaran mengenai tugas - tugas evaluator yang harus mempunyai tanggungjawab moral kepada masyarakat dalam arti luas. Sebagai gambaran, pendekatan pembangunan sosial di dunia ketiga kurang berhasil, karena lebih dilihat sebagai metode pembangunan ekonomi, yang kurang memperhatikan aspek nilai-nilai, dan aspirasi masvarakat lokal Pendekatan evaluasi pembangunan sosial dapat digambarkan seperti berikut: Gambar MODEL EVALUASI DALAM PEMBANGUNAN SOSIAL

Tantangan di Indonesia Pembangunan sosial di Indonesia, pada hakekatnya merupakan usaha untuk mensejahterakan bangsa. Tantangan pembangunan sosial bukan hanya menjadi tanggungjawab Departemen Sosial, banyak tugas lain yang terkait dan harus dilakukan bersama - sama dengan departemen lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan Departemen Sosial merestrukturisasi tugas - tugas dengan menyesuaikan substansi dari konsepsi (filsafat dan teori) ke dalam praktek dengan menempatkan pembangunan sosial sebagai fungsi dan prioritas utamanya. 1. Mengatasi Masalah Siruktural. Usaha ini beranjak kesadaran bahwa wujud masalah struktural dalam berbagai dimensi pembangunan sosial. Dalam konteks ini, diperlukan penyesuaian dalam berbagai kebijakan pemerintah yang berpihak kepada kepentingan dan kesejahteraan rakyat (tugas Menko Kesra). 2. Melindungi Rakyat. Usaha ini untuk memberikan perlindungan dan pelayanan yang memihak kepada yang lemah (tugas Menko Polsoskam). 3. Memberdayakan Masyarakat. Upaya ini dapat dilakukan dengan mendorong, menyadarkan, dan memperkuat daya masyarakat dengan langkah - langkah yang terencana secara positif. Kegiatan ini memerlukan peluang yang layak dan sesuai diberikan oleh pemerintah yang akan membuat rakyat semakin sejahtera dan sehat, terutama melalui perbaikan sistem dan jaringan pelayanan sosial (tugas Departemen Sosial dan berbagai departemen teknis terkait). Untuk mengimplementasikan strategi di atas, perlu memperhatikan berbagai faktor terkait, antara lain :

1. Penelitian (pemetaan masalah dan Analisis SWOT), untuk mereformulasi kebijakan pembangunan sosial, dari tingkat nasional sampai daerah; 2. Meningkatkan kepercayaan (moralitas) dan kesadaran publik dengan membangun kemitraan serta partisipasi antara ''stake holder ; 3. Kerjasama antar daerah dan antar negara untuk membangun kapasitas dalam kegiatan utama (memperkuat koordinasi dengan Menko KESRA dan Menko lainnya); 4. Membangun program nyata dan pelayanan langsung. Apabila perlu menggunakan "crisis centre" dalam masyarakat. Evaluasi dalam membangun sosias, bukan hanya mungkin dilakukan secara profesional oleh Pekerja sosial, karena mempunyai lingkup yang luas dari tingkat lokal sampai interoasional; banyak profesi lain yang haras dilibatkan dalam kegiatan evaluasi ini. Namun, karena kegiatan yang haras dihadapi dalam usaha rnensejahterakan rakyat luas lingkupnya. maka kegiatan yang perlu dilakukan antara lam : mencegah meluasnya masalah sosial, dan upaya yang mengarah pada disintegrasi bangsa, mengembangkan ketahanan sosial, dan membina lembaga - lembaga yang melaksanakan pelayanan sosial. Penutup Dalam menumbuhkembangkan Departemen Sosial yang baru saja "dimatikan" oleh kabinet yang lalu, dan dalam rangka otonomi daerah, maka sistem dan mekanisme birokrasi di dalam Departemen ini perlu memposisikan diri agar dapat menjadi "mitra yang baik" dalam pembangunan nasional. Bahkan. bagaimana menjadikan Departemen Sosial yang dominan dan sentral, terutama dalam perancangan kebijakan maupun pelaksanaan pembangunan sosial di Indonesia. Posisi ini hanya mungkin dicapai, apabila mempunyai "kuasa" yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang tangguh untuk melaksanakan pembangunan sosial secara efektif dan efisien. SUMBER RUJUKAN: Boer L & Keokkoek A, "Development and Human Security", Third Word Quarterly Journal of Emerging Areas, 15(3), Sept 1994. Everitt A. & Hardiker P, 1996, Evaluating for Good Practice, London, MacMillan Press. Macarov, D, 1995, Social Welfare: Structure and Practice, Sage Pub, Condon. Midgley J, 1994, "The Challenge of Social Development: Their Third Word and Ours 1993, Daniels S. Sanders Peace and Social Justice Lecture", Social Development Issues, Vol. 16 (2). Midgley J, 1995, Social Development : The Development Perspective in Social Welfare, London, Sage Publication. Posavac E.J & Carey R.G, 1985, Program Evaluation, Methods and Case Studies, New Jersey, Prentice Hall, Inc. Stufflebeam D.L & Shinkfield A.J, 1985, Systemic Evaluation: A Self Instructional

Guide to Theory and Practice, Boston, Kluwer-Nijhoff Publishing.