NISBAH DAUN BATANG, NISBAH TAJUK AKAR DAN KADAR SERAT KASAR ALFALFA (Medicago sativa) PADA PEMUPUKAN NITROGEN DAN TINGGI DEFOLIASI BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

LAJU PERTUMBUHAN DAN LAJU ASIMILASI BERSIH RUMPUT GAJAH DARI LETAK TUNAS STEK YANG BERBEDA DENGAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NITROGEN SKRIPSI.

PERTUMBUHAN KEMBALI RUMPUT GAJAH DENGAN INTERVAL DEFOLIASI DAN DOSIS PUPUK UREA YANG BERBEDA

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

Widyati-Slamet, F. Kusmiyati dan E.D. Purbayanti Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

PRODUKSI DAN KUALITAS HIJAUAN ALFALFA (Medicago sativa) PEMOTONGAN PERTAMA PADA MEDIA TANAM YANG BERBEDA DAN PENGGUNAAN INOKULAN

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

Studi tentang pola produksi alfalfa tropis (Medicago sativa l.) Study on production pattern of tropical alfalfa (Medicago sativa L.

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS BIO-URIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT Panicum maximum PADA PEMOTONGAN KE TIGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang memiliki sumber

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

SKRIPSI KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

RUMPUT DAN LEGUM Sebagai Hijauan Makanan Ternak

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli - November 2016 di Desa Dresi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana RINGKASAN

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS UREA PADA BEBERAPA VARIETAS SORGUM ( Sorghum bicolor L.) TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH

KADAR PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR ECENG GONDOK SEBAGAI SUMBER DAYA PAKAN DI PERAIRAN YANG MENDAPAT LIMBAH KOTORAN ITIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN KOTORAN KELINCI FERMENTASI (URINE DAN FESES) DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

Pola produksi dan nutrisi rumput Kume (Shorgum plumosum var. Timorense) pada lingkungan alamiahnya

KADAR SERAT KASAR DAN KECERNAAN SECARA In Vitro JERAMI KEDELAI YANG DITANAM DENGAN PERLAKUAN PENYIRAMAN AIR LAUT DAN INOKULASI BAKTERI Rhizobium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS KOMPOS TERNAK BABI DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP KUALITAS HIJAUAN RUZI (Brachiaria ruziziensis)

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Lam.

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. Pengukuran laju pengisian biji

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. berasal dari hijauan dengan konsumsi segar per hari 10%-15% dari berat badan,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN Indigofera zollingeriana PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK FOSFAT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Interval Pemanenan (cm) H 30 H 50 H 60

PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Heveea brasiliensis) STUM MATA TIDUR

Pengaruh Takaran SP-36 terhadap Pertumbuhan Tanaman, Pembungaan dan Kandungan Lutein Tagetes erecta L. dan Cosmos sulphureus Cav.

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PENGARUH UMUR PEMOTONGAN TERHADAP KANDUNGAN FRAKSI SERAT HIJAUAN MURBEI (MORUS INDICA L. VAR. KANVA-2)

Pengaruh Penunasan dan Pemberian Pupuk NPK Phonska Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq)

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PEMBERIAN DUA JENIS PUPUK KANDANG PADA DUA KALI PENANAMAN

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK DAN KETINGGIAN PERMUKAAN MEDIA HIDROPONIK SISTEM DRIP TERHADAP HASIL DAN KANDUNGAN NUTRISI RUMPUT GAJAH SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculantus) PADA PELAKUAN PUPUK DEKAFORM DAN DEFOLIASI

[EFFECTS OF NUTRIENT COMPOSITION IN THE SOLUTION ON GROWTH AND YIELD OF PAKCHOY (Brassica chinensis) PLANTED BY HYDROPONIC]

Transkripsi:

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 1 8 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj NISBAH DAUN BATANG, NISBAH TAJUK AKAR DAN KADAR SERAT KASAR ALFALFA (Medicago sativa) PADA PEMUPUKAN NITROGEN DAN TINGGI DEFOLIASI BERBEDA Rahmawati, V., Sumarsono dan W. Slamet Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT The study aimed to determine the effect of nitrogen fertilization and defoliation of different height to the leaf stem ratio, shot root ratio and crude fiber content in alfalfa plants (Medicago sativa). This research used factorial randomized block design (FRBD) 4x2 with 3 replicate. The main factor is the dose of nitrogen fertilization (0, 30, 60, 90 kg N/ha), the second factor is the heigth of the defoliation (5 and 10 cm). Parameters measured were leaf stem ratio, shot root ratio and crude fiber content of alfalfa. The results showed that there was no effect of nitrogen fertilization and defoliation high contrast ratio of leaf to stem, shot root ratio and crude fiber content of alfalfa. Data were analyzed with the results of research based on the F test of variance procedure and Duncan's multiple range test. The results showed that there was no effect of nitrogen fertilization and different defoliation height to leaf stem ratio, shoot root ratio and crude fiber of alfalfa. There are indication that leaf stem ratio and shoot root ratio obtained the best results in the treatment of nitrogen fertilization of 30 kg N/ha and defoliation height of 5 cm. Keywords: alfalfa, nitrogen fertilization, high defoliation, leaf stem ratio, shot root ratio, crude fiber ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi yang berbeda terhadap nisbah daun batang, nisbah tajuk akar dan kadar serat kasar pada tanaman alfalfa (Medicago sativa). Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 4x2 dengan 3 ulangan. Faktor utama adalah dosis pemupukan nitrogen (0, 30, 60, 90 kg N/ha), faktor kedua adalah tinggi defoliasi (5 dan 10 cm). Parameter yang diamati adalah nisbah daun batang, nisbah tajuk akar dan kadar serat kasar alfalfa. Data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan uji wilayah ganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi berbeda terhadap nisbah daun batang, nisbah tajuk akar dan kadar serat kasar alfalfa. Ada indikasi nisbah daun batang dan nisbah tajuk akar hasil terbaik diperoleh pada perlakuan pemupukan nitrogen 30 kg N/ha dan tinggi defoliasi 5 cm. Kata kunci: alfalfa, pemupukan nitrogen, tinggi defoliasi, nisbah daun batang, nisbah tajuk akar, serat kasar

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 2 PENDAHULUAN Hijauan pakan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia. Seiring dengan perkembangan peternakan di Indonesia maka kebutuhan akan pakan ternak meningkat, begitu pula kebutuhan akan pakan hijauan. Kebutuhan akan pakan hijauan dapat dipenuhi dari tanaman leguminosa dan rumput. Ketersediaan pakan secara kontinyu dalam jumlah cukup dengan kualitas yang baik sangat penting dalam menentukan produktivitas ternak. Alfalfa yang tumbuh pada kondisi yang baik dan menunjang hidupnya akan memiliki tingkat palabilitas tinggi, bernutrisi tinggi dan lebih produktif. Untuk tumbuh dengan baik dan kuat alfalfa membutuhkan tanah yang subur dengan perairan yang baik pula (Cullison, 1979). Produksi hijauan dapat mencapai 15,48 ton bahan kering per ha/tahun yang mengandung protein kasar 18,0 29,1% (Sajimin, 2011). Kualitas alfalfa dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan pemotongan tanaman. Pemupukan dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Aplikasi pemupukan nitrogen terhadap alfalfa dilakukan untuk mengetahui keseimbangan nitrogen yang dibutuhkan oleh alfalfa. Nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan di dalam jaringan tumbuhan, misalnya asam-asam amino. Karena setiap molekul protein tersusun dari asam-asam amino dan setiap enzim adalah protein, maka nitrogen juga merupakan unsur penyusun protein dan enzim. Selain itu nitrogen juga terkandung dalam klorofil, hormon sitokinin dan auksin (Lakitan, 2010). Fase pertumbuhan merupakan faktor terbesar dalam menentukan kualitas produksi hijauan ketika dipanen, bahan kering alfalfa mengalami peningkatan secara terus menerus mulai awal petumbuhan sampai pada saat sebagian tanaman mulai berbunga (Smith et al., 2006). Pertumbuhan yang baik akan menghasilkan nisbah daun batang yang tinggi dan nisbah tajuk akar yang lebih rendah dengan keseimbangan kandungan serat kasar dan protein kasar yang dinyatakan baik untuk alfalfa. Akar yang berkembang baik dan memiliki permukaan akar yang luas dapat mempengaruhi pertumbuhan. Masa pertumbuhan akan menunjukkan banyak sel yang membelah, luas daun akan meningkat, sehingga akan mempengaruhi laju fotosintesis menjadi lebih cepat dan mengakibatkan meningkatnya produksi bahan kering (BK). Pemotongan tanaman atau defoliasi dilakukan pada waktu tertentu untuk pertumbuhan kembali secara optimal dengan nilai gizi yang baik. Tinggi defoliasi tanaman dapat mempengaruhi tumbuh kembalinya tanaman setelah pemotongan. Menurut Orloff dan Putnam (2007), bagian batang paling bawah adalah bagian dari alfalfa yang paling akhir ternutrisi. Meningkatkan tinggi defoliasi dapat meningkatkan kualitas nutrisi alfalfa. Tinggi defoliasi yang tepat diharapkan akan menghasilkan pertumbuhan yang baik serta produksi yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi alfalfa yang berbeda terhadap nisbah daun batang, nisbah tajuk akar dan kadar serat kasar alfalfa. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian adalah mengetahui pengaruh dosis pemupukan N dan tinggi defoliasi berbeda pada proses fisiologis alfalfa. Hipotesis penelitian adalah tingkat dosis pupuk N pada tinggi defoliasi yang berbeda akan mempengaruhi proses fisiologis alfalfa (nisbah daun batang, nisbah tajuk akar dan serat kasar).

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 3 MATERI DAN METODE Materi penelitian yang digunakan adalah biji alfalfa (Medicago sativa) yang merupakan biji dari Taiwan, lahan 300 m 2 terdiri 24 petak ukuran petak 2 2 m jarak antar petak 0,5 m dan jarak tanam 0,5m, pupuk kompos, urea (45% N), SP- 36 (36% P 2 O 5 ), KCl (52% K 2 O) dan insektisida. Penelitian dilakukan di desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang memiliki ketinggian + 800m diatas permukaan laut, analisis dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak dan Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 4 2 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah faktor pertama adalah pupuk nitrogen (N) (0, 30, 60 dan 90 kg N/ha). Faktor kedua adalah tinggi defoliasi atau intensitas defoliasi (D) (5 dan 10 cm). Variabel yang diamati adalah nisbah daun batang, nisbah taju akar dam kadar serat kasar. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji wilayah ganda Duncan. Nisbah Daun Batang HASIL DAN PEMBAHASAN Data nisbah daun batang alfalfa pada pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi yang berbeda disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Nisbah Daun Batang Alfalfa pada Pemupukan Nitrogen dan Tinggi Defoliasi Berbeda Pemupukan Tinggi Defoliasi Rata-rata Nitrogen D 1 (5 cm) D 2 (10 cm) N 1 ( 0 kg N/ha) 1,07 ab 0,98 b 1,03 N 2 (30 kg N/ha) 1,28 a 1,05 ab 1,17 N 3 (60 kg N/ha) 0,98 b 1,03 b 1,01 N 4 (90 kg N/ha) 1,16 ab 1,14 ab 1,15 Rata-rata 1,12 1,05 Keterangan : superskrip dengan huruf berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi (p<0,05) antara pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi terhadap nisbah daun batang. Pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi tidak berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nisbah daun batang. Interaksi pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nisbah daun batang alfalfa. Hasil uji wilayah ganda Duncan menunjukkan adanya perbedaan nyata diantara kombinasi pemupukan nitrogen pada tinggi defoliasi terhadap nisbah daun batang,

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 4 hasil tertinggi pada perlakuan tinggi defoliasi 5cm dengan perlakuan pemupukan nitrogen 30 kg N/ha berbeda nyata (p>0,05) dengan pemupukan 60 kg N/ha, tetapi tidak nyata dengan pemupukan 0 kg N/ha dan 90 kg N/ha. Hasil tertinggi pada perlakuan tinggi defoliasi 10 cm dengan pemupukan 90 kg N/ha lebih rendah dibandingkan hasil N 2 D 1, tetapi tidak nyata (p<0,05) dengan pemupukan 0 kg N/ha, 30 kg N/ha dan 60 kg N/ha. Hasil nisbah daun batang yang tertinggi ditunjukkan pada pemupukan dosis 30 kg N/ha dan tinggi defoliasi 5 cm. Nisbah daun batang yang tinggi menunjukkan bahwa proporsi daun lebih banyak dibandingkan proporsi batang, sehingga kualitas tanaman akan meningkat seiring dengan meningkatnya nisbah daun batang. Menurut Tillman et al. (1991) bahwa, daun mengandung lebih banyak protein dan lemak dibanding batang, yang secara tidak langsung mencerminkan kualitas hijauan. Nisbah daun batang dengan perlakuan pemupukan nitrogen 0 kg, 30 kg, 60 kg dan 90 kg berturut-turut adalah 1,03; 1,17; 1,01; dan1,15. Nisbah daun batang tertinggi adalah 30 kg N 2 tetapi tidak berbeda nyata dengan 0 kg, 60 kg dan 90 kg. Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis dan respirasi sehingga daun mengandung lebih banyak protein dan lemak dibanding batang, yang secara tidak langsung mencerminkan kualitas hijauan. Daun mengandung lebih banyak protein dibandingkan batang sehingga dengan semakin berkurangnya perbandingan daun dan batang akan menyebabkan turunnya kadar protein hijauan (Tillman et al., 1991). Nisbah daun batang pada pemupukan 30 kg N/ha dengan hasil tertinggi menunjukkan kadar protein tinggi. Analisis tanah yang digunakan sebagai media tanam pada penelitian menunjukkan N tersedia sebesar 0,215%. Angka tersebut menunjukkan kadar nitrogen sedang. Menurut Jumin (2005), presentase nitrogen dikatakan rendah lebih kecil dari 0,2%; sedang 0,2%-0,5%; tinggi lebih besar dari 0,5%. Perlakuan pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05), kandungan hara dalam tanah sudah cukup baik. Sisa tanaman setelah potong paksa (8 minggu setelah tanam) dikembalikan ke tanah sebagai pupuk hijau. Mikroorganisme tanah memanfaatkan urea untuk dekomposisi pupuk hijau, sehingga pemberian pupuk nitrogen tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap nisbah daun batang. Tabel 1 menunjukan nisbah daun batang dengan perlakuan tinggi defoliasi 5 cm dan 10 cm berturut-turut adalah 1,12 dan 1,05. Nisbah daun batang pada 5 cm lebih tinggi daripada 10 cm walaupun tidak berbeda nyata. Tinggi defoliasi berpengaruh terhadap pertumbuhan kembali (regrowth) suatu tanaman. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kembali suatu tanaman ialah persediaan cadangan makanan di dalam sisa tanaman yang ditinggalkan setelah defoliasi. Semakin tua umur defoliasi menyebabkan nisbah daun dan batang lebih rendah. Tanaman muda memiliki banyak daun yang mengandung klorofil tinggi dan pada umur tertentu akan mengalami penurunan kandungan klorofil yang ditunjukkan dengan daun yang menguning, sedangkan klorofil itu sendiri merupakan salah satu sumber protein (Wahyuni dan Kamaliyah, 2012). Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata perlakuan tinggi defoliasi yang berbeda terhadap nisbah daun batang alfalfa. Hal ini dapat disebabkan tidak ada perbedaan cadangan makanan yang tersimpan untuk pertumbuhan kembali antara tinggi defoliasi 5 cm dan 10 cm. Batang menyimpan

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 5 cadangan makanan dalam bentuk karbohidrat (pati), karbohidrat ini yang akan digunakan alfalfa untuk tumbuh kembali setelah defoliasi. Keadaan iklim di lokasi penelitian pada umumnya tergolong baik sehingga menunjukkan hasil penelitian yang cenderung baik. Hasil perhitungan jumlah daun yang mewakili unsur pertumbuhan menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada tinggi defoliasi D 2 tetapi jumlah daun yang lebih banyak tidak selalu memiliki berat bahan kering daun yang juga tinggi. Nisbah Tajuk Akar Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi (p<0,05) antara pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi terhadap nisbah tajuk akar. Pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi tidak berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nisbah tajuk akar. Nisbah tajuk akar alfalfa pada pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Nisbah Tajuk Akar Alfalfa pada Pemupukan Nitrogen dan Tinggi Defoliasi Berbeda Pemupukan Tinggi Defoliasi Rata-rata Nitrogen D 1 (5 cm) D 2 (10 cm) N 1 ( 0 kg N/ha) 1,42 1,11 1,23 N 2 (30 kg N/ha) 1,07 1,21 1,14 N 3 (60 kg N/ha) 1,14 1,11 1,13 N 4 (90 kg N/ha) 1,26 1,22 1,23 Rata-rata 1,22 1,16 Hasil uji wilayah ganda Duncan menunjukkan tidak ada perbedaan nyata diantara kombinasi pemupukan nitrogen dengan tinggi defoliasi berdasarkan nisbah tajuk akar. Nilai nisbah tajuk akar berbanding terbalik dengan nisbah daun batang, pada kasus nisbah daun batang dengan nilai tinggi akan dinyatakan baik sedangkan pada nisbah tajuk akar sebaliknya. Hal ini dikarenakan nisbah tajuk akar rendah maka proporsi akar akan lebih banyak dibandingkan dengan proporsi tajuknya. Perkembangan akar yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan akar tersebut dan hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Sejalan dengan pertumbuhan akar yang baik maka penyerapan hara akan lebih maksimal sehingga alfalfa terpenuhi nutrisinya dan memiliki pertumbuhan serta produksi yang dinyatakan baik. Interaksi pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nisbah tajuk akar alfalfa. Proporsi nisbah tajuk akar dipengaruhi oleh ketersediaan cadangan makanan dan kecukupan hara. Nisbah tajuk akar dengan perlakuan pemupukan nitrogen 0, 30, 60 dan 90 kg N/ha berturut-turut adalah 1,23; 1,14; 1,13; dan1,23. Perlakuan pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata, hal tersebut diduga karena daya serap tanaman terhadap unsur hara relatif sama sehingga penambahan pupuk nitrogen

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 6 dengan dosis yang beragam tidak memberikan perbedaan yang nyata. Tajuk berpengaruh pada persediaan karbohidrat yang kemudian digunakan untuk membantu akar dalam penyerapan garam mineral. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa, tumbuhan yang terlalu banyak mendapatkan nitrogen memiliki sistem akar yang kerdil sehingga nisbah tajuk akarnya tinggi. Produksi bahan kering tertinggi ditunjukkan pada perlakuan 60 kg N/ha dan tinggi defoliasi 5 cm (N 3 D 2 ) hal ini berbanding terbalik dengan nilai nisbah tajuk akar yang terendah pada perlakuan yang sama. Semakin rendah nilai nisbah tajuk akar akan menghasilkan produksi bahan kering yang lebih baik. Hal ini dipengaruhi juga oleh iklim yang menunjang dan faktor ketersediaan air yang dapat menunjang perkembangan akar sehingga menghasilkan produksi bahan kering yang labih baik. Nisbah tajuk akar dengan perlakuan tinggi defoliasi 5 dan 10 cm berturutturut adalah 1,22 dan 1,16. Tinggi defoliasi berpengaruh terhadap pertumbuhan kembali (regrowth) suatu tanaman. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kembali suatu tanaman ialah persediaan cadangan makanan di dalam sisa tanaman yang ditinggalkan setelah defoliasi. Menurut Bolinder et al. (2002), diketahui bahwa shoot root ratio dapat disebabkan oleh lokasi dan kondisi iklim, menurut hasil penelitian rata-rata shoot root ratio untuk alfalfa sebesar 1,30. Tanaman pada umumnya menyimpan cadangan makanan lebih banyak pada batang dibandingkan pada akar. Tinggi defoliasi yang lebih rendah 5 cm diduga memiliki cadangan makanan lebih banyak, sehingga pada hasil analisis dengan nilai tajuk akar lebih rendah pada umumnya akan memiliki nisbah daun batang lebih tinggi. Kadar Serat Kasar Kadar serat kasar hijauan alfalfa pada perlakuan pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi berbeda disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar Serat Kasar Alfalfa pada Pemupukan Nitrogen dan Tinggi Defoliasi Pemupukan Tinggi Defoliasi Rata-rata Nitrogen D 1 (5 cm) D 2 (10 cm) ------------------------------- % ---------------------------- N 1 ( 0 kg N/ha) 29,68 31,03 30,36 N 2 (30 kg N/ha) 25,52 29,77 27,65 N 3 (60 kg N/ha) 31,54 27,75 29,65 N 4 (90 kg N/ha) 27,54 27,50 27,52 Rata-rata 28,57 29,01 Hasil analisis ragam diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh (p<0,05) interaksi antara pemupukan dan tinggi defoliasi terhadap kadar serat kasar. Hijauan dengan pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi tidak berpengaruh nyata

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 7 (p<0,05) terhadap kadar serat kasar hijauan alfalfa. Interaksi tinggi pemotongan dan pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi tidak memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap kadar serat kasar alfalfa. Tidak terdapat pengaruh yang nyata (p<0,05) antara dosis pemupukan nitrogen yang berbeda terhadap kadar serat kasar alfalfa. Nisbah daun batang berhubungan dengan kadar serat kasar. Daun lebih mudah tercerna dan memiliki kandungan serat kasar yang lebih rendah dibandingkan batang, dan memiliki kandungan protein kasar 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan batang (Putnam et al., 2007). Nisbah daun batang yang tinggi maka akan memiliki kadar serat kasar rendah. Dosis pemupukan nitrogen yang terlalu tinggi tidak berpengaruh terhadap kualitas hijauan alfalfa. Putnam et al. (2007), menyatakan bahwa pemupukan nitrogen tidak berpengaruh untuk meningkatkan ME, atau TDN atau mengurangi serat. Beberapa contoh pemupukan N menunjukkan adanya peningkatan kecil dari konsentrasi protein kasar, tetapi percobaan lapangan dalam jumlah yang lebih besar menunjukan tidak adanya efek pemupukan N terhadap protein kasar. Menurut Wahyuni dan Kamaliyah (2012), bahwa bertambahnya komponen dinding sel dan menurunnya isi sel akan mengakibatkan penurunan kadar protein kasar dan akan meningkatkan kadar serat kasar. Serat kasar meningkat dengan bersamaan dengan meningkatnya umur suatu tanaman. Tabel 3 menunjukkan kadar serat kasar dengan perlakuan tinggi defoliasi 5 cm dan 10 cm berturut-turut adalah 28,57% dan 29,01%. Perlakuan tinggi defoliasi yang berbeda tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap kadar serat kasar alfalfa. Nutrisi yang terdapat pada sisa tanaman yang ditinggalkan sebagai cadangan makanan tanaman pada tinggi defoliasi 5 dan 10 cm tidak memiliki perbedaan yang signifikan. KESIMPULAN Pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi berbeda tidak mempengaruhi nisbah daun batang, nisbah tajuk akar dan kadar serat kasar hijauan alfalfa. Ada indikasi nisbah daun batang dan nisbah tajuk akar hasil terbaik diperoleh pada perlakuan pemupukan nitrogen 30 kg N/ha dan tinggi defoliasi 5 cm. DAFTAR PUSTAKA Bolinder, M. A., Angers, D. A., Bélanger, G., Michaud, R. et Laverdière, M. R. 2002. Root biomass and shoot to root ratios of perennial forage crops in eastern Canada. Can. J. Plant Sci. 82: 731 737. Cullison, A.E. 1979. Feeds and Feeding. Second edition. Reston Publishing Company, Inc., Virginia. Jumin, H.B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lakitan, B. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers, Jakarta.

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 8 Orloff, S.B., and D.H. Putnam. 2007. Harvest Strategies For Alfalfa Irrigated Alfalfa Management. University of California Agriculture and Natural Resources Publication, Oakland. Putnam, D.H., P. Robinson, and E. DePeters. 2007. Forage quality and testing Irrigated Alfalfa Management. University of California Agriculture and Natural Resources Publication, Oakland. Sajimin. 2011. Medicago sativa L (Alfalfa) sebagai Tanaman Pakan Ternak Harapan Indonesia. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Edisi ke-4. Institut Teknologi Bandung, Bandung. (Diterjemahkan Oleh: Lukman D.R. dan Sumaryono). Smith D.H., K.G. Beck, F.B. Peairs dan W.M. Brown. 2006. Alfalfa: Production and Management. No.703. Colorado State University Cooperative Extension, Colorado. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokoesoemo dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi ke-5. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wahyuni, R.D. dan S.N. Kamaliyah. 2012. Studi tentang pola produksi alfalfa tropis (Medicago sativa l.). Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 19(1): 20-27.